Psikologi Kepribadian “Kurt Lewin” A. Latar Belakang Kurt Lewin lahir pada tanggal 9 September, 1890 di suatu desa kecil di Prusia, daerah Posen. Dia adalah anak kedua dari empat bersaudara. Dia belajar di Universitas Freiberg, Munich, Berlin, dan mendapat gelar doktor di Universitas Berlin pada tahun 1914. Setelah meraih gelar doktornya pada tahun 1914, Lewin bertugas di ketentaraan Jerman selama empat tahun. Pada akhir perang ia kembali ke Berlin sebagai instruktur dan asisten penelitian pada lembaga Psikologi. Setelah ikut perang dunia I, dia kembali ke Berlin dan bekerja sebagai instruktur dan asisten research pada “lembaga psikologi”, bekerja sama dengan Wertheimer dan Kohler yang telah mendirikan psikologi Gestalt. Pada tahun 1926, Lewin diangkat menjadi professor Universitas Berlin. Pada waktu kekuasaan Hitler meningkat dia pindah ke A.S., dan menetap di sana sampai akhir hidupnya (1947). Dia menjadi guru besar psikologi kanak-kanak di Universitas Cornell dan selanjutnya di lowa; kemudian memimpin pusat research, yang menyelidiki dinamika kelompok. B. Pandangan Dasar Kurt Lewin adalah penganut Gestalt, ia memfokuskan pekerjaannya di bidang psikologi sosial dan kepribadian alih-alih dalam konteks persepsi dan pemecahan masalah. Lewin menciptakan teori ruang pada tahun 1935. Konsepnya mengenai “ruang” dapat dilihat sebagai ruang dalam konteks vektor-vektor matematis atau sebagai ruang kehidupan. Kurt Lewin dikenal sebagai Bapak Psikologi Medan. Teori medan dalam fisika (dikembangkan oleh Michael Faraday, James Maxwell dan Heinrich Hertz pada abad 19) menunjukkan fenomena listrik/magnet, dan grafitasi mempengaruhi medan disekitarnya. Bagi Lewin, teori medan bukan suatu sistem psikologi baru yang terbatas pada suatu isi yang khas: teori medan merupakan sekumpulan konsep dengan dimana seseorang dapat menggambarkan kenyataan psikologis.Lewin juga menggolongkan teori medan sebagai “suatu metode untuk menganalisis hubungan hubungan kausal dan untuk membangun konstruk-konstruk ilmiah” Memakai asumsi Gestalt, Lewin mendasarkan pengembangan teorinya berdasarkan 3 asumsi: 1. Dasar pemahaman psikologi adalah saling hubungan, pola atau konfigurasi. 2. Beberapa saling hubungan menjadi dasar dari saling hubungan yang lain, jadi kepribadian cenderung bergerak menuju kesatuan Gestalt. 3. Psikologi seharusnya difahami dalam bentuk teori medan, di mana “field” adalah sistem pengaturan diri yang ditentukan oleh saling hubungan anatar bagian-bagian dari unsur yang mendukung sistem itu. Pokok pikiran psikologi Gestalt ialah bahwa tingkah laku ditentukan oleh medan psikofisis yang terdiri dari suatu sistem tekanan-tekanan atau kekuatan-kekuatan yang terorganisasi yang sama dengan medan gravitasi atau medan elektromagnetik. Perhatian utama psikologi Gestalt adalah persepsi, belajar, dan berpikir, bukan kepribadian. C. Prinsip-prinsip Dasar Prinsip dasar dari teori ini berasal dari ilmu fisika dan kimia mempengaruhi psikologi dengan memberi cara berpikir baru mengenai obyek, apa yang harus dipelajari dan bagaimana mempelajarinya. Teori medan dalam fisika menunjukkan fenomena listrik dan grafitasi mempengaruhi medan sekitarnya. Dan konsep pengaruh medan ini diadopsi dalam psikologi menjadi Psikologi Gestalt oleh Max Werheimer, Wolfgang Kohler, Kurt Koffka. Adopsi teori medan dalam psikologi kepribadian dilakukan oleh Kurt Lewin. Pendekatan Lewin bersifat dinamis, karena dia mencari