Teori kom-kelompok

advertisement
Teori Komunikasi Kelompok
Teori Komunikasi Kelompok
S. Djuarsa Sendjaja, Ph, D..
Drs. Tandiyo Pradekso, M. A.
Dr. turnomo Rahardjo
PENDAHULUAN
K
omunikasi dalam kelompok merupakan bagian dari kegiatan- keseharian
kita sejak kita lahir, kita sudah mulai bergabung dengan kelompok primer
yang paling dekat, yaitu Keluarga. Kemudian seiring dengan perkernbangan
usia dan kemampuan intelektualitas, kita masuk dan terlibat dalam kelompokkelompok sekunder seperti sekolah, lembaga agama, tempat pekerjaan dan
kelompok sekunder lainnya yang sesuai. dengan minas dan ketertarikan kita.
Ringkasnya, kelompok merupakan bagian yang tidak terpisahkan dengan
kehidupan kita, karena melalui kelompok, memungkinkan kita dapat berbagi
informasi, pengalaman dan pengetahuan kita dengan anggota kelompok
lainnya.
Modal teori komunikasi kelompok ini, akan terdiri dari empat kegiatan
belajar yaitu prinsip-prinsip dasar komunikasi dalam suatu kelompok (group
communication) memahami komunikasi dalam kelompok, pendekatan teoretis
komunikasi kelompok dan kegiatan belajar terakhir berkaitan dengan bahasan
mengenai beberapa perspektif dalam penelitian komunikasi kelompok. Setup
kegiatan belajar akan dibahas dengan lebih mendalam beberapa aspek
penting yang berhubungan dengan kegiatan belajar tersebut. Karenanya,
mempelajari setup bahasan dalam modul ini dengan sungguhsungguh,
merupakan langkah terbaik untuk memahami komunikasi yang berlangsung
dalam suatu kelompok.
Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan memiliki kemampuan
untuk memahami peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi dalam suatu
kelompok. Setelah mempelajari masing-masing kegiatan belajar dengan
cermat, Anda diharapkan mampu :
1. Menguraikan dan menjelaskan definisi atau batasan mengenai komunikasi
kelompok;
2. Menyebutkan dan menjelaskan karakteristik komunikasi kelompok
Teori Komunikasi
Page 1
Teori Komunikasi Kelompok
3. menyebutkan dan menjelaskan fungsi komunikasi kelompok;
4. menyebutkan dan menguraikan tipe-tipe komunikasi kelompok;
5. menguraikan dan menjelaskan metode pembuatan keputusan dalam
kelompok;
6. menjelaskan makna kepemimpinan dalam kelompok;
7. mengenal beberapa pendekatan teoretis dalam komunikasi kelompok;
8. mengenal beberapa persepektif dalam penelitian komunikasi kelompok.
Teori Komunikasi
Page 2
Teori Komunikasi Kelompok
KEGIATAN BELAJAR 1
PRINSIP DASAR KOMUNIKASI
DALAM KELOMPOK
S
ebagaimana telah diuraikan pada bagian pendahuluan, bahwa kelompok
merupakan bagian yang tidak dapat dilepaskan dari aktivitas kita sehari hari.
Kelompok baik yang bersifat primer maupun sekunder, merupakan wahana bagi
setup orang untuk dapat mewujudkan harapan dan keinginannya berbagi
informasi dalam hampir semua aspek kehidupan. Ia bisa merupakan media untuk
mengungkapkan
persoalan-persoalan
pribadi
(keluarga
sebagai
kelompok
primer), ia dapat merupakan sarana meningkatkan pengetahuan para anggotanya
(kelompok belajar) dan ia bisa pula merupakan alas untuk mernecahkan
persoalan bersama yang dihadapi seluruh anggota kelompok pemecahan
masalah). Jadi, banyak manfaat yang dapat kita petik bila kita ikut terlibat dalam
suatu kelompok yang sesuai dengan rasa ketertarikan (interest) kita. orang yang
memisahkan atau mengisolasikan dirinya dengan orang lain adalah orang yang
penyendiri, orang yang benci kepada orang lain (misanthrope) atau dapat
dikatakan sebagai orang yang antisosial.
Bahasan dalam Kegiatan Belajar 1 ini mencakup tiga hal, yaitu pengertian
mengenal komunikasi kelompok, karakteristik dari komunikasi kelompok dan
kajian tentang fungsi dari komunikasi kelompok.
A.
PENGERTIAN KOMUNIKASI KELOMPOK
Michael
Burgoon
dan
Michael
Ruffner
dalam
bukunya:
Human
Communication, A Revision of Approaching Speech/Communication, memberi
batasan komunikasi kelompok sebagai interaksi tatap muka dari tiga atau lebih
individu guna memperoleh maksud atau tujuan yang dikehendaki seperti berbagi
informasi, pemeliharaan diri atau pemecahan masalah sehingga semua anggota
dapat menumbuhkan karakteristik pribadi anggota lainnya dengan akurat (the
face-to faceinteraction of three or more individuals, for a recognized purpose
such as information sharing, self-maintenance, or problem solving, such that the
members are able to personal characteristics of the other members accurately).
Teori Komunikasi
Page 3
Teori Komunikasi Kelompok
Ada empat elemen yang tercakup dalam definisi di atas, yaitu interaksi
tatap muka, jumlah partisipan yang terlibat dalam interaksi, maksud atau tujuan
yang
dikehendaki
dan
kemampuan
anggota
untuk
dapat menumbuhkan
karakteristik pribadi anggota lainnya. Kita mencoba membahas keempat elemen
dari batasan tersebut dengan lebih rinci.
Terminologi tatap muka (face to face) mengandung makna bahwa setiap
anggota kelompok harus dapat melihat dan mendengar anggota lainnya dan juga
harus dapat rnengatur umpan batik secara verbal maupun nonverbal dari setiap
anggotanya. Batasan ini tidak berlaku atau meniadakan kumpulan individu yang
sedang melihat proses pembangunan gedung/bangunan bare. Dengan demikian,
makna tatap muka tersebut berkait erat dengan adanya interaksi di antara semua
anggota kelompok.
Jumlah partisipan dalam komunikasi kelornpok berkisar antara 3 sampai
20 orang. Pertimbangannya, jika jumlah partisipan nidebilli 20 orang, kurang
memungkinkan berlangsungnya suatu interaksi di mana setiap anggota kelompok
mampu melihat dan mendengar anggota lainnya. Dan karenanya kurang tepat
untuk dikatakan sebagai komunikasi kelompok.
Maksud atau tujuan yang dikehendaki sebagai elemen ketiga dari definisi
di atas, bermakna bahwa maksud atau tujuan tersebut akan memberikan
beberapa tipe identitas kelompok. Kalau tujuan kelompok tersebut adalah
berbagi informasi, maka komunikasi yang dilakukan dimaksudkan untuk
menanamkan pengetahuan (to impart knowledge). Sementara kelompok yang
memiliki tujuan pemeliharaan dirt (self-maintenance), biasanya memusatkan
perhatiannya pada anggota kelompok atau struktur dari kelompok itu sendiri.
Tindak
komunikasi yang dihasilkan adalah kepuasan kebutuhan pribadi,
kepuasan
kebutuhan
kolektif/kelompok
bahkan
kelangsungan
hidup
dari
kelompok itu sendiri. Dan apabila tujuan kelompok adalah upaya pemecahan
masalah, maka kelompok tersebut biasanya melibatkan beberapa tipe pembuatan
keputusan untuk mengurangi kesulitan-kesulitan yang dihadapi.
Elemen
terakhir
adalah
kemampuan
anggota
untuk
menumbuhkan
karakteristik personal anggota lainnya secara akurat. Ini mengandung arti bahwa
setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain dan
maksud/tujuan kelompok telah terdefinisikan dengan jelas, di samping itu
identifikasi setiap anggota dengan kelompoknya relatif stabil dan permanen.
Batasan lain mengenai komunikasi kelompok dikemukakan oleh Ronald Adler dan
George Rodman dalam bukunya : Understanding Human Communication. Mereka
mengatakan bahwa kelompok atau grup merupakan sekumpulan kecil orang yang
Teori Komunikasi
Page 4
Teori Komunikasi Kelompok
saling berinteraksi, biasanya tatap muka dalam waktu yang lama guna mencapai
tujuan tertentu (a small collection of people who interact with each other usually
face to face, over time in order to reach goals ).
Ada empat elemen yang muncul dari definisi yang dikemukakan oleh Adler
dan Rodman tersebut, yaitu interaksi, waktu , ukuran, dan tujuan.
Interaksi dalam komunikasi kelompok merupakan faktor yang penting,
karena melalui interaksi inilah, kita dapat melihat perbedaan antara kelompok
dengan istilah yang disebut dengan coact. Coact adalah sekumpulan orang yang
secara serentak terikat dalam aktivitas yang sama, namun tanpa komunikasi satu
sama lain. Misalnya, mahasiswa yang hanya secara pasif mendengarkan suatu
perkuliahan, secara teknis belum dapat disebut sebagai kelompok. Mereka dapat
dikatakan sebagai kelompok apabila sudah mulai memperlihatkan pesan dengan
doses atau rekan mahasiswa yang lain.
Elemen yang kedua adalah waktu. Sekumpulan orang yang berinteraksi
untuk jangka waktu yang singkat, tidak dapat digolongkan sebagai kelompok.
Kelompok mempersyaratkan interaksi dalam jangka waktu yang panjang, karena
dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh
kumpulan yang bersifat sementara.
Sedangkan elemen yang ketiga adalah ukuran atau jumlah partisipan
dalam komunikasi kelompok. Tidak ada ukuran yang pasti mengenai jumlah
anggota dalam suatu kelompok. Ada yang memberi batas 3-8 orang, 3-15 orang
dan 3-20 orang. Untuk mengatasi perbedaan jumlah anggota tersebut, muncul
konsep yang dikenal dengan small-Hess, yaitu kemampuan setiap anggota
kelompok untuk dapat mengenal dan memberi reaksi terhadap anggota lainnya.
Dengan small-Hess ini, kuantitas tidak dipersoalkan sepanjang setiap anggota
mampu mengenal dan memberi reaksi kepada anggota lain atau setiap anggota
mampu melihat dan mendengar anggota yang lain, seperti yang dikemukakan
dalam definisi pertama.
Elemen terakhir adalah tujuan yang mengandung pengertian bahwa
keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi
anggota kelornpok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.
B.
KARAKTERISTIK KOMUNIKASI KELOMPOK
Apa pun fungsi yang disandangnya, kelompok baik primer maupun
sekunder dalam keberadaannya memiliki karakteristik tertentu. Karenanya,
memahami karakteristik yang ada merupakan langkah pertama untuk bertindak
lebih efektif dalam suatu kelompok di mana kita ikut terlibat di dalamnya.
Teori Komunikasi
Page 5
Teori Komunikasi Kelompok
Ada dua karakteristik yang melekat pada suatu kelompok, yaitu norma dan
peran. Kita akan membahas kedua karakteristik tersebut dengan lebih rinci satu
per satu.
Norma adalah persetujuan atau perjanjian tentang bagaimana orang-orang
dalam suatu kelompok berperilaku satu dengan lainnya. Kadang-kadang norma
o1eh para sosiolog disebut juga dengan “hukum” (law) atau “peraturan” (rule),
yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidakpantas untuk dilakukan
dalarn suatu kelompok. Ada tiga kategori norma kelompok, yaitu, norma sosial,
procedural dan tugas. Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota
kelompok. Sedangkan norma procedural menguraikan dengan lebih rinci
bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus
membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan
pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Dan norma tugas memusatkan
perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilaksanakan.
Berikut kita akan mempelajari norma-norma dalam kelompok dengan
mencermati tabel di bawah ini.
Tabel 3.1
Tabel Norma-norma yang Diharapkan dalarn Suatu Kelompok
Sosial
Procedural
Tugas
Mendiskusikan persoalan
Memperkenalkan para
Mengkritik ide, bukan
yang tidak kontroversial
anggota kelompok
orangnya
Menceritakan gurauan yang
Membuat agenda
Mendukung gagasan yang
lucu
pertemuan
terbaik
Menceritakan kebenaran
Duduk saling bertatap
Memiliki kepedulian untuk
yang tidak dapat dibantah
muka
pemecahan persoalan
Jangan merokok (kalau
Menetapkan tujuan
Berbagi beban pekerjaan
dimungkinkan)
kelompok
Jangan datang terlambat
Jangan meninggalkan
Jangan memaksakan gagasan
pertemuan tanpa sebab
kita dalam kelompok
Tidak hadir tanpa alasan
Jangan memonopoli
Jangan berkata kasar jika
yang jelas
percakapan
tidak setuju
Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human Communication,
Second Edition, hat. 197
Teori Komunikasi
Page 6
Teori Komunikasi Kelompok
Jika norma diberi batasan sebagai ukuran kelompok yang dapat diterima,
maka peran (role) merupakan pola-pola perilaku yang diharapkan dart setiap
anggota kelompok. Ada dua fungsi peran dalam suatu kelompok, yaitu fungsi
tugas dan fungsi pemeliharaan. Kita akan menyimak kedua fungsi tersebut dalarn
tabel berikut.
TABEL PERAN FUNGSIONAL DART ANGGOTA KELOMPOK
FUNGSI TUGAS
FUNGSI PEMELIHARAAN
Pemberi informasi
Pendorong partisipasi
Pemberi pendapat
Penyelaras
Pencari informasi
Penurun ketegangan
Pemberi aturan
Penengah persoalan pribadi
Sumber : Ronald B. Adler, George Rodman, Understanding Human
Communication, Second Edition, hal. 199
C.
FUNGSI KOMUNIKASI KELOMPOK
Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat dicerminkan oleh adanya
fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi-fungsi tersebut mencakup
fungsi
hubungan
sosial,
pendidikan,
persuasi,
pemecahan
masalah
dan
pembuatan keputusan, dan fungsi terapi. Semua fungsi ini dimanfaatkan untuk
kepentingan masyarakat, kelompok dan para anggota kelompok itu sendiri.
Fungsi pertama dalam kelompok adalah hubungan sosial, dalam arti
bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan memantapkan hubungan
sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin
memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang
informal, santai dan menghibur.
Pendidikan adalah fungsi kedua dari kelompok, dalam arti bagaimana
sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan
mempertukarkan pengetahuan. Melalui fungsi pendidikan ini, kebutuhankebutuhan dari para anggota kelompok, kelompok itu sendiri bahkan kebutuhan
masyarakat dapat terpenuhi. Namun demikian, fungsi
pendidikan dalam
kelompok akan sesuai dengan yang diharapkan atau tidak, bergantung pada tiga
faktor, yaitu jumlah informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam
kelompok serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi
pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelornpok membawa
pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang
Teori Komunikasi
Page 7
Teori Komunikasi Kelompok
disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan
tercapai.
Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasi
anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang
yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa risiko
untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha
persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan
menciptakan
suatu
konflik,
dengan
demikian
malah
membahayakan
kedudukannya dalam kelompok.
Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk
memecahkan
persoalan
dan
membuat
keputusan-keputusan.
Pemecahan
masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang
tidak diketahui sebelumnya ; sedangkan pembuatan keputusan (decision making)
berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan
masalah menghasilkan materi atau bahan untuk pembuatan keputusan.
Terapi adalah fungsi kelima dari kelompok. Kelompok terapi memiliki
perbedaan dengan kelompok lainnya, karena kelompok terapi tidak memiliki
tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah membantu setiap individu mencapai
perubahan personalnya. Tentunya individu tersebut harus berinteraksi dengan
anggota kelompok lainnya guna mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya
adalah membantu dirinya sendiri, bukan membantu kelompok mencapai
konsensus. Contoh dari kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi
perkawinan, kelompok penderita narkotika, kelompok perokok berat dan
sebagainya. Tindak komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan
nama "pengungkapan diri" (self disdosure). Artinya, dalam suasana yang
mendukung, setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang
apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam
diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi
yang akan mengaturnya.
Teori Komunikasi
Page 8
Teori Komunikasi Kelompok
KEGIATAN BELAJAR 2
Memahami Komunikasi
Dalam Kelompok
P
ersoalan-persoalan menenai tipe kelompok, metode pembuatan keputusan
yang terjadi dalam suatu kelompok dan kepemimpinan dalam kelompok,
merupakan materi pelajaran yang akan dibahas dalam Kegiatan Belajar 2 berikut
ini.
Dalam wujud nyata yang dapat kita temui sehari-hari, kita mengenai
beberapa tipe dari kelompok, seperti kelompok belajar, kelompok pemecahan
masalah, serta kelompok sosial lainnya. Sementara dalam bahasan mengenai
metode pengambilan keputusan dalam kelompok, kita akan mengenai sejumlah
metode yang digunakan di mama masing-masing metode yang dipakai
bergantung kepada beberapa faktor yang melingkupinya. Dan dalam bahasan
mengenai kepemimpinan dalam kelompok, kita diajak untuk memikirkanya gaya
kepemimpinan yang terjadi dalam kelompok dan fungsi kepemimpinan dalam
kelompok. Kita mencoba membahas ketiga subbahasan dalam Kegiatan Belajar 2
ini dengan lebih rinci dan mendalam.
A.
TIPE KELOMPOK
Ronald B. Adler dan George Rodman dalam bukunya Understanding Human
Communication membagi kelompok dalam tiga tipe, yaitu kelompok belajar
(learning group), kelompok pertumbuhan (growth group), dan kelompok
pemecahan masalah (problem solving group). Masing-masing tipe kelompok
tersebut akan kita bicarakan dengan lebih rinci, karena setiap kelompok memiliki
karakteristik dan tujuan yang berbeda.
1.
Kelompok Belajar (Learning Group)
Ketika kita mendengar kata “belajar” atau learning, perhatian dan pikiran
kita hampir selalu tertuju pada suatu lembaga pendidikan ataupun sekolah.
Meskipun institusi pendidikan tersebut termasuk dalam klasifikasi learning
group, namun itu bukan satu-satunya. Kelompok yang memberi keterampilan
berenang
ataupun
kelompok
yang
mengkhususkan
kegiatannya
pada
digolongkan ke dalam kelompok belajar tersebut. Jadi, apa pun bentuknya,
tujuan dari learning group ini
adalah meningkatkan pengetahuan atau
kemampuan para anggotanya.
Teori Komunikasi
Page 9
Teori Komunikasi Kelompok
Satu ciri yang menonjol dari learning group ini adalah adanya pertukaran
informasi dua arah, artinya setiap anggota dalam kelompok belajar adalah
kontributor atau penyumbang dan penerirna pengetahuan.
2.
Kelompok Pertumbuhan (Growth Group)
Jika learning anggotanya group para anggotanya terlibat dalam persoalan-
persoalan eksternal sebagaimana yang telah diuraikan di atas, maka kelompok
pertumbuhan lebih memusatkan perhatiannya kepada permasalahan pribadi yang
dihadapi para anggotanya. Wujud nyata dari growth group ini adalah kelompok
bimbingan
perkawinan,
kelompok
bimbingan
psikologi,
kelompok
terapi
sebagaimana yang sudah diuraikan pada Kegiatan Belajar 1, serta kelompok yang
memusatkan aktivitasnya kepada penumbuhan keyakinan diri, yang biasa disebut
dengan consciousness raising group.
Karakteristik yang terlibat dalam tipe kelompok growth group ini adalah
tidak mempunyai tujuan kolektif yang nyata, dalam arti bahwa seluruh tujuan
kelompok
diarahkan
kepada
usaha
untuk
membantu
para
anggotanya
mengidentifikasi dan mengarahkan mereka untuk peduli dengan persoalan
pribadi yang mereka hadapi.
3.
Kelompok Pemecahan Masalah (Problem Solving Group)
Orang-orang yang terlibat dalam kelompok pemecahan masalah, bekerja
bersama-sama untuk mengatasi persoalan bersama yang mereka hadapi. Dalam
sebuah keluarga misalnya, bagaimana seluruh anggota keluarga memecahkan
persoalan tentang cara-cara pembagian kerja yang memungkinkan mereka
terlibat dalam pekerjaan rumah tangga, seperti tugas apa yang harus dilakukan
seorang suami, apa yang menjadi tanggung jawab istri, dan pekerjaan-pekerjaan
apa yang dibebankan kepada anak-anaknya. Atau dalam contoh lain, bagaimana
para warga yang tergabung dalam satu Rukun Tetangga (RT) berusaha
mengorganisasi diri mereka sendiri guna mencegah tindak pencurian melalui
kegiatan sistem keamanan lingkungan atau lebih dikenal dengan siskamling.
Problem solving dalam operasionalnya, melibatkan da aktivitas penting.
Pertama, pengumpulan informasi (gathering information) : bagaimana suatu
kelompok sebelum membuat keputusan, berusaha mengumpulkan informasi
yang penting dan berguna untuk landasan pengambilan keputusan tersebut. Dan
kedua adalah pembuatan keputusan atau kebijakan itu sendiri yang berdasar
pada hasil pengumpulan informasi.
Teori Komunikasi
Page 10
Teori Komunikasi Kelompok
B.
METODE PENGAMBILAN KEPUTUSAN DALAM KELOMPOK
Cara lain untuk memahami tindak komunikasi dalam kelompok adalah
dengan melihat bagaimana suatu kelompok menggunakan metode-metode
tertentu untuk mengambil keputusan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam
tataran teoretis, kita mengenal empat metode pengambilan keputusan, yaitu
kewenangan tanpa diskusi (authority rule without discussion), pendapat ahli
(expert opinion), kewenangan setelah diskusi (authority ride after discussion),
dan kesepakatan (consensus).
1.
Kewenangan Tanpa Diskusi
Metode pengambilan keputusan ini sering kali digunakan oleh para
pernimpin otokratik atau dalam kepemimpinan militer. Metode ini memiliki
beberapa keuntungan, yaitu cepat, dalam arti ketika kelompok tidak mempunyai
waktu yang cukup untuk memutuskan apa yang harus dilakukan. Selain itu,
metode ini secara sempurna dapat diterima kalau pengambilan keputusan yang
dilaksanakan
berkaitan
dengan
persoalan-persoalan
rutin
yang
tidak
mempersyaratkan diskusi untuk mendapatkan persetujuan para anggotanya.
Namun dernikian, jika metode pengambilan keputusan ini terlalu sering
digunakan, itu akan menimbulkan persoalan-persoalan, seperti munculnya
ketidakpercayaan para anggota kelompok terhadap keputusan yang ditentukan
pimpinannya, karena mereka kurang bahkan tidak dilibatkan dalam proses
pengambilan keputusan. pengambilan keputusan akan memiliki kualitas yang
lebih bermakna, apabila dibuat secara bersama-sama dengan melibatkan seluruh
anggota kelompok, daripada keputusan yang diambil secara individual.
2.
Pendapat Ahli
Kadang-kadang seorang anggota kelompok oleh anggota lainnya diberi
predikat sebagai ahli (expert), sehingga rnemungkinkannya, memiliki kekuatan
dan kekuasaan untuk membuat keputusan. Metode pengambilan keputusan ini
akan bekerja dengan baik apabila seorang anggota kelompok yang dianggap ahli
tersebut memang benar-benar tidak diragukan lagi kemampuannya dalam hal
tertentu oleh anggota kelompok lainnya.
Dalam banyak kasus, persoalan orang yang dianggap ahli tersebut
bukanlah masalah yang sederhana, karena sangat sulit menurunkan indikator
yang dapat mengukur orang yang dianggap ahli (superior). Ada yang berpendapat
bahwa orang yang ahli adalah orang yang memiliki kualitas terbaik untuk
membuat keputusan, namun sebaliknya tidak sedikit pula orang yang tidak setuju
dengan ukuran tersebut. Karenanya, menentukan apakah seseorang dalam
kelompok benar-benar ahli adalah persoalan yang rumit.
Teori Komunikasi
Page 11
Teori Komunikasi Kelompok
3.
