Perubahan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe

advertisement
Munadi, Dedi Ardinata
Perubahan Kadar Glukosa Darah...
Perubahan Kadar Glukosa Darah Penderita Diabetes Melitus Tipe-2
yang Terkontrol Setelah Mengkonsumsi Kurma
Munadi* dan Dedi Ardinata**
* Peserta Pendidikan Dokter Spesialis Ilmu Penyakit Dalam,
Fakultas Kedokteran USU, Medan
** Departemen Fisiologi, Fakultas Kedokteran USU, Medan
Abstrak: Latar belakang: Buah Kurma selama ini masih menjadi suatu pertanyaan apakah dapat
dikonsumsi oleh penderita diabetes melitus tipe-2 yang terkontrol (diabetesi), tanpa mengacaukan
kontrol glukosa darah (KGD).
Tujuan: Untuk mengetahui perubahan KGD diabetesi setelah mengkonsumsi kurma.
Bahan Dan Cara: Diteliti secara Uji klinis menyilang terhadap 36 orang diabetisi pria 22 orang
dan wanita 14 orang dengan umur rata-rata 60±5,5 tahun, memakai Obat Hipoglikemik Oral
(OHO) 28 orang dan Insulin 8 orang. Penelitian dilakukan 2 kali perlakuan, perlakuan-I, 18 orang
mendapat 3 buah kurma dan 18 orang mendapat 1 buah pisang, KGD diukur sebelum memakan
dan sesudah memakan masing-masing buah. Perlakuan-II seminggu kemudian kelompok yang
sebelumnya mendapat 3 biji kurma diberikan 1 buah pisang dan begitu sebaliknya dan diukur
KGD sebelum dan 2 jam sesudah memakan masing-masing buah.
Hasil: Pada perlakuan-I Tidak ada perbedaan KGD sebelum menkonsumsi kurma dan 2 jam
sesudah mengkonsumsi kurma (125±28mg/dl vs 129,9±47 mg/dl) (P>0.05), baik yang mendapat
OHO (119±27 mg/dl vs 118 ±29 mg/dl) (P>0.05) maupun yang mendapat Insulin (149±17mg/dl
vs 173±77 mg/dl) (P>0.05). Pada yang mendapat pisang juga tidak terdapat perbedaan bermakna
antara KGD sebelum dan sesudah memakan pisang (130,2±22mg/dl vs 118,9±28mg/dl) (P>0.05)
juga pada kelompok yang mendapat OHO (132±20 mg/dl vs 121±28 mg/dl) (P>0.05) dan
mendapat Insulin (120±35mg/dl vs107±36mg/dl) (P>0.05). Pada perlakuan-II Juga tidak terdapat
perbedaan yang bermakna KGD sebelum dan 2 jam sesudah memakan kurma (145,2±19mg/dl vs
131,9±24mg/dl) (P>0.05), baik yang mendapat OHO (143,2±21mg/dl vs 126,6±31mg/dl)
(P>0.05) maupun yang mendapat Insulin (152,1±60mg/dl vs 157±62mg/dl) (P>0.05). Pada yang
mendapat pisang juga tidak terdapat perbedaan bermakna KGD sebelum dan sesudah memakan
pisang (138,4±17mg/dl vs133,5±40mg/dl) (P>0.05) juga pada kelompok yang mendapat OHO
(138,5±16mg/dl vs 128,3±22mg/dl) (P>0.05) dan mendapat Insulin (137,7±20 mg/dl vs
149,7±25mg/dl) (P>0.05).
Kesimpulan: Tidak ada perbedaan yang bermakna antara KGD sebelum dan sesudah baik yang
mengkonsumsi kurma maupun yang menkonsumsi pisang pada diabetisi baik yang menggunakan
OHO maupun Insulin.
Kata kunci: diabetisi, kurma, kadar glukosa darah
Abstract: Background: Date is still to be questioned whether can be consumed by diabetic
patient or not, or even disturb the control of blood glucose level (BGL)
Objective: To asses whether consuming date would increase the BGL.
Material and Method: Study was conducted as Cross-over Clinical Crial to 22 male and 14 female
diabetic patients with average of ages 60±5,5 years, who consumed oral hypoglycemic agents as
many as 28 person, and 8 used insulin. We conducted 2 phases of treatment. Phase 1, 18 person
was given 3 dates and the rest 1 banana. BGl were measured before and 2 hours after treatment.
