Bab I

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Seiring dengan perkembangan globalisasi dimana batasan antar negara seakan
memudar karena terjadinya berbagai perkembangan di segala aspek kehidupan,
khususnya di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Adanya hal tersebut, maka
manusia dapat pergi dan berpindah ke berbagai negara dengan lebih mudah serta
mendapatkan berbagai informasi yang ada dan yang terjadi di dunia, salah satunya
di Indonesia.
Indonesia sebagai salah satu negara berkembang di kawasan Asia Tenggara,
memiliki daya tarik tinggi, mengingat luas wilayah, limpahan sumber daya alam,
dan budaya yang sangat beragam sehingga menarik banyak warga asing dari
seluruh penjuru dunia untuk menanamkan modal, bekerja, dan bahkan menuntut
ilmu di Indonesia. Sehingga Indonesia menjadi negara yang menjanjikan baik
warga negara Indonesia maupun bagi warga negara asing.
Adanya hasil kesepakatan dari KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) ASEAN
tentang ketenagakerjaan asing yang bisa bekerja di Indonesia secara bebas pada
tahun
2015
(http://www.indonesia-2014.com/read/2013/03/14/pr-ekonomi-
presiden-ri-2014-2019#.UouG0dLwlWA diakses pada 25/11/2013 (12.00)),
bahwa dalam rangka mempromosikan Indonesia beserta budayanya terhadap
warga negara lain, pemerintah Indonesia secara besar-besaran memberikan
1
beasiswa bagi warga negara asing yang negaranya memiliki hubungan kerjasama
dengan Indonesia untuk mempelajari bahasa dan budaya Indonesia melalui
“Dharmasiswa” yang diselenggarakan setiap tahun. Penerima beasiswa tersebut
akan tinggal dan belajar di sejumlah universitas ternama di Indonesia.
Yogyakarta sebagai salah satu kota besar di Indonesia dikenal sebagai kota
pelajar, miniatur Indonesia, kota budaya hingga kota pariwisata. Yogyakarta
bahkan menjadi obyek pariwisata terkenal di Indonesia kedua setelah pulau Bali.
Dengan predikat yang disandangnya ini, membawa implikasi yang sangat berarti
bagi perkembangan kota Yogyakarta. Banyaknya tenaga kerja dan pendatang
baru, baik mahasiswa maupun ekspatriat yang bekerja di perusahaan asing yang
membuka cabang di Yogyakarta menciptakan multikultur di Yogyakarta, itulah
sebabnya Yogyakarta sering disebut sebagai “city of tolerance” karena kota
Yogyakarta adalah kota yang mampu mengakomodasi multikulturalisme.
Menurut
harian
Pikiran
Rakyat
(http://www.pikiran-
rakyat.com/node/253855diakses pada 03/03/2014 (10.00)) jumlah mahasiswa
asing di Indonesia dalam dua tahun mengalami peningkatan signifikan sebesar 20
persen. Dari jumlah sekitar 8.000 mahasiswa asing pada 2011 meningkat menjadi
sebanyak 10.000 mahasiswa asing pada tahun 2013.
Sedangkan
di
Yogyakarta
sendiri
menurut
Harian
Jogja
(http://www.harianjogja.com/baca/2013/09/14/mahasiswa-asing-semakinberminat-kuliah-di-jogja-447248diakses pada 03/03/2014 (11.00)) juga terjadi
peningkatan jumlah mahasiswa asing yang mencari program beasiswa untuk
melanjutkan kuliah di Yogyakarta. Pada 2012, jumlah pendaftar program
2
pendidikan selama setahun belajar mengenai kebudayaan Indonesia di Yogyakarta
hanya dapat menarik sekitar 1.200 pendaftar. Sementara tahun 2013
jumlah
meningkat menjadi 2.000 pendaftar. Menurut Kepala Biro Perencanaan dan
Kerjasama Luar Negeri (BPKLN) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
Ananto Kusuma Sera, Ph.D, tingginya minat mahasiswa asing menempuh
pendidikan di Indonesia karena kekayaan budaya Indonesia yang beraneka ragam
mulai dari bahasa, kuliner dan antropologi. Selain itu juga dalam biodiversitas di
bidang pertanian, kehutanan dan kelautan. Begitu juga dengan diversitas geologi.
Hubungan persahabatan merupakan salah satu komunikasi antarpribadi.
Komunikasi antarpribadi bersifat transaksional dan saling mempengaruhi. Dalam
persahabatan, seseorang atau beberapa orang dapat mencurahkan hati dan
pikirannya, berbagi pengalaman, mendapatkan rasa kebersamaan, dan saling
tolong menolong. Setiap orang minimal memiliki satu orang sahabat dalam
kehidupannya, baik itu sesama jenis ataupun lawan jenis, tergantung dari seberapa
nyambung dan nyamannya kedua belah pihak.
Persahabatan tidak sama dengan pertemanan. Kurth (1970 : 137)
membedakan antara persahabatan dan pertemanan. Pertemanan adalah hasil dari
suatu hubungan peran antara satu orang ke orang lain yang bertujuan untuk
memperluas koneksi pergaulan dan tahap selanjutnya mencari kenyamanan yang
merupakan awal ke jenjang persahabatan. Persahabatan itu sendiri adalah
hubungan yang mendalam dimana bisa saling bertukar pikiran dan memahami
satu sama lain yang melibatkan dua orang sebagai individu.
3
Pada umumnya suatu persahabatan itu akan dimulai dengan perkenalan.
Dalam tahap perkenalan terjadi proses bertukar informasi dan tingkat keterbukaan
diri pada masa ini sangat terbatas. Lalu, tahap selanjutnya adalah tahap
pertemanan. Pada tahap ini kedua pihak, komunikator dan komunikan harus
memiliki posisi yang sama agar pertemanan tersebut berjalan lancar. Setelahnya
akan terjalin keakraban karena merasa cocok satu sama lain.Persahabatan sangat
ditunjang
dengan
komunikasi.
Komunikasi
dibutuhkan
dalam
interaksi
antarpribadi mulai dari tahap perkenalan awal hingga persahabatan tersebut
terjalin
(http://komunikazone.com/2013/04/pentingnya-komunikasi-dalam
persahabatan/ diakses pada 26/11/2013 (15.00)).
Dalam setiap persahabatan, tidak akan terlepas dari konflik. Konflik yang
terjadi pada setiap persahabatan merupakan bumbu-bumbu dari persahabatan itu
sendiri. Keadaan Yogyakarta yang majemuk di mana bukan hanya orang-orang
Indonesia saja yang tinggal dan hidup, namun juga orang-orang asing dari
berbagai negara sehingga persahabatan lintas budaya dan negara dapat terwujud.
Namun, konflik biasanya tidak akan dapat terhindarkan antara orang Indonesia
dan orang asing tersebut karena perbedaan budaya dan cara berpikir yang mereka
miliki. Beberapa kasus yang terkait dengan persahabatan yang bisa berakibat
positif atau negatif, antara lain sebagai berikut.
a.
Akibat Negatif:
Ada sebuah contoh kasus dimana “Seorang Australia dan seorang Indonesia
yang berteman sedang bertengkar. Orang Australia berteriak-teriak, cemberut dan
4
mengacungkan lengannya di udara. Orang Indonesia tersenyum dan berbicara
lembut namun semakin tersenyum orang Indonesia. Orang Australia tersebut
semakin marah dan ribut karena orang Indonesia tersebut semakin diam” (Dedy
Mulyana, 2009 : 185). Dari kasus konflik diatas dapat dilihat ketika seorang
Australia dan seorang Indonesia bertengkar, masing-masing bereaksi terhadap
situasi stress yang sama dengan cara berbeda.