Kewenangan Setelah Diskusi
Sifat otokratik dalam metode pengambilan keputusan ini lebih sedikit
apabila dibandingkan dengan metode yang pertama, karena metode authority
rule after discussion ini mempertimbangkan pendapat atau opini lebih dari satu
anggota kelompok dalam proses pengambilan keputusan. Dengan demikian,
keputusan yang diambil melalui metode ini akan meningkatkan kualitas dan
tanggung jawab para anggotanya, di samping juga munculnya aspek kecepatan
(quickness) dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari usaha menghindari
proses diskusi yang terlalu meluas. Dengan perkataan lain, pendapat anggota
kelompok sangat diperhatikan dalam proses pembuatan keputusan, namun
perilaku otokratik dari pimpinan kelompok masih berpengaruh.
Metode pengambilan keputusan ini juga mempunyai kelemahan, yaitu para
anggota kelompok akan bersaing untuk mempengaruhi pengambil atau pembuat
keputusan. Artinya, bagaimana para anggota kelompok yang mengemukakan
pendapatnya. dalam proses pengambilan keputusan, berusaha mempengaruhi
pimpinan
kelompok
bahwa
pendapatnya
yang
perlu
diperhatikan
dan
dipertimbangkan.
4.
Kesepakatan
Kesepakatan atau konsensus akan terjadi kalau semua anggota dari suatu
kelompok mendukung keputusan yang diambil. Metode pengambilan keputusan
ini memiliki keuntungan, yaitu partisipasi penuh dari seluruh anggota akan dapat
meningkatkan kualitas keputusan yang diambil, sebaik seperti tanggung jawab
para anggota dalam mendukung keputusan tersebut. Selain itu, metode
konsensus sangat penting khususnya dalam keputusan yang berhubungan
dengan persoalan-persoalan yang kritis dan kompleks.
Namur demikian, metode pengambilan keputusan yang dilakukan melalui
kesepakatan ini tidak lepas juga dari yang paling menonjol adalah dibutuhkannya
waktu yang relatif lebih banyak dan lebih lama, sehingga metode ini tidak cocok
untuk digunakan dalam keadaan yang mendesak atau darurat.
Keempat metode pengambilan keputusan di alas menurut Adler dan
Rodman, tidak ada yang terbaik dalam arti tidak ada ukuran-ukuran yang
menjelaskan bahwa satu metode lebih unggul dibanding metode pengambilan
keputusan lainnya. Metode yang paling efektif yang dapat digunakan dalam
situasi tertentu, bergantung pada faktor-faktor: 1) jumlah waktu yang ada dan
dapat dimanfaatkan, 2) tingkat pentingnya keputusan yang akan diambil oleh
kelompok, dan 3) kemampuan-kemampuan yang dimiliki oleh pimpinan
kelompok dalam mengelola kegiatan pengambilan keputusan tersebut.
Teori Komunikasi
Page 12
Teori Komunikasi Kelompok
C.
KEPEMIMPINAN DALAM KELOMPOK
Kepemimpinan merupakan salah satu peran yang penting dalam interaksi
kelompok, karena peran ini akan menentukan kuantitas dan kualitas komunikasi
dalam kelompok, hasil dari tujuan kelompok, dan harmoni atau keselarasan
dalam kelompok. Bahasan mengenai kepemimpinan dalam kelompok ini dibagi
dalam dua kajian, yaitu fungsi kepemimpinan dan gaya kepemimpinan dalam
kelompok.
1.
Fungsi Kepemimpinan
Burgoon, Heston dan McCroskey menguraikan adanya delapan fungsi
kepemimpinan, yaitu fungsi inisiasi (initiation), keanggotaan (membership),
perwakilan (representation), organisasi (organization), integrasi (integration),
information management), fungsi
penyaring informasi (gate keeping), dan fungsi imbalan (reward).
manajemen
informasi
internal
(internal
Dalam fungsi inisiasi, seorang pemimpin perlu mengambil prakarsa untuk
menciptakan gagasan-gagasan baru, namun sebaliknya tugas pemimpin juga
memberi
pengarahan
ataupun
menolak
gagasan-gagasan
dari
anggota
kelompoknya yang dinilai tidak layak. Inisiatif dalam arti menciptakan ataupun
menolak ide-ide baru baik yang berasal dari pimpinan itu sendiri ataupun dari
anggota kelompoknya perlu untuk dilaksanakan, sebab pemimpin mempunyai
tanggung jawab yang lebih besar terhadap keberadaan atau eksistensi kelompok
yang dipimpinnya, di samping itu yang lebih penting adalah tanggung jawab
untuk terlaksananya tujuan-tujuan kelompok.
Sedangkan dalam fungsi keanggotaan, salah satu bagian dari perilaku
seorang, pimpinan adalah memastikan bahwa dirinya juga merupakan salah
seorang anggota kelompok. Perilaku tersebut dijalankannya dengan cara
meleburkan atau melibatkan dirinya dalam kelompok serta melakukan aktivitas
yang menekankan kepada interaksi informal dengan anggota kelompok lainnya.
Seorang pemimpin tidak jarang harus melindungi dan mempertahankan
para anggotanya dari "ancaman-ancaman" yang berasal dari luar, inilah makna
dari fungsi perwakilan dalam kepemimpinan kelompok. Tindakan yang dilakukan
untuk mengatasi hal tersebut adalah dengan menjadi wakil atau juru bicara
kelompok di hadapan kelompok lainnya.
Dalam
fungsi
organisasi,
tanggung
jawab
terhadap
hal-hal
yang
bersangkut paut dengan persoalan organisasional seperti struktur organisasi,
kelancaran roda organisasi dan deskripsi kerja ada di tangan seorang pemimpin,
sehingga itu perlu memiliki bekal kemampuan mengelola organisasi yang
tentunya lebih baik dibanding anggota kelompok lainnya.
Teori Komunikasi
Page 13
Teori Komunikasi Kelompok
Sementara dalam fungsi integrasi, seorang pemimpin perlu mempunyai
kemampuan untuk memecahkan ataupun mengelola dengan baik konflik yang
ada dan muncul di kelompoknya. Dengan bekal kemampuan tersebut diharapkan
seorang pemimpin dapat menciptakan suasana yang kondusif untuk tercapainya
penyelesaian konflik yang dapat memberi kepuasan kepada semua anggota
kelompok.
Pimpinan pada saat tertentu harus memberi sarana bagi berlangsungnya
pertukaran informasi di antara para anggotanya dan juga mencari masukanmasukan tentang bagaimana sebaiknya kelompoknya harus merencanakan,
melaksanakan dan mengevaluasi program kerjanya, inilah nilai penting dari
fungsi manajemen informasi internal yang perlu ada dalam kepemimpinan
kelompok.
Dalam fungsi penyaring informasi, seorang pemimpin bertindak sebagai
penyaring sekaligus manajer bagi informasi yang masuk dan keluar dari
kelompok yang dipimpinnya. Fungsi tersebut dilakukan sebagai usaha untuk
mengurangi terjadinya konflik di dalam kelompok ataupun dengan kelompok
lain, karena informasi yang ada dalam kelompok tersebut telah terseleksi.
Terakhir, dalam fungsi imbalan atau ganjaran, pemimpin melakukan fungsi
evaluasi dan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap kegiatan-kegiatan
yang telah dilakukan oleh para anggotanya. Hal ini dilakukan pimpinan melalui
imbalan-imbalan
materi
seperti
peningkatan
gaji,
pemberian
kenaikan
pangkat/jabatan, pujian ataupun penghargaan. Banyak anggota kelompok sangat
sensitif terhadap kekuatan imbalan dari pimpinannya, sehingga pekerjaan
ataupun tugas yang dilakukannya diarahkan untuk memperoleh imbalan tersebut.
2.
