efektivitas model pbm ipa (fisika) berorientasi

advertisement
ISSN 0215 - 8250
45
EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN KONTEKTUAL DENGAN
PENDEKATAN SAINS TEKNOLOGI MASYARAKAT DALAM
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN LITERASI SAINS
SISWA SLTP NEGERI 2 SINGARAJA
oleh
Nyoman Subratha
Jurusan Pendidikan Fisika
Fakultas Pendidikan MIPA, IKIP Negeri Singaraja
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah menguji perbedaan efektivitas antara
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM)
dan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi
sains siswa. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas 3 SLTP Negeri 2 Singaraja
tahun ajaran 2002/2003. Data dikumpulkan dengan metode tes, observasi, dan
wawancara. Hasil analisis data melalui statistik deskriptif dan statistik infrensial
menunjukan bahwa dalam kelas dengan pembelajaran kontektual dengan
pendekatan STM, ketuntasan hasil belajar dan literasi sains siswa tercapai,
sedangkan dalam kelas dengan pembelajaran konvensional, ketuntasan kelas
belum tercapai. Hasil uji statistik infrensial menunjukan bahwa pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan STM lebih efektif dalam meningkatkan hasil
belajar dan literasi sains siswa daripada pembelajaran konvensional.
Kata kunci: Pembelajaran Kontektual, Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat
(STM), Peningkatan Prestasi belajar, Literasi sains siswa.
ABSTRACT
The aims of this research was to testify the differences between the
effectiveness of contextual learning with the science approach of society
technology to the conventional learning in promoting the student’s achievement
and student science literacy. The subject of this research were class 3 of SLTP 2
Negeri Singaraja in the academic year 2002/2003. Data were gathered with the test
method, observation and interview.The result of data analysis through the
descriptive statistic and inferential statistic show that: the study resut and student’s
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
46
science literacy is higher in class with the contextual learning wth the science
approach of society technology, but in class with the conventional learning the
subject mastery obtained could not be. The result of inferential statistic show that
contextual learning with science approach of society technology is more effective
to increase the achievement and student science literacy than the conventional
learning.
Key word: Contextual learning, The science approach of society technology,
Increasing the achievement of study, science literacy of student.:
1. Pendahuluan
Sains (IPA) dan teknologi merupakan bagian yang tak terpisahkan dari
kehidupan manusia. Sains dan teknologi mempunyai peran yang sangat besar
dalam meningkatkan kesejahteraan umat manusia. Menurut Prabowo (2000:3),
fisika merupakan bagian dari sains yang mempunyai peran strategis dalam
pengembangan sains dan teknologi. Pengembangan fisika tidak akan lepas dari
peran pendidikan fisika. Oleh karena itu, upaya pengembangan sains dan teknologi
harus disertai pula dengan usaha peningkatan mutu pendidikan fisika. Di sisi lain,
dampak negatif dari perkembangan sains dan teknologi juga selalu membayangi
kehidupan manusia. Oleh karena itu, literasi sains dan teknologi (Scientific and
technology literacy) sudah menjadi tuntutan yang tidak dapat ditawar lagi agar kita
mampu memanfaatkan sains dan teknologi untuk kesejahteraan dan keselamatan
umat manusia (Poedjiadi, 1993).
Dalam aspek kualitas, pendidikan di Indonesia memprihatinkan. Hal ini
tercermin antara lain dari ukuran Humen Development Index (HDI) yang
menunjukan rendahnya kualitas SDM Indonesia yang berada pada tingkat
memprihatinkan. Hal ini tercermin, antara lain, dari peringkat 109 dari 174 negara
yang diukur (Depdiknas, 2001). Rata-rata NEM nasional tingkat SLTP dan SLTA
untuk semua mata pelajaran yang “diebtanaskan” (kecuali PPKn) dalam empat
tahun terakhir selalu dibawah 6,0 (Depdiknas, 2002). Selanjutnya, terdapat
petunjuk yang menyokong bahwa kebanyakan guru mengajar dengan tidak
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
47
memperhatikan kemampuan berpikir siswa atau tidak mengajar secara bermakna
(Wardani, 1998). Dengan kata lain, guru tidak memberikan kesempatan kepada
siswanya untuk mengkontruksi pengetahuan IPA nya yang akan menjadi milik
siswa sendiri.
Menurut Poedjiadi (dalam Sadia, 1998: 2), pendidikan Sains (IPA) di
sekolah perlu direformasi dan diarahkan menuju penciptaan masyarakat yang
memiliki literasi sains dan teknologi. Tujuan pendidikan sains di sekolah SLTP
tidak semata-mata menyiapkan peserta didik untuk melanjutkan studi ke jenjang
pendidikan yang lebih tinggi, tetapi lebih daripada itu membentuk individu siswa
yang memiliki literasi sains dan teknologi. Siswa yang memiliki literasi sains dan
teknologi adalah siswa yang memiliki pengetahuan yang cukup tentang fakta,
konsep, prinsip, dan teori sains serta kemampuan mengaplikasikannya, mampu
mengambil keputusan berdasarkan konsep, prinsip, dan teori-teori ilmiah; mampu
memilah dan memilih teknologi serta mengantisipasi dampak negatifnya, dan
mampu mengembangkan karyanya di masa depan.
Dalam pengajaran IPA, proses pengembangan konsep-konsep dan
gagasan-gagasan IPA harus bermula dari dunia nyata. Dunia nyata ini tidak berarti
konkret secara fisik dan kasat mata, namun juga termasuk yang dapat dibayangkan
oleh pikiran anak (Heuvel-Panhuizen, 1998). Jadi, dunia nyata ini juga
mengandung arti sesuatu yang masih kontekstual dengan apa yang ada dalam
pikiran anak. Atau dengan pengetahuan awal siswa. Pembelajaran kontektual ini
memotivasi siswa membuat hubungan antara pengetahuan dan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anngota keluarga, warga negara, dan tenaga
kerja.
Karyadi (1996) berpendapat bahwa dilihat dari fungsi dan tujuan IPA yang
terdapat dalam Buku Landasan, Program, dan Pengembangan dalam Buku tentang
Garis-garis Besar Program Pengajaran IPA di Sekolah Dasar dan SLTP, siswa
lulusan Pendidikan Dasar “seharusnya sudah melek dalam sains dan teknologi”.
Namun, dengan mengacu kepada hasil penelitian Tim Balitbang Depdikbud (1996)
tentang Literasi Sains dan Teknologi, disimpulkan masih perlu dilakukan usahausaha atau pendekatan belajar yang menunjang tercapainya tujuan pembelajaran
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
48
IPA di SLTP tersebut. Menurut Yager (Sadia, 1998:4), pengajaran sains di sekolah
hendaknya tidak semata-mata diarahkan untuk menyiapkan anak didik untuk
melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi. Namun, yang lebih penting
adalah menyiapkan anak didik untuk (1) mampu memecahkan masalah yang
dihadapi dalam kehidupan sehari-hari dengan menggunakan konsep-konsep sains
yang telah mereka pelajari, (2) mampu mengambil keputusan yang tepat dengan
menggunakan konsep-konsep ilmiah, (3) mampu mengantisipasi dampak-dampak
negatif sains dan teknologi, dan (4) mampu berpikir antisipatif ke masa depan.
Salah satu upaya untuk mendukung usaha pemerintah untuk meningkatkan
penguasaan siswa atas konsep-konsep IPA serta menumbuhkembangkan literasi
sains dan teknologi siswa, adalah pengajaran IPA di sekolah hendaknya selalu
dikaitkan dan disepadankan (link and match) dengan isu-isu sosial di lingkungan
siswa, serta bersifat kontekstual dengan pengetahuan awal siswa. Salah satu
pendekatan yang dapat memberikan solusi terhadap permasalahan tersebut di atas
adalah pembelajaran dengan Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat (STM) serta
pembelajaran hendaknya kontektual dengan pengalaman dan pengetahuan awal
siswa. Pendekatan STM dalam pembelajaran IPA merupakan perekat yang
mempersatukan sains, teknologi, dan masyarakat (Rustum R., 1983, dalam Sadia,
1998: 15) dan pembelajaran kontekstual adalah pembelajaran yang terjadi dalam
hubungan yang erat dengan pengalaman sesungguhnya (Nur, 2001:2).
Ditinjau dari aspek bahan kajian, kegiatan guru, dan kegiatan murid,
pengajaran sains dengan pendekatan sains teknologi masyarakat mempunyai
keunggulan dalam meningkatkan prestasi belajar siswa serta literasi sains siswa
dibandingkan dengan pembelajaran dengan pendekatan tradisional (Hadiat, dalam
Winarno, 1999: 7). Suatu pokok bahasan atau bahan kajian bisa disajikan dengan
pendekatan STM dengansyarat (1) ada isu sosial dan teknologinya, dan (2) isu
sosial dan teknologi pokok bahasan atau bahan kajian tersebut ada di sekitar
kehidupan siswa.
Dalam penelitian ini, diambil pokok bahasan hukum ohm dan hambatan
listrik. Pokok bahasan ini diambil karena (1) pokok bahasan ini mengandung isu
sosial dan teknologi, (2) isu sosial dan teknologi yang terkait dengan pokok
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
49
bahasan ini ada di linhkungan siswa, dan (3) pokok bahasan ini menurut
kurikulum SLTP tahun 1994, ada pada kelas III semester 1, sehingga sesuai
dengan jadwal pelaksanaan penelitian yang direncanakan.
Yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah (1) bagaimana hasil
belajar dan literai sains siswa SLTP Negeri 2 Singaraja untuk pokok bahsan
hukum Ohm dan hambatan listrik melalui pembelajaran kontektual dengan
pendekatan STM; (2) bagaimana efektivitas pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sain siswa SLTP;
dan (3) kendala-kendala apa yang dialami guru IPA-Fisika SLTP Negeri 2 dalam
mengimplementasikan pembelajaran kontekstual dengan pendekatan STM?
Tujuan penelitian ini adalah (1) mendeskripsikan hasil belajar dan literasi
sains siswa SLTP Negeri 2 Singaraja untuk pokok bahsan hukum Ohm dan
hambatan litrik, (2) menguji efektivitas pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa SLTP
Negeri 2 Singaraja, dan (3) mengidentifikasi dan menganalisis kendala-kendala
yang dialami guru IPA (Fisika) SLTP dalam mengimplementasikan pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan STM
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah (1) memberi
kontribusi pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya pada
pengembangan strategi dan metode pembelajaran IPA-Fisika di SLTP. Di samping
itu, temuan-temuan tentang keunggulan pembelajaran kontektual dengan
pendekatan STM dalam meningkatkan prestasi belajar dan literasi sains, serta
kendala-kendala implementasinya, akan sangat bermanfaat bagi para guru IPAFisika sebagai praktisi di lapangan.
2. Metode Penelitian
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas III SLTP Negeri 2 Singaraja tahun
ajaran 2002/2003. Penentuan subjek penelitian ini dilakukan secara random
sampling. Objek penelitian ini adalah pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
50
Penelitian ini merupakan penelitian kuasi eksperimen dengan
menggunakan rancangan “pretest-posttest control group design”. Pembelajaran
yang akan diuji dan dikembangkan dalam penelitian ini adalah pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan STM.
Variabel bebas atau variabel perlakuan (treatment) penelitian ini adalah
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan Sains Teknologi Masyarakat yang
dikenakan pada kelas eksperimen, dan pembelajaran konvensional yang dikenakan
pada kelas kontrol. Variabel ini merupakan variabel yang akan diukur efeknya
melalui penelitian quasi eksperimen ini. Variabel tak bebasnya adalah prestasi
belajar siswa dalam materi ajar hukum ohm dan hambatan listrik, dan perubahan
literasi sains siswa. Di samping itu, dalam penelitian ini juga akan diungkap
kendala-kendala implementasi pembelajaran kontekstual dengan pendekatan STM
dalam meningkatkan prestasi belajar dan literasi sains siswa.
Dalam penelitian ini digunakan beberapa teknik pengumpulan data
penelitian, yaitu: (1) hasil belajar dan literasi sains siswa dikumpulkan
menggunakan tes (post-test), (2) efektivitas pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM dikumpulkan dengan tes (pre-test dan pos-test), dan (3) kendalakendala yang dialami guru fisika (IPA) dalam mengimplementasikan pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan STM dikumpulkan dengan teknik observasi
terstuktur dan pemberian angket.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini dianalisis menggunakan
statistik deskriptif dan statistik infrensial. Untuk mendiskripsikan hasil belajar dan
literasi sains siswa digunakan ketuntasan individual dan klasikal terhadap TPK
yang ingin dicapai. Untuk menguji efektivitas pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM terhadap pembelajaran dengan pendekatan konvensional dalam
meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa, dilakukan perbandingan hasil
pre-test dan postes, kemudian dilakukan uji perbedaan antara dua mean melalui
uji-t. Data tentang kendala-kendala implemetasi pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM, serta data tentang keterbatasan pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa,
dideskripsikan secara naratif.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
51
3. Hasil Penelitian dan Pembahasan
3.1 Hasil Penelitian
Ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas dengan pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan STM dan ketuntasan hasil belajar siswa pada kelas dengan
pembelajaran konvensional adalah seperti berikut
Tabel 1 : Ketuntasan Hasil Belajar Siswa
Kelas
Pembelajaran
Kontekstual
dengan Pendekatan STM
Pembelajaran Konvensional
% Ketuntasan Individual
Tuntas
Tidak Tuntas
96,28
3,72
Tidak Tercapai/
tidak tuntas
Ketuntasan literasi sains siswa kelas dengan pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan STM dan pembelajaran konvensional adalah seperti berikut
Tabel 2 : Ketuntasan Literasi Sains Siswa
Kelas
Pembelajaran Kontekstual
dengan Pendekatan STM
Pembelajaran Konvensional
69,06
Ketuntasan
Kelasikal
Tercapai/tuntas
30,94
% Ketuntasan Individual
Tuntas
Tidak Tuntas
95,45
4,55
28,57
71,43
Ketuntasan
Kelasikal
Tercapai/tuntas
Tidak Tercapai/
tidak tuntas

Hasil uji perbedaan Mean ( X ) hasil belajar antara pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan STM dan pembelajaran konvensional adalah
seperti berikut
Tabel 3 : Peningkatan Hasil Belajar Siswa
Kelas
Pembelajaran Kontekstual
Dengan Pendekatan STM
Pembelajaran Konvensional
Rerata Skor dan
Simpangan Baku
Harga t
t hitung
ttabel
9,07
2,66

X = 29,64
SB = 4,57

X = 20,31
SB = 4,97
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
52

Hasil uji perbedaan Mean ( X ) antara pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM dan pembelajaran konvensional dalam meningkatkan literasi
sains adalah seperti berikut
Tabel 4 : Peningkatan Hasil Literasi Sains Siswa
Kelas
Pembelajaran Kontekstual
Dengan Pendekatan STM
Pembelajaran Konvensional
Rerata Skor Dan
Simpangan Baku
Harga t
t hitung
ttabel
10,24
2,66

X = 29,86
SB = 5,33

X = 16,79
SB = 3,59
Beberapa kendala dan hambatan dalam mengimplementasikan
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan STM adalah seperti berikut (1) Pada
awal–awal pelaksanaan, guru kurang mengaitkan konsep yang dipelajari siswa
dengan kehidupan nyata di masyarakat. (2) Siswa belum terbiasa dengan model
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan STM ini. Siswa kurang terbiasa
menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa yang dialami dalam
sehari-hari sehingga pembelajaran menjadi kurang bermakna. (3) Tidak semua
topik bisa/mudah disajikan melalui pembelajaran dengan model pembelajaran
kontekstual, karena kesulitan menghubungkannya dengan kenyataan yang dialami
dalam kehidupan sehari-hari.
3.2 Pembahasan
Hasil belajar siswa pada kelas dengan pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM pencapaiannya termasuk kategori tuntas; sedangkan kelas
dengan pembelajaran konvensional pencapaiannya termasuk kategori belum
tuntas. Temuan-temuan tersebut menunjukan bahwa pembelajaran kontekstual
dengan pendekatan STM bisa dipakai meningkatkan hasil belajar siswa dan lebih
baik jika dibandingkan dengan pembelajaran konvensional. Temuan ini sesuai
dengan pendapat Hadiat (Winarno: 1999) yang menyatakan bahwa pengajaran
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
53
sains dengan pendekatan sains teknologi masyarakat mempunyai keunggulan
dalam meningkatkan prestasi belajar dan literasi sains siswa daripada
pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Temuan ini sesuai pula dengan hasil
penelitian yang dilakukan Winarno (1998) yang menemukan bahwa pendekatan
sains teknologi masyarakat cukup baik untuk meningkatkan hasil belajar dan
literasi sains siswa.
Literasi sains siswa kelas dengan pembelajaran kontekstual dengan
pendekatan STM termasuk kategori tuntas, sedangkan kelas dengan pembelajaran
konvensional pencapaiannya termasuk belum tuntas. Temuan-temuan tersebut
menunjukan bahwa pembelajaran kontekstual dengan pendekatan STM bisa
dipakai meningkatkan literasi sains siswa dan lebih baik jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional. Temuan ini sesuai dengan pendapat Hadiat (Winarno:
1999) yang menyatakan bahwa pengajaran sains dengan pendekatan sains
teknologi masyarakat mempunyai keunggulan dalam meningkatkan prestasi
belajar dan literasi sains siswa daripada pembelajaran dengan pendekatan
tradisional. Temuan ini sesuai pula dengan hasil penelitian yang dilakukan
Winarno (1998) yang menemukan bahwa pendekatan sains teknologi masyarakat
cukuk baik untuk meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa.

Hasil yang diperoleh dari uji perbedaan mean ( X ) hasil belajar dengan
pembelajaran kontekstual dengan pendekatan STM dan pembelajaran
konvensional menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada taraf signifikansi 5

%. Hasil uji perbedaan mean ( X ) literasi sains antara siswa pembelajaran
kontekstual dengan pendekatan STM dan siswa dengan pembelajaran
konvensional menunjukan ada perbedaan yang signifikan pada taraf signifikansi
5%. Temuan ini menunjukan bahwa pembelajaran dengan pendekataan STM lebih
unggul daripada pembelajaran konvensional dalam meningkatkan hasil belajar dan
literasi sains siswa. Hasil ini sesuai dengan pendapat Hadiat (Winarno, 1999) yang
mengatakan bahwa pengajaran sains dengan pendekatan sains teknologi
masyarakat mempunyai keunggulan dalam meningkatkan hasil belajar dan literasi
sains siswa daripada pembelajaran dengan pendekatan tradisional.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
54
Kendala-kendala yang dialami dalam mengimplementasikan pembelajaran
kontektual dengan pendekatan STM, adalah guru sulit menghubungkan konsep
yang dibahas dengan lingkungan siswa, dan siswa sulit menghubungkan konsep
yang dipelajari dengan apa yang dialami siswa dalam kehidupan sehari-hari, serta
tidak semua materi mudah diajarkan dengan pendekatan ini. Kendala-kendala
tersebut merupakan hambatan yang wajar karena model pembelajaran ini
merupakan model pembelajaran baru bagi guru dan siswa. Hambatan ini akan
dapat diatasi setelah guru dan siswa terbiasa dengan model pembelajaran ini yaitu
selalu harus menghubungkan konsep-konsep yang dipelajari siswa dengan
lingkungan sekitar siswa, sehingga pembelajaran akan menjadi bermakna.
4. Penutup
Berdasarkan latar belakang masalah, tujuan, dan analisis data serta
pembahasan yang telah diuraikan di atas, dapat diambil simpulan seperti berikut:
Pertama, hasil belajar siswa dengan pembelajaran kontektual dengan pendekatan
STM memenuhi ketuntasan kelasikal, sedangkan hasil belajar siswa dengan
pembelajaran IPA konvensional belum memenuhi ketuntasan kelsikal. Kedua,
literasi sains siswa dengan pembelajaran kontektual dengan pendekatan STM,
mencapai ketuntasan kelasikal ( 85 %), sedangkan literasi sains siswa
pembelajaran konvensional belum mencapai ketuntasan kelasikal ( 85 %).
Ketiga, efektivitas pembelajaran dengan pembelajaran kontektual dengan
pendekatan STM dalam meningkatkan hasil belajar siswa lebih besar daripada
efektivitas pembelajaran konvensional. Keempat, efektivitas pembelajaran dengan
pembelajaran kontektual dengan pendekatan STM dalam meningkatkan literasi
sains siswa lebih besar daripada efektivitas pembelajaran konvensional. Kelima,
kendala-kendala yang dialami dalam implementasi pembelajaran kontektual
dengan pendekatan STM pada umumnya adalah siswa dan guru belum terbiasa
mengaitkan konsep dan prinsip yang dipelajari dengan penerapan konsep dan
prinsip tersebut dalam kehidupan di masyarakat atau apa yang dipelajari siswa
tidak kontekstual dengan kehidupan siswa di masyarakat.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
55
Sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, dapat dikemukakan beberapa
saran seperti berikut. Pertama, guru IPA-Fisika SLTP Negeri 2 Singaraja
hendaknya dapat melanjutkan penerapan model pembelajaran kontekstual ini pada
pokok bahasan yang lain, mengingat model pembelajaran ini lebih efektif dalam
meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa daripada model pembelajaran
konvensional.Kedua, guru IPA-Fisika lokasi penelitian ini diharapkan dapat
menularkan model pembelajaran kontekstual ini pada guru-guru yang lain
terutama pada guru-guru IPA, mengingat model ini merupakan model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar dan literasi sains siswa.
Ketiga, untuk pebinaan pembelajaran IPA di SLTP, hendaknya para kepala
sekolah dan instansi terkait dapat menerapkan hasil-hasil penelitian dan perlu
melakukan pengkajian pada model-model pembelajaran yang inovatif untuk
menunjang pencapaian tujuan pembelajaran di SLTP yang lebih berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA
Arens, R.I., 1997. Classroom and Management. USA: McGraw-Hill Companies,
Inc.
Borich, G.D. 1994. Obsevation Skill for Effective Teaching.New York: Macmillan
Publishing Company.
Dahar, R.W. 1989. Teori-Teori Belajar.Jakarta: Erlangga.
Depdikbud RI. 1993.Kurikulum Pendidikan Dasar. Garis-Garis Besar Program
Pengajaran (GBPP) Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Jakarta.
Hidayat, E.M.1996. Sains Teknologi Masyarakat: Makalah seminar Literasi sains
dan Teknologi Pendidikan Dasar. Jakarta: 13 Agustus 1996.
Karyadi, B.1996. Gagasan Tentang Pelaksanaan Sains-Teknologi Masyarakat di
Sekolah Dasar dan Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama: Makalah Seminar
Literasi sains dan Teknologi. Jakarta: Balitbang.
Nur, M., 2001. Pengajaran dan Pembelajaran Kontektual: Makalah yang
disajikan pada pelatihan pada TOT Guru-Guru SLTP tanggal: 20 Juni s/d
2001 di Puasat Pendidikan dan Latihan Wilayah IV Surabaya.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
ISSN 0215 - 8250
56
Poedjadi, A., 1996. Peningkatan Kualitas Daya Manusia Melalui Literasi Sains
Dan Teknologi Bagi Masyarakat; Makalah Seminar Literasi Sains Dan
tenologi Siswa Pendidikan Dasar. Jakarta: 13 Agustus 1996.
Prabowo. 2001. Pendidikan Fisika Dalam Mengatasi Tantangan Abad XXI, Pidato
Pengukuhan Jabatan Guru BesarMadya Dalam Ilmu Pendidikan
FisikaUniversitas Negeri Surabaya. Surabaya: 16 Mei 2000.
Sadia, W., 1998. Reformasi Pendidikan Sains (IPA) Menuju Masyarakat Yang
Literasi Sains dan Teknologi; Orasi Pengukuhan Guru Besar Tetap Dalam
Pendidikan Fisika pada STKIP Singaraja. Singaraja: 14 Oktober 1998.
Sarna, K., 1997. Studi tentang Kebijakan Pengelolaan Proses Pembelajaran
Bidang Studi MIPA Dengan Pendekatan Partisipatif Pada Anak-anak
Kelas II SMU Laboratorium Singaraja 1997/1998. Laporan Penelitian.
TIM Balitbang. 1996. Literasi Sains dan Teknologi (laporan Penelitian), Jakarta:
Pusat Penelitian dan Kebudayaan.
Winarno R. & Susilo H., 1999. Pedoman Pelaksanaan Pembelajaran Sains Dengan
PendekatanSains-Teknologi-Masyarakat (STM). Malang.
_____________ Jurnal Pendidikan dan Pengajaran IKIP Negeri Singaraja, No. 4 TH. XXXVII Oktober 2004
Download