BAB II TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA

advertisement
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA,KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS
2.1 Kajian Pustaka
Pada bab ini akan dijelaskan berbagai macam teori-teori serta
penelitian terdahulu yang pernah dilakukan berkaitan dengan variabelvariabel dalam penelitian ini, seperti teori mengenai gender, gaya
kepemimpinan, dan karir komitmen yang dibahas secara jelas
2.1.1 Gender
Gender tidak akan terlepas dari masalah kemitraan dan keadilan peran
sosial antara laki-laki dan perempuan, yang dalam sepanjang waktu manusia
telah dikonstruksikan oleh agama, adat dan budaya.
Beberapa peneliti telah menulis definisi mengenai gender, dintaranya
gender merupakan perbedaan yang telihat antara laki-laki dan perempuan
berdasarkan nilainya, gender merupakan suatu sikap yang dimiliki oleh lakilaki dan perempuan berdasarkan pola prilakunya (Marmawi, 2009 ; Retno,
2012). Namun, dalam penelitian ini definisi mengenai gender menurut
marmawi (2009) yang kami gunakan. Gender adalah perbedaan yang terlihat
antara laki-laki dan perempuan berdasarkan nilainya. Nilai disini berkaitan
dengan peran yang diaktualisasikan dalam masyarakat. Kami mengambil
pengertian dari salah satu para ahli ini karena menurut kami perbedaan lakilaki dan perempuan di dalam masyarakat memiliki peranan yang cukup
penting, hal ini terlihat dari bagaimana tingkah laku seseorang baik itu lakilaki maupun perempuan dalam menjalankan peranan nya masing-masing.
7
8
Misalnya, perempuan biasanya menjadi seorang istri dan ibu rumah tangga,
sedangkan laki-laki bekerja diluar untuk mencari nafkah. Dari pendapat
tersebut dapat disimpulkan bahwa gender adalah suatu perbedaan yang dapat
terlihat berdasarkan perilakunya baik laki-laki maupun perempuan yang telah
dibawa sejak lahir serta didukung oleh nilai-nilai di dalam masyarakat.
Menurut Marmawi (2009) peran laki-laki dan perempuan berbeda
berdasarkan nilai budaya dan agama. Dari segi budaya, laki-laki dianggap
mempunyai nilai lebih dari perempuan karena sebagai pewaris gen
(keturunan), sebagai pelindung keluarga, sebagai simbol kepahlawanan dan
sebagai pencari nafkah utama. Dalam Kajian agama, laki-laki sebagai
pemimpin keluarga, pencari nafkah utama dan bertanggung jawab atas
kelangsungan pendidikan dan kelangsungan hidup anak dan istrinya.
2.1.2 Kepemimpinan (Leadership)
Kepemimpinan adalah suatu proses mempengaruhi atau memberi
contoh oleh seorang pemimpin kepada pengikutnya dalam upaya mencapai
suatu tujuan yang telah direncanakan. Beberapa peneliti telah menulis definisi
mengenai gaya kepemimpinan, diantaranya kepemimpinan merupakan
kemampuan dari seorang pemimpin untuk mempengaruhi bawahannya,
kepemimpinan merupakan suatu proses yang mempengaruhi aktivitas suatu
kelompok dalam
mencapai sasaran,
dan kepemimpinan merupakan
kemampuan untuk mendorong sejumlah orang agar dapat bekerjasama
mencapai suatu tujuan (Mulyanto, 2012; Gary, 2010; Djumino, 2012).
Namun dalam penelitian ini kami menggunakan pengertian kepemimpinan
menurut Gary (2010) kepemimpinan adalah suatu proses yang disengaja dari
9
seseorang untuk menekankan pengaruhnya yang kuat terhadap orang lain
untuk membimbing, membuat struktur, memfasilitasi aktivitas dan hubungan
di dalam kelompok atau organisasi. Kami memilih pengertian kepemimpinan
menurut Gary (2010) karena menurut kami kepemimpinan merupakan suatu
proses yang dilakukan oleh seorang pemimpin agar mampu membangun
hubungan yang baik dengan bawahan nya. Dari beberapa definisi menurut
para ahli dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses
mempengaruhi orang lain atau aktifitas suatu kelompok yang terorganisasi
untuk mencapai suatu tujuan.