Phase 2 was undergone 1 week after the phase 1, where the group with 3 dates in phase 1 were
given 1 banana, and on the contrary for the group with banana. BGl again were measured before
and 2 hours after treatment
Result: Phase 1. There was no differences between BGl before and 2 hours after consuming dates
(125±28mg/dL vs 129,9±47 mg/dL)(P>0.05) either in group with Oral Hypoglicemic Agent
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008
Universitas Sumatera Utara29
Karangan Asli
(OHA) or Insulin. (119±27 mg/dl vs 118±29 mg/dL) (P>0.05), (149±17mg/dL vs 173±77
mg/dL) (P>0.05) respectively. The same condition was found in the group who consume banana.
There was no differences between blood glucose before and 2 hours after consumption with the
level respectively were (130,2±22mg/dL vs 118,9±28mg/dL) (P>0.05). BGl either in group with
OHA or insulin respectively were (132±20 mg/dL vs 121±28 mg/dL) (P>0.05), (120±35mg/dL
vs 107±36mg/dL) (P>0.05).
Phase 2. There was no differences between BGl before and 2 hours after consuming dates
(145,2±19mg/dl vs 131,9±24mg/dl) (P>0.05), either in group with OHA or Insulin.
(143,2±21mg/dL vs 126,6±31mg/dL) (P>0.05), (152,1±60mg/dL vs 157±62mg/dL) (P>0.05)
respectively. The same condition was found in the group who consume banana. There was no
differences between BGl before and 2 hours after consumption with the level respectively were
(138,4±17mg/dL vs 133,5±40mg/dL) (P>0.05). BGl either in group with oho or insulin
respectively were (138,5±16mg/dL vs 128,3±22mg/dL) (P>0.05) and (137,7±20 mg/dL vs
149,7±25mg/dL) (P>0.05).
Conclusion: There was no significant differences of blood glucose level between before and after
consuming dates or banana, either in group with OHA or Insulin.
Keywords: diabetic patients, dates, BGl
PENDAHULUAN
Diabetes melitus (DM) merupakan
penyakit metabolik, yang ditandai dengan
peninggian kadar glukosa darah akibat
berkurangnya kualitas insulin, sekresi insulin
atau keduanya. Penderita diabetes (diabetisi)
semakin meningkat prevalensinya dari tahun
ke tahun. Rangkuman laporan Mc.Carthy dan
Zimmet (1994), Tattersal (1996) dan
Askandar (1994-1998) diperkirakan akan
terjadi peningkatan lebih dari dua kali lipat
dalam kurun waktu 24 tahun ke depan (19962020) di dunia 150 juta dan di Indonesia 12,4
1,2,3
juta.
Telah diketahui diabetes melitus akan
berhubungan dengan berbagai komplikasi baik
mikroangiopati
maupun
makroangiopati,
terjadinya komplikasi ini sangat erat
berhubungan dengan kontrol glukosa darah, di
mana sampai saat ini meskipun telah
ditemukan insulin dan obat hipoglikemik oral,
tetapi untuk mengontrol kadar glukosa darah,
diet masih merupakan lini pertama upaya
yang dilakukan secara berkepanjangan untuk
mencapai target kadar glukosa darah yang
diharapkan, sehingga progresifitas penyakit
3,4
bisa terkendali.
Diet pada penderita diabetes melitus
(diabetesi) meliputi pengaturan kalori, dan
pemberian makan karbohidrat, lemak dan
protein yang terdapat dalam ketujuh kelompok
penggolongan makanan. Karbohidrat merupakan
sumber energi yang paling dahulu digunakan
30
sebelum protein dan lemak. Komposisi
karbohidrat yang dianjurkan di Indonesia saat
ini pada diabetesi terdiri dari 60-70%
karbohidrat. Melihat komposisi diet yang
dianjurkan selama ini tampak bahwa
persentase yang dianjurkan makin tinggi dan
makin mendekati menu rata-rata bangsa
Indonesia yang terdari 81% karbohidrat.
Tahun 1983 Jenkins D.J.A dan kawan-kawan
menganjurkan indeks glikemik sebagai dasar
yang pasti dalam menentukan respons glukosa
4,5
darah tubuh.
