Nomor : 875.1/16671 Sifat : Penting Semarang, 12 September 2001 Lampiran : 1 (satu) bendel Perihal : Petunjuk Kepada teknis Yth. 1. Sekretaris Daerah Prop. Jawa pelaksanaan Keputusan Tengah ; Gubernur Jawa Tengah 2. Sekretaris DPRD Prop. Jawa Nomor 17 Tahun 2001 Tengah ; Tanggal 22 Juli 2001. 3. Para Kepala Dinas Prop. Jawa Tengah ; 4. Para Pimpinan Lembaga Teknis Daerah Prop. Jawa Tengah. SURAT EDARAN I. PENDAHULUAN A. UMUM 1. Dalam rangka pelaksanaan manajemen kepegawaian berdasarkan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 Perubahan Atas tentang Pokok-pokok Kepegawaian, telah ditetapkan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil. 2. Guna memperlancar pelaksanaan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil Daerah Propinsi Jawa Tengah sesuai Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tersebut, telah ditetapkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2001 Tanggal 22 Juli 2001 tentang Pendelegasian Wewenang Penetapan dan Pemberian Kuasa Penandatanganan Surat-surat Keputusan dan 1 2 Surat-surat Lainnya di Bidang Kepegawaian di Lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah. 3. Untuk memperjelas teknis pelaksanaan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2001 Tanggal 22 Juli 2001 tersebut perlu diterbitkan Surat Edaran Gubernur Jawa Tengah. B. DASAR 1. Undang-undang Nomor 10 Tahun 1950 tentang Pembentukan Propinsi Jawa Tengah (Lembaran Negara Tahun 1950 Nomor 13, Tambahan Lembaran Negara Nomor 5) ; 2. Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1974 nomor 55, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3041) sebagaimana telah diubah dengan Undang-undang Nomor 43 Tahun 1999 tentang Perubahan Atas Undang-undang Nomor 8 Tahun 1974 tentang Pokok-pokok Kepegawaian (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 169, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3093) ; 3. Undang-undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 1999 Nomor 60, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3839) ; 4. Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi Sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 54, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952) ; 5. Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 193, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4014) ; 6. Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 195, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4016) ; 3 7. Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 196, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4017) ; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 100 Tahun 2000 tentang Pengangkatan Pegawai Negeri Sipil Dalam Jabatan Struktural (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 197, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4018) ; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 101 Tahun 2000 tentang Pendidikan dan Pelatihan Pegawai Negeri Sipil (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 198, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4019). 10. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 08 Tahun 2001 Tanggal 17 April 2001 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 96 Tahun 2000 tentang Wewenang Pengangkatan, Pemindahan dan Pemberhentian Pegawai Negeri Sipil ; 11. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 10 Tahun 2001 Tanggal 17 April 2001 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 98 Tahun 2000 tentang Pengadaan Pegawai Negeri Sipil ; 12. Keputusan Kepala Badan Kepegawaian Negara Nomor 11 Tahun 2001 Tanggal 17 April 2001 tentang Ketentuan Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2000 tentang Kenaikan Pangkat Pegawai Negeri Sipil. C. MAKSUD DAN TUJUAN Surat edaran ini dimaksudkan sebagai pedoman bagi pejabat di lingkungan Pemerintah Propinsi Jawa Tengah dengan tujuan untuk menjamin kesamaan persepsi dan kelancaran dalam melaksanakan pengangkatan, pemindahan dan pemberhentian Pegawai Negeri Sipil sesuai Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2001 Tanggal 22 Juli 2001. PENGERTIAN 1. Pendelegasian wewenang adalah pelimpahan wewenang secara penuh kepada pejabat yang ditunjuk untuk menetapkan keputusan 4 atau melaksanakan kegiatan di bidang kepegawaian. Dalam hal ini pejabat tersebut menandatangani surat keputusan atas namanya sendiri, bukan atas nama Gubernur Jawa Tengah. 2. Pemberian kuasa adalah pemberian wewenang kepada pejabat yang ditunjuk untuk atas nama Gubernur Jawa Tengah menandatangani surat keputusan di bidang kepegawaian. 3. Pejabat yang diberi delegasi wewenang adalah pejabat yang ditunjuk untuk menetapkan keputusan atau melaksanakan kegiatan di bidang kepegawaian, dan isi keputusan tersebut menjadi tanggung jawabnya. 4. Pejabat yang diberi kuasa adalah pejabat yang ditunjuk untuk menandatangani surat keputusan atas nama pejabat yang memberi kuasa, dan isi keputusan tersebut menjadi tanggung jawabnya melalui pejabat yang memberi kuasa. 5. Dalam surat edaran ini Perangkat Daerah Propinsi Jawa Tengah terdiri atas : a. Sekretariat Daerah ; b. Sekretariat Dewan Pewakilan Rakyat Daerah ; c. Dinas Daerah, meliputi : 1). Dinas Kesejahteraaan Sosial ; 2). Dinas Pariwisata ; 3). Dinas Pelayanan Koperasi dan Usaha Kecil Menengah ; 4). Dinas Tenaga Kerja dan Transmigrasi ; 5). Dinas Bina Marga ; 6). Dinas Permukiman dan Tata Ruang ; 7). Dinas Pengelolaan Sumber Daya Air ; 8). Dinas Pertanian Tanaman Pangan ; 9). Dinas Peternakan ; 10). Dinas Perikanan dan Kelautan ; 11). Dinas Kehutanan ; 12). Dinas Perkebunan ; 13). Dinas Perhubungan dan Telekomunikasi ; 14). Dinas Pendidikan dan Kebudayaan ; 5 15). Dinas Perindustrian dan Perdagangan ; 16). Dinas Kesehatan ; 17). Dinas Pertambangan dan Energi ; 18). Dinas Pendapatan Daerah ; 19). Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan ; d. Lembaga Teknis Daerah, meliputi : 1). Badan Informasi, Komunikasi dan Kehumasan ; 2). Badan Koordinasi Pembangunan Lