Tak Ada Zat Lain yang Bisa Gantikan Fungsi Vaksin untuk Anak & Kontroversi Vaksin Penyebab Autis Orang-orang yang menolak pemberian vaksin atau imunisasi menganggap bahwa tubuh memiliki kekebalan sendiri, sehingga tidak perlu dirangsang oleh vaksin. Padahal tidak ada satu pun zat lain yang bisa menggantikan fungsi imunisasi, termasuk ASI. Tidak ada satu pun badan penelitian di dunia yang menyatakan bahwa kekebalan akibat imunisasi dapat digantikan oleh zat lain, termasuk ASI, nutrisi, maupun suplemen herbal, karena kekebalan yang dibentuk sangat berbeda. ASI, nutrisi, suplemen herbal, maupun kebersihan dapat memperkuat pertahanan tubuh secara umum, namun tidak membentuk kekebalan spesifik terhadap kuman tertentu yang berbahaya. Apabila jumlah kuman banyak dan ganas, perlindungan umum tidak mampu melindungi bayi, sehingga masih dapat sakit berat, cacat atau mati. "Tubuh memiliki dua pertahanan, ada yang namanya pertahanan non spesifik dan spesifik. Non spesifik misalnya kulit, saluran cerna, selaput lendir dan saluran cerna. Sedangkan pertahanan spesifik dibentuk oleh vaksin," jelas Prof. DR. Dr Sri Rezeki S. Hadinegoro, SpA(K), Ketua Satgas Imunisasi IDAI, dalam acara Seminar Media Simposium Imunisasi IDAI ke-3, di Hotel Harris Kelapa Gading, Jakarta. Vaksin akan merangsang pembentukan kekebalan spesifik (antibodi) terhadap kuman, virus atau racun kuman tertentu. Setelah antibodi terbentuk, vaksin akan bekerja lebih cepat, efektif dan efisien untuk mencegah penularan penyakit yang berbahaya. Selain diberi imunisasi, bayi tetap diberi ASI eksklusif, makanan pendamping ASI dengan nutrisi lengkap dan seimbang, kebersihan badan dan lingkungan. Suplemen diberikan sesuai kebutuhan individual yang bervariasi. Selain itu bayi harus mendapatkan perhatian dan kasih sayang, serta stimulasi bermain untuk mengembangkan kecerdasan, kreatifitas dan perilaku yang baik. "Namun kalau ibu yang waktu anak-anaknya tidak diimunisasi, maka ASI-nya tidak punya antibodi. Kalau ibunya saja tidak diimunisasi bagaimana bisa memiliki kekebalan untuk anaknya, walaupun ngasih ASI selama 6 bulan," tegas Prof Sri. Sementara itu, kontroversi vaksin penyebab autis saat ini tengah merebak di masyarakat, autis merupakan gangguan yang terjadi pada perkembangan anak. Gangguan ini salah satunya disebabkan oleh gangguan perkembangan otak. Dari data yang diperoleh penderita autisme di beberapa negara meningkat dengan pesat, sehingga menimbulkan kekhawatiran dikalangan para orang tua. Salah satunya yang berkembang di masyarakat adalah adanya vaksin penyebab autis. Akibatnya, banyak masyarakat khususnya orang tua yang menolak anaknya untuk diimunisasi. Benarkah hal tersebut ? Vaksin penyebab autis yang sering diperdebatkan adalah vaksin MMR (Mumps, Measles, Rubella), Imunisasi MMR ini merupakan imunisasi yang diberikan untuk mendapatkan kekebalan terhadap penyakit campak, gondok, dan campak Jerman. Imunisasi MMR biasanya diberikan pada anak yang berusia 16 bulan. Namun, karena banyak orang tua yang meyakini bahwa vaksin MMR ada hubunganya dengan vaksin penyebab autis, maka pada ahirnya banyak anak yang tidak mendapatkan imunisasi ini. Ada beberapa penelitian yang dilakukan untuk membuktikan kebenaran apakah vaksin MMR ada hubunganya dengan vaksin penyebab autis. Dari hasil penelitian tersebut memang ditemukan adanya hubungan antara imunisasi MMR dengan penyakit autis, namun hanya hubungan saja belum terbukti adanya hubungan sebab akibat. Disisi lain, lebih banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa vaksin MMR tidak menyebabkan penyakit autis. Penelitian ini lebih kompleks dan sistematis. Hasilnya menyebutkan bahwa tidak terdapat perubahan perilaku yang signifikan pada kelompok anak yang telah diberikan imunisasi MMR (Mumps, Measles, Rubella). Dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh para ahli dan berbagai institusi kesehatan, dapat ditegaskan bahwa tidak terdapat bukti ilmiah yang menunjukan vaksin atau imunisasi MMR dapat mengakibatkan penyakit autisme pada anak. Dengan demikian, tidak perlu ada keraguan lagi bagi orang tua untuk memberikan imunisasi MMR ini pada anak mereka. Hal yang perlu diwaspadai adalah ketika anak anda memang menunjukan gejala autis atau mungkin dikeluarga ada yang memiliki gen autisme. Jika hal ini terjadi pada anak anda, ada baiknya anda perlu berpikir dua kali untuk memberikan anak anda vaksin MMR.(admin/net)