Gaya Kepemimpinan dalam Kelompok
Gaya kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai tingkat atau derajat
pengendalian yang digunakan seorang pemimpin dan sikapnya terhadap para
anggota kelompok (the degree of control a leader exercise and his attitudes
toward group members). Gaya kepemimpinan dalam kelompok ini bisa dibagi
dalam lima ciri, yaitu authoritarian, bureaucratic atau supervisory, diplomatic,
democratic dan laissezfaire atau group-centered,
Dalam gaya authoritarian seorang pemimpin adalah seorang pengendali
(controler). Kata-kata yang diucapkannya adalah hukum atau peraturan dan tidak
dapat diubah. Seorang pemimpin dalam gaya authoritarian ini, biasanya
menyandarkan diri pada aturan-aturan, memonopoli tindak komunikasi dan
sering kali meniadakan umpan balik dari anggota lainnya. Kelompok yang
menggunakan gaya kepemimpinan ini, memiliki kemungkinan terorganisasi
dengan baik dan produktif, namun hubungan antarpribadi (interpersonal
Teori Komunikasi
Page 14
Teori Komunikasi Kelompok
relationship)
di antara para anggota kelompok cenderung renggang dan
antagonistik.
Sedangkan dalam gaya kepemimpinan birokratik (bureaucratic), pimpinan
bertindak sebagai pengawas atau supervisor dan mengoordinasikan aktivitas
kelompok. Pedoman dari gaya kepemimpinan ini adalah “organisasi” bukan diri
seorang pemimpin seperti yang ada dalam gaya authoritarian. Seorang pemimpin
birokratik memandang hubungan social sebagai hal yang tidak dikehendaki,
karenanya ia lebih suka menjauhkan dan tidak memperhatikan persoalanpersoalan antarpribadi yang dihadapi para anggotanya. Pemimpin birokratik
cenderung berkomunikasi melalui saluran tertulis secara resmi. Kelompok yang
memakai gaya kepernimpinan ini akan lebih produktif, sebab segala sesuatunya
terorganisasi dengan baik, namun ada kecenderungan dari anggota kelompok
untuk bersikap apatis.
Pemimpin
yang
menggunakan
gaya
diplomatik
adalah
seorang
manipulator, artinya ia melaksanakan kepemimpinannya supaya menjadi pusat
perhatian para anggota kelompoknya. Pemimpin yang diplomatis cenderung
untuk sedikit menggunakan kontrol atau setidaknya lebih halus dalam memakai
kontrol tersebut dan lebih luwes dibanding pemimpin authoritarian. la tidak
terpaku terhadap satu aturan khusus dan karenanya lebih bebas untuk
menggunakan strategi-strategi tertentu guna memanipulasi prang lain. Dengan
demikian pemimpin diplomatik terbuka terhadap adanya saran dan umpan balik
yang demokratis dari anggota kelompoknya.
Dalam
gaya
kepemimpinan
demokratik,
pemirnpin
tidak
banyak
menggunakan kontrol, apabila dibandingkan dengan ketiga gaya kepernimpinan
sebelumnya. Pemimpin demokratik mengharapkan seluruh anggotanya untuk
berbagi tanggung jawab dan mampu mengembangkan potensi kepernimpinan
yang dimilikinya. Pemimpin yang demokratis, memiliki kepedulian terhadap
hubungan antarpribadi maupun hubungan tugas di antara para anggota
kelompok. Meskipun nampaknya kurang terorganisasi dengan baik, namun gaya
ini dapat berjalan dalam suasana yang rileks, dan memiliki kecenderungan untuk
menghasilkan produktivitas dan kreativitas, karena gaya kepemimpinan ini
mampu memaksimalkan kemampuan yang dimiliki para anggotanya.
Gaya laissez faire atau group centered ini tidak berdasar pada aturanaturan.
Seorang
pemimpin
yang
menggunakan
gaya
kepemimpinan
ini
menginginkan seluruh anggota kelompoknya berpartisipasi tanpa memaksakan
atau menuntut kewenangan yang dimilikinya. Tindak komunikasi dari pemimpin
ini cenderung berlaku sebagai seorang penghubung yang menghubungkan
kontribusi atau sumbangan pemikiran dari anggota kelompoknya. Jika tidak ada
yang mengendalikannya, kelompok yang memakai gaya ini akan menjadi tidak
Teori Komunikasi
Page 15
Teori Komunikasi Kelompok
terorganisasi, tidak produktif dan anggotanya akan apatis, sebab mereka merasa
bahwa kelompoknya tidak memiliki maksud atau tujuan yang hendak dicapai.
Walaupun begitu, dalam situasi tertentu khususnya dalam kelompok terapi,
gaya kepemimpinan laissez faire ini adalah yang paling layak dan efektif dari
gaya-gaya kepemimpinan terdahulu.
Teori Komunikasi
Page 16
Teori Komunikasi Kelompok
KEGIATAN BELAJAR 3
Komunikasi Kelompok dalam
Perspektif Teoritis
K
elompok dalam perspektif interaksional dikemukakan Marvin Shaw sebagai
dua orang atau lebih yang berinteraksi satu sama lain dalam suatu cara
tertentu, dimana masing-masing mempengaruhi dan dipengaruhi oleh pihak
lainnya. Suatu kelompok (kecil) adalah kelompok yang terdiri dari dua puluh
orang atau kurang, walaupun dalam beberapa hal kita lebih berkepentingan
dengan kelompok yang terdiri dari lima orang atau kurang.
Batasan yang diuraikan Shaw melibatkan tindak komunikasi sebagai
karakteristik yang esensial dari kelompok. Masih menurut Shaw, kelompok yang
baik adalah kelompok yang dapat bertahan untuk suatu periode waktu yang
relatif panjang, memiliki tujuan, dan memiliki struktur interaksi.
Pengantar singkat ini dimaksudkan untuk memberi gambaran kepada kita,
bahwa kelompok merupakan bagian yang sangat penting dari aktivitas suatu
masyarakat. Dovis Sheperd menjelaskan, bahwa kelompok merupakan suatu
mekanisme mendasar dari sosialisasi dan sumber utama dari tatanan sosial.
orang mendapatkan nilai dan sikap mereka, sebagian besar dari kelompok di
mana mereka berada. Karenanya, kelompok (kecil) memberikan suatu fungsi
perantara yang penting antara individu dengan masyarakat luas.
Dalam kegiatan belajar ini, kita akan mempelajari beberapa perspektif
teoretis dalam komunikasi kelompok. Perspektif tersebut antara lain mencakup
teori perbandingan sosial, teori
kepribadian kelompok,
teori
pencapaian
kelompok dan teori pertukaran sosial serta teori sosiometris. Masing-masing
teori tersebut akan kita coba pahami satu per satu dengan lebih mendalam.
A.
TEORI PERBANDINGAN SOSIAL (SOCIAL COMPARISON THEORY)
Teori
atau pendekatan
perbandingan sosial
mengemukakan bahwa
tindakan komunikasi dalam kelompok berlangsung karena adanya kebutuhankebutuhan
dari
individu
untuk
membandingkan
sikap,
pendapat
dan
kemarnpuannya dengan individu-individu lainnya.
Dalam pandangan teori perbandingan sosial ini, tekanan seseorang untuk
berkomunikasi dengan anggota kelompok lainnya akan mengalami peningkatan,
jika muncul ketidaksetujuan yang berkaitan dengan suatu kejadian atau peristiwa
kalau tingkat pentingnya peristiwa tersebut peningkat dan apabila hubungan
Teori Komunikasi
Page 17
Teori Komunikasi Kelompok
dalam kelompok (group cohesiveness) juga menunjukkan peningkatan. Selain itu,
setelah suatu keputusan kelompok dibuat, para anggota kelompok akan saling
berkomunikasi untuk mendapatkan informasi yang mendukung atau membuat
individu-individu dalam kelompok lebih merasa senang dengan keputusan yang
dibuat tersebut.
Sebagai tambahan catatan, teori perbandingan sosial ini diupayakan untuk
dapat menjelaskan bagaimana tindak komunikasi dari para anggota kelompok
mengalami peningkatan atau penurunan.
B.
TEORI KEPRIBADIAN KELOMPOK (GROUP SYNTALITY THEORY)
Teori
kepribadian
kelompok
merupakan
studi
mengenai
interaksi
kelompok pada basis dimensi kelompok dan dinamika kepribadian. Dimensi
kelompok merujuk pada ciri-ciri populasi atau karakteristik individu seperti
umur, kecendekiawanan (intelligence). Sementara ciri-ciri kepribadian atau suatu
efek yang memungkinkan kelompok bertindak sebagai satu keseluruhan,
merujuk pada peran-peran spesifik, klik dan posisi status. Dinamika kepribadian
diukur oleh apa yang disebut dengan sinergi, yaitu tingkat atau derajat energi
dari setiap individu yang dibawa dalam kelompok untuk digunakan dalam
melaksanakan tujuan-tujuan kelompok. Banyak dari sinergi atau energi kelompok
harus dicurahkan ke arah pemeliharaan keselarasan dan keterpaduan kelompok.
Konsep kunci dari group syntality theory ini adalah sinergi. Sinergi
kelompok adalah jumlah input energi dari anggota kelompok. Meskipun
demikian, tidak semua energi yang dimasukkan ke dalam kelompok akan
langsung mendukung pencapaian tujuannya. Karena tuntutan antarpribadi,
sejurnlah energi harus dihabiskan untuk memelihara hubungan dan kendala
antarpribadi yang muncul.
Selain sinergi kelompok, kita mengenai pula “effective sinergy”
yaitu
energi kelompok yang tersisa setelah dikurangi energi intrinsik atau sinergi
pemeliharaan kelompok. Energi intrinsik dapat menjadi produktif, sejauh energi
tersebut dapat membawa ke arah keterpaduan kelompok, namun energi intrinsik
tidak dapat memberikan kontribusi langsung untuk penyelesaian tugas.
Sinergi suatu kelompok dihasilkan dari sikap anggotanya terhadap
kelompok. Sampai batas di mana para anggota memiliki sikap yang berbeda
terhadap kelompok dan kegiatannya, maka yang muncul kemudian adalah
konflik, sehingga akan meningkatkan proporsi energi yang dibutuhkan untuk
memelihara atau mempertahankan kelangsungan kelompok. Jadi, jika individuindividu semakin memiliki kesamaan sikap, maka akan semakin berkurang pula
kebutuhan akan energi intrinsik, sehingga effective synergy menjadi semakin
besar.
Teori Komunikasi
Page 18
Teori Komunikasi Kelompok
Dalam contoh sederhana, kita akan mencoba melihat teori ini dalam
penerapannya. Dalam suatu kegiatan untuk membentuk kelompok belajar
ditemukan bahwa individu-individu memiliki sikap yang berbeda-beda terhadap
materi pelajaran dan metode belajarnya. Pada situasi tersebut, individu-individu
dihadapkan pada suasana perdebatan untuk mengatasi munculnya perbedaan
sikap tersebut, sehingga banyak waktu dan energi yang dihabiskan untuk
menyelesaikan persoalan antarpribadi antara anggota, kelompok. Inilah yang
disebut dengan energi intrinsik. Kemudian setelah nilai ujian diumumkan dan
para anggota merasa bahwa kelompok belajarnya telah gagal untuk mencapai
tujuan yang diharapkan, maka ada satu atau lebih anggota menarik energinya
keluar dari kelompok untuk mengikuti kelompok lain atau belajar sendiri. Dalam
hal ini, effective synergy dari kelompok tersebut sangat rendah, sehingga tidak
dapat mencapai lebih dari apa yang dapat dilakukan secara individual.
Sebaliknya, jika salah seorang anggota masuk dalam kelompok belajar
yang lain. Kelompok belajar tersebut dengan segera telah mencapai kesepakatan
mengenai bagaimana harus memulai dan segera bekerja. Karena sangat sedikit
bahkan tidak ada kendala antarpribadi yang muncul, maka kelompok belajar
tersebut menjadi padu sehingga effective synergy tinggi dan tentunya setiap
anggota kelompok akan lebih baik dalam melaksanakan ujian, daripada jika
mereka belajar sendiri-sendiri.
C.
TEORI PENCAPAIAN KELOMPOK (GROUP ACHIEVEMENT THEORY)
Teori pencapaian kelompok ini sangat berkaitan dengan produktivitas
kelompok atau upaya-upaya untuk mencapainya melalui pemeriksaan masukan
dari anggota (member inputs), variabel - variabel perantara (mediating variables),
dan keluaran dari kelompok (group output).
Masukan
atau
input
yang
berasal
dari
anggota
kelompok
dapat
diidentifikasikan sebagai perilaku, interaksi dan harapan-harapan (expectations)
yang bersifat individual. Sedangkan variabel-variabel perantara merujuk pada
struktur formal dan struktur peran dari kelompok seperti status dan tujuantujuan kelompok. Dan yang dirnaksud dengan keluaran atau output kelompok
adalah pencapaian atau prestasi dari tugas atau tujuan kelompok.
Produktivitas dari suatu kelompok dapat dijelaskan melalui konsekuensi
perilaku, interaksi dan harapan-harapan melalui struktur kelompok. Dengan kata
lain, perilaku, interaksi dan harapan-harapan (input variables) mengarah pada
struktur formal dan struktur peran (mediating variables) yang sebaliknya variabel
ini
mengarah
pada
produktivitas,
semangat
dan
keterpaduan
(group
achievement).
Teori Komunikasi
Page 19
Teori Komunikasi Kelompok
D.
TEORI PERTUKARAN SOSIAL (SOCIAL EXCHANGE THEORY)
Teori pertukaran sosial ini didasarkan pada pemikiran bahwa seseorang
dapat mencapai satu pengertian mengenai sifat kompleks dari kelompok dengan
mengkaji hubungan di antara dua orang (dyadic relationship). Suatu kelompok
dipertimbangkan untuk menjadi sebuah kumpulan dari hubungan antara dua
partisipan tersebut.
Perumusan tersebut mengasumsikan bahwa interaksi manusia melibatkan
pertukaran barang dan jasa, dan bahwa biaya (cost) dan imbalan (reward)
dipahami dalam situasi yang akan disajikan untuk mendapatkan respons dari
individu-individu selama interaksi sosial. Jika imbalan dirasakan tidak cukup atau
lebih banyak dari biaya, maka interaksi kelompok akan diakhiri, atau individuindividu yang terlibat akan mengubah perilaku mereka untuk melindungi imbalan
apa pun yang mereka cari.
Pendekatan pertukaran sosial ini penting karena berusaha menjelaskan
fenomena kelompok dalam lingkup konsep-konsep ekonomi dan perilaku
mengenai biayanya dan imbalan.
E.
TEORI SOSIOMETRIK (SOCIOMETRIC THEORY)
Sosiometri merupakan sebuah konsepsi psikologis yang mengacu pada
suatu pendekatan metodologis dan teoretis terhadap kelompok. Asumsi yang
dimunculkan adalah bahwa individu-individu dalam kelompok yang merasa
tertarik satu sama lain, akan lebih banyak melakukan tindak komunikasi,
sebaliknya individu-individu yang saling menolak, hanya sedikit atau kurang
melaksanakan tindak komunikasi.
Tataran atraksi atau ketertarikan dan penolakan (repulsion) dapat diukur
melalui alat tes sosiometri, di mana setiap anggota ditanyakan untuk memberi
jenjang angka atau rangking terhadap anggota-anggota lainnya dalam kerangka
ketertarikan antarpribadi (interpersonal attractiveness) dan keefektifan tugas
(task effectiveness). Dengan menganalisis struktur kelompok melalui sosiometri
ini, seseorang dapat menentukan bagaimana kelompok yang padu dan produktif
yang mungkin terjadi.
Teori Komunikasi
Page 20
Teori Komunikasi Kelompok
KEGIATAN BELAJAR 4
Beberapa Perspektif dalam Penelitian
Komunikasi Kelompok
K
ajian ilmiah mengenai pengaruh kelompok pada perilaku manusia dimulai
dalam dekade 30-an, terutama melalui berbagai studi yang, dilakukan oleh
Muzafer Sherif, seorang psikolog sosial. Seorang ahli lain yang melakukan studi
tentang komunikasi kelompok dengan memfokuskan pada “tekanan” kelompok
dan konformitas adalah Solomon Asch, juga seorang psikolog sosial. Sementara
itu, seorang ahli yang namanya layak- diperhitungkan dalam studi mengenai
komunikasi kelompok adalah Kurt Lewin, yang menemukan teori mengenai
dinamika kelompok.
