MODUL KE-4 Mata Kuliah : Manajemen Strategik Jurusan

advertisement
MODUL KE-4
Mata Kuliah : Manajemen Strategik
Jurusan : Manajemen S-1 / PKK FEB UMB
Dosen : Agus Arijanto,SE,MM
Persaingan Bisnis di Masa Depan
Dunia saat ini sedang dalam proses perubahan cepat menuju sebuah tatanan
ekonomi di abad 21 yang dicirikan oleh ekonomi dan perdagangan serta investasi
yang bebas dan terbuka. Lingkungan dan struktur sosial ekonomi dunia telah
bergeser jauh dibanding abad sebelumnya. Demikian pula strategi, struktur, dan
sistem manajemen organisasi bisnis telah berubah sangat cepat. Fenomena bisnis
baru tengah muncul diseluruh dunia bisnis: batas-batas lama ekonomi dan pasar
nasional bertekuk lutut kepada globalisasi ketika dinding-dinding kantor tradisional
harus menyerah kepada panorama baru yang tanpa batas (borderless). Struktur
hirarkis korporasi yang kita kenal sebelumnya yang menyerupai infrastruktur
”elektromekanikal” ekonomi manufaktur telah gugur dan digantikan dengan jaringan
kerja horisontal yang lebih ramping yang dimungkinkan oleh adanya infrastruktur
digital era informasi. Pola hubungan jangka panjang majikan-pekerja juga runtuh
ketika SDM perusahaan itu sendiri terfragmentasi menjadi satuan-satuan baru yang
terpisah dan dinamis yang mengubah makna mendasar dari pekerjaan, kesempatan
kerja, dan bahkan produk (Devereaux & Johansen,1996). Untuk itu ada empat
paradigma baru yang tengah melanda di bawah permukaan yang menyemburkan
larva-larva ”surga ekonomi baru” . Hal ini merupakan isyarat perubahan eksternal:
politik, ekonomi, sosial, teknologi, budaya yang menyatu dan muncul kepermukaan
dan mengubah kontur dunia kerja, meninggalkan kita dengan pasar baru, institusi
korporat baru untuk melayani pasar baru itu, dan pekerjaan baru untuk menghasilkan
barang-barang baru bagi konsumen baru dunia. Keempat paradigma tersebut adalah
konsumen global, korporasi global, kesempatan kerja global, pengetahuan sebagai
produk global.
Konsumen Global
Nyaris tidak ada satupun gelombang ekonomi yang memberi kontribusi paling
besar terhadap realitas global baru ketimbang ekspansi eksplosif pasar konsumen
kelas menengah dikawasan-kawasan yang sebelumnya berada di luar jangkauan
bisnis kecuali beberapa bisnis lokal saja. Negara berkembang, yang sebelumnya
‘12
1
Manajemen Strategik
Agus Arijanto SE. MM
Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
kekuatan dan pengambilan keputusan strategik. Hirarki vertikal telah mendatar.
Manajemen menengah menghilang. Bahkan konsep kantor sebagai ruang-ruang
sempit di gedung pencakar langit mulai meluntur ketika para manajer mulai bekerja
dalam suatu moda” kapan dan dimana saja”, berhubungan dengan rekan-rekan satu
tim dan perusahaan lain melalui jejaring elektronik (e-mail), konfrensi jarak jauh,
serta jaringan lokal tapi area yang luas.
Dengan semakin berkembangnya pasar global dan dengan adanya tekanan
yang relatif besar perusahaan global yang lebih kecil, lebih inovatif, dan lincah, tidak
mengherankan jika banyak perusahaan transnasional dan multinasional terbesar
bergulat untuk membongkar bentuk cetakan mereka melalui strategi downsizing,
outsoursing, strategic aliance, joint venture. Kesemuanya ini cenderung mengubah
bentuk korporasi dengan mengaburkan batas-batas organisasi dan merampingkan
hirarki menjadi suatu pembagian tenaga kerja bukan berdasarkan nama jabatan dan
wewenang melainkan lebih berdasarkan keahlian dan pengetahuan spesialisasi.
Gelombang penciutan perusahaan di awal 1990-an hingga kini telah menimbulkan
kecenderungan untuk menjadi lebih ramping dan berisi. Berbagai survai 1992-2003,
menemukan bahwa 40% hingga 65% perusahaan-perusahaan di AS memangkas
jumlah SDM mereka. Bahkan, pada industri manufaktur, sudah berlangsung satu
dasawarsa, dimulai sejak 1970-an. Industri ”pengetahuan” seperti Apple bekerja
dengan 15.000 karyawan (1993) yang terus menurun. Bandingkan dengan IBM yang
memiliki 300.000 karyawan. Perusahaan Bioteknologi yang lebih dekat ke lini
”produk” masa depan, jauh lebih kecil. Genentech, yang terbesar, hanya
mempekerjakan 2500 orang tahun 2000.