Seorang perempuan Indonesia bernama Merri Utami (Mut) dipidana mati
karena dijebak menyeludupkan narkotika oleh sahabat yang juga sekaligus
kekasihnya yaitu warga negara Nepal. Awalnya Mut diajak jalan-jalan ke Nepal
oleh kekasihnya, namun kekasihnya kembali ke Indonesia lebih dulu karena ada
urusan bisnis dan ketika Mut akan kembali ke Indonesia, teman dari kekasihnya
menitipkan tas kepada Mut dengan alasan tas Mut sudah jelek. Mut memang
sempat menanyakan mengapa tas baru itu berat. Namun, akhirnya ia diam saja
ketika dijawab tas baru itu terbuat dari kulit. Ketika sampai di bandara SoekarnoHatta, Mut langsung diciduk petugas Kantor Pelayanan Bea Cukai (KPBC) karena
dalam tasnya terdapat 1.1 kilogram heroin.Lemaslah Mut karena ia tertipu dan
telah diperalat untuk membawa heroin. Ia tidak menikmati apa-apa, tapi malah
divonis
hukuman
mati
oleh
PN
Tangerang
pada
20
Mei
2002
(http://news.liputan6.com/read/35230/jerat-asmara-pengedar-narkobananmematikan/diakses pada 26/11/2013 (17.00)).
5
b.
Akibat Positif:
Kasus yang bersifat positif yakni seseorang baik itu dari Indonesia maupun
negara lain akhirnya mengetahui kebiasaan dan kebudayaan baru dari negara lain.
Sebagai contoh kebiasaan orang Australia yaitu mengedip-ngedipkan mata pada
wanita berarti tidak sopan. Ibu jari yang diacungkan dengan tangan terkepal
merupakan isyarat kasar. Dalam pertemuan yang didalamnya terdapat banyak
warga negara Australia sebaiknya berdirilah tegak dan posisikan tangan secara
sederhana. Kemudian kebiasaan orang Korea, orang asal negara Korea selalu
memperhatikan postur yang layak ketika duduk atau berdiri, mereka juga
menggunakan kedua tangan ketika memberikan sesuatu kepada orang lain serta
selalu melepaskan kacamata gelap ketika berbicara dengan orang lain. Sedangkan
kebiasaan orang Belanda yang perlu diperhatikan yaitu jangan bersilang tangan
didepan mereka karena hal tersebut merupakan tanda keangkuhan. Ketika berada
dalam pertemuan bersama orang berkewarganegaraan Belanda berdirilah tegak
ketika berbicara, hindari lelucon berlebihan serta perhatikan mata lawan bicara
pada saat berbicara (Deddy Mulyana, 2009:257).
Berdasarkan kasus-kasus negatif dari sebuah persahabatan dapat dilihat
bahwa persahabatan tidak akan terlepas dari konflik. Konflik tidak dapat
dihindarkan dari persahabatan. Konflik ini akan muncul apabila pola komunikasi
mereka berubah. Namun persahabatan itu juga membawa hal positif karena
dengan itu kita akan mengetahui kebiasaan dan kebudayaan baru dari negara
lainnya. Oleh karena itu, keterbukaan diri menjadi penting agar konflik dapat
6
teratasi dengan baik, sehingga mampu membawa dampak positif dalam
kehidupan.
Di Yogyakarta, semakin bertambahnya mahasiswa asing maupun warga
negara asing yang datang, baik berwisata maupun kuliah dan bekerja sehingga
menciptakan banyak interaksi antara sesama mahasiswa Indonesia dan juga warga
negara Indonesia dengan warga negara asing di Yogyakarta. Menurut data yang
dimiliki
ACICIS
(Australian
Consortium
for
In-Country
Indonesian
Studies)terjadi peningkatan mahasiswa asing yang mengikuti program ACICIS,
yang pada tahun 2012 tercatat ada 37 mahasiswa yang berasal dari berbagai
negara, kemudian pada tahun 2013 meningkat menjadi 50 mahasiswa asing.
Selain itu di ACICIS juga menyediakan pendamping untuk mahasiswa asing yang
mengikuti program, dan pendampingan mahasiswa asing oleh mahasiswa
Indonesia tersebut juga merupakan salah satu sebab terjadinya interaksi. Interaksi
tersebut selain terjadi karena lingkungan antara warga negara asing dan warga
negara Indonesia yang sama, selain itu rasa ketertarikan dari warga negara asing
dan Indonesia pada budaya masing-masing membuat hubungan pertemanan
menjadi hal yang paling banyak ditemui. Hubungan pertemanan menjadi semakin
dekat dan berubah menjadi persahabatan ketika keduanya sama-sama semakin
terbuka karena interaksinya tidak hanya masalah-masalah sederhana, seperti
ketertarikan akan budaya masing-masing, namun juga berbicara tentang berbagi
hal-hal yang bersifat pribadi.
Sebuah pertemanan beralih menjadi persahabatan ketika adanya keterbukaan
diri (Gamble&Gamble, 2006 : 179). Keterbukaan diri selalu dibutuhkan setiap
7
individu karena setiap individu membutuhkan pihak lain yang dapat
memperlakukannya dengan baik. Dalam prosesnya, keterbukaan diri ini bersifat
timbal balik. Artinya keterbukaan seseorang akan diimbangi juga oleh
keterbukaan lawan komunikasinya atau sebaliknya. Hal seperti ini berlangsung
terutama pada awal relasi diantara dua manusia. Berdasarkan pandangan ini maka
keterbukaan diri tidak akan terjadi apabila salah satu pihak yang terlibat dalam
komunikasi menunjukkan ketertutupan dirinya. Dengan demikian, apabila kita
ingin melangsungkan komunikasi antarpribadi yang mengembangkan relasi
pribadi yang baik maka diperlukan keterbukaan diri dari kedua belah pihak
(Griffin, 2003 : 212).
Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik untuk meneliti tentang sejauh mana
keterbukaan yang mampu ditunjukkan oleh warga negara Indonesia maupun
warga negara asing yang memiliki hubungan persahabatan. Karena hubungan
persahabatan tersebut melibatkan dua orang yang memiliki latar belakang
kebudayaan serta kebiasaan yang berbeda. Di wilayah Yogyakarta, penulis
mengetahui bahwa terdapat banyak hubungan persahabatan yang dijalin oleh
orang asing dengan orang Indonesia, dan sejauh mana keterbukaan yang mampu
mereka tunjukkan belum pernah diteliti sebelumnya. Maka dari itu, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian ini.
8
B. Rumusan Masalah
Berangkat dari latar belakang masalah diatas, maka rumusan masalah
penelitian dapat dinyatakan sebagai berikut : “Bagaimana keterbukaan dalam
hubungan persahabatan antara warga negara Asing dan warga negara Indonesia di
Yogyakarta?”
C. Tujuan Penelitian
Dengan melihat rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini
adalah : “Mendeskripsikan keterbukaan dalam hubungan persahabatan antara
warga negara Asing dan warga negara Indonesia di Yogyakarta”.
D. Manfaat Akademis
Ada dua sisi manfaat yang akan dicapai melalui penelitian ini, meliputi :
1. Manfaat Akademis
Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan tambahan
wawasan, referensi tentang keterbukaan dan memberi kontribusi pada
kajian-kajian komunikasi, khususnya komunikasi antar pribadi.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi peneliti lain
Dapat menjadi gambaran bagi peneliti berikutnya untuk melakukan
penelitian serupa dengan mengkaji lebih dalam dan lebih kritis lagi.
b. Bagi masyarakat khususnya warga negara Asing dan warga negara
Indonesia
9
Penelitian ini dapat menjadi pedoman komunikasi yang tepat agar
terjadi komunikasi yang efektif antara warga negara asing dan warga
negara Indonesia, sehingga mereka dapat mengelola hubungan yang
lebih baik.
E. Kajian Teori
1.
Komunikasi Antar Pribadi
Komunikasi memainkan peranan penting dalam kehidupan manusia.
Hampir setiap saat kita bertindak dan belajar melalui komunikasi. Sebagian
besar kegiatan komunikasi yang dilakukan adalah komunikasi antar pribadi.