Studi tentang peranan kelompok dalam pembentukan sikap politik dalam
kaitannya dengan pemilihan umum juga telah dilakukan oleh Paul Lzarsfeld,
seorang sosiolog, pada awal tahun 40-an. Bagian berikut akan menguraikan
beberapa tradisi atau perspektif penelitian komunikasi kelompok dengan
menyimak kembali pemikiran awal dan prinsip-prinsip utama yang melandasi
perkembangan studi tentang komunikasi kelompok.
A.
PENELITIAN SHERIF MENGENAI NORMA-NORMA KELOMPOK
Kelompok biasanya memiliki sejumlah aturan atau standar tertentu yang
dapat pula disebut sebagai norma. Studi yang dilakukan Sherif (1936, 1937)
berusaha untuk memahami proses pembentukan norma tersebut. Melalui suatu
studi laboratorium dia memusatkan penelitiannya pada suatu fenomena yang
disebut autokinesis light effect. Eksperimen yang dilakukannya adalah dengan
menempatkan orang dalam ruangan yang gelap gulita, kemudian diperlihatkan
suatu titik cahaya yang redup. orang (dalam kegelapan total) biasanya akan
melihat seolah-olah titik cahaya tersebut bergerak. Cahaya yang seolah-olah
bergerak ini terjadi karena sistem syaraf orang yang mengamatinya harus bekerja
terlalu keras untuk mengimbangi cahaya yang kecil dan redup, dalam kondisi
seperti ini sistem syaraf tersebut mengirim. denyut (impulse) yang sama seperti
ketika mata mengamati objek yang bergerak. Dari sejumlah orang (kelompok)
yang dilibatkan dalam eksperimen ini, kesemuanya melihat seolah-olah cahaya
tersebut bergerak. Namun karena sebenarnya cahaya itu tidak bergerak, maka
tidak seorang pun tahu seberapa jauh cahaya itu bergerak. Fenomena ini
Teori Komunikasi
Page 21
Teori Komunikasi Kelompok
memberikan Sherif suatu pemahaman tenting situasi yang memiliki ambiguitas
yang tinggi, yang selanjutnya diaplikasikan dalam konteks komunikasi kelompok.
Ketika eksperimen tersebut dilakukan kepada sejumlah orang secara
individual, maka hasil yang dideskripsikan oleh tiap orang mengenai seberapa
jauh cahaya tersebut bergerak, adalah sangat bervariasi, yaitu antara 1,5 inci
sampai dengan 20 inci. Ketika eksperimen dilakukan secara berkelompok di
mana masing-masing orang dalam ruangan yang gelap tersebut dapat saling
mendengar komentar dan penilaian orang lainnya, maka perbedaan deskripsi
mengenai
jarak
bergeraknya
cahaya
antara
tiap-tiap
orang,
menjadi
mengecil/menyempit. Pada saat seperti ini terjadi apa yang disebut sebagai
norma kelompok. Yaitu ketika kelompok mengadopsi suatu norma yang tercipta
oleh kondisi kelompok itu sendiri, yang biasanya berkisar antara rata-rata dari
berbagai standar/ukuran dari masing-masing individu secara terpisah.
Ketika eksperimen dilanjutkan kembali, yaitu dengan menempatkan
kembali masing-masing individu secara terpisah ke dalam ruang eksperimen,
maka
orang-orang
tersebut
umumnya
menggunakan
ukuran
yang
telah
diperolehnya dalam situasi kelompok untuk mendeskripsikan jarak pergerakan
cahaya tersebut. Dengan kata lain norma yang dibentuk dalam situasi kelompok
masih melekat pada diri individu anggotanya meskipun dia berada di luar situasi
kelompok.
Eksperimen Sherif menunjukkan bahwa dalam situasi ketidakpastian,
oranc, menjadi tergantung kepada orang lain untuk mendapatkan panduan.
Eksperimen tersebut juga menunjukkan bahwa pengaruh kelompok dapat terus
melekat atau meluas pada saat seseorang yang menjadi anggotanya berada di
luar kelompok, Dari hasil eksperimen Sherif, kita dapat memperkirakan bahwa
kelompok memiliki pengaruh yang kuat pada sikap terhadap berbagai hal yang
tidak pasti/ambiguitas (terutama dalam hat politik, religiusitas, dan moralitas).
Asch (1955,1956) meneliti tekanan kelompok dan kecenderungan yang
terjadi pada anggotanya untuk menyesuaikan diri dengan tekanan kelompok
tersebut atau menghindarinya. Asch merancang suatu eksperimen yang menguji
kemampuan seseorang untuk memperkirakan panjang suatu garis. Masingmasing orang diberi dua buah kartu. Pada kartu yang satu terdapat sebuah garis,
dan pada kartu yang lainnya terdapat tiga buah garis yang berbeda panjangnya
dan diberi nomor 1, 2, dan 3. Orang tersebut diminta untuk menyebutkan salah
satu nomor dari tiga garis yang terdapat pada kartu kedua yang sama panjangnya
dengan garis yang terdapat pada kartu pertama..- Eksperimen ini dilakukan
terhadap 12 orang dengan dua betas set kartu yang berbeda. Eksperimen ini
merupakan suatu pengujian persepsi yang relatif mudah bila dilakukan secara
individual (tanpa adanya tekanan kelompok), Eksperimen ini menjadi menarik
ketika dilakukan dalam situasi kelompok. Dalam suatu kelompok yang terdiri dari
Teori Komunikasi
Page 22
Teori Komunikasi Kelompok
delapan orang, yang tujuh di antaranya adalah orang-orang yang oleh peneliti
sengaja
dimasukkan
ke
dalam
kelompok
tersebut,
diinstruksikan
untuk
memberikan jawaban yang salah setelah beberapa kali sebelurnnya menyebutkan
jawaban yang benar. Dalam situasi seperti ini orang yang dijadikan objek
penelitian harus menghadapi keadaan di mana dia mendengar semua orang
lainnya bersepakat terhadap satu jawaban meskipun perasaannya mengatakan
bahwa jawaban tersebut salah. Hasilnya menunjukkan bahwa 76% jawaban dari
objek eksperimen terpengaruh oleh tekanan kelompok dan sedikitnya sekali
mengikuti jawaban yang salah tersebut.
Asch
melakukan
sejumlah
rnodifikasi
pada
eksperimennya,
dan
memperoleh beberapa temuan baru yang menarik. Dari variasi jumlah anggota
kelompok antara satu sampai dengan 15 yang memberikan jawaban salah,
ditemukan bahwa kelompok yang terdiri dari tiga orang ternyata sama efektifnya
dengan kelompok yang lebih benar dalam menciptakan kesesuaian terhadap
pendapat yang salah. Dalam hal di mana satu orang (selain dari objek
eksperimen) memberikan jawaban yang benar ternyata memiliki pengaruh yang
lain terhadap objek eksperimen. Mendapat satu orang partner yang mendukung
penilaian si objek eksperimen, ternyata sangat berpengaruh terhadap kekuatan
tekanan
kelompok.
Jawaban
yang
salah
dari
objek
eksperimen
karena
menyesuaikan dengan jawaban kelompok, tinggal seperempat dibanding situasi
ketika dia tidak mendapat partner yang mendukung.
Penelitian Asch telah memberikan suatu hasil yang mengejutkan di mana
seseorang akin mengikuti pendapat kelompoknya, walaupun itu berarti harus
bertentangan dengan informasi yang diperoleh melalui penginderaannya sendiri.
Tekanan kelompok juga memiliki pengaruh yang kuat dalam pengambilan
keputusan, di biding politik dan pemerintahan. Psikolog yang bernama Beltram H.