Kurma merupakan buah yang tumbuh
dan dahulu banyak dikonsumsi oleh orang
Arab. Saat ini oleh karena dampak globalisasi
transportasi walaupun hanya tumbuh di
Negara beriklim subtropik namun sudah
tersedia di seluruh pasaran dunia termasuk di
Indonesia yang juga banyak dikonsumsi
terutama komunitas muslim pada saat bulan
Ramadhan. Kurma merupakan buah yang
sangat manis dan banyak mengandung glukosa
dan fruktosa dan mempunyai nilai indeks
6,7
glikemik yang relatif rendah.
Apakah diabetisi boleh mengkonsumsi
Kurma selama ini masih merupakan pertanyaan
terutama apakah dengan mengkonsumsi
kurma itu akan menyebabkan kenaikan kadar
glukosa darah?, pertanyaan di atas belum bisa
terjawab oleh karena belum ada penelitian
seberapa besar perubahan kadar glukosa darah
setelah mengkonsumsi buah ini, Penelitian
yang
sudah
dipublikasikan
mengenai
Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara
≤
Johnson & Johnson Company, kemudian
subjek kelompok A diberi makan 3 buah
kurma (Tunis Norchani dattes) dengan berat
tanpa biji 15±10% gram dan kelompok B
diberi satu buah pisang (pisang Barangan)
dengan berat 50±10% gram yang kedua buah
tersebut ditimbang dengan timbangan elektrik
merk frissca. Penderita kemudian disuruh
untuk duduk istirahat sambil membaca-baca
majalah dan tidak boleh merokok, Setelah 2
jam kemudian diambil lagi sampel darah
kapiler dan diukur kadar glukosa darah. Satu
minggu kemudian dilakukan hal yang sama
tetapi ditukar, kelompok yang memakan
kurma, diganti memakan pisang, begitu juga
sebaliknya.
Data-data hasil pemeriksaan kadar glukosa
darah sebelum dan 2 jam sesudah makan buah
kurma dan pisang dikumpulkan untuk
ditabulasi. Analisa statistik dilakukan dengan
8,9
menggunakan Uji t yang berpasangan.
HASIL
Tabel 1.
Karakteristik subjek
Rata-Rata
Minimal
Maksimal
SD
Umur(tahun)
60
46
68
5,5
Lama DM(tahun)
10
1
23
5,7
Hb(gr%)
13,7
12,1
15,2
0,8
Lekosit/mm2
6463
7800
9467
1871,1
0,9
0.6
1,6
0,3
Kreatinin
Ureum
22,3
12
43
6,3
SGOT
27,14
15
42
5,7
SGPT
28,4
16
52
6,5
- n = 36 (Pria : 22, Wanita : 14), SD : Standard Deviasion
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008
Universitas Sumatera Utara31
Karangan Asli
Diperoleh sebanyak 36 orang yang masuk
dalam kriteria penelitian di mana umur
termuda 46 tahun dan yang tertua 68 tahun,
lamanya menderita DM yang paling baru 1
tahun dan yang terlama 23 tahun (Tabel 1).
Reponden yang menggunakan Insulin sebanyak 8
orang dan yang mendapat OHO 28 orang dan
pada penelitian ini tidak terdapat responden
yang memakai terapi kombinasi antara insulin
dan OHO (TKOI).
Perlakuan-I
Pada perlakuan pertama, kadar glukosa
darah rata-rata pre-test lebih rendah pada
kelompok yang memakan kurma dibanding
pada kelompok yang memakan pisang
(125,4±28 VS 130,2±22mg/dl) namun secara
statistik perbedaan tersebut tidak bermakna
P>0,05. Kadar glukosa darah post-test pada
kelompok kurma lebih tinggi dibanding pisang
(129,8±47 VS 118,9±28mg/dl) namun secara
statistik perbedaan tersebut tidak bermakna
P>0,05 (Tabel 2).
Setelah post-test pada kelompok kurma
terjadi peningkatan kadar glukosa darah (dari
125,4±28 menjadi 129,8±47mg/dl) namun
secara statistik peningkatan ini tidak bermakna
P>0,05. Pada kelompok pisang justru terjadi
penurunan (dari 130,2±22 menjadi 118,9±28
mg/dl) namun dihitung secara statisttik
penurunan ini tidak bermakna P>0,05 (Tabel
3).