2.1.2.1 Hubungan gender dalam kepemimpinan
Pengertian gender diartikan sebagai perbedaan antara laki-laki dan
perempuan. Dari perbedaan ini, munculah karakteristik seorang pemimpin
yang dipengaruhi oleh gender, misalnya pemimpin laki-laki dan pemimpin
perempuan memiliki sifat kepemimpinan yang berbeda yang dipengaruhi
oleh perbedaan gender tersebut.
Menurut Dean dan Popp
seorang pemimpin harus memiliki jiwa
untuk mempengaruhi yang merupakan hasil yang diperolah dari adanya
quality communications dan jiwa motivator yang memerlukan kemampuan
memahami prilaku individu dan komponen pembentuknya seperti persepsi,
sikap, dan kepribadian (Nurrohim,2009).
Menurut Egly dan Johnson gender seorang pemimpin dibedakan dari
sifat pemimpin itu sendiri. Dilihat dari sudut pandang gender, pemimpin lakilaki menggambarkan sosok individu yang kuat, tegas dan berani, sedangkan
pemimpin perempuan menggambarkan sosok yang memperlihatkan sifat
10
yang hangat dalam hubungan personal, lebih suka berafiliasi dengan orang
lain daripada mendominasi (Herachwati,2012).
Menurut Yeney (2012) berdasarkan teori agensi, perbedaan gender
pada pemimpin akan mempengaruhi gaya kepemimpinannya. Seorang
pemimpin wanita memiliki cara penyampaian yang unik dimana mereka
selalu menyediakan dan menyalurkan informasi penting di dalam perusahaan
secara fluktuatif, sedangkan pemimpin laki-laki lebih mengutamakan unsur
kronologis dalam konsistensi data, sehingga dalam penyampaian pesan lakilaki lebih menuju pada fakta dan langsung ke inti informasinya.
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gender dari seorang
pemimpin laki-laki dan perempuan memiliki perbedaan. Biasanya pemimpin
laki-laki lebih bersikap tegas dan lebih berfokus terhadap tugas, sedangkan
pemimpin perempuan memiliki sikap yang bersahabat, dan memiliki
hubungan interpersonal yang baik.
Gender berpengaruh terhadap gaya kepemimpinan, pengaruh gender
tersebut dapat berupa perbedaan di dalam sistem alokasi sumber daya baik
dalam pemberian tugas ataupun pengambilan keputusan. Menurut Yeney
(2012) pengaruh gender terhadap pemimpin bersifat positif di mana gender
tersebut dapat meningkatkan penyediaan informasi yang akurat dan informasi
yang telah disediakan tersebut dikelola sesuai dengan fungsi dan tujuan
perusahaan.
2.1.3 Gaya Kepemimpinan ( Leadership Style )
Gaya kepemmpinan setiap pemimpin tentu berbeda, tergantung dari
masing-masing
pemimpinnya.
Seorang
pemimpin
laki-laki
biasanya
cenderung tegas, sedangkan seorang pemimpin perempuan biasanya lebih
11
afiliasi.
Beberapa
peneliti
telah
menulis
definisi
mengenai
gaya
kepemimpinan, diantaranya gaya kepemimpinan merupakan cara yang
digunakan pemimpin untuk mempengaruhi orang lain, gaya kepemimpinan
merupakan perwujudan dari tingkah laku seorang pemimpin, dan gaya
kepemimpinan merupakan cara yang digunakan dalam proses kepemimpinan
yang diimplementasikan dalam perilaku kepemimpinan seseorang (Ali,2013
; Kristianti,2012 ; Rachmawati,2010). Namun dalam penelitian ini gaya
kepemimpinan
menurut
Ali
(2013)
yang
penulis
gunakan.