Kesempatan Kerja di Zaman Globalisasi
Paradigma ketiga adalah kesempatan kerja. Restrukturisasi organisasi, pada
sisi lain, menyebabkan terfragmentasinya SDM. Suatu fenomena yang meliputi; lebih
singkatnya jabatan, beragamnya jenis hubungan pekerjaan yang baru, meningkatnya
keragaman budaya dikalangan pekerja. Hubungan majikan-pekerja yang dulunya
bisa lama, sekarang menjadi singkat. Pekerja menghabiskan waktu lebih singkat
dengan majikan yang lebih banyak berdasarkan tata hubungan kerja yang baru
(paruh waktu, kontrak, temporer, negosiasi lainnya). Dalam jejaring keragaman dan
fragmentasi SDM pekerja yang makin rumit dan menjadi ciri bisnis global seperti:
peta bahasa, kultur, sejarah, gaya kreasi, tradisi dan hubungan kekaryawanan.
Timbul pertanyaan, bagaimana para pekerja saling mengidentifikasi sesama
mereka? Bagaimana membangun loyalitas dan komitmen dalam ranah yang begitu
‘12
3
Manajemen Strategik
Agus Arijanto SE. MM
Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
multinasional AS antara lima dan sepuluh kali lipat bersifat teknologi ketimbang
Jepang ataupun Jerman (Institute fot The Future, 1999).
Dari uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa apabila perusahaan
ingin bertahan hidup daalam ketidakpastian (uncertainty) yang tidak terhindari diatas
bentangan empat paradigma tersebut, mereka harus mengakui adanya kebutuhan
untuk redesign secara fundamental cara-cara mereka berkomunikasi, belajar, dan
mengkoordinasikan kegiatan Tim di dalam dan diantara organisasi. Globalisasi
bukan sekedar ekspansi. Ini merupakan jagad yang sama sekali berbeda dengan
ekologi yang membatalkan semua asumsi lama. Organisasi yang dapat cepat
menyesuaikan diri terhadap tuntutan lingkungan baru akan berjaya. Sebaliknya,
mereka yang mencoba untuk melakukan segala sesuatu dengan cara lama akan
mengalami efek dinosaurus di zaman purba yang mengalami kepunahan.
Bagaimana kita membangun jembatan untuk dapat bertahan hidup di masa
mendatang? Bagaimana perusahaan-perusahaan nasional yang tumbuh terlalu
cepat, dan dibatasi oleh tradisi, belajar untuk melakukan perampingan, memutuskan
hubungan dengan masa lalu, dan melangkahi batas-batas negara dan budaya yang
sudah usang?. Tugas ini tergantung pada pemupukan pola pikir yang sama sekali
baru tentang konsep pekerjaan itu sendiri, cara pekerjaan diorganisir, apa yang
diproduksi dan untuk siapa?. Landasan berpikir ini akan bermuara pada kebutuhan
bauran kompetensi (Competence mix) SDM di masa depan yang meliputi:
Kemampuan
untuk
memahami
dan
berkomunikasi
keberbagai
macam
kultur(multikulutralisme). Suatu kemampuan yang dimulai dengan pengetahuan
tentang kultur itu sendiri.
Kompetensi teknologi di zaman menjamurnya teknologi informasi dan
komunikasi secara cepat, dengan pemahaman mengenai bagaimana mereka dapat
diterapkan
untuk
kerjasama
Tim
dalam
lingkungan
lintas
budaya
yang
terdesentralisasi.Ketrampilan kepemimpinan yang unik (model kepemimpinan
transformasional menggantikan model transaksional) yang berkaitan dengan
penciptaan dan pelestarian tim-tim bisnis dalam suatu lingkungan global.
Kompetensi
seni
”memfasilitasi”
yang
rumit
dan
terus
berkembang,
melonggarkan proses-proses yang selalu kompleks dan kadang menyakitkan yang
digunakan organisasi dan tim untuk menyelesaikan pekerjaan.
‘12
5
Manajemen Strategik
Agus Arijanto SE. MM
Pusat Pengembangan Bahan Ajar
Universitas Mercu Buana http://www.mercubuana.ac.id
atau
Download