Komunikasi antar pribadi mempunyai banyak manfaat. Melalui komunikasi
antar pribadi kita dapat mengenal diri kita sendiri dan orang lain, kita dapat
mengetahui dunia luar, bisa menjalin hubungan yang lebih bermakna, bisa
memperoleh hiburan, dan menghibur orang lain (Fajar, 2009 : 77).
Komunikasi antar pribadi (interpersonal) adalah komunikasi antara
orang-orang secara
tatap mukayang memungkinkan setiap pesertanya
menangkap reaksi orang lain secara langsung, baik secara verbal maupun
nonverbal
(http://kawanlaba.wordpress.com/2008/04/15/41/diakses
pada
27/12/2012 (10.00)).
Komunikasi antar pribadi dapat terjadi dalam konteks satu komunikator
dengan satu komunikan (komunikasi diadik : dua orang ) atau satu
komunikator dengan dua komunikan (komunikasi
triadik : tiga orang).
Lebih tiga orang biasanya disebut sebagai komunikasi kelompok.
10
Komunikasi antar pribadi dapat berlangsung secara tatap muka atau
menggunakan media antar pribadi (non media massa), seperti
telepon.
Dalam tataran antar pribadi, komunikasi berlangsung secara sirkuler, peran
komunikator dan komunikan terus dipertukarkan, karenanya dikatakan
bahwa kedudukan komunikatordan komunikan relatif setara. Efek dari
komunikasi antar pribadi paling kuat diantara tataran komunikasi lainnya.
Dalam komunikasi antar pribadi, komunikator dapat mempengaruhi
langsung tingkah laku dari komunikannya, karena dapat memanfaatkan
pesan verbal dan nonverbal serta segera merubah atau menyesuaikan
pesannya apabila terdapat umpan balik yang negatif (Vardiansyah, 2004 :
30-31).
Devito (1997 : 231) mendefinisikan komunikasi antar pribadi dalam tiga
rancangan utama yaitu:
1. Berdasarkan Komponen (Componential)
Maksudnya kita mengidentifikasi komponen-komponen atau elemenelemen dalam tindakan komunikasi antar pribadi.
2. Berdasarkan Hubungan atau Diadik (Relational)
Maksudnya komunikasi berlangsung diantara dua orang yang
mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.
3. Berdasarkan Pengembangan (Developmental)
Maksudnya suatu perkembangan atau kemajuan dari komunikasi
pribadi pada satu ekstrim ke komunikasi pribadi ekstrim yang lain.
11
Secara umum Devito menyimpulkan komunikasi antar pribadi tersebut
merupakan pengiriman pesan dari seseorang dan diterima oleh orang lain
dengan efek dan umpan balik yang langsung dan dapat dilihat bahwa yang
menjadi komunikator dalam penyampaian pesan hanya satu orang.
Sedangkan yang bertindak sebagai komunikan, tidak terbatas. Karena
definisi “orang lain” disini bisa diartikan lebih dari satu orang
(http://communicareinstitute.blogspot.com/2009/01/apakah-komunikasiantarpribadi-itu.htmldiakses pada 26/11/2013 (17.00)).
Tujuan-tujuan komunikasi antar pribadi dapat dilihat dari dua perspektif
(Fajar, 2009 : 80), yaitu:
a. Tujuan-tujuan yang dilihat sebagai faktor motivasi atau sebagai
alasan mengapa kita terlibat dalam komunikasi antar pribadi.
Dengan demikian, komunikasi antar pribadi biasa mengubah sikap
dan perilaku seseorang.
b. Tujuan-tujuan yang dipandang sebagai hasil efek umum dari
komunikasi antarpribadi. Dengan demikian, sebagai suatu hasil dari
komunikasi antar pribadi adalah kita dapat mengenal diri kita
sendiri, membuat hubungan lebih baik, bermakna, dan memperoleh
pengetahuan tentang dunia luar.
12
Efektivitas Komunikasi Antarpribadi Menurut Devito (Devito,1997 : 259–264)
mengandung lima ciri yaitu:
1. Keterbukaan (Opennes)
Kualitas keterbukaan mengacu pada sedikitnya tiga aspek dalam
komunikasi antarpribadi, yakni:
Pertama, komunikator antar pribadi yang efektif harus terbuka
kepada orang yang diajak berinteraksi. Hal ini bukan berarti orang
yang diajak berinteraksi harus dengan segera membuka semua
riwayat hidupnya, harus ada kesediaan untuk membuka diri, dan
mengungkapkan informasi yang biasanya disembunyikan.
Kedua, mengacu kepada kesediaan komunikator untuk bereaksi
secara jujur terhadap stimulus yang datang. Orang yang diam, tidak
kritis, dan tidak tanggap pada umumnya merupakan peserta
percakapan yang menjemukan. Kita ingin orang bereaksi secara
terbuka terhadap apa yang kita ucapkan. Kita memperlihatkan
keterbukaan dengan cara bereaksi secara spontan terhadap orang
lain.
Ketiga, menyangkut “kepemilikan” perasaan dan pikiran.
Terbuka dalam pengertian ini adalah mengakui bahwa perasaan dan
pikiran yang anda lontarkan adalah memang milik anda dan anda
bertanggung jawab atasnya. Cara terbaik untuk menyatakan
tanggung jawab ini adalah dengan pesan yang menggunakan kata
“saya” (kata ganti orang pertama tunggal).
13
2. Sikap Positif (Positiveness)
Kita mengkomunikasikan sikap positif dalam komunikasi antar
pribadi dengan sedikitnya dua cara: (1) menyatakan sikap positif
dan (2) secara positif mendorong orang yang menjadi teman kita
berinteraksi. Sikap positif mengacu pada sedikitnya dua aspek dari
komunikasi antar pribadi.
Pertama, komunikasi antar pribadi terbina jika seseorang
memiliki sikap positif terhadap diri mereka sendiri.
Kedua, perasaan positif untuk situasi komunikasi pada
umumnya sangat penting untuk interaksi yang efektif. Tidak ada
yang lebih menyenangkan dari pada berkomunikasi dengan orang
yang tidak
menikmati interaksi atau tidak bereaksi secara
menyenangkan terhadap situasi atau suasana interaksi.
3. Kesamaan (Equality)
Dalam setiap situasi, sering terjadiketidaksetaraan. Salah seorang
mungkin lebih pandai, lebih kaya, lebih tampan atau cantik,dan
lebih atletis daripada yang lain. Tidak pernah ada dua orang yang
benar-benar setara dalam segala hal. Terlepas dari ketidaksetaraan
ini, komunikasi antar pribadi akan lebih efektif bila suasananya
setara. Artinya, harus ada pengakuan secara diam-diam bahwa
kedua pihak sama-sama bernilai dan berharga, serta masing-masing
pihak mempunyai sesuatu yang penting untuk disumbangkan.
Dalam suatu hubungan antar pribadi yang ditandai oleh kesetaraan,
14
ketidak-sependapatan, dan konflik lebih dillihat sebagai upaya
untuk memahami perbedaan yang pasti ada dari pada sebagai
kesempatan untuk menjatuhkan pihak lain. Kesetaraan tidak
mengharuskan kita menerima dan menyetujui begitu saja semua
perilaku verbal dan nonverbal pihak lain. Kesetaraan berarti kita
menerima pihak lain, atau menurut istilah Carlrogers, kesetaraan
meminta kita untuk memberikan penghargaan positif yang tak
bersyarat kepada orang lain.
4. Empati (Empathy)
Henry Backrack, seperti dikutip Devito mendefinisikan empati
sebagai kemampuan seseorang untuk mengetahui apa yang sedang
dialami orang lain pada suatu saat tertentu, melalui sudut pandang
dan kacamata orang tersebut. Bersimpati, di pihak lain adalah
merasakan bagi orang lain atau merasa ikut bersedih. Sedangkan
berempati adalah kemampuan seseorang untuk menempatkan
dirinya pada posisi atau peranan orang lain. Dalam arti bahwa
seseorang secara emosional maupun intelektual mampu memahami
apa yang dirasakan dan dialami orang lain. Orang yang empatik
mampu memahami motivasi dan pengalaman orang lain
baik
perasaan dan sikap mereka serta harapan dan keinginan mereka
untuk masa mendatang.