Gaya
kepemimpinan merupakan pola prilaku para pemimpin yang dilakukan
pemimpin selama melaksanakan suatu pekerjaan dengan dan melalui orang
lain. Penulis mengambil pengertian dari salah satu para ahli ini
karena
menurut penulis gaya kepemimpinan merupakan sebuah prilaku dari seorang
pemimpin dalam melaksanakan suatu pekerjaan guna mempengaruhi orang
lain. Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa gaya kepemimpinan
adalah suatu cara yang dipergunakan seorang pemimpin untuk mempengaruhi
bawahan nya.
Salah satu perbedaan utama yang dibuat dalam pembahasan ini adalah
gaya kepemimpinan antara democratic (employee-oriented) dan autocratic
(task-oriented supervisor)(Afolabi,2008). Kepemimpinan autocratic di
pandang sebagai gaya yang berdasarkan atas kekuatan posisi, pemberian
wewenang yang berpusat pada seorang pemimpin itu sendiri, dan tanggung
jawab
biasanya
ditanggung
oleh
pemimpin.
Sementara
itu,
gaya
kepemimpinan democratic dikaitkan dengan kekuatan personal, wewenang
seorang pemimpin tidak mutlak, pemimpin dapat membuat kebijaksanaan dan
12
dibuat bersama bawahan, dan keikutsertaan para bawahan dalam proses
pemecahan masalah dan pengambilan keputusan.
2.1.3.1 Hubungan gender dengan gaya kepemimpinan
Gender dibedakan berdasarkan karakter feminim dan maskulin. Salah
satu ciri karakter feminin adalah menjalin hubungan yang baik dengan
bawahan sehingga apabila seseorang memiliki karakter feminin maka dia
lebih
cenderung
memiliki
gaya
kepemimpinan
democratic
karena
kepemimpinan yang democratic berfokus pada pendekatan terhadap
karyawan untuk menanamkan kesadaran pada karyawan akan budaya
organisasi, membangun visi dan misi, serta tujuan yang ingin dicapai oleh
organisasi agar karyawan dapat melakukan tugasnya dengan baik. Karakter
feminim mendukung proses kepemimpinan democratic yaitu dengan
pemimpin mampu membangun hubungan dengan karyawan, maka pemimpin
akan lebih mudah menjalin komunikasi dengan bawahan dan apa yang ingin
pemimpin sampaikan terkait dengan visi, misi, dan tujuan organisasi dapat
dikomunikasikan dengan baik. Sebaliknya, seseorang yang mempunyai
karakter maskulin, di mana salah satu ciri dari maskulin yaitu berorientasi
pada tugas dan cenderung memiliki gaya kepemimpinan yang autocratic, di
mana kepemimpinan autocratic lebih mengarah pada penyelesaian tugas
yang diinginkan atau mengarah pada memberikan hubungan timbal balik
terhadap karyawan ( Tanzil Lu, 2013)
Dari pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa dua karakteristik
seseorang yang berbeda dapat mempengaruhi gaya kepemimpinannya.
Perempuan yang lebih memiliki sisi feminim cenderung menggunakan gaya
13
kepemimpinan democratic yang mampu menjalin hubungan yang baik
sedangkan laki-laki yang memiliki sisi maskulin cenderung menggunakan
gaya kepemimpinan autocratic dimana lebih mementingkan penyelesain
terhadap tugas.
2.1.4 Karir Komitmen ( Career Commitment )
Karir komitmen merupakan prilaku yang dimiliki oleh seorang
karyawan terhadap suatu pekerjaan yang dikerjakannya, dan karyawan
tersebut mampu meluangkan waktu lebih banyak yang dimilikinya untuk
mengembanggkan keahlian mereka. Beberapa peneliti telah menulis definisi
mengenai karir komitmen, di antaranya karir komitmen merupakan suatu
sikap yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu pekerjaan, karir komitmen
merupakan suatu sikap yang mampu mempengaruhi individu terhadap
pekerjaannya (Ballout, 2008; Siswanto, 2012). Namun, dalam penelitian ini
definisi karir komitmen menurut siswanto (2012) yang penulis digunakan.
Karir komitmen adalah suatu sikap yang dimiliki oleh seseorang dalam suatu
pekerjaan dan perilaku yang ditunjukkannya dalam penyelesaian tugas,
sehingga mereka mampu melakukan apapun untuk kemajuan karirnya.
Penulis memilih definisi karir komitmen menurut Siswanto (2012) karena
menurut kami pendapat nya lebih spesifik ditunjukkan dalam diri seseorang
itu sendiri, bagaiman seseorang tersebut melakukan pekerjaan nya sampai
mampu melakukan apapun demi kemajuan karir. Dari pendapat di atas dapat
disimpulkan bahwa karir komitmen adalah sikap yang dimiliki oleh
seseorang, di mana seseorang tersebut selama bekerja berusaha meningkatkan
kualitas terhadap pekerjaan nya dengan tujuan pencapaian hasil karir yang
lebih baik.
14
Karir komitmen dilihat sebagai suatu rangkaian dalam kehidupan
peran- peran dalam bekerja dan pengalaman-pengalaman seseorang. Karir
komitmen berlangsung dalam lingkunagan sosial tertentu khususnya dalam
lingkungan organisasi. Menurut Carson dan Bedeian (disadur dalam
Siswanto, 2012 ) ada tiga dimensi untuk mengukur karir komitmen, di
antaranya :
•
Identitas karir didefinisikan sebagai suatu sikap yang mampu
membangun
hubungan
emosional
yang
erat
dan
mencerminkan tujuan karir.
•
Perencanaan karir mengacu pada kebutuhan perkembangan
seseorang, tujuan karir dan ketahanan karir.
•
Ketahanan karir motivasi tidak akan terganggu walaupun
dalam lingkungan kerja yang kurang optimal. Gangguan ini
biasanya dalam bentuk rintangan tujuan karir, hubungan rekan
kerja, dan ketidakpastian jalur karir.
2.1.5
Penelitian Terdahulu
Gender dalam pengertian ilmu sosial diartikan sebagai pola relasi
laki-laki dan perempuan yang didasarkan pada ciri sosial masing-masing.
Tercakup di dalamnya pembagian kerja, kuasa, perilaku dan persepsi yang
membedakan antara keduanya. Gender merupakan sikap atau perilaku yang
mencerminkan suatu perbedaan antara laki-laki dan perempuan.
Dari perbedaan gender laki-laki dan perempuan dapat juga dilihat
mengenai kepemimpinan dari masing-masing gender. Misalnya, seorang
pemimpin
laki-laki
biasanya
mempengaruhi
karyawannya
lebih
15
menggunakan sikap yang tegas sedangkan berbeda dengan seorang pemimpin
perempuan yang biasanya lebih menggunakan sebuah pendekatan dalam
memimpin karyawannya. Selain itu gaya kepemimpinan laki-laki dan
perempuan juga berbeda, laki-laki mempunyai sifat yang maskulin biasanya
lebih menggunakan gaya kepemimpinan yang autocratic dan perempuan
yang mempunyai sifat feminim biasanya lebih menggunakan gaya
kepemimpinan yang democratic.
Karir komitmen menjelaskan bagaiman sikap yang dimiliki seseorang
terhadap suatu pekerjaan. Seseorang yang memiliki komitmen tinggi lebih
mendedikasikan dirinya terhadap suatu pekerjaan yang dikerjakannya,
sebaliknya seseorang yang memiliki komitmen yang rendah pada suatu
pekerjaan maka dia akan berusaha untuk meninggalkan pekerjaan tersebut
dan berusaha mencari pekerjaan lain yang sesuai dengan kemampuan dirinya.
Penelitian
terdahulu
mengenai
pengaruh
gender
dan
gaya
kepemimpinan terhadap karir komitmen yang pernah dilakukan sebelumnya
di Benin City, Edo State pada tahun 2008. Penelitian ini dilakukan oleh
Afolabi, Obude, Okediji dan Ezeh terhadap karyawan yang bekerja di dua
buah pabrik pengolah minuman (coca-cola dan 7up). Pada penelitian
sebelumnya Afolabi, dkk meyebarkan kuisioner sebanyak 160 responden.