Pada kelompok yang mendapat kurma
yang menggunakan OHO terjadi penurunan
kadar glukosa darah (dari 119±27 menjadi
118±29 mg/dl) tetapi penurunan ini secara
statistik tidak bermakna P>0,05 sebaliknya
pada yang menggunakan insulin terjadi
kenaikan (dari 149±17 menjadi 173±77
mg/dl) tetapi dihitung secara statistik kenaikan
ini tidak bermakna P>0,05 (Tabel 4).
Kelompok yang mendapat pisang pada
yang menggunakan OHO terjadi penurunan
kadar glukosa darah (dari 132±20 menjadi
121±28 mg/dl) namun penurunan ini secara
statistik tidak bermakna P>0,05. Begitu juga
halnya yang terjadi pada yang menggunakan
insulin terjadi penurunan kadar glukosa darah
(dari 120±35 menjadi 107±36 mg/dl) namun
penurunan ini juga secara statistik tidak
bermakna P>0,05 (Tabel 5).
Tabel 2.
Perbandingan KGD pre- dan post-test pada kelompok pisang dan kurma pada pelakuan-I
Kurma
pisang
KGD Pre-test (mg/dl)
125,4±28
130,2±22
KGD Post-test (mg/dl)
129,8±47
118,9±28
P
0.5
0.4
Tabel 3.
Perubahan KGD pada kedua kelompok (pisang dan kurma ) pada pelakuan-I
Kurma
Pisang
KGD Pre-test (mg/dl)
KGD Post-test (mg/dl)
P
125,4±28
130,2±22
129,8±47
118,9±28
0,6
O,1
Tabel 4.
Perbandingan perubahan KGD pada diabetisi yang menggunakan Insulin dan OHO pada kelompok
kurma pada pelakuan-I
OHO(14)
Insulin(4)
KGD Pre-test (mg/dl)
KGD Post-test (mg/dl)
P
119±27
149±17
118±29
173±77
0,3
0,06
Tabel 5.
Perbandingan perubahan KGD pada diabetisi yang menggunakan Insulin dan OHO pada kelompok
pisang pada pelakuan-I
OHO(14)
Insulin (4)
32
KGD Pre-test (mg/dl)
132±20
120±35
KGD Post-test (mg/dl)
121±28
107±36
P
0,4
0,7
Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara
Munadi dkk.
Perubahan Kadar Glukosa Darah…
Perlakuan-II
Pada perlakuan kedua, kadar glukosa
darah rata-rata pre-test lebih tinggi pada
kelompok yang memakan kurma dibanding
kelompok pisang (145,2±19 VS 138,4±17
mg/dl) namun secara statistik perbedaan ini
tidak bermakna P>0,05 Kadar glukosa darah
post-test pada kelompok kurma lebih rendah
dibanding pisang (131,9±24 VS 133,5±40
mg/dl) namun secara statistik perbedaan ini
tidak bermakna P>0,05 (Tabel 6).
Setelah post-test pada kelompok kurma
terjadi penurunan kadar glukosa darah (dari
145,2±19 menjadi 131,9±24 mg/dl) namun
secara statistik penurunan ini tidak bermakna
(P>0,05), pada kelompok pisang juga terjadi
penurunan (dari 138,4±17 menjadi 133,5±40
mg/dl) namun dihitung secara statisttik
penurunan ini tidak bermakna P>0,05 (Tabel 7)
Pada kelompok yang mendapat kurma
yang menggunakan OHO terjadi penurunan
kadar glukosa darah (dari 143,2±21 menjadi
126,6±31 mg/dl) tetapi penurunan ini secara
statistik tidak bermakna P>0,05, sebaliknya pada
yang menggunakan insulin juga terjadi
peninggian (dari 152,1±6 menjadi 157,8±62
mg/dl ) tetapi dihitung secara statistik kenaikan
ini tidak bermakna P>0.05. (Tabel 8).
Kelompok pisang yang menggunakan OHO
terjadi penurunan kadar glukosa darah (dari
138,5±16 menjadi 128,3±22 mg/dl) namun
penurunan ini secara statistik tidak bermakna
(P=06). Tetapi tidak begitu yang terjadi pada
yang menggunakan insulin di mana terjadi
peninggian kadar glukosa darah (dari 137,7±20
menjadi 149,7±25 mg/dl) namun peninggian ini
juga secara statistik tidak bermakna P>0.05
(Tabel 9).