15
5. Dukungan (Supportiveness)
Komunikasi antar pribadi akan efektif bila dalam diri seseorang ada
perilaku suportif. Maksudnya satu dengan yang lainnya saling
memberikan dukungan terhadap pesan yang disampaikanJack R
Gibb (Fajar, 2009 : 84), menyebutkan tiga perilaku yang
menimbulkan sikap suportif, yakni:
a. Deskriptif, suasana yang deskriptif akan menimbulkan sikap
suportif dibanding dengan suasana yang evaluatif.
b. Spontanitas, orang yang spontan dalam berkomunikasi adalah
orang yang terbuka dan terus terang tentang apa yang
dipikirkannya.
c. Provisionalisme, seseorang yang memiliki sifat ini
adalah
orang yang memiliki sikap berfikir terbuka, ada kemauan untuk
mendengar pandangan yang berbeda dan bersedia menerima
pendapat orang lain bila memang pendapatnya keliru.
2.
Keterbukaan (Self-Disclosure)
Keterbukaan merupakan hal penting dalam berkomunikasi. Sikap terbuka
amat besar pengaruhnya dalam menumbuhkan komunikasi yang efektif
(Rakhmat, 2005: 136). Lawan dari sikap terbuka adalah sikap tertutup.
Menurut Devito (1997: 256-259) kualitas keterbukaan mengacu pada tiga hal
yakni : Komunikator antarpribadi yang efektif harus terbuka kepada orang
16
yang diajak, kesetiaan komunikator untuk bereaksi secara jujur terhadap
stimulus yang datang, dan menyangkut kepemilikan pikiran dan peranan.
Keterbukaan dalam hal ini adalah mengakui bahwa perasaan dan pikiran yang
dilontarkan adalah milik kita dan kita bertanggung jawab.
Keterbukaan diri terjadi lebih lancar dalam situasi-situasi tertentu
ketimbang situasi yang lain. Pada warga negara asing dan warga negara
Indonesia yang saling bersahabat sangat dibutuhkan keterbukaan diri agar tidak
terjadi kesalahpahaman apalagi baik warga negara asing maupun bagi warga
negara Indonesia yang memiliki kebudayaan yang berbeda. Menurut Devito
(1997 : 62-63) faktor-faktor yang mempengaruhi keterbukaan diri adalah :
1. Besaran Kelompok
Keterbukaan diri lebih banyak terjadi dalam kelompok kecil daripada
kelompok besar. Kelompok yang terdiri dari dua orang merupakan
lingkungan yang paling cocok untuk membuka diri
2. Perasaan Menyukai
Menurut Wheeles, kita bisa membuka diri lebih banyak kepada orang yang
kita percayai. Menurut Derlega, kita membuka diri kepada orang-orang
yang kita suka dan tidak akan membuka diri kepada orang yang tidak kita
suka. Karena orang yang kita suka (dan menyukai kita) akan bersikap
mendukung.
3. Efek Diadik
Menurut Berg dan Archer, keterbukaan diri menjadi lebih akrab bila itu
dilakukan sebagai tanggapan atas keterbukaan diri orang lain. Efek diadik
17
membuat kita merasa lebih aman dan memperkuat perilaku keterbukaan
diri kita sendiri.
4. Kompetensi
Orang yang berkompeten lebih banyak melakukan keterbukaan diri karena
memiliki banyak hal positif tentang diri mereka sendiri untuk diungkapkan
ketimbang orang-orang yang tidak kompeten.
5. Topik
Kita lebih cenderung membuka diri tentang topik tertentu daripada topik
yang lain, semakin pribadi dan negatif suatu topik maka semakin kecil kita
untuk mengungkapkannya.
6. Jenis Kelamin
Faktor terpenting yang mempengaruhi keterbukaan diri adalah jenis
kelamin. Umumnya pria lebih kurang terbuka ketimbang wanita.
Menurut Devito (1997 : 121) indikator keterbukaan diri (self-disclosure)
adalah :
a. Kesediaan untuk mengungkapkan identitas diri yang akan diukur melalui
kemampuan kita kepada seseorang tersebut.
b. Kesediaan untuk mengungkapkan sisi diri terlepas dari identitas diri yang
akan diukur melalui kemauan dan kemampuan untuk mengungkapkan
sikap, pikiran, perasaan, dan ekspresi.
18
c. Kesediaan untuk menerima orang lain apa adanya yang akan diukur
melalui ada tidaknya orang lain menerima seseorang tersebut dengan apa
adanya.
d. Kesediaan untuk mendengarkan dan memahami masalah pribadi seseorang
tersebut.
e. Tingkat keluasan (breadth) yang akan diukur melalui luas sempitnya jenis
topik yang dikomunikasikan kepada seseorang.
Menurut Johnson (Supratiknya, 1995 : 15) beberapa manfaat dan dampak
pembukaan diri (self-disclosure) terhadap hubungan antar pribadi adalah:
a. Pembukaan diri merupakan dasar bagi hubungan yang sehat antara dua
orang.
b. Semakin kita bersikap terbuka kepada orang lain, semakin orang lain
tersebut akan menyukai diri kita. Akibatnya, ia akan semakin membuka
diri kepada kita.
c. Orang yang rela membuka diri kepada orang lain terbukti cenderung
memiliki sifat-sifat sebagai berikut: kompeten, terbuka, ekstrovert,
fleksibel, adaptif, dan inteligen, yakni sebagian dari ciri-ciri orang yang
matang dan bahagia
d. Membuka diri kepada orang lain merupakan dasar relasi yang
memungkinkan komunikasi intim baik dengan diri kita sendiri maupun
dengan orang lain.
19
e. Membuka diri berarti bersikap realistik. Maka pembukaan diri kita
haruslah jujur, tulus, dan autentik.
Seperti yang telah dikatakan Johnson (Supratiknya, 1995 : 14), selain
membuka diri kepada orang lain, kita pun harus membuka diri bagi orang lain
agar dapat menjalin relasi yang baik dengannya. Terbuka bagi orang lain
berarti menunjukkan bahwa kita menaruh perhatian pada perasaannya
terhadap kata-kata atau perbuatan kita. Artinya, kita menerima pembukaan
dirinya. Kita rela atau mau mendengarkan reaksi atau tanggapannya terhadap
situasi yang sedang dihadapinya kini maupun terhadap kata-kata dan
perbuatan kita.
Keterbukaan diri diperlukan dalam peningkatan sebuah hubungan personal
yang memungkinkan terjadi konflik yang menimbulkan keteganganketegangan diantara dua orang yang terlibat dalam hubungan interpersonal
tersebut, jika pertentangan-pertentangan tersebut tidak dibicarakan atau dicari
jalan keluarnya, maka yang akan terjadi adalah konflik yang berkepanjangan.
Seperti halnya keterbukaan, pengungkapan diri tidak jauh berbeda dalam
membangun sebuah hubungan yang baik.
Dalam tema penelitian yang
diambil, pengungkapan diri juga besar pengaruhnya untuk membangun
komunikasi interpersonal yang baik antara orang yang sedang menjalin
persahabatan. Menurut Derlega dan Girzelak (Dayakisni, 2006 : 90) terdapat
lima fungsi pengungkapan diri, yaitu :
a. Ekspresi (Expression)
20
Dalam kehidupan ini, kadang-kadang manusia mengalami suatu
kekecewaan atau kekesalan, baik itu yang menyangkut pekerjaan maupun
yang lainnya. Untuk membuang kekesalan ini, biasanya seseorang akan
merasa senang bila bercerita pada seorang sahabat yang sudah dipercaya.