Kuisioner tersebut berisi indikator-indikator pengukuran yang berbeda,
seperti informasi demografi, gender, gaya kepemimpinan dan karir
komitmen.
Kuisioner yang telah diolah menghasilkan informasi mengenai
seberapa besar pengaruh gender dan gaya kepemimpinan terhadap karir
16
komitmen. Dengan menggunakan 2 way analysis of variance ( ANOVA ),
hasil yang didapatkan adalah ada pengaruh yang signifikan secara statistik
dari gender pada karir komitmen. Gaya kepemimpinan juga mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap karir komitmen.
Analisis juga
menunjukkan pengaruh yang signifikan secara statistik gabungan dari gender
dan gaya kepemimpinan terhadap karir komitmen
Dari hasil penelitian ini, menunjukkan dengan jelas bahwa gender dan
gaya kepemimpinan supervisor dalam suatu organisasi berdampak pada cara
kita melakukan pekerjaan. Hal ini menunjukkan bahwa cara karyawan
memandang pemimpin mereka apakah sebagai autocratic atau democratic
sangat berperan dalam menentukan berapa banyak mereka akan berkomitmen
untuk karir serta bagaimana mereka akan bekerja. Sebuah langkah positif
harus diambil untuk menciptakan lingkungan kerja dan pemimpin yang
efektif. Sedangkan dalam penelitian yang dilakukan oleh Rahayu pada tahun
2008, hasil pengujian mengunakan one way anova menunjukkan tidak ada
hubungan antara gender terhadap karir komitmen. Artinya, karir komitmen
seseorang tidak dipengaruhi oleh gender, karena dalam penelitiannya karir
komitmen yang rendah atau tinggi dipengaruhi oleh diri seseorang itu sendiri
bukan dari gendernya.
2.2 Kerangka Pemikiran
Berdasarkan tinjauan pustaka dan identifikasi permasalahan diatas, maka
penelitian ini dapat ditunjukkan oleh model gambar sebagai berikut :
17
Gender (X1)
•
•
Karakteristik
Sikap
Career Commitment (Y)
(Egly dan Johnson)
•
•
•
Leadership Style (X2)
•
•
Identitas Karir
Perencanaan Karir
Ketahanan Karir
( Carson dan Bedeian )
Autocratic
Democratic
( Afolabi )
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran
Sumber: Penulis, 2013
2.3 Hipotesis
Hipotesis merupakan kebenaran sementara yang perlu diuji kebenarannya
oleh karena itu hipotesis berfungsi sebagai kemungkinan untuk menguji
kebenaran suatu teori.
Berdasarkan masalah yang diajukan dalam penelitian ini, maka hipotesis
sementara yang dapat disimpulkan dipenelitian ini yaitu:
1.
Untuk T – 1
H0 :Tidak ada pengaruh “gender” dari pemimpin terhadap karir komitmen
karyawan rumah sakit Bumi Waras Bandar Lampung.
Ha :Ada pengaruh “gender” dari pemimpin terhadap karir komitmen
terhadap karir komitmen karyawan rumah sakit Bumi Waras Bandar
Lampung.
2.
Untuk T – 2
H0 :Tidak ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap karir komitmen
karyawan rumah sakit Bumi Waras Bandar Lampung
18
Ha :Ada pengaruh gaya kepemimpinan terhadap karir komitmen karyawan
rumah sakit Bumi Waras Bandar Lampung
3.
Untuk T – 3
H0 :Tidak ada pengaruh “gender” dan gaya kepemimpinan secara
bersama-sama terhadap karir komitmen karyawan rumah sakit Bumi
Waras Bandar Lampung
Ha :Ada pengaruh “gender” dan gaya kepemimpinan secara bersama-sama
terhadap karir komitmen karyawan rumah sakit Bumi Waras Bandar
Lampung
Download