sistem yang mendasari perilaku yang tampak. Lewin menekankan pada kekuatan yang mempengaruhi seseorang berubah dari waktu ke waktu dan dari situasi ke situasi. Teori Kurt Lewin berfokus pada ruang hidup, yaitu semua dorongan internal dan eksternal yang berperan pada inidividu-dan hubungan struktural antara manusia dan lingkungan. Menurut Kurt Lewin, perilaku jelas merupakan sebuah fungsi dari karakteristik personal dan situasi sosial. Lewin merangkum idenya tersebut ke dalam persamaan B = f (P,E) – perilaku adalah sebuah fungsi dari manusia dan lingkungan. Ciri ciri utama dari teori Lewin, yaitu : 1. Tingkah laku adalah suatu fungsi dari medan yang ada pada waktu tingkah laku itu terjadi 2. Analisis mulai dengan situasi sebagai keseluruhan dari mana bagian bagian komponennya dipisahkan 3. Orang yang kongkret dalam situasi yang kongkret dapat digambarkan secara matematis. D. Struktur Kepribadian Menurut Lewin sebaiknya menggambarkan pribadi itu dengan menggunakan definisi konsep-konsep struktural secara spasial. Dengan cara ini , Lewin berusaha mematematisasikan konsep-konsepnya sejak dari permulaan. Matematika Lewin bersifat non-motris dan menggambarkan hubungan-hubungan spasial dengan istilah-istilah yang berbeda. a. Ruang Hidup (Life Space) Ruang hidup mengandung semua kemungkinan fakta yang dapat menentukan tingkah laku individu.Ruang hidup meliputi segala sesuatu yang harus diketahui untuk memahami tingkah laku kongkret manusia individual dalam suatu lingkungan psikologis tertentu pada saat tertentu.Tingkah laku adalah fungsi dari ruang hidup. b. Lingkungan Psikologis Meskipun pribadi dikelilingi oleh lingkungan psikologisnya, namun ia bukanlah bagian atau termasuk dalam lingkungan tersebut. Lingkungan Psikologis berhenti pada batas pinggir elips, Tetapi batas antara pribadi dan lingkungan juga bersifat dapat ditembus.Hal ini berarti fakta fakta lingkungan dapat mempengaruhi pribadi.Seperti daerah pribadi-dalam, daerah lingkungan psikologis dibagi-bagi dalam pecahan, disebut region. 1. Region: semua stimulus yang ditangkap oleh persepsi, dan kemudian mempengaruhi atau menjadi bagian yang ‘menyibukkan’ fungsi kognitif manusia, berarti stimulus itu mempunyai tempat tertentu yang disebut region dalam lingkungan psikologis seseorang. 2. Bondaris: semua garis yang tertera pada diagram itu disebut bondaris, bisa merupakan batas antar sel, antar region atau antar daerah lingkungan psikologis dengan daerah persepsi motorik dan antara daerah persepsi motorik dan daerah pribadi dalam. NonPsikologis Kj Lp P Lp NonPsikologis c. Daerah Pribadi (Person Area) Menurut Lewin, pribadi adalah heterogen, terbagi menjadi bagian bagian yang terpisah meskipun saling berhubungan dan saling bergantung. Daerah dalam personal dibagi menjadi sel sel. Sel sel yang berdekatan dengan daerah konseptual motor disebut sel sel periferal; sel sel dalam pusat lingkaran disebut sel sel sentral. Didalam daerah pribadi terbagi menjadi dua bagian besar, daerah persepsi-motorik dan daerah pribadi-dalam: Daerah Persepsi Motorik (perception-motor area) Menjadi daerah antara yang menghubungkan pribadi-dalam dengan lingkungan psikologis. Daerah Pribadi-dalam (inner-personal area) Berisi aspek-aspek motivasional. Sel (Cells) Sel yang berkaitan dengan daerah persepsi motorik disebut sel perifer, sedang sel yang berada ditengah-tengah lingkaran tersebut se; sentral. (Psikologi Kepribadian Alwisol, hal 301) P-M DP P-M E. Dinamika Keperibadian 1. Enerji Lewin menganggap bahwa pribadi merupakan suatu sistem enerji yang kompleks. jenis enerji yang melakukan aktivitas psikologis disebut enerji psikis. Meningkatnya tegangan di salah satu sel yang lebih tinggi dibanding sel lain, akan menghasilkan ketidakseimbangan, dan usaha sistem pribadi-dalam untuk menyeimbangkan kembali tegangan antar sel itu akan menimbulkan enerji psikis. 