Dengan pengungkapan diri semacam ini manusia mendapat kesempatan
untuk mengekspresikan perasaannya.
b. Penjernihan Diri (Self-Clarification)
Dengan saling berbagi serta menceritakan perasaan dan masalah yang
sedang dihadapi kepada orang lain, manusia berharap agar dapat
memperoleh penjelasan dan pemahaman orang lain akan masalah yang
dihadapi, sehingga pikiran akan menjadi lebih jernih dan dapat melihat
duduk persoalannya dengan lebih baik.
c. Keabsahan Sosial (Social Validation)
Setelah selesai membicarakan masalah yang dihadapi, biasanya
pendengar akan memberikan tanggapan mengenai permasalahan tersebut.
Sehingga dengan demikian akan mendapatkan suatu informasi yang
bermanfaat tentang kebenaran akan pandangan kita. Kita dapat
memperoleh dukungan atau sebaliknya.
d. Kendali Sosial (Social Control)
Seseorang dapat mengemukakan atau menyembunyikan informasi
tentang keadaan dirinya yang dimaksudkan untuk mengadakan kontrol
sosial, misalnya orang mengatakan sesuatu dapat menimbulkan kesan baik
tentang dirinya.
21
e. Perkembangan hubungan (Relationship Development)
Saling berbagi rasa dan informasi tentang diri kita kepada orang lain
serta saling mempercayai merupakan saran yang paling penting dalam
usaha merintis suatu hubungan, sehingga akan semakin meningkatkan
derajat keakraban. Tetapi penting untuk dicatat bahwa, seorang
komunikator tidak secara sembarangan melakukan keterbukaan diri dalam
usaha untuk mencapai peningkatan sebuah hubungan. Mereka biasanya
memilih orang yang sekiranya bisa menjadi pendengarnya di mana antara
dia dan pendengarnya sudah memiliki keinginan untuk menjadi lebih
dekat. Hal ini secara tidak langsung menunjukkan bahwa kegiatan yang
berkaitan dengan hubungan antar pribadi adalah salah satu kuncinya. Dua
orang yang terlibat dalam sebuah hubungan mungkin dengan cepat akan
segera memasuki tahap keterbukaan diri dalam hubungan mereka guna
memuluskan jalan mereka kearah hubungan yang lebih dekat. Bagi orang
yang menganggap keterbukaan diri terjadi dengan sendirinya seringkali
mengingkari pertimbangan relasional ini.
Pengungkapan diri memiliki tingkatan-tingkatan yang mana dari
tingkatan-tingkatan tersebut, sebuah komunikasi interpersonal yang baik
mulai dikembangkan. Tingkatan untuk bersikap terbuka dengan orang lain
dapat memperbaiki sebuah hubungan apalagi pada hubungan antar
sahabat. Tingkatan-tingkatan pengungkapan diri dalam sebuah hubungan
interpersonal menurut Powell (Dayaksini, 2006 : 89) ada lima tingkatan,
yaitu:
22
a. Basa-basi
Basa-basi merupakan taraf pengungkapan diri yang paling lemah
atau dangkal, walaupun keterbukaan diantara individu tetapi tidak
terjadi
hubungan
antar
pribadi.
Masing-masing
individu
berkomunikasi basa-basi sekedar kesopanan.
b. Membicarakan orang lain
Pada taraf ini yang diungkapkan dalam komunikasi hanyalah
tentang orang lain atau hal-hal yang diluar dirinya. Walaupun pada
tingkat ini isi komunikasi lebih mendalam tetapi pada tingkat ini
individu tidak mengungkapkan diri.
c. Menyatakan gagasan atau pendapat
Dalam taraf ini sudah mulai dijalin hubungan yang erat. Individu
mulai mengungkapkan dirinya kepada individu lain.
d. Perasaan
Setiap individu dapat memiliki gagasan atau pendapat yang sama
tetapi perasaan atau emosi yang menyertai gagasan atau pendapat
setiap individu dapat berbeda-berbeda. Setiap hubungan yang
menginginkan pertemuan antar pribadi yang sungguh-sungguh,
haruslah didasarkan atas hubungan yang jujur, terbuka dan
menyarankan perasaan-perasaan yang mendalam.
e. Hubungan Puncak
Pengungkapan diri telah dilakukan secara mendalam, individu
yang menjalin hubungan antar pribadi dapat menghayati perasaan yang
23
dialami individu lainnya. Segala persahabatan yang mendalam dan
sejati haruslah berdasarkan pada pengungkapan diri dan kejujuran
yang mutlak.
3. Tahap Persahabatan
Bill Rawlin (Gamble&Gamble, 2006 : 243-244) dalam teori Enam Tahap
Persahabatan adalah sebagai berikut :
1. Peran Interaksi Terbatas (Role-Limited Interaction)
Menurut Rawlin, persahabatan dimulai dengan peran interaksi
yang terbatas selama dua individu melakukan kontak awal dalam
beberapa konteks. Seseorang yang kita jumpai di tempat kerja,
restoran, diatas pesawat atau di pekan olahraga dapat berkembang
menjadi seorang teman. Tahap awal dalam sebuah persahabatan terjadi
ketika kita bertemu pertama kali. Pada tahap ini belum jelas
hubungannya akan berkembang dan kita bertindak ragu-ragu dalam
berhubungan satu sama lain. Kita masih belum tahu satu sama lain dan
masih ragu-ragu untuk membuka pribadi masing-masing.
2. Hubungan Pertemanan (Friendly Relations)
Tahap selanjutnya ialah hubungan pertemanan yang akan
mempertemukan apakah anda dan dia memiliki kesamaan untuk
ketahap pertemanan yang lebih serius. Anda terlibat dalam
pembicaraan lebih kecil dalam upaya untuk melihat apakah
ketertarikan anda saling terbalaskan satu sama lain. Anda akan
24
membuka sedikit pertahanan anda dan menjadi lebih ekspresif, karena
anda akan berusaha untuk mengetahui apakah orang lain tertarik pada
anda juga.
3. Bergerak Menuju Persahabatan (Moving Toward Friendship)
Pada tahap ini, anda melangkah diluar batas aturan sosial
konvensional, memainkan peran, dan mulai terbuka sebagai alat yang
menunjukkan bahwa anda ingin mengembangkan pertemanan anda.
Anda mengundang orang lain untuk berinteraksi dengan anda dalam
konteks di luar orang-orang yang terjadi secara kebetulan. Anda akan
mengajak teman anda untuk nongkrong di kafe, menonton di bioskop
atau ke perpustakaan. Ketika anda berada di lingkungan yang berbeda,
anda akan memperlihatkan perilaku, kepercayaan dan nilai-nilai yang
anda anut ke teman anda dan begitupun sebaliknya.
4. Persahabatan yang baru lahir (Nascent Friendship)
Ketika orang lain sudah memperhatikan dan mendengar anda,
maka anda memasuki tahap persahabatan baru lahir dan mulai
mempertimbangkan teman-teman lain. Anda mengganti aturan anda
sendiri ke standar sosial yang akan mengatur interaksi anda ke tahap
ini. Contohnya anda mungkin memutuskan untuk berlari di taman
setiap hari minggu atau setiap malam jumat adalah waktu untuk
menonton film atau makan malam dengan teman anda. Anda dan
teman anda merencanakan aktivitas-aktivitas yang akan anda berbagi
bersama. Dan interaksi anda dan teman anda menjadi lebih teratur.
25
5.
Persahabatan yang stabil (Stabilized Friendship)
Kita akan memasuki tahap persahabatan yang stabil ketika kita
memutuskan bahwa persahabatan kita aman dan akan tetap berlanjut.
Anda berharap sahabat anda selalu tetap ada untuk anda tanpa anda
meminta. Anda akan saling percaya dan merespon balik satu sama lain
untuk menunjukkan kepercayaan masing-masing. Anda akan lebih
sering
bersama,
berbagi
informasi
diri
lebih
mendalam,
mengungkapkan ketakutan, dan kekurangan yang kita sembunyikan
dari orang lain.
6.
Memudarnya Persahabatan (Waning Friendship)
Ketika teman-teman mulai menjauh, anda memasuki tahap
memudarnya persahabatan. Hal ini terjadi ketika salah satu atau kedua
belah pihak tidak berusaha untuk menjaga persahabatannya karena
karir, kepentingan pribadi, atau kewajiban keluarga yang merintangi.