Tabel 6.
Perbandingan perubahan KGD pre- dan post-test pada kelompok pisang dan kurma pada pelakuan-II
Kurma
pisang
P
KGD Pre-test (mg/dl)
145,2±19
138,4±17
0.2
KGD Post-test (mg/dl)
131,9±24
133,5±40
0.9
Tabel 7.
Perubahan KGD pada kedua kelompok antara pre- dan post-test (kurma dan pisang) pada pelakuan-II
KGD Pre-test (mg/dl)
KGD Post-test (mg/dl)
P
- Kurma
145,2±19
131,9±24
0.2
- Pisang
138,4±17
133,5±40
0.3
Tabel 8.
Perbandingan perubahan KGD pada diabetisi yang menggunakan Insulin dan OHO pada kelompok kurma
pada pelakuan-II
KGD Pre-test (mg/dl)
KGD Post-test (mg/dl)
P
OHO(14)
143,2±21
126,6±31
0,2
Insulin(4)
152,1±6
157,8±62
0,7
Tabel 9.
Perbandingan perubahan KGD pada diabetisi yang menggunakan Insulin dan OHO pada kelompok pisang
pada pelakuan-II
KGD Pre-test (mg/dl)
KGD Post-test (mg/dl)
P
OHO(14)
138,5±16
128,3±22
0,9
Insulin(4)
137,7±20
149,7±25
0,8
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008
Universitas Sumatera Utara33
Karangan Asli
PEMBAHASAN
Jenkins mengemukakan indeks glikemik
makanan merupakan standar makan yang
dapat diberikan pada diabetisi, oleh karena
nilai glikemik yang dapat dijadikan patokan
akan respons tubuh terhadap fluktuasi
peninggian
kadar
glukosa
darah.
Mengkonsumsi makanan dengan Indeks
glikemik yang rendah tidak akan menaikkan
kadar glukosa darah. Pada penelitian ini
terbukti tidak terjadi peninggian kadar glukosa
darah setelah mengkonsumsi kurma baik pada
diabetisi yang mendapat insulin maupun pada
10,11
yang mendapat OHO.
Penelitian Miller membuktikan indeks
glikemik berbagai kurma yang dipasarkan
dalam berbagai bentuk didapati nilai glikemik
yang berbeda-beda tiap kemasan dan
varitasnya tetapi hasil dari kesemua indeks
glikemik kurma yang didapatkan dari
percobaan tersebut masih dalam batas
kelompok makanan yang dengan nilai indeks
glikemik yang rendah, dan hal ini merupakan
berita baik pada diabetisi. Pada penelitian ini
terbukti tidak terjadi peninggian kadar glukosa
darah setelah mengkonsumsi kurma yang
dibandingkan terhadap buah pisang di mana
pisang ini juga mempunyai nilai indeks
4
glikemik yang relatif rendah juga.
Ahmad dan kawan-kawan meneliti
kandungan berbagai varitas kurma dengan
tingkat kematangan yang berbeda dan
didapatkan rata-rata rasio perbandingan kadar
glukosa dan fruktosa mendekati 1 dan
kandungan serat 0,2 gram/100gram. Linder C
mengemukakan
bahwa
fruktosa
tidak
membutuhkan mediator insulin untuk
memasukannya
ke
dalam
sel
untuk
dimetabolisma lebih lanjut sehingga bila
fruktosa dikonsumsi tidak menaikkan kadar
glukosa darah. Pada penelitian ini dilakukan
perbandingan antar buah kurma yang selama
ini belum direkomendasikan pada diabetisi
dan pisang yang sudah direkomendasikan
dapat dikonsumsi oleh diabetisi, ternyata dari
hasil penelitan ini tidak dijumpai perbedaan
yang bermakna perubahan kadar glukosa
7,12
darahnya.
Sukarji berpendapat pada diabetisi tidak
ada batasan dalam mengkonsumsi jenis makan
namun sebaiknya harus dengan penyesuaian
pembatasan jumlah kalori dan sedapat
mungkin dari golongan makanan yang
34
mempunyai jumlah kalori yang sama. Pada
penelitian ini dibandingkan antara kurma
dengan URT 3 butir dan pisang dengan URT
1 buah di dapatkan hasil tidak ada perbedaan
yang bermakna setelah mengkonsumsi buah
ini, 3 biji kurma dan satu buah pisang
mempunyai nilai yang sama yaitu 12 gram
13,14
karbohidrat dan 50 kalori.
