MODUL RESPONSI MAM 4222 KALKULUS IV Mata Kuliah Wajib 2 sks untuk mahasiswa Program Studi Matematika Oleh Dr. WURYANSARI MUHARINI KUSUMAWINAHYU, M.Si. PROGRAM STUDI MATEMATIKA JURUSAN MATEMATIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS BRAWIJAYA 2013 DAFTAR ISI I Barisan Bilangan Real 1 I. 1 Konvergensi Barisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 1 I. 2 Sifat-sifat Barisan Konvergen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 6 I. 3 Barisan Monoton dan Terbatas . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 8 I. 4 Barisan Divergen . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12 I. 5 Barisan Cauchy . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 12 I. 6 Soal-soal Latihan Barisan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 13 II Deret Bilangan Real 15 II. 1 Deret Tak Hingga . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 15 II. 2 Teorema-teorema tentang Deret . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 16 II. 3 Uji Deret Positif (Tak Negatif) . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 18 II. 4 Deret Berayun . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 19 II. 5 Deret Kuasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 21 II. 6 Deret Taylor dan Deret Mac Laurin . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 22 II. 7 Operasi pada Deret Kuasa . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 23 II. 8 Soal Latihan Deret . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . 24 i BAB I Barisan Bilangan Real I. 1 Konvergensi Barisan Definisi Barisan Tak Hingga Barisan bilangan real tak hingga (real infinite sequence) adalah fungsi yang mengaitkan setiap bilangan asli dengan sekumpulan bilangan real. Selanjutnya barisan bilangan real tak hingga dalam modul ini disebut dengan barisan. Jadi barisan adalah f : N −→ R f : k 7−→ f (k) = ak Notasi: ∞ {ak }∞ k=1 = {ak } = (ak )k=1 = (ak ) = a1 , a2 , a3 , . . . Pola suatu barisan dapat diketahui dari penyajiannya. Barisan dapat disajikan dengan menuliskan suku-sukunya, atau dengan memberikan rumus eksplisitnya atau dengan memberikan rumus rekursifnya. Perhatikan contoh berikut. 1. Bila diberikan rumus eksplisit untuk ak adalah ak = 4k − 1 maka barisan {ak } = 3, 7, 11, 15, 19 . . . 2. Bila diberikan rumus rekursif untuk ak adalah a1 = 3, ak = ak−1 + 4 maka barisan {ak } = 3, 7, 11, 15, 19 . . . 1 2 Modul Kalkulus IV Definisi sub barisan Misalkan (ak ) ⊂ R adalah barisan bilangan real. Sub barisan dari (ak ) adalah hasil komposisi fungsi f ◦ g dengan g : N −→ N dan g monoton naik. Subbarisan dari (ak ) dinotasikan sebagai (aki ) ⊂ (ak ). k k maka f (k) = ak = 2+ (−1) dan (ak ) = 1, 25 , 35 , 49 , 95 , 13 , 13 , . . .. Contoh: Misalkan ak = 2+ (−1) k k 6 7 Jika g(i) = 3i−2 maka g(i) monoton naik dan sub barisan yang dihasilkan adalah (f ◦ g) (i) = f (g(i)) = f (3i − 2) = a3i−2 = 2 + (−1)3i−2 , 3i−2 sehingga diperoleh sub barisan (a3i−2 )∞ i=1 = , 21 , . . .. Dalam contoh ini ki = g(i) = 3i − 2. a1 , a4 , a7 , a10 , . . . = 1, 49 , 13 7 10 Berikut ini diberikan rumus eksplisit dan barisan yang dihasilkannya No. i. ii. Rumus Eksplisit ak = 1 + k2 bk = 2 + (−1)k k Barisan 3, 2, 5 6 7 8 9 , , , , ,... 3 4 5 6 7 , 13 , . . . 1, 52 , 35 , 94 , 59 , 13 6 7 iii. ck = 2k 2, 4, 8, 16, 32, 64, 128, . . . iv. dk = 3 3, 3, 3, 3, 3, 3, 3, 3, . . . Selain mengenali pola barisan, hal menarik yang selalu ditanyakan bila kita menghadapi barisan adalah pertanyaan mengenai perilaku suku-suku barisan bila k membesar terus menerus menuju tak hingga. Untuk menjawab pertanyaan tersebut dipelajari konsep kekonvergenan barisan. Definisi Konvergensi Barisan Barisan {ak } dikatakan konvergen jika terdapat suatu bilangan real L, sedemikian sehingga pernyataan berikut ini berlaku: untuk setiap bilangan positif ǫ terdapat bilangan asli n0 sehingga |ak − L| < ǫ, untuk setiap k ≥ n0 . Jika hal tersebut terjadi maka dikatakan bahwa (ak ) ke L. Notasi: lim ak = L. k→∞ Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 3 Barisan yang tidak konvergen menuju suatu bilangan berhingga L dikatakan divergen. Beberapa jenis kedivergenan dibahas secara khusus pada sub bab barisan divergen. Perhatikan bahwa konsep kekonvergenan barisan serupa dengan konsep limit fungsi f (x) bila x → ∞, yang telah dipelajari pada kuliah Kalkulus I. Untuk mengilustrasikan hal tersebut, perhatikan grafik barisan ak = 1 + 2 k dan grafik fungsi a(x) = 1 + 2 x berikut ini. Dapatkah saudara melihat perbedaannya? Pada gambar I.1 terlihat bahwa kedua grafik Gambar I.1: Kaitan ǫ dan n0 dalam definisi kekonvergenan barisan dan fungsi menuju garis y = 1. Dengan demikian diduga bahwa (ak ) konvergen menuju 1. Akan dibuktikan menggunakan definisi kekonvergenan barisan, bahwa lim ak = lim 1 + k→∞ k→∞ 2 = 1. k Menurut definisi, harus dibuktikan bahwa ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ |ak − L| < ǫ, ∀k ≥ n0 . Di sini ak = 1 + k2 dan L = 1. Karena harus berlaku ∀ǫ > 0 maka kita ambil sebarang ǫ > 0. Selanjutnya, harus ditentukan n0 ∈ N sehingga 1 + k2 − 1 < ǫ, ∀k ≥ n0 . Untuk memperoleh nilai n0 kita lakukan langkah mundur. Yang diinginkan adalah 1 + k2 − 1 = 2 = 2 < ǫ. Pertaksamaan terakhir terpenuhi bila k > 2 . Dengan demikian harus dipilih k k ǫ n0 ∈ N dengan n0 > 2ǫ . 4 Modul Kalkulus IV Jadi telah terbukti bahwa ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N dengan n0 > 2 k < 2 k0 < 2 2 ǫ 2 ǫ ∋ |ak − L| = 1 + = ǫ, ∀k ≥ n0 . Sesuai definisi telah terbukti bahwa limk→∞ 1 + 2 k 2 k − 1 = k2 = = 1. Untuk mengilustrasikan eksistensi nilai n0 pada pembuktian tersebut kita akan mencoba dengan mengambil sebarang ǫ. Misalkan diambil ǫ = 1, maka n0 ∈ N dengan n0 > 2ǫ = 2. Jadi untuk ǫ = 1, ∃ n0 = 3 sehingga 1 + k2 − 1 = k2 = k2 < 23 < 1 = ǫ, ∀k ≥ 3. Sekarang misalkan diambil ǫ = 0.01 maka n0 > 2 0.01 = 200. Artinya, suku-suku barisan ak berada pada jarak kurang dari 0.01 setelah suku ke-200. Anda dapat mencoba sebarang nilai ǫ > 0 yang lain. Apa yang dapat anda simpulkan? Catatan Berdasarkan definisi konvergensi barisan tersebut, untuk memeriksa kekonvergenan suatu barisan terlebih dahulu kita harus mempelajari perilaku suku-suku barisan (ak ) bila k membesar menuju tak hingga, sehingga dapat ditebak nilai L. Hal ini tidak selalu mudah, apalagi bila ekspresi (ak ) cukup rumit. Untuk itu dapat kita gunakan sifat berikut sehingga kita mungkin dapat menggunakan dalil L’Hospital. Sifat: Jika lim f (x) = L maka lim f (k) = L x→∞ k→∞ Contoh Soal 1. Buktikan bahwa limk→∞ 3 = 3 Jawab: Jelas bahwa ∀ǫ > 0, ∃n0 = 1 ∋ |ak − 3| = |3 − 3| = 0 < ǫ, ∀k ≥ n0 . Terbukti. 2. Buktikan bahwa limk→∞ 2k√ k+4 k =2 Jawab: Harus dibuktikan bahwa 2k √ − 2 < ǫ, ∀k ≥ n0 . ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ k+4 k Karena harus berlaku ∀ǫ > 0 maka kita ambil sebarang ǫ > 0. Selanjutnya, harus diten 2k√ tukan n0 ∈ N sehingga k+4 − 2 < ǫ, ∀k ≥ n0 . k Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 5 2k√ − 2 Untuk memperoleh nilai n0 kita lakukan langkah mundur. Yang diinginkan adalah k+4 = k √ √ √ √ 2k√ k √ k = −8 √k = 8 √ < 8 k k = √8k < ǫ. Pertaksamaan terakhir terpenuhi k+4 k − 2k+8 k+4 k k+4 k k+4 k bila k > 64 . ǫ2 Dengan demikian harus dipilih n0 ∈ N dengan n0 > 64 ǫ2 64 . ǫ2 2k√ ∋ |ak − L| = k+4 k − 2 = Jadi telah terbukti bahwa ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N dengan n0 > √ √ √ 2k√ √ 8 k k √ k = −8 √k = 8 √ = √8k < √8k0 < q864 = ǫ, ∀k ≥ n0 . Sesuai definisi < k+4 k − 2k+8 k k+4 k k+4 k k+4 k ǫ2 telah terbukti bahwa 2k√ limk→∞ k+4 k = 2. 3. Buktikan bahwa barisan (ak ) dengan ak = k divergen Jawab: Andaikan (ak ) konvergen maka terdapat suatu bilangan L ∈ R sehingga limk→∞ ak = limk→∞ k = L . Berarti ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ |k − L| < ǫ, ∀k ≥ n0 . Akibatnya −1 < k − L < 1, yang ekivalen dengan −1 + L < k < L + 1, ∀k ≥ n0 . Berarti bahwa himpunan bilangan asli N terbatas. Hal ini tidak benar sehingga pengandaian salah. Jadi seharusnya (ak ) tidak konvergen. 4. Buktikan bahwa barisan (ak ) dengan ak = (−1)k divergen Jawab: Andaikan (ak ) konvergen maka terdapat suatu bilangan L ∈ R sehingga limk→∞ ak = limk→∞ (−1)k = L . Berarti ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ (−1)k − L < ǫ, ∀k ≥ n0 . Jika diambil ǫ = 21 maka ∃n0 ∈ N ∋ (−1)k − L < 12 , ∀k ≥ n0 . Untuk k genap maka diperoleh |1 − L| < 21 , sedangkan untuk k ganjil maka diperoleh |−1 − L| = |−(1 + L)| = |(1 + L)| < 12 . Akibatnya 2 = 1 + 1 = |1 − L + 1 + L| ≤ |1 − L| + |1 + L| < 1 2 + 12 = 1 sehingga 2 < 1, dan hal ini mustahil. Pengandaian kita tidak benar. Jadi seharusnya (ak ) tidak konvergen. Soal latihan 4k 1. Tentukan n0 agar k+1 − 4 < 15 , ∀k ≥ n0 . Dengan menggunakan definisi kekonvergenan barisan, buktikan bahwa: 2. limk→∞ √1 k+1 =0 6 Modul Kalkulus IV 3. limk→∞ 3k k+7k2 4. limk→∞ 2k k+3 5. limk→∞ 3k√ k+7 k I. 2 =0 =2 =3 Sifat-sifat Barisan Konvergen Teorema: Barisan tak negatif Jika (ak ) barisan tak negatif dan limk→∞ ak = L maka L ≥ 0 Bukti: Diketahui ak ≥ 0, ∀k ∈ N. Andaikan L < 0 maka untuk ǫ = − L2 terdapat n0 ∈ N sehingga |ak − L| < − L2 , ∀k ≥ n0 . Khususnya untuk k = n0 maka diperoleh |ak0 − L| < − L2 . Akibat- nya ak0 − L < − L2 , sehingga ak0 < L 2 < 0. Dengan demikian ∃n0 ∈ N sehingga ak0 < 0. Hal ini bertentangan dengan yang diketahui yaitu bahwa ak ≥ 0, ∀k ∈ N. Oleh karena itu pengandaian salah. Jadi haruslah L ≥ 0. Teorema terbukti Teorema: Ketunggalan limit Jika (ak ) barisan bilangan real yang konvergen, maka nilai limitnya tunggal. Dengan perkataan lain, jika limk→∞ ak = L dan limk→∞ ak = M maka L = M . Bukti: Andaikan L 6= M . Diketahui limk→∞ ak = L dan limk→∞ ak = M . Berarti ∀ǫ > 0, ∃n1 ∈ N ∋ |ak − L| < ǫ, ∀k ≥ n1 dan ∀ǫ > 0, ∃n2 ∈ N ∋ |ak − M | < ǫ, ∀k ≥ n2 . | |L−M | > 0 maka ∃n1 ∈ N ∋ |ak − L| < |L−M , ∀k ≥ n1 dan ∃n2 ∈ N ∋ 4 4 | | , ∀k ≥ n2 . Misalkan n0 = max {k1 , n2 }, maka |ak − L| < |L−M dan |ak − M | < |L−M 4 4 | | , ∀k ≥ n0 . Khususnya untuk k = n0 maka |ak0 − L| < |L−M dan |ak − M | < |L−M 4 4 | |ak0 − M | < |L−M . Perhatikan bahwa |L − M | = |L − ak0 + ak0 − M | ≤ |L − ak0 | + 4 | | | |ak0 − M | = |ak0 − L| + |ak0 − M | < |L−M + |L−M = |L−M . Dengan demikian diper4 4 2 | . Mustahil bahwa terdapat bilangan positif yang nilainya kurang dari oleh |L − M | < |L−M 2 Ambil ǫ = setengah nilai bilangan tersebut. Berarti pengandaian bahwa L 6= M tidak benar. Jadi seharusnya L = M . Teorema terbukti. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 7 Teorema: Ketunggalan limit sub barisan Jika (ak ) barisan bilangan real yang konvergen ke L, maka SETIAP sub barisan (aki ) dari (ak ) juga konvergen ke L. Akibatnya, semua sub barisan dari suatu barisan yang konvergen akan konvergen ke nilai limit yang sama. Memperlihatkan kekonvergenan suatu barisan secara langsung menggunakan definisi kekonvergenan barisan tidak selalu mudah, apalagi bila diberikan rumus ak yang rumit. Untuk mengatasinya, dapat digunakan teorema-teorema berikut. Teorema: Sifat-sifat Limit Barisan Misalkan ak dan bk adalah barisan-barisan yang konvergen dan k adalah suatu konstanta, maka berlaku sifat-sifat berikut. 1. lim k = k k→∞ 2. lim kak = k lim ak k→∞ k→∞ 3. lim (ak ± bk ) = lim ak ± lim bk k→∞ k→∞ k→∞ 4. lim (ak · bk ) = lim ak · lim bk k→∞ 5. lim ak k→∞ bk = k→∞ lim ak k→∞ lim bk k→∞ k→∞ asalkan lim bk 6= 0 k→∞ Coba buktikan kelima sifat tersebut dengan menggunakan definisi kekonvergenan barisan. Selain menggunakan kelima sifat limit barisan tersebut, kekonvergenan barisan dapat pula diperiksa dengan menggunakan teorema berikut, yang sering disebut dengan prinsip apit atau sandwich theorem. Teorema: Prinsip APIT Misalkan ak dan ck adalah barisan-barisan yang konvergen menuju L dan ak ≤ bk ≤ ck untuk k ≥ K, maka bk juga konvergen menuju L. Jika kita menghadapi barisan yang suku-sukunya berubah tanda maka teorema berikut 8 Modul Kalkulus IV ini dapat digunakan untuk memeriksa kekonvergenannya dengan memandang barisan nilai mutlaknya. Teorema: konvergensi barisan berubah tanda: Jika lim |ak | = 0 maka lim ak = 0. k→∞ k→∞ Soal latihan 1. Jika (ak ) barisan real dengan (ak ) ≤ M, ∀k ∈ N dan diketahui lim ak = L, buktikan k→∞ bahwa L ≤ M . 2. Jika L ∈ R, M ∈ R dan L ≤ M + ǫ, ∀ǫ > 0, buktikan bahwa L ≤ M 3. Gunakan sifat ||a| − |b|| ≤ |a − b| untuk membuktikan bahwa: Jika (ak ) konvergen ke L maka (|ak |) konvergen ke |L|. 4. Berikan contoh barisan (ak ) yang bersifat (|ak |) konvergen tetapi (ak ) tidak konvergen. 5. Tentukan lim k→∞ ak −1 k→∞ ak +1 6. Jika lim I. 3 √ √ √ k k+1− k . = 0 buktikan bahwa lim ak = 1. k→∞ Barisan Monoton dan Terbatas Pada bagian ini dibahas teorema-teorema yang dapat digunakan untuk memeriksa kekonvergenan suatu barisan dengan memanfaatkan sifat kemonotonan dan keterbatasan barisan tersebut. Definisi Barisan Monoton Barisan {ak } disebut barisan tak turun bila ak ≤ ak+1 , ∀k. Sebaliknya, barisan {ak } disebut barisan tak naik bila ak ≥ ak+1 , ∀k. Bila barisan {ak } tak naik atau tak turun maka barisan {ak } disebut barisan monoton. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 9 Sebelum membahas barisan terbatas, perlu diperkenalkan terlebih dahulu definisi-definisi, teorema, dan aksioma mengenai keterbatasan suatu himpunan karena konsep-konsep tersebut diperlukan dalam pembuktian teorema-teorem mengenai barisan monoton dan terbatas. Definisi Himpunan Terbatas Suatu himpunan A ⊂ R dikatakan Terbatas di Atas jika terdapat bilangan real M sehingga a ≤ M, ∀a ∈ A. Sebaliknya, A dikatakan Terbatas di Bawah jika terdapat bilangan real m sehingga a ≥ m, ∀a ∈ A. Dalam hal ini M disebut batas atas dari A dan m disebut batas bawah dari A. Himpunan A ⊂ R dikatakan Terbatas jika A terbatas di atas dan terbatas di bawah. Dengan perkataan lain, himpunan A ⊂ R terbatas jika dan hanya jika terdapat bilangan real m dan M sehingga A ⊂ [m, M ]. Perhatikan bahwa batas atas atau batas bawah suatu himpunan tidak tunggal. Definisi Supremum Misalkan A ⊂ R adalah himpunan yang terbatas di atas. Bilangan α disebut Supremum atau Batas Atas Terkecil dari A jika (i) α adalah batas atas dari A (ii) α ≤ M , untuk setiap M batas atas dari A Notasi: α = sup A Definisi Infimum Misalkan A ⊂ R adalah himpunan yang terbatas di bawah. Bilangan β disebut Infimum atau Batas Bawah Terbesar dari A jika (i) β adalah batas bawah dari A (ii) β ≥ m, untuk setiap m batas bawah dari A Notasi: β = inf A Dua teorema berikut dapat digunakan untuk menggantikan definisi supremum dan infimum suatu himpunan. 10 Modul Kalkulus IV Teorema Supremum Misalkan A ⊂ R adalah himpunan yang terbatas di atas. Maka α = sup A jika dan hanya jika (i) α adalah batas atas dari A (ii) ∀ǫ > 0∃a ∈ A sehingga a > α − ǫ Teorema Infimum Misalkan A ⊂ R adalah himpunan yang terbatas di bawah. Maka β = inf A jika dan hanya jika (i) β adalah batas bawah dari A (ii) ∀ǫ > 0∃a ∈ A sehingga a < β + ǫ Aksioma berikut merupakan aksioma yang hanya dimiliki oleh himpunan bilangan real. Aksioma Eksistensi Supremum Infimum Misalkan A ⊂ R adalah himpunan bilangan real yang terbatas di atas maka A memiliki supremum di R. Sebaliknya, jika A ⊂ R adalah himpunan bilangan real yang terbatas di bawah maka A memiliki infimum di R. Definisi Barisan Terbatas Barisan {ak } dikatakan terbatas di atas bila terdapat bilangan M ∈ R sedemikian sehingga ak ≤ M untuk setiap k ∈ N. Barisan {ak } dikatakan terbatas di bawah bila terdapat bilangan m ∈ R sedemikian sehingga ak ≥ m untuk setiap k ∈ N. Suatu barisan dikatakan terbatas jika barisan tersebut terbatas di atas dan terbatas di bawah. Dengan perkataan lain, barisan {ak } ⊂ R dikatakan terbatas jika ∃m, M ∈ R ∋ ak ∈ [m, M ] , ∀k ∈ N. Dapat pula dikatakan bahwa barisan {ak } ⊂ R dikatakan terbatas jika ∃M ∈ R ∋ |ak | ≤ M, ∀k ∈ N. Teorema berikut dapat digunakan untuk memperlihatkan bahwa suatu barisan TIDAK konvergen yaitu dengan memperlihatkan bahwa barisan tersebut tidak terbatas. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 11 Teorema: Barisan terbatas Jika barisan {ak } konvergen maka {ak } terbatas Bukti: Diketahui {ak } konvergen. Misalkan limk→∞ ak = L. Berarti ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ |ak − L| < ǫ, ∀k ≥ n0 . Akibatnya |ak | = |ak − L + L| ≤ |ak − L| + |L| < ǫ + |L| , ∀k ≥ n0 . Jika dimisalkan P = ǫ + |L| maka diperoleh |ak | < P, ∀k ≥ n0 . Misalkan Q = max {|ak | kk < n0 } maka |ak | ≤ Q, ∀k < n0 . Misalkan M = max {P, Q} maka |ak | ≤ M, ∀k ∈ N. Jadi telah terbukti bahwa {ak } terbatas. Perhatikan bahwa menurut teorema tersebut, barisan yang terbatas tidak selalu konvergen. Sebagai contoh, barisan {ak } = 1, −1, 1, −1, 1, −1, 1, −1, . . . merupakan barisan terbatas, namun {ak } tidak konvergen. Yang dapat disimpulkan dari teorema tersebut adalah bahwa barisan yang tak terbatas pasti tidak konvergen, sehingga teorema tersebut berguna untuk memperlihatkan kedivergenan. Namun demikian, Bolzano dan Weierstrass berhasil menurunkan suatu teorema yang menyatakan implikasi suatu barisan terbatas, seperti dinyatakan dalam teorema berikut. Teorema Bolzano-Weierstrass Setiap barisan bilangan real yang terbatas pasti memiliki sub barisan yang konvergen. Teorema berikut menyatakan hubungan antara kemonotonan dan keterbatasan suatu barisan dengan kekonvergenan, sehingga diperoleh cara lain untuk memperlihatkan kekonvergenan barisan tanpa menggunakan definisi, melainkan cukup dengan memeriksa kemonotonan dan keterbatasan barisan saja. Teorema: barisan monoton Jika barisan {ak } terbatas di atas dan monoton tak turun maka barisan {ak } konvergen. Demikian pula, jika barisan {ak } terbatas di bawah dan monoton tak naik maka barisan {ak } konvergen. Akibatnya, barisan yang monoton dan terbatas pasti konvergen 12 I. 4 Modul Kalkulus IV Barisan Divergen Definisi Barisan divergen menuju ke tak hingga Barisan bilangan real (ak ) dikatakan divergen menuju tak hingga jika ∀M > 0, M ∈ R∃n0 ∈ N ∋ ak ≥ M, ∀k ≥ n0 . Notasi: lim ak = ∞. k→∞ Definisi Barisan divergen menuju ke minus tak hingga Barisan bilangan real (ak ) dikatakan divergen menuju minus tak hingga jika ∀M > 0, M ∈ R∃n0 ∈ N ∋ ak ≤ −M, ∀k ≥ n0 . Notasi: lim ak = −∞. k→∞ Definisi Barisan berosilasi Jika barisan bilangan real (ak ) divergen namun tidak menuju tak hingga maupun minus tak hingga maka barisan (ak ) disebut barisan berosilasi. I. 5 Barisan Cauchy Pada bagian ini diperlihatkan bahwa dengan menggunakan suatu kriteria, yang disebut kriteria Cauchy, kita dapat menentukan konvergensi suatu barisan bilangan real tanpa perlu menentukan nilai L sebagai nilai limitnya terlebih dahulu. Definisi: Barisan Cauchy Barisan bilangan real (ak ) disebut barisan Cauchy jika ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ |ak − am | < ǫ, ∀k, m ≥ n0 . Kriteria konvergensi Cauchy Barisan bilangan real (ak ) konvergen jika dan hanya jika (ak ) adalah barisan Cauchy Bukti: Akan dibuktikan terlebih dahulu bahwa: jika (ak ) konvergen maka (ak ) adalah barisan Cauchy. Misalkan limk→∞ ak = L. Berarti ∀ǫ > 0, ∃n0 ∈ N ∋ |ak − L| < ǫ , ∀k 2 ≥ n0 . Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 13 Akibatnya |ak − am | = |ak − L + L − am | ≤ |ak − L| + |L − am | < ǫ 2 + ǫ 2 = ǫ, ∀k, m ≥ n0 . Terbukti bahwa (ak ) adalah barisan Cauchy. Pembuktian pernyataan sebaliknya, yaitu jika (ak ) adalah barisan Cauchy maka (ak ) konvergen, dilakukan dengan menggunakan teorema Bolzano-Wierstrass. I. 6 Soal-soal Latihan Barisan 1. Pada soal-soal berikut, diberikan rumus eksplisit untuk ak . Tulislah suku-suku barisan (ak ) dan tentukan apakah barisannya konvergen atau divergen. Jika konvergen, tentukan lim ak . k→∞ 4k+5 k−1 √ k2 +1 ak = 4k+3 a. ak = b. ak = c. d. ak = 6k2 −2 3k+1 k cos(kπ) 6k+5 f. ak = e2k 4k h. ak = k100 ek e. ak = e−k sin k k g. ak = 14 + 3k/2 i. ak = ln(1/k) √ 2k j. ak = (2k)1/2k 2. Pada soal-soal berikut, tentukan rumus eksplisit untuk setiap barisan. Tentukan apakah barisannya konvergen atau divergen. Jika konvergen, tentukan lim ak . k→∞ a. (ak ) = 1 2 3 4 , , , ,... 22 2 3 24 25 b. (ak ) = 1, 1−1 1 , 1−1 2 , 1−1 3 , . . . 2 3 4 , 3−2 1 , 4−3 1 , 5−4 1 , . . . c. (ak ) = 1 2− 21 d. (ak ) = 9 16 − 13 , 49 , − 27 , 81 , . . . 3 4 5 e. (ak ) = 1 − 12 , 12 − 31 , 31 − 14 , 41 − 15 , . . . 3. Pada soal berikut tunjukkan bahwa (ak ) konvergen, dengan menggunakan teorema kemonotonan. a. ak = k k+1 b. ak = 1 + 2− 1 2! + 1 k2 1 3! + 1 4! + ... + c. a1 = 1, ak+1 = 1 + 12 ak 1 k! 14 Modul Kalkulus IV d. a1 = 2, ak+1 = 12 ak + a2k √ √ √ k+1− k e. ak = k √ √ 3 f. ak = k 2 k3 + 1 − k3 4. Misalkan (ak ) = 1 + 21 + 13 + 14 + 51 + . . .. Buktikan bahwa barisan (ak+1 − ak ) konvergen ke 0 tetapi (ak ) bukan barisan Cauchy. BAB II Deret Bilangan Real II. 1 Deret Tak Hingga Misalkan diberikan barisan {an } = a1 , a2 , a3 , . . .. Misalkan S1 = a1 , S2 = a1 + a2 = S3 = a1 +a2 +a3 = 3 P an , S4 = a1 +a2 +a3 +a4 = n=1 k P n=1 4 P 2 P an , n=1 an , . . . , Sk = a1 +a2 +a3 +a4 +. . .+ak = n=1 an maka terbentuklah barisan {Sk } = S1 , S2 , S3 , . . .. Di sini Sk disebut jumlah parsial ke k, dan ∞ P an = a1 + a2 + a3 + a4 + . . . disebut DERET TAK HINGGA atau secara singkat n=1 hanya disebut deret. Definisi Konvergensi Deret ∞ P Deret an dikatakan konvergen dan mempunyai jumlah S jika barisan jumlah-jumlah n=1 parsial {Sk } konvergen menuju S. Notasi: ∞ X n=1 an = lim k→∞ k X an = lim Sk = S. n=1 Sebaliknya, bila barisan {Sk } divergen maka deret punyai jumlah. 