Selain itu, adanya kepercayaan yang dilanggar atau salah satu pihak
memiliki ketertarikan lain pada suatu hal dan pihak lainnya tidak.
Persahabatan tidak dapat bertahan dengan sendirinya ketika satu pihak
atau lebih telah bertikai dan pada saat itulah persahabatan bubar.
Joseph Devito (2004 : 283-285) menyatakan ada 3 tahap dari persahabatan
yaitu :
a. Kontak Awal dan Perkenalan (Initial Contact and Acquaintanceship)
26
Pada tahap awal, karakteristik komunikasi interpersonal yang efektif
biasanya muncul hanya sedikit. Anda menjaga diri dari pada terbuka atau
ekspresif, karena anda berpikir jika anda mengungkapkan segala aspek
dari diri anda, anda mungkin dipandang negatif atau rendah. Karena anda
belum tahu benar orang baru tersebut, kemampuan anda untuk
berempatidengan orang baru tersebut masih terbatas, dan hubungan pada
tahap ini masih sementara diperjuangkan karena orang lain belum
mengenal anda dengan baik sehingga dukungan, hal-hal bersifat positif,
dan kesetaraan masih sulit untuk terwujud dalam arti yang bermakna.
Karakteristik yang ditunjukkan hanya sebatas kesopanan, bukan daripada
ekspresi asli atau hal positif.
Pada tahap ini, kedekatan hanya sedikit, orang-orang melihat diri
mereka terpisah dan berbeda ketimbang sebagai satu unit. Keyakinan yang
ditunjukkan mungkin lebih kepada fungsi dari kepribadian individu
daripada hubungan. Karena hubungan ini masih awal dan orang-orang
tidak mengenal satu sama lain dengan sangat baik, interaksi ini sering
ditandai dengan kecanggunan misalnya jeda terlalu lama, ketidakpastian
atas topik yang akan dibahas, dan pertukaran tidak efektif pembicara dan
peran pendengar.
b. Pertemanan Biasa (Casual Friendship)
Dalam tahap kedua ini sudah ada kesadaran diadik, rasa yang jelas
tentang "kita" dari kebersamaan, dan komunikasi menunjukkan rasa
kedekatan. Pada tahap ini, Anda berpartisipasi dalam kegiatan sebagai
27
kesatuan bukan individu yang terpisah. Seorang teman biasa adalah orang
yang akan kita pergi bersama ke bioskop, duduk bersama di kantin atau di
kelas, atau pulang bersama dari sekolah.
Pada tahap pertemanan biasa ini, kualitas interaksi interpersonal yang
efektif mulai terlihat lebih jelas. Anda mulai untuk mengekspresikan diri
secara terbuka dan tertarik pada pengungkapan orang lain. Anda mulai
memiliki perasaan, pikiran dan merespon secara terbuka komunikasi yang
dilakukannya. Anda mulai memahami orang ini, anda berempati dan
menunjukkan orientasi lainnya. Anda juga menunjukkan dukungan dan
mengembangkan sikap yang benar-benar positif terhadap orang tersebut
sehingga terjadi situasi komunikasi timbal balik. Ketika anda belajar
kebutuhan dan keinginan orang tersebut, anda dapat berkomunikasi lebih
efektif.
c. Persahabatan yang Akrab dan Intim (Close and Intimate Friendship)
Pada tahap persahabatan yang akrab dan intim, ada intensifikasi dari
pertemanan biasa, anda dan teman anda melihat diri anda lebih sebagai
kesatuan yang eksklusif, dan masing-masing bermanfaat lebih besar
daripada dari pertemanan biasa. Anda saling mengenal dengan baik
(misalnya, anda tahu nilai-nilai, pendapat, dan sikap satu sama lain)
ketidakpastian anda tentang satu sama lain telah berkurang secara
signifikan. Anda dapat memprediksi perilaku satu sama lain dengan cukup
akurat. Pengetahuan ini membuat manajemen interaksi mungkin terjadi.
Demikian pula, anda dapat membaca sinyal nonverbal yang lain lebih
28
akurat dan dapat menggunakan sinyal ini sebagai panduan untuk interaksi
anda menghindari topik-topik tertentu pada waktu tertentu atau
menawarkan penghiburan atas dasar ekspresi wajah.
Pada tahap ini, anda bertukar pesan rasa sayang yang signifikan, pesan
yang mengekspresikan kesukaan, keinginan, kasih sayang, dan kepedulian
kepada orang lain. Keterbukaan dan mengekspresikan diri lebih jelas.
Anda menjadi lebih berorientasi dan bersedia untuk membuat pengorbanan
bagi orang lain. Anda akan melakukan hal yang jauh dari batasan anda
keluar demi kepentingan teman anda, dan sahabat anda akan melakukan
hal yang sama untuk Anda juga. Anda berempati dan bertukar pikiran
lebih banyak, dan anda juga berharap bahwa sahabat anda juga akan
berempati dengan Anda. Dengan perasaan yang benar-benar positif bagi
teman anda, dukungan dan tindakan positif anda menjadi spontan. Karena
anda melihat diri sebagai kesatuan, kesetaraan, dan kedekatan yang jelas.
Anda melihat teman anda sebagai salah satu hal yang sangat penting
dalam hidup anda akibatnya konflik tak terelakkan dalam semua hubungan
dekat. Yang penting adalah anda berniat untuk menyelesaikannya melalui
kompromi dan pengertian, ketimbang melalui misalnya, penolakan untuk
bernegosiasi atau unjuk kekuatan.
Menurut Barnes (2003 : 57) dalam konteks persahabatan ada 3 hal
pedoman untuk memupuk kepercayaan komunikasi antar personal di
dalam hubungan persahabatan, yaitu:
29
a. Berusaha aktif memperluas kepercayaan terhadap sesuatu yang terjadi
di sekeliling kita, meskipun pada sebagian orang, hal ini membutuhkan
waktu yang cukup lama.
b. Kepercayaan terhadap orang lain haruslah bersifat sementara,
dilakukan sedikit demi sedikit dengan memberikan penjelasan
mengenai apa yang kita khawatirkan “apa yang kita terapkan dari
teman kita “, serta “apa yang ingin kita capai”.
c. Kepercayaan tidak banyak diberikan tetapi juga diperoleh. Ketika kita
menjalani hubungan persahabatan, kita akan mengharapkan adanya
kepercayaan terhadap sahabat kita dan juga akan memberikan
kepercayaan
kepadanya.
Selain
kepercayaan,
kita
juga
perlu
mengembangkan rasa tanggung jawab dalam membina hubungan
persahabatan yang baik.
Menurut William Rawlins (1995 : 139) persahabatan yang aktif dapat
berkembang bilamana partisipan mampu mengakui batasan dalam
komunikasi mereka dan saling menghargai keterpisahan satu sama lain.
Menurutnya mengungkapkan pemikiran dan perasaan pribadi serta
berbicara bebas dalam suatu hubungan adalah hak bukan kewajiban. Kita
berhak untuk mengungkapkan sebagian atau seluruh bagian dari diri kita
kepada sahabat kita, sahabat kita harus menghargai apabila kita tidak ingin
memberitahu
hal-hal
yang
ingin
dia
ketahui.
30
Hal penting dalam membina hubungan persahabatan dengan teman
kita adalah adanya rasa kepercayaan (trust) dan rasa tanggung jawab.
Hubungan persahabatan akan menjadi lebih baik apabila setiap partisipan
memiliki kesadaran untuk menerapkan prinsip-prinsip dalam hubungan
antar personal.
Tahapan Komunikasi Antar Pribadi dalam Konteks Persahabatan.