2. Tegangan Tegangan adalah suatu keadaan dalam diri sang pribadi, atau lebih tepat, suatu keadaan dari suatu daerah dalam-personal dalam kaitannya dengan daerah-daerah dalam-personal lainnya. Tegangan memiliki dua sifat konseptual yang penting. Sifat pertama adalah bahwa suatu keadaan tegang dalam suatu sistem tertentu cenderung menyamakan diri dengan jumlah tegangan dalam sistem-sistem di sekitarnya. Sarana psikologis lewat mana tegangan itu menjadi merata dinamakan proses yang berupa berpikir, mengingat, merasa, mempersepsikan, bertindak, dan sebagainya. Sifat kedua adalah bahwa tegangan tersebut menekan garis batas sistem. Apabila batas itu sangat kuat, penyebaran tegangan dari salah satu sistem ke sistem-sistem yang berdekatan akan terhambat, dan sebaliknya. 3. Kebutuhan Peningkatan tegangan dalam suatu daerah dalam-personal disebabkan oleh timbulnya kebutuhan. Kebutuhan bisa berupa keadaan fisiologis, keinginan akan sesuatu, intensi untuk mengerjakan sesuatu. Menurut Lewin, kebutuhan itu mencakup pengertian motif, keinginan dan dorongan. 4. Tegangan dan Tindakan Motorik Tegangan yang meekan garis batas luar dari pribadi tidak dapat menyebabkan lokomosi. Lewin menghubungkan kebutuhan dengan sifat tertentu dari lingkungan yang kemudia menentukan bentuk lokomosi yang akan terjadi. 5. Valensi Valensi adalah suatu kuantitas yang bervariasi, ia mungkin lemah, sedang, atau kuat. Pada dasarnya, besarnya valensi ditentukan oleh kebutuhan. Selain itu ada pula faktor lain seperti pengalaman dan budaya yang dapat mempengaruhi valensi. Ada dua macam nilai dalam valensi, yaitu positif dan negatif. (i) Sesuatu mempunyai valensi atau nilai positif apabila menyebabkan berkurangnya atau hilangnya tegangan jika pribadi mendapatkan atau memasuki daerah itu, serta menyebabkan meningkatnya tegangan kalau pribadi tercegah untuk mendapatkannya. (ii) Sesuatu mempunyai valensi atau nilai negatif apabila menyebabkan meningkatnya tegangan apabila pribadi meninggalkannya. Jadi valensi positif bersifat menarik, valensi negatif bersifat menolak. 6. Kekuatan atau vektor Kekuatan ada di dalam lingkungan psikologis, sedangkan tegangan merupakan sifat dari sistem dalam-personal. Sifat-sifat konseptual dari kekuatan adalah arah, besarnya, dan titik sasaran. Ketiga sifat itu digambarkan dengan vector: (i) Arah kekuatan digambarkan dengan arahnya vector; (ii) Besar kecilnya kekuatan digambarkan dengan panjang pendeknya vector; (iii) Titik tangkap kekuatan digambarkan dengan tenpat anak panah vector, jadi P. Vektor adalah tingkah laku atau gerak seseorang yang akan terjadi kalau ada kekuatan yang cukup yang mendorongnya. Lewin menyebut kekuatan itu dengan nama vektor. Vektor digambarkan sebagai kekuatan psikologis yang mengenai seseorang, cenderung membuatnya bergerak ke arah tertentu. Arah dan kekuatan vektor adalah fungsi dari valensi positif dan negatif dari satu arah atau lebih region dalam lingkungan psikologis. 