15 k→∞ ∞ P n=1 an dikatakan divergen dan tidak mem- 16 Modul Kalkulus IV Contoh: 1. Deret geometri adalah deret yang terbentuk dari barisan {arn−1 }, dengan a 6= 0, yaitu ∞ X arn−1 = a + ar + ar2 + ar3 + . . . . n=1 Dapat diperlihatkan bahwa deret geometri adalah deret yang konvergen dengan jumlah S= a 1−r bila |r| < 1, namun divergen bila |r| ≥ 1. 2. Dapat diperlihatkan bahwa deret harmonik ∞ X 1 1 1 1 = 1 + + + + ... n 2 3 4 n=1 adalah deret yang divergen. II. 2 Teorema-teorema tentang Deret Teorema Uji DIVERGENSI ∞ P Jika deret an konvergen maka lim an = 0. n→∞ n=1 Perlu diperhatikan bahwa jika lim an = 0, maka belum tentu deret n→∞ ∞ P an konvergen. n=1 Sifat yang ekivalen dengan teorema tersebut adalah jika lim an 6= 0, maka deret n→∞ ∞ P an n=1 divergen. Oleh karena itu, teorema tersebut sangat bermanfaat untuk menguji apakah suatu deret divergen, yaitu cukup dengan memeriksa lim an . n→∞ Contoh: deret ∞ P n=1 √ 2n3 + n 3 4n +n √ 2n3 + n 3 n→∞ 4n +n divergen sebab lim an = lim n→∞ = 1 2 6= 0. Sifat-sifat kelinieran deret konvergen ∞ ∞ ∞ P P P Jika an dan bn konvergen dan c adalah suatu konstanta, maka deret (an + bn ) dan n=1 ∞ P deret n=1 n=1 c an juga konvergen, dan berlaku n=1 Wuryansari Muharini Kusumawinahyu ∞ P (i) (ii) n=1 ∞ P c an = c ∞ P an n=1 (an + bn ) = n=1 ∞ P ∞ P an + n=1 Teorema: Jika ∞ P 17 bn . n=1 an divergen maka n=1 ∞ P c an juga divergen. n=1 Teorema Jika deret ∞ P an konvergen maka suku-suku dalam deret tersebut boleh dikelompokkan de- n=1 ngan sebarang cara dan deret yang dihasilkan dari pengelompokan suku-suku deret tersebut akan konvergen dengan jumlah yang sama dengan deret semula. Soal Latihan 1. Buktikan bahwa: jika a1 + a2 + a3 + a4 . . . konvergen ke s maka a2 + a3 + a4 . . . konvergen ke s − a1 2. Buktikan bahwa deret ∞ P 1 n(n+1) n=1 konvergen 3. Untuk nilai x berapakah deret (1 − x) + (x − x2 ) + (x2 − x3 ) + . . . konvergen? 4. Apakah deret ∞ P log 1 + n=1 5. Buktikan bahwa: deret 1 n ∞ P n=1 konvergen? an konvergen jika dan hanya jika ∀ǫ > 0∃n0 ∈ N sehingga n X ak < ǫ, ∀n > m ≥ n0 k=m+1 6. Apakah deret berikut konvergen? ∞ P n+1 a. n+2 b. n=1 ∞ P n=1 n+1 1010 (n+2) 7. Buktikan bahwa: jika ∞ P n=1 an konvergen ke A maka 21 (a1 +a2 )+ 21 (a2 +a3 )+ 21 (a3 +a4 )+. . . juga konvergen. Tentukan jumlah untuk deret ke dua. 18 Modul Kalkulus IV 8. Berikan contoh deret ∞ P an yang bersifat: (a1 +a2 )+(a3 +a4 )+(a5 +a6 )+(a7 +a8 )+. . . n=1 konvergen tetapi a1 + a2 + a3 + a4 + . . . divergen II. 3 Uji Deret Positif (Tak Negatif ) Dalam sub bab ini dibahas mengenai beberapa uji yang dapat digunakan untuk menentukan kekonvergenan suatu deret dengan suku-suku tak negatif atau positif. Teorema ∞ P Deret an , dengan an ≥ 0 akan konvergen jika dan hanya jika jumlah-jumlah parsialnya n=1 terbatas di atas, yaitu Sn ≤ M untuk suatu bilangan positif M . Teorema: uji integral Misalkan f (x) adalah fungsi yang kontinu, bernilai positif, dan monoton tak naik pada se∞ P lang [1, ∞], dan andaikan an = f (n), ∀k ∈ N. Maka deret tak hingga an konvergen jika dan hanya jika integral tak wajar R∞ n=1 f (x) dx konvergen . 1 Teorema tersebut sering dinyatakan pula sebagai berikut. Deret wajar R∞ ∞ P n=1 f (x) dx konvergen atau divergen secara bersamaan. 1 Teorema: uji banding biasa Misalkan 0 ≤ an ≤ bn , ∀n ≥ N , untuk suatu N . ∞ ∞ P P (i) Jika bn konvergen, maka demikian pula halnya dengan an (ii) Jika n=1 ∞ P n=1 an divergen, maka demikian pula halnya dengan n=1 n=1 Teorema: uji banding limit Misalkan an ≥ 0, bn ≥ 0, dan ∞ P an = L. n→∞ bn lim bn . f (n) dan integral tak Wuryansari Muharini Kusumawinahyu (i) Jika 0 < L < ∞ maka (ii) Jika L = 0 dan ∞ P ∞ P an dan n=1 ∞ P 19 bn sama-sama divergen atau sama-sama konvergen n=1 ∞ P bn konvergen, maka n=1 an konvergen. n=1 Teorema: uji rasio ∞ P Misalkan an adalah deret dengan suku-suku positif dan n=1 an+1 . n→∞ an ρ = lim (i) Jika ρ < 1 maka deret tersebut konvergen (ii) Jika ρ > 1 maka deret tersebut divergen (iii) Jika ρ = 1 maka kekonvergenan deret tersebut tak dapat ditentukan. Teorema: uji akar ∞ P Misalkan an adalah deret dengan suku-suku positif dan n=1 ρ = lim n→∞ √ n an . (i) Jika ρ < 1 maka deret tersebut konvergen (ii) Jika ρ > 1 maka deret tersebut divergen (iii) Jika ρ = 1 maka kekonvergenan deret tersebut tak dapat ditentukan. II. 4 Deret Berayun Dalam sub bab ini dipelajari deret berayun, yaitu deret yang nilainya berubah-ubah dari negatif ke positif dan sebaliknya. Deret berayun sering pula disebut deret berganti tanda. Bentuk umum deret berganti tanda adalah ∞ X n=1 (−1)n+1 an = a1 − a2 + a3 − a4 + a5 − a6 + . . . 