Dalam sebuah e-journal ilmu komunikasi Meningkatkan Keterbukaan
Diri Dalam Komunikasi Antar Teman Sebaya Melalui Bimbingan
Kelompok Teknik Johari Window Pada Siswa Kelas Xi Is 1 Sma
Walisongo Pecangaan Jepara Tahun Ajaran 2011/2012, tahapan
komunikasi antar personal dalam konteks persahabatan tidaklah berbeda
dengan tahapan komunikasi antar personal dalam berbagai konteks,
tahapan tersebut antara lain yaitu:
1. Keterlibatan
Yaitu suatu tahapan di mana dalam tahapan ini individu satu
dengan lainnya mencoba untuk menemukan sesuatu yang dapat
dibagi.
2. Keakraban
Didalam tahap ini yang mana keakraban didukung dengan
kepercayaan dari kedua pihak.
31
3. Perusakan
Pada tahapan ini berkurangnya suatu keakraban serta pemahaman
antara kedua pihak semakin renggang atau bisa disebut melemah.
Salah satu tanda bahwa perusakan itu terjadi adalah adanya banyak
tuntutan serta keluhan dan juga ketidak cocokan antara keduanya.
4. Pemutusan
Suatu tahap di mana antara kedua pihak sama sekali tidak
berhubungan atau berkomunikasi antara satu dengan lainnya.
Komunikasi Efektif dalam Komunikasi Lintas Budaya
1. Komunikasi Lintas Budaya
Dalam komunikasi lintas budaya terdapat dua elemen yaitu
komunikasi dan kebudayaan, dan pengertian komunikasi adalah proses
dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada suatu penerima atau lebih,
dengan maksud untuk mengubah tingkah laku mereka (Hafied Cangara),
sedangkan kebudayaan adalah keseluruhan yang kompleks, yang di
dalamnya terkandung ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral,
hukum, adat istiadat, kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat
oleh
manusia
sebagai
anggota
masyarakat
(E.
B
Taylor).
(http://panjisetyadi1.blogspot.com/2012/04/komunikasi-lintasbudaya.html,
diakses pada 22/08/2014 (13.30)).
32
Kemudian definisi komunikasi lintas budayayang dikemukakan
didalam buku “Intercultural Communication: A Reader” yaitu bahwa
komunikasi antar budaya (intercultural communication) terjadi apabila
sebuah pesan (message) yang harus dimengerti dihasilkan oleh anggota
dari budaya tertentu untuk konsumsi anggota dari budaya yang lain
(Samovar&Porter, 1994 : 19). Definisi lain diberikan oleh Liliweri bahwa
proses komunikasi antar budaya merupakan interaksi antarpribadi dan
komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa orang yang
memiliki latar belakang kebudayaan yang berbeda (2003 : 13). Apapun
definisi yang ada mengenai komunikasi antar budaya (intercultural
communication) menyatakan bahwa komunikasi antar budaya terjadi
apabila terdapat 2 (dua) budaya yang berbeda dan kedua budaya tersebut
sedang melaksanakan proses komunikasi.
2. Komunikasi Efektif
Berkomunikasi efektif berarti bahwa komunikator dan komunikan
sama-sama memiliki pengertian yang sama tentang suatu pesan. Oleh
karena itu, dalam bahasa asing orang menyebutnya “the communication is
in tune” ,yaitu kedua belah pihak yang berkomunikasi sama-sama
mengerti
apa
pesan
yang
(http://edoparnando27.wordpress.com/komunikasi-efetif/,
disampaikan
diakses
pada
22/08/1014).
33
Menurut
Jalaluddin
dalam
bukunya
Psikologi
Komunikasi
menyebutkan, komunikasi yang efektif ditandai dengan adanya pengertian,
dapat menimbulkan kesenangan, mempengaruhi sikap, meningkatkan
hubungan sosial yang baik, dan pada akhirnya menimbulkan suatu
tindakan.
Syarat-syarat untuk berkomunikasi secara efektif adalah antara lain :
a.
Menciptakan suasana yang menguntungkan.
b.
Menggunakan bahasa yang mudah ditangkap dan dimengerti.
c.
Pesan yang disampaikan dapat menggugah perhatian atau minat di
pihak komunikan.
d.
Pesan dapat menggugah kepentingan di pihak komunikan yang dapat
menguntungkannya.
e.
Pesan dapat menumbuhkan sesuatu penghargaan atau reward di pihak
komunikan.
Berdasarkan pengertian diatas dapat diambil kesimpulan bahwa
komunikasi efektif dalam komunikasi lintas budaya adalah interaksi
antarpribadi dan komunikasi antarpribadi yang dilakukan oleh beberapa
orang yang memiliki latar belakang kebudayaan berbeda yang mencakup
ilmu pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat istiadat,
kemampuan yang lain serta kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai
anggota masyarakat dengan menggunakan bahasa yang mudah dimengerti
dan dengan maksud untuk menimbulkan kesenangan, mempengaruhi
34
sikap, meningkatkan hubungan sosial yang baik dan pada akhirnya
menghasilkan sebuah tindakan.
F. Metodologi Penelitian
1. Jenis Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dan kerangka
teori diatas, maka jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif menurut Moleong adalah :
Data yang dikumpulkan berupa kata-kata, gambar, dan bukan angkaangka. Hal ini disebabkan oleh adanya penerapan metode kualitatif,
semua yang dikumpulkan berkemungkinan menjadi kunci terhadap apa
yang sudah diteliti (Moleong, 2001:6).
Metode deskriptif bertujuan melukiskan secara sistematis fakta atau
karakteristik populasi tertentu atau bidang tertentu secara faktual dan
cermat (Jalaluddin Rakhmat 2012 : 22).
Penelitian ini bersifat studi kasus di mana peneliti melakukan studi
tentang suatu kasus, yaitu keterbukaan dalam hubungan persahabatan
antara warga negara asing dan warga negara Indonesia. Studi kasus ini
bertujuan untuk mendeskripsikan atau menggambarkan suatu kasus
dalam konteksnya (Johnson, 1992 : 72).
2. Teknik Pengumpulan Data
Data dalam penelitian ini dikumpulkan melalui beberapa cara, antara lain:
a.
Wawancara mendalam (in depth interview)
35
Wawancara merupakan alat untuk mengungkapkan kenyataan
hidup, apa yang dipikirkan atau dirasakan seseorang tentang berbagai
aspek kehidupan. Melalui tanya jawab, kita dapat memasuki alam
pikiran orang lain, sehingga kita memperoleh gambaran tentang
dunia mereka. Jadi, wawancara dapat berfungsi deskriptif, yaitu
melukiskan dunia kenyataan seperti
dialami orang lain (Nasution,
2006 : 14). Wawancara
percakapan
diartikan
dengan
maksud
tertentu, yang dilakukan oleh dua pihak yang bertindak sebagai
pewawancara dan
yang diwawancarai
dengan maksud untuk
mendapatkan informasi yang valid dan terpercaya.
Dalam
penelitian
kualitatif,
penggunaan
jenis
wawancara
tertentu akan mempersempit ruang lingkup atau upaya eksplorasi
sekaligus elaborasi data dari responden, sehingga harus disesuaikan
(fleksibel) dengan kondisi lapangan (situasional) dan individual
(Moleong, 2007 : 93). Wawancara secara garis besar dibagi dua, yaitu
wawancara terstruktur dan tak terstruktur (Mulyana, 2002:180).
Wawancara terstruktur disebut juga wawancara baku (standardized
interview) merupakan wawancara dengan pertanyaan-pertanyaan yang
telah disusun sebelumnya berikut dengan pilihan jawaban yang juga
telah disediakan.
Wawancara
tak
terstruktur
disebut
juga
wawancara mendalam, merupakan teknik pengumpulan data yang
sering digunakan dalam penelitian kualitatif. Hal ini didasari oleh
keuntungannya,
yaitu
kebebasan
yang
menjiwainya,
sehingga
36
responden secara spontan dapat mengeluarkan segala sesuatu yang
ingin diungkapkannya. Wawancara tak terstruktur mirip dengan
percakapan informal yang bertujuan menggali sebanyak mungkin
informasi dari semua responden.