KESIMPULAN
Memakan 3 butir kurma pada diabetisi
tidak menaikkan kadar glukosa darah, dan
tidak berbeda bermakna dengan bila
dibandingkan dengan mengkonsumsi pisang.
Mengkonsumsi satu satuan ukuran rumah
tangga kurma (tiga biji/15 gram) seperti
halnya juga pisang (satu buah/50 gram)
dengan demikian mengkonsumsi buah kurma
tidak menaikkan kadar glukosa darah pada
diabetisi, baik bagi diabetisi yang mendapat
terapi OHO maupun yang mendapat insulin.
KEPUSTAKAAN.
1. Gustaviani R. Diagnosis dan Klasifikasi
Diabetes Mellitus. Dalam: Sudoyo AW,
Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M,
Setiati S.(editor). Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam , edisi IV, Jakarta Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit
Dalam FK UI,2006: 1879-81.
2. Tjokroprawiro A. Hidup sehat bersama
dan bahagia bersama Diabetes mellitus.
Jakarta,PT Gramedia, 2006 ; 1 : 1-3.
3. Suyono S. Pengaturan makanan dan
pengendalian glukosa darah. Dalam:
Waspadji S, Sukardji K, Octariana M
(editor). Pedomam diet diabetes mellitus.
Jakarta:
Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2002:
9-20
4. Waspadji S, Suyono S, Sukardi K,
Moenarko R. Indeks Glikemik Berbagai
Makanan Indonesia Hasil Penelitian.
Jakarta:
Balai
Penerbit
Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia 2003.
5. Jenkins DJA, Jenkins AL, Wolever TM,
Vuksan VRao AV, Thomson LU, Josse
RG.
Low
glycemic
index:
lente
carbohydrates and physiological effect of
altered food frequency. The American
journal of Nutrition 1994;56 :706s-9s
Majalah Kedokteran Nusantara Volume
41 y No.
1 y Maret
2008
Universitas
Sumatera
Utara
Munadi dkk.
Perubahan Kadar Glukosa Darah…
6. Miller CJ, Dunn EV, Hashim IB. The
glykaemic index of date/yoghurt mixed
meal. Are dates 'the candy that grows on
tree'?.European Journal of Clinical
Nutrition. 2003 ; 57: 427-430.
11. Wolever TMS, Jenkins DJA. The Use of
glycemic index in predicting the blood
glucuse response to mixed meals
American Journal of Clinical Nutrition
1986; 43:167-172.
7. Ahmed IA, Ahmed AWK, Robinson RK.
Chemical composition of date varieties as
influenced by the stage of ripening. Food
chemistry. 1995; 54: 305-9.
12. Linder M.C. Nutrisi dan Metabolisme
Karbohidrat; dalam: Maria C. Linder,
editor. Biokimia Nutrisi dan Metabolisme.
Universitas Iindonesia-Press 1992: 27-58.
8. Harun S.R, Putra ST, Wiharta A.S, Chair
I. Uji Klinis. Dalam: Sastroasmoro S,
Ismael S (editor). Dasar-dasar Metodologi
penelitian klinis. Jakarta, CV Sagung seto,
2002: 145-164.
13. Sukardji K. Penatalaksanaan gizi pada
diabetes mellitus. Dalam: Soegondo S,
Soewondo P, Subekti I (editor).
Penatalaksanaan
Diabetes
Melitus
Terpadu. FK UI. 2005; 5 :44-65.
9. Dahlan M.S. Besar sampel dalam
penelitian kesehatan. Jakarta, PT Arkans
entertaiment and education in harmony,
2005.
14. Sukardji K. Daftar bahan makanan
penukar dan perencanaan makan pada
diabetes mellitus. Dalam: Waspadji S,
Sukardji K, Octariana M (editor).
Pedomam diet diabetes melitus. Jakarta
Balai Penerbit Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia, 2002 ; 25-36.
10. Jenkins DJA. Et al. Metabolic effects of a
low-glicemic-index
diet.
American
Journal of Clinical Nutrition, 1987;
46:968-975.
Majalah Kedokteran Nusantara Volume 41 y No. 1 y Maret 2008
Universitas Sumatera Utara35
Download