20 Modul Kalkulus IV Teorema: uji deret berayun ∞ P Misalkan (−1)n+1 an adalah deret berayun dengan an > an+1 > 0. Jika lim an = 0, maka n=1 deret berayun n→∞ ∞ P (−1)n+1 an konvergen. n=1 Definisi Konvergen Mutlak ∞ ∞ P P Deret un disebut konvergen mutlak jika |un | konvergen. n=1 n=1 Teorema: uji konvergensi mutlak: Jika ∞ P n=1 |un | konvergen maka ∞ P un konvergen. n=1 Dengan perkataan lain, teorema tersebut menyatakan bahwa deret yang konvergen mutlak pasti konvergen. Teorema: uji rasio mutlak ∞ P Misalkan un adalah deret dengan suku-suku tak nol dan n=1 |un+1 | . n→∞ |un | ρ = lim (i) Jika ρ < 1 maka deret tersebut konvergen mutlak (sehingga konvergen) (ii) Jika ρ > 1 maka deret tersebut divergen (iii) Jika ρ = 1 maka kekonvergenan deret tersebut tak dapat ditentukan. Definisi Konvergen Bersyarat ∞ ∞ ∞ P P P Deret un disebut konvergen bersyarat jika un konvergen namun |un | divergen. n=1 n=1 n=1 Contoh: deret harmonik berayun merupakan contoh deret yang konvergen bersyarat. Teorema:Jika deret ∞ P un konvergen mutlak maka suku-suku dalam deret tersebut boleh n=1 diubah susunannya tanpa mengubah nilai konvergensi maupun jumlah deretnya. Wuryansari Muharini Kusumawinahyu II. 5 21 Deret Kuasa Pada sub bab - sub bab sebelumnya, deret yang kita bahas adalah deret dengan suku-suku ∞ P konstan, yaitu un , dengan un berupa konstanta. Kini akan dibahas deret dengan sukun=1 suku berupa fungsi, yaitu deret berbentuk dibahas deret fungsi ∞ P ∞ P un (x). Lebih khusus lagi, dalam sub bab ini n=1 un (x), dengan un (x) berupa fungsi pangkat dalam x. Deret yang n=1 demikian disebut deret pangkat atau deret kuasa (power series). Bentuk umum deret kuasa dalam x adalah ∞ X n=1 an (x − c)n = a0 + a1 (x − c) + a2 (x − c)2 + a3 (x − c)3 + . . . , dengan c adalah suatu konstanta tertentu yang disebut pusat deret kuasa. Bila c = 0 maka diperoleh deret kuasa yang sederhana yaitu ∞ X an xn = a0 + a1 x + a2 x2 + a3 x3 + . . . . n=1 Bila kita ganti x dengan suatu bilangan, maka akan diperoleh deret konstanta yang dapat dikaji kekonvergenannya. Dengan demikian sangat masuk akal bila muncul dua pertanyaan berikut. 1. Untuk nilai x berapakah deret kuasa akan konvergen? 2. Bila deret kuasa tersebut konvergen, akan menuju ke fungsi S(x) yang bagaimanakah? Definisi: himpunan semua nilai x yang membuat suatu deret kuasa menjadi konvergen disebut himpunan konvergensi atau daerah kekonvergenan atau selang kekonvergenan deret kuasa tersebut. Teorema: Daerah kekonvergenan deret kuasa ∞ P n=1 dari tiga kemungkinan berikut. an (x − c)n pasti merupakan salah satu (i) Titik tunggal x = c. Pada kasus ini dikatakan bahwa jari-jari konvergensinya adalah 0 22 Modul Kalkulus IV (ii) Selang (c − R, c + R), ditambah kemungkinan salah satu atau kedua titik ujungnya. Pada kasus ini dikatakan bahwa jari-jari konvergensinya adalah R (iii) Seluruh garis bilangan real. Pada kasus ini dikatakan bahwa jari-jari konvergensinya adalah ∞. Untuk menentukan daerah kekonvergenan dan jari-jari konvergensi, digunakan uji rasio mut∞ P |an+1 (x−c)n+1 | | < lak, yaitu an (x−c)n konvergen jika ρ = lim |an (x−c)n | < 1. Akibatnya, |x − c| lim |a|an+1 | n n→∞ n→∞ n=1 an an 1. Pertaksamaan terakhir akan terpenuhi jika |x − c| < lim an+1 . Misalkan R = lim an+1 , n→∞ n→∞ dapat disimpulkan bahwa deret kuasa berpusat di x = c konvergen bila |x − c| < R yang ekivalen dengan mengatakan x ∈ (c − R, c + R). Dalam hal ini R disebut JARI-JARI KON- VERGENSI dan selang (c − R, c + R) disebut SELANG KONVERGENSI atau DAERAH KONVERGENSI deret kuasa. PERLU DIINGAT bahwa boleh jadi, pada ujung-ujung se∞ P lang, yaitu untuk x = c − R dan x = c + R deret kuasa an (x − c)n juga konvergen. Oleh n=1 karena itu, harus selalu diperiksa apakah deret kuasa konvergen di kedua titik tersebut. PEMERIKSAAN DI KEDUA TITIK UJUNG PASTI GAGAL BILA MENGGUNAKAN UJI