Dalam wawancara semacam ini, peneliti mencatat pokok-pokok
penting
yang
akan
dibicarakan
sebagai pegangan untuk
mencapaitujuan wawancara, dan responden bebas menjawab menurut
isi hati dan pikirannya. Lama wawancara juga tidak dibatasi dan
diakhiri menurut keinginan peneliti. Dengan demikian, peneliti
dapat
memperoleh
gambaran
yang
lebih
luas karena setiap
responden bebas mengeksplorasi berbagai aspek menurut pendirian
dan masing-masing, sehingga dapat memperkaya pandangan peneliti
(Nasution, 2006:119). Wawancara tak terstruktur bersifat fleksibel,
susunan pertanyaan dan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat
diubah pada saat berlangsungnya wawancara, disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi saat wawancara, termasuk karakteristik
sosial budaya (agama, suku, gender, tingkat pendidikan, pekerjaan)
responden.
b. Observasi
Dalam
penelitian
ini,
salah
satu
alat
pengumpul
data(pendukung) yang digunakan adalah observasi. Observasi
merupakan salah satu usaha pengumpulan data yang dilakukan
dengan pengamatan secara langsung yang berupa data deskriptif
37
aktual, cermat, dan terperinci tentang keadaan lapangan kegiatan
manusia dan situasi sosial serta konteks di mana kegiatan itu terjadi
(Nasution, 2006:52).
Manfaat
metode
akanmemahami
observasi
konteks
data
terutama
secara
adalah
keseluruhan
peneliti
situasi.
Pengalaman langsung memungkinkan peneliti menggunakan
pendekatan
induktif
yang
dapat
membuka
melakukan penemuan, misalnya menemukan
kemungkinan
hal-hal
yang
sedianya tidak akan diungkapkan oleh subyek karena bersifat
sensitif atau ingin ditutupi karena dapat merugikan diri sendiri.
Selain itu, peneliti dapat menemukan hal-hal di luar persepsi
peneliti
dan
memperoleh
kesan-kesan
pribadi, misalnya
merasakan situasi sosial (Nasution, 2006:62).
Observasi dimaksudkan untuk melihat apakah subjek memilih
berperilaku dengan cara tertentu agar sesuai dengan situasi yang
ada. (Mulyana, 2002:163). Dalam observasi ini, diusahakan
mengamati keadaan yang wajar yang sebenarnya tanpa usaha yang
disengaja
untuk
mempengaruhi,
mengatur
atau
memanipulasinya. Mengadakan observasi menurut kenyataan,
melukiskannya dengan kata-kata secara cermat dan tepat dari apa
yang diamati, mencatatnya dan kemudian mengolahnya dalam
rangka masalah yang diteliti secara ilmiah bukanlah hal yang
mudah. Selalu akan
ada
persoalan
seberapa
valid
dan
38
terpercayakah hasil pengamatan itu atau seberapa representatifkah
obyek pengamatan itu bagi gejala yang muncul bersamaan
(Nasution, 2006:83).
c. Dokumentasi dan artikel
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang
berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah
berbentuk catatan lapangan, laporan, foto, dan sebagainya. Sifat
utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga
memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang
pernah terjadi di waktu silam.
3.
Informan Penelitian
Penelitian ini menggunakan teknik purposive dimana unit analisa yang
akan dijadikan sampel diserahkan sepenuhnya kepada pengumpul data
berdasarkan
pertimbangan
kesesuaian
dengan
maksud
penelitian.
Sedangkan menurut (Moleong, 1999 : 164) purposive yaitu sampel yang
ditujukan langsung kepada objek penelitian dan tidak diambil secara acak,
tetapi sampel bertujuan untuk memperoleh narasumber yang mampu
memberikan data secara baik dengan tujuan menggali informasi yang akan
menjadi dasar dari rancangan teori yang muncul.
Dalam penelitian ini, kriteria informan untuk dijadikan penelitian ini
adalah:
a. Warga negara asing yang sedang bekerja atau belajar di Yogyakarta
39
b. Warga negara Indonesia yang sedang bekerja atau belajar di
Yogyakarta
c. Lama persahabatan minimal 6 bulan karena berdasarkan hasil
pengamatan peneliti, mahasiswa asing yang belajar di universitasuniversitas di Yogyakarta minimal harus menempuh kuliah selama 1
semester yaitu sekitar 6 bulan.
4. Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis
kualitatifmengikuti konsep yang dikembangkan Miles&Huberman, yakni
analisis data dengan komponen data reduction, data display, dan
conclusion drawing verification (Miles&Huberman, 1992 : 20). Langkahlangkah analisis data tersebut dapat ditunjukkan pada gambar 1.
Pengumpulan
Data
Reduksi Data
Penyajian Data
Kesimpulan:
Penarikan/Verifikasi
Gambar 1. Komponen dalam Analisis Data (Interactive Model)
Sumber : Miles&Huberman (1992 : 20)
Langkah-langkah analisis tersebut secara lebih jelas dapat diuraikan sebagai
berikut:
40
a. Reduksi Data (Data Reduction) merupakan proses merangkum, memilah
hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal penting, dan mencari tema
serta polanya sehingga dapat memberikan gambaran yang lebih jelas.
b. Penyajian Data (Data Display) yaitu mengorganisasi data dan menyusun
pola hubungan sehingga data lebih mudah dipahami. Dalam penyajian data
ini dilakukan koding. Koding dimaksudkan untuk dapat mengorganisasi
dan mensistematisasi data secara lengkap dan mendetail sehingga dapat
memunculkan data tentang topik yang dipelajari. Koding data bertujuan
mengelompokkan data sesuai dengan sumber dan jenisnya. Semua data
diberikan kode atau tanda khusus sesuai dengan sumber data seperti yang
berasal dari catatan pengamatan, catatan wawancara, catatan lapangan,
atau sumber lainnya.
c. Verifikasi (Conclusion Verifying) yaitu menarik kesimpulan dari verifikasi
atas pola keteraturan dan penyimpangan yang ada dalam fenomena yang
timbul pada komunikasi interpersonal antara warga negara asing dan
warga negara Indonesia.
5. Validitas Data
Teknik keabsahan data yang digunakan dalam penilitian ini adalah
trianggulasi data. Trianggulasi data merupakan cara yang paling umum
digunakan bagi peningkatan validitas dalam penelitian kualitatif. Sebelum
data dianalisis dan disajikan dalam laporan maka data tersebut diuji
validitasnya terlebih dahulu dengan menggunakan teknik trianggulasi
41
sumber. Trianggulasi merupakan sumber data untuk mengecek data yang
telah dikemukakan. Selain itu, trianggulasi data adalah upaya untuk
mengecek kebenaran data tertentu dengan data yang diperoleh dari sumber
lain dan trianggulasi sumber berarti membandingkan dan mengecek balik
derajat dan kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalu waktu dan
alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif (Moleong, 1990 : 178)
Pendapat tersebut mengandung makna bahwa dengan penggunaan
metode trianggulasi akan mempertinggi validitas dan memberi kedalaman
hasil penelitian data yang diperoleh semakin dapat dipercaya, maka data
yang dibutuhkan tidak hanya dari satu sumber saja, tetapi melainkan dari
sumber-sumber lainnya yang terkait dengan subjek penelitian.
6. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan menjelaskan tentang isi dari setiap bab yang ada
didalam karya tulis ini. Adapun pemaparan dari sistematika penulisan
dalam karya tulis ini adalah sebagai berikut:
Bab I adalah bab pendahuluan di mana di dalamnya berisi tentang latar
belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian,
kerangka teori, dan sistematika penelitian.
Bab II adalah gambaran yang berisi tentang data diri informan.
Bab III adalah tentang hasil penelitian dan pembahasan yang berisi tentang
hasil dari penelitian yang sudah dilakukan kemudian mengolahnya
42
berdasarkan teori-teori yang sudah ada pada bab 1 dan hasil akhir dari
penelitian ini juga dijelaskan disini.
Bab IV adalah bab penutup yang berisi tentang kesimpulan dan saran.
43
Download