Analisis Negara di Indonesia: Islam dan Negara

advertisement
Analisis Negara di Indonesia:
Islam dan Negara
Kajian-kajian hubungan Islam-negara
Geertz:
Santri, priyayi, abangan
Unparallel categorization
Description of each categorization is untenable
Priyayi banyak yang santri
Noor:
Modernis, tradisionalis ---> muslim santri
Keduanya mendukung syariah
Afiliasi politik ---> Masyumi [kemudian pecah ---> Partai NU]
Muslim non-santri ---> the religiously neutral nationalist [menolak Islam sebagai basis negara]; the
Muslim nationalist [mendukung Islam sebagai basis negara]
Samson:
Santri: fundamentalis [penerapan doktrin Islam dalam kehidupan publik & privat], akomodasionis
[politik otonom dari agama, mengakui & bekerjasama dengan kelompok sekuler], reformis [bekerjasama
secara kritis dengan kelompok sekuler]
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
1
Kajian-kajian hubungan Islam-negara
Ali & Effendy:
Awal Orde Baru ---> perubahan: neo-modernis [campuran tradisi & modernitas],
sosial-demokrat
[Islam
inspirasi
untuk
keadilan
sosial-ekonomi],
internasionalis/universalis [Islam universal & panduan dalam berbagai aspek
kehidupan], modernis
Woodward:
Indigenized muslims [~ abangan, PDIP], traditional muslims [NU, PKB], the Islamic
modernist [PBB, PKS, PAN], the Islamist [~ fundamentalis, tidak memiliki orientasi
parpol], the neo-modernist [~ liberal, inklusif, toleran, tidak memiliki orientasi parpol]
Hefner
Civil Islam [demokrasi, kebebasan, pluralisme, hak-hak sipil], regimist Islam [dibentuk
oleh rezim Soeharto, anti-demokrasi, represif, otoriterian]
Partisanship civil Islam [Fealy], karakter Islam regimist atau Orde Baru [Mujani]
Geertz, Samson, Noor, Hefner ---> terlalu umum
Ali & Effendy, Woodward ---> terlalu spesifik, tidak fleksibel, fokus pada tendensi
ideologi
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
2
Three Muslim Models of Polity
Islamic Democratic State 1
The exponents: Natsir, Zainal Abidin Ahmad, Sjafruddin Prawiranegara, Mohamad Roem, Abu Hanifah, Hamka, Rasjidi,
Wachid Hasjim, Idham Chalid, Imron Rosjadi, Mohammad Dahlan, Hatta
Foundation of model
Islam dan negara: progresif [Masyumi, islamisasi melalui jalur demokratis, Islamic democratic state] vs radikal [DI,
negara Islam melalui kekuatan bersenjata]
Natsir & Ahmad ≠ Prawiranegara, Roem: konsep, model referensi [Pakistan]; Arab Saudi bukan model negara Islam
Menentang teokrasi ---> menyatukan agama-negara melalui cara demokrasi [Inggris, USA] ---> menjamin doktrin
agama dalam masyarakat
Agama: alat untuk memelihara kewajiban agama dan dunia ---> tujuan akhir: syariah ---> penemuan manusia, tidak
berkaitan dengan agama
Agama & negara: negara dicapai melalui cara rasional, bukan relijius ---> adopsi sistem yang baik; negara adalah
subordinat dari agama ---> menjamin agama; negara dipelihara secara rasional
Menentang sekularisme: duniawi, tidak mengakui akhirat, Tuhan; negara melayani agama, bukan memisahkannya;
religious neutrality ---> negara tidak melayani /memarjinalkan agama
Piagam Jakarta: jaminan Indonesia tidak akan menjadi negara sekuler ---> Depag sebagai kompensasi
Islamic roots of democracy
Era Nabi dan empat sahabat; deliberative method in the decision-making process; empat dasar negara Islam:
kedaulatan rakyat, amanah, keadilan, ketuhanan; kedaulatan rakyat dibatasi oleh kedaulatan Tuhan; shura, uli al-amr,
al-ijma, ahl al-hall wa al-aqd’
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
3
Islamic democratic state 2
Oposisi: memberi apresiasi terhadap oposisi; oposisi Soekarno, PRRI
Basis ekonomi:
 Ekonomi Terpimpin [Prawiranegara]
Tiga prinsip ekonomi terpimpin: [1] ekonomi harus diatur dan direncanakan;
pengaturan mesti atas dasar tanggung-jawab & mampu mendorong aktivitas
ekonomi masyarakat , [2] eksploitasi & penindasan ekonomi dilarang, [3] pengaturan
yang dilakukan pemerintah tidak boleh diskriminatif ~ sosialis
Sistem ekonomi, bank, riba
Keterbatasan model
Kedulatan Tuhan: kepentingan Tuhan atau kepentingan manusia? Bagaimana
membedakannya? Dalam kenyataan seringkali campur-aduk
Hak politik non-muslim [menjadi pemimpin] ---> politis, historis [kedekatan Kristen
dengan kolonialisme, kristenisasi, dominasi dalam BPUPKI
Hak politik non-muslim secara umum ---> positif, tidak diskriminatif
Hak-hak perempuan: mendukung hak-hak perempuan, termasuk menjadi kepala
negara ---> belakangan ada yang menolak
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
4
Islamic democratic state 3
The decline of the model
Ketergantungan pada Masyumi
Masyumi dilarang oleh Soekarno dan Soeharto
---> ide Islamic democratic state melemah
Muncul generasi baru Islam pada era Soeharto
---> akomodatif terhadap rezim, bersikap kritis
terhadap Islam politik
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
5
Religious Democratic State
Respon generasi baru [intelektual] muslim terhadap kegagalan
ideologi Islam dalam mendominasi negara, sebagaimana
dilakukan generasi Masyumi ---> strategi baru di tengah situasi
baru [otoriterianisme Orde Baru]
Indonesia negara pluralistik ---> menerima Pancasila ---> tidak
bertentangan dengan Islam, Islam tidak memiliki konsepsi yang
eksplisit tentang institusi politik, termasuk negara
Masyarakat politik mesti relijius ---> menolak sekularisasi,
mendukung nilai-nilai agama dalam kehidupan bernegara,
mendukung institusi-institusi agama yang ditopang negara
[Depag, MUI, guru agama,dsb]
Tokoh: Amien Rais, Syafii Maarif
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
6
Liberal Democratic State
Hal-hal yang berkaitan dengan politik ---> di luar agama
Islam: a religion of morality
Memisahkan hal-hal yang besifat duniawi dari hal-hal
yang bersifat ukhrowi
Agama: the source of transcendental ethical values for
human life
Tidak berarti sekuler, tapi sekuler dalam hal-hal yang
berkaitan dengan isu-isu agama dan politik
Menolak ide negara Islam dan penerapan syariah
Negara tidak boleh campur-tangan dalam urusan agama;
agama adalah urusan privat
Tokoh: Gus Dur, Nurcholish Madjid
Assyaukanie, 2009: 1-23, 57-96, 222-233
7
Download