RASIO, SEHINGGA HARUS DIGUNAKAN UJI DERET YANG LAIN. ∞ P an (x − c)n Untuk menentukan jari-jari konvergensi, dapat pula digunakan uji akar, yaitu n=1 p p konvergen jika lim n |an (x − c)n | < 1. Akibatnya |x − c| lim n |an | < 1. Pertaksamaan n→∞ n→∞ 1 . Jadi, dengan menggunakan uji akar terakhir akan terpenuhi jika |x − c| < lim √ n→∞ n |an | 1 . diperoleh cara lain menentukan jari-jari konvergensi, yaitu R = lim √ n→∞ n |an | II. 6 Deret Taylor dan Deret Mac Laurin Deret Taylor dan Deret Mac Laurin merupakan contoh deret kuasa. Pada kuliah Kalkulus I telah dipelajari teorema Taylor yang menyatakan suatu fungsi sebagai deret kuasa. Teorema Taylor Jika f (x) dapat diturunkan tak berhingga kali di suatu titik x = c yang terletak pada Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 23 domain f (x) maka Deret Taylor dari f (x) di sekitar x = c adalah f (x) = ∞ X f n (c) n! n=0 dengan f n (c) = dn f | . dxn x=c (x − c)n , Khususnya jika c = 0 maka diperoleh deret Mac Laurin ∞ X f n (0) f (x) = n! n=0 xn Sebagai contoh, telah kita pelajari deret Taylor atau Mac Laurin dari fungsi-fungsi berikut. ∞ P 3 5 7 (−1)n x2n+1 1. sin x = = x − x3! + x5! − x7! + . . . . (2n+1)! 2. cos x = 3. sin x = n=0 ∞ P n=0 ∞ P n=0 4. ex = ∞ P n=0 5. ln(x) = (−1)n x2n (2n)! =1− (−1)n (x− π2 )2n (2n)! xn n! ∞ P n=1 6. ln(x + 1) = 7. ln(1 − x) = =1+x+ n=1 ∞ P x2 2! n=1 (−1)n+1 xn n −xn n + =1− (−1)n+1 (x−1)n n ∞ P x2 2! + x3 3! x4 4! − (x− π2 )2 2! + x4 4! =x−1− =x− = −x − x2 2 x2 2 − x6 6! − + x5 5! x3 3 x3 3 − − .... (x− π2 )4 4! + (x− π2 )6 6! − .... + .... (x−1)2 2 + x8 8! + + − x4 4 x4 4 (x−1)3 3 − (x−1)4 4 + ... + ... − ... Tugas: tentukan jari-jari dan selang konvergensi ketujuh deret kuasa tersebut. II. 7 Operasi pada Deret Kuasa Teorema: penjumlahan deret kuasa Pada daerah konvergensinya, dua deret kuasa dapat dijumlahkan atau dikurangkan suku demi suku . Contoh: Tentukan deret Mac Laurin untuk f (x) = ln 1+x 1−x 3 5 7 9 1+x = ln(1 + x) − ln(1 − x) = 2x + 2 x3 + 2 x5 + 2 x7 + 2 x9 + . . . Jawab: ln 1−x 24 Modul Kalkulus IV Teorema: turunan deret kuasa Pada daerah konvergensinya, turunan dari deret kuasa dapat ditentukan dengan menurunkannya suku demi suku. Contoh: Deret Mac Laurin untuk cosinus dapat diperoleh dengan menurunkan deret Mac Laurin untuk sinus suku demi suku. d (sin(x)) dx x3 x5 x7 x9 d x− + − + − ... = dx 3! 5! 7! 9! x2 x4 x6 x8 + − + − .... = 1− 2! 4! 6! 8! cos(x) = Teorema: integral deret kuasa Pada daerah konvergensinya, integral dari deret kuasa dapat ditentukan dengan mengintegralkannya suku demi suku. Contoh Deret Mac Laurin untuk sin(x) dapat diperoleh dengan mengintegralkan deret Mac Laurin untuk cos(x) suku demi suku. Z x cos(t) dt Z x t2 t4 t6 1 − − + − . . . dx = 2! 4! 6! 0 3 x5 x7 x + + − . . . = sin(x). = x− 3! 5! 7! cos(x) = II. 8 0 Soal Latihan Deret 1. Dengan menentukan rumus untuk an , tentukan kekonvergenan deret berikut. a. ln 2 22 + ln 3 32 + ln 4 42 + ln 5 52 + ... Wuryansari Muharini Kusumawinahyu 1 2·3 + 1 3·4 + 25 + 3 10 + 1 √ 2 2 + 1 √ 3 3 b. 1 1·2 c. 1 2 + d. 1 + + 4 17 1 4·5 25 + ... + ... + 1 √ 4 4 + ... 2. Dengan menggunakan sifat-sifat deret yang telah dipelajari, periksalah apakah deretderet berikut konvergen ∞ P n a. 5n2 −3 n=1 ∞ P c. n=1 ∞ P e. n=1 ∞ P b. 1 (n−2)2 d. ∞ P n=1 ∞ P n=1 √ 1 n2 +19n f. √1 g. n n+1 n=1 ∞ √ P 2n+1 i. n2 n=1 ∞ P n! k. n100 n=1 ∞ n P m. n 13 n=1 ∞ n P o. 1 − n1 n=1 ∞ P n q. 2+n5n n=1 ∞ P 1 s. (ln(n))ln(n) n=1 ∞ P 1 u. (ln(n))4 n=1 ∞ P ln(n) w. n2 n=1 ∞ P 2n y. n20 n=1 h. j. l. n. p. t. v. x. z. 3n−2 n3 −2n2 +11 ∞ P n n2 +2n+3 n=1 ∞ P 8n n! n=1 ∞ P n=1 ∞ P n=1 ∞ P n=1 ∞ P ∞ P 3n+1 n3 −4 5n n5 n=1 r. n 2n (n+1) 1 2+sin2 n 52n n! 2 (n+1) ln n(n+2) n=1 2 ∞ P n=1 ∞ P n=1 ∞ P n=1 ∞ P n=1 ln(n) n √ n 1 − cos n1 2n n! n! nn 3. Periksalah apakah deret berikut konvergen, atau konvergen mutlak, atau divergen a. 1 − 1 1! + 1 2! − 1 3! + 1 4! − b. 1 − 31 + 15 − 71 + 19 − c. 1 2 1 5! 1 11 + ... + ... − 32 + 34 − 54 + 65 − 76 + . . . d. 1 − 1 + 21 − 12 + 31 − 31 + 14 − 14 + . . . e. 1 − 21 + 12 − 1 1 1 22 + 13 − 1 1 23 1 + 14 − 1 1 24 + ... f. 2 − 2 2 + 2 3 − 2 4 + 2 5 − 2 6 + . . . 1 1 1 1 g. (1 − 2) − 1 − 2 2 + 1 − 2 3 − 1 − 2 4 + 1 − 2 5 + . . . 26 Modul Kalkulus IV h. i. ∞ P n (−1)n+1 2n−1 n=1 ∞ P √1 n n=1 + (−1)n−1 n