Raven (1974) menjelaskan bagaimana suatu tekanan kelompok tertentu yang
disebut “risky-shift” telah mernbawa bekas presiders AS, Richard Nixon dan
beberapa pembantunya ke dalam skandal Watergate. “Risky-shift” mengacu
kepada kecenderungan kelompok untuk berani mengambil risiko yang lebih
besar dibandingkan apa yang berani dilakukan oleh masing-masing anggotanya
secara individual. Ini dapat terjadi dalam suatu kelompok seperti 'inner circle'-nya
Nixon yang memiliki norma-norma keuletan dan kepaduan. Raven mencontohkan
suatu pertemuan di mana salah seorang anggota dari 'inner circle' Nixon
mengemukakan suatu rencana untuk menggunakan penculikan, pemerasan, dan
perampokan untuk mengalahkan partai Demokrat yang menjadi saingannya
dalam Pemilu. Meskipun setiap anggota kelompok yang menghadiri pertemuan
tersebut tampak terkejut dengan rencana yang dikemukakan, namun tak seorang
pun yang memberikan kecaman atau bersuara keras terhadap rencana tadi selain
Teori Komunikasi
Page 23
Teori Komunikasi Kelompok
hanya menunjukkan bahwa tindakan-tindakan yang direncanakan tersebut bukan
seperti yang mereka pikirkan.
Hasil eksperimen Sherif dan Asch telah menunjukkan bahwa pengaruh
kelompok memiliki efek yang kuat, sekalipun dalam kelompok yang longgar yaitu
orang-orang yang belum pernah ketemu sebelum dilakukannya eksperimen.
Tampaknya kekuatan kelompok akin menjadi lebih besar pada kelompok primer,
seperti keluarga atau kelompok kerja.
B.
PENELITIAN KURT LEWIN MENGENAI KEPUTUSAN KELOMPOK
Kurt Lewin telah memberikan sejumlah kontribusi penting dalam studi
komunikasi, termasuk di antaranya adalah konsepsi tentang 'gate keeper'. dan
dinamika kelompok. Pada saat berlangsung Perang Dunia II, Lewin diminta untuk
berpartisipasi dalam suatu program yang dirancang dengan menggunakan
kornunikasi untuk membuat orang mengubah beberapa kebiasaan makan
mereka.
Dalam suatu kelompok eksperimen, Lewin dan rekan-rekannya berusaha
untuk membuat para ibu rumah tangga dalam suasana perang yang kurang
menguntungkan, untuk meningkatkan pemanfaatan daging “jeroan” (hati sapi,
babat, ginjal dan sebagainya yang pada dasarnya merupakan pilihan yang kurang
disukai) sebagai bahan konsumsi sehari-hari. Lewin merancang dua bentuk
eksperimen, yaitu ceramah dan suatu kondisi keputusan kelompok. Sistem
ceramah menggunakan presentasi oral yang menjelaskan tentang gizi, nilai
ekonomis dan cara-cara mempersiapkan dan memasak jenis daging yang kurang
populer tersebut. Selain itu kepada para ibu yang mengikuti sistem ceramah
dibagikan resep masakan untuk jenis daging jeroan. Dalam eksperimen yang
menggunakan situasi kelompok, diberikan sejumlah informasi awal yang
dilanjutkan dengan diskusi yang dihadapi oleh para ibu rumah tangga seperti
mereka dalam menyajikan jenis daging tersebut. Teknik dan resep memasak juga
dibagikan kepada anggota kelompok, namun setelah mereka dirasakan cukup
terlibat untuk memiliki rasa ingin tabu apakah persoalan-persoalan yang mereka
hadapi dapat dipecahkan.
Pada akhir pertemuan ditanyakan kepada para ibu siapakah yang mau
mencoba memasaknya minggu depan. Hasilnya adalah, hanya 3% dari para ibu
yang mengikuti ceramah yang mau mencoba memasak daging yang belum
pernah mereka konsumsi sebelumnya, sementara 32% dari para ibu dalam
kondisi keputusan kelompok yang berminat untuk mencoba memasaknya dalam
seminggu mendatang.
Terdapat sejumlah faktor yang berperan dalam eksperimen ini, termasuk
diskusi kelompok, solidaritas sosial, keputusan untuk bertindak, dan persepsi
Teori Komunikasi
Page 24
Teori Komunikasi Kelompok
mengenai konsensus kelompok. Suatu eksperimen berikutnya yang dilakukan
oleh Edith Bennett Pelz menunjukkan bahwa dua faktor yang pertama tidak
terlalu memiliki dampak dan dua faktor yang terakhir cukup berarti untuk
menjadi penyebab yang berpengaruh, seperti yang ditemukan dalam eksperimen
Lewin.
C.
PENELITIAN MENGENAI KELOMPOK DAN SIKAP POLITIK
Dalam dekade 40-an, sejumlah peneliti mulai melakukan penelitian secara
sistematis mengenai bagaimana orang memutuskan untuk memilih salah seorang
calon dalam pemilihan umum. Dua studi penting tentang hal ini dilakukan
masing-masing oleh Paul Lazarsfeld dan rekan-rekannya pada tahun 1940 di Erie
County, Pennsylvania, antara dua kandidat yaitu Rosevelt dan Willkie dan lainnya
dilakukan oleh Bernard Berelson dan rekan-rekannya pada tahun 1948 di Elmira,
New york, antara kandidat Truman dan Dewey.
Kedua studi berangkat dari asumsi bahwa media massa memainkan peran
penting dalam mempengaruhi keputusan untuk memilih. Namun, kedua studi
tersebut menghasilkan temuan yang mengejutkan di mana ternyata media massa
tidak terlalu berperan dibandingkan dengan pengaruh antarpribadi, atau
pengaruh dari orang lain. Kedua studi ini juga dianggap sebagai tonggak bagi
penemuan kembali faktor pengaruh personal, suatu faktor yang dipandang
sebelah mata oleh para peneliti komunikasi pada waktu itu yang sedang
terpengaruh oleh pemikiran tentang kekuatan media massa (masa kejayaan teori
jarum arum hipodermik dan teori pelum).
Studi yang dilakukan oleh Lazarsfeld dan Berelson menunjukkan suatu
kecenderungan yang kuat bahwa orang memilih kandidat yang sama seperti yang
dipilih oleh kelompok primernya. Dan keluarga merupakan kelompok primer yang
terpenting. Kuatnya pengaruh keluarga ditandai oleh temuan bahwa 75% dari
orang yang baru pertama kali memiliki hak suara dalam pemilu, memilih kandidat
yang sama dengan yang dipilih ayahnya. Orang juga cenderung memiliki pilihan
yang sama dengan teman dekatnya atau rekan sekerjanya.
Berelson menyebut kuatnya konsistensi ini sebagai 'homogenitas politik
dari kelompok primer', dan hasil dari kedua studi tersebut sangat sesuai dengan
asumsi Asch mengenai tekanan kelompok di mana suatu kesepakatan penuh dari
kelompok yang beranggotakan 3 orang telah cukup untuk mempengaruhi
penilaian seorang anggota lainnya.
Homogenitas pendapat dalam bidang politik dapat dijelaskan melalui dua
proses yang berbeda. Pertama, adalah bahwa kelompok menimbulkan tekanan
dan mempengaruhi penilaian individu, seperti yang ditemukan pada studi yang
dilakukan Asch. Penjelasan lainnya adalah bahwa mungkin orang akan mencari
Teori Komunikasi
Page 25
Teori Komunikasi Kelompok
teman yang memiliki sikap dan aspirasi politik yang sesuai dengan dirinya.
Keduanya mungkin benar sampai tingkat tertentu. Tetapi penjelasan kedua
dirasakan kurang cukup untuk menjadi faktor pengaruh yang berdiri sendiri.
Orang memiliki banyak pilihan untuk menentukan temannya, namun mereka
memiliki lebih sedikit pilihan dalam memilih rekan kerjanya. Dan yang lebih pasti
adalah bahwa orang tidak memiliki pilihan untuk menentukan siapa keluarganya.
Orang juga termasuk ke dalam kelompok tertentu yang lebih besar yang
ditentukan oleh sejumlah karakternya, seperti jenis kelamin, umur, ras,
pekerjaan, religiusitas, dan sebagainya. Orang dalam kelompok luas seperti ini
juga cenderung untuk memiliki kesamaan dalam memilih kandidat. Hanya
dengan mengetahui dua faktor yaitu agama dan status sosial ekonomi, telah
memungkinkan kita untuk memprediksikan pilihan seseorang dengan tingkat
akurasi yang tinggi. Dengan menggunakan lima atau enam faktor akan membuat
pilihan soseorang lebih mudah diprediksi.
Teori Komunikasi
Page 26
Download