7. Konflik Konflik terjadi di daerah lingkungan psikologis. Lewin mendefinisikan konflik sebagai situasi di mana seseorang menerima kekuatan-kekuatan yang sama besar tetapi arahnya berlawanan. Ada beberapa jenis kekuatan, yang bertindak seperti vektor, yakni: (i) Kekuatan mendorong: menggerakkan, memicu terjadinya lokomosi ke arah yang ditunjuk oleh kekuatan itu. (ii) Kekuatan penghambat: halangan fisik atau sosial, menahan terjadinya lokomosi, mempengaruhi dampak dari kekuatan pendorong. (iii) Kekuatan kebutuhan pribadi: menggambarkan keinginan pribadi untuk mengerjakan sesuatu. (iv) Kekuatan pengaruh: menggambarkan keinginan dari orang lain yang masuk menjadi region lingkungan psikologis. (v) Kekuatan non manusia: bukan keinginan pribadi tetapi juga bukan keinginan orang lain. Ini adalah kekuatan atau tuntutan dari fakta atau objek. Ada beberapa macam tipe konflik, yaitu: (i) Konflik tipe 1: konflik sederhana yang terjadi kalau hanya ada dua kekuatan berlawanan yang mengenai individu. Konflik semacam ini mempunyai konflik 3 macam: Konflik mendekat-mendekat, dua kekuatan mendorong ke arah yang berlawanan. Konflik menjauh-menjauh, dua kekuatan menghambat ke arah yang berlawanan. Konflik mendekat-menjauh, dua kekuatan mendorong dan menghambat muncul dari satu tujuan. (ii) Konflik tipe 2: konflik yang kompleks bisa melibatkan lebih dari dua kekuatan. Konflik yang sangat kompleks dapat membuat orang menjadi diam, terpakau atau, terperangkap oleh berbagai kekuatan dan kepentingan sehingga dia tidak dapat menentukan pilihan, adalah konflik tipe 2. (iii) Konflik tipe 3: orang berusaha mengatasi kekuatan-kekuatan penghambat, sehingga konflik menjadi terbuka, ditandai sikap kemarahan, agresi, pemberontakan,atau sebaliknya penyerahan diri yang neurotik. Pertentangan antar kebutuhan pribadi-dalam, konflik antar pengaruh, dan pertentang antara kebutuhan dengan pengaruh, menimbulkan pelampiasan usaha untuk mengalahkan kekuatan penghambat. 8. Restrukturasi Dinamis Struktur Lingkungan Psikologis Dinamika lingkungan psikologis dapat berubah dalam empat cara yang berbeda: (i) Nilai daerah dapat berubah secara kuantitatif. (ii) Vektor dapat berubah dalam besarnya atau dalam arahnya, atau dalam keduaduanya. (iii) Garis batas dapat menjadi lebih kuat atau lebih lemah, muncul atau menghilang. (iv) Sifat material suatu daerah. 9. Kembali pada Keseimbangan Salah satu cara untuk mencapai keseimbangan adalah meratakan seluruh daerah di dalam-personal. Cara lain yang sangat lazim adalah dengan melakukan lokomosi sebagaimana mestinya dalam lingkungan psikologis. Lokomosi yang tepat membawa priadi ke daerah objek tujuan yang memuaskan. Kecenderungan mencapai keseimbangan itu tidak berarti membuat diri seimbang sempurna, tetapi menyeimbangkan semua tegangan dalam daerah pribadidalam. Tujuan utama dari perkembangan psikologis adalah menciptakan semacam struktur internal yang meminjam keseimbangan psikologis, bukan membuat bebas tegangan. F. Perkembangan Kepribadian 1. Perubahan Tingkah Laku Menurut Lewin, sejumlah perubahan tingkahlaku yang penting terjadi sepanjang perkembangan. Semakin bertumbuh orang semakin bebas bergerak dan orientasi waktu semakin luas. Tingkahlaku menjadi semakin terorganisis, hirarkis, realistis, dan efektif. (i) Organisasi Bertambahnya usia membuat orang semakin sadar pentingnya pengoirganisasian. Misalnya, anak-anak dapat mempertahankan hubungannya dengan beberapa temannya waktu itu, semakin dewasa mereka akan berinteraksi dengan semakinj banyak orang dalam berbagai kelompok. (ii) Hirarkis Tingkahlaku menjadi hirarkis, anak-anak bermain untuk memperoleh kepuasan dari permainan itu. Semakin dewasa mereka memakai permainan sebagai instrument untuk memperoleh kepuasaan bersaing dengan teman lain, dan bersaing menjadi instrument untuk memacu diri berguna mencapai tujuan. (iii) Realistis Sesudah kemasakan dicapai, kemampuan kita untuk membedakan realitas dengan fantasi meningkat. Meningkatnya realism persepsi lebih dikenali pada area hubungan sosial. (iv) Efektif Kemasakan juga membuat tingkahlaku menjadi semakin ‘ekonomis’. Orang berusaha untuk memperoleh hasil maksimal dengan usaha yang minimal. Tingkahlaku yang efektif menuntut adanya penyesuaian ruang hidup dengan sifat- sifat yang sebenarnya dari lingkungan eksternal fisik dan sosial. Penyesuaian semacam itu hanya dapat dilakukan oleh orang dewasa yang masak. 2. Diferensiasi dan Integrasi Diferensiasi adalah peningkatan jumlah bagian-bagian dari keseluruhan. Jumlah sel dalam pribadi-dalam bverlipat dengan bertambahnya usia, dan jumlah region dalam lingkungan psikologis juga meningkat. Konsep saling ketergantungan yang teroganisir (organizational interdependence) menjelaskan bagaimana daerah pribadi-dalam dan daerah lingkungan psikologis yang semakin terdeferensiasi dan semakin otonom, dapat bekerja sama menghasilkan tingkahlaku yang integrative. Sel dan region diintegrasikan dalam keseluruhan yang lebih besar. 3. Regresi Perkembangan bisa bergerak mundur. Walaupun tidak memerinci periodisasi perkembangan, Lewin menemukan dua macam gerak mundur perkembangan, regresi dan retrogresi. Retrogresi dalah kembali ke bentuk tingkahlaku lebih awal dalam sejarah kehidupan manusia, sedang regresi adalah kembali ke bentuk tingkahlaku yang lebih primitive, tidak peduli apakah pribadi pernah melakukan hal itu. 4. Tahap-tahap Perkembangan Menurut Lewin perkembangan merupakan suatu proses yang bersinambung di mana sulit untuk menetapkan tahap-tahap yang terpisah. Perubahan yang terpenting terjadi pada sekitar usia 3 tahun, yang kemudia disusul oleh suatu masa yang relative stabil samapai masa adolesen yang merupakan masa reorganisasi dinamis yang akhirnya berakhir pada masa dewasa yang stabil. G. Kritik terhadap Teori Lewin 1. Lewin tidak mengelaborasi pengaruh lingkungan luar atau lingkungan obyektif. Lewin memang mengemukakan sifat bondaris antara lingkungan psikologis dengan lingkungan obyektif yang permenable, tetapi hal ini tidak diikuti oleh penjelasan dinamika bagaimana lingkungan luar itu mempengaruhi region-region atau menjadi region baru. 2. Lewin kurang memperhatikan sejarah individu pada masa lalu sebagai penentu tingkah laku. Ini merupakan resiko teori yang mementingkan masa kini dan masa yang akan datang. Teori ini juga terlalu berpusat terhadap aspek-aspek yang mendalam dari kepribadian sehingga mengabaikan tingkah laku motoris yang nampak dari luar. 3. Lewin menyalahgunakan konsep ilmu alam dan konsep matematika. Memang tidak mudah memahami jiwa dengan memakai rumus-rumus matematika.Bahkan Lewin berani mengambil resiko dengan memakai istilah-istilah dalam matematika dan fisika untuk dipakai dalam psikologi dengan makna yang sangat berbeda dengan makna aslinya. 4. Penggunaan konsep-konsep topologi telah menyimpang dari arti sebenarnya. Penggambaran topologis dan vaktorial dari Lewin tidak mengungkapkan sesuatu yang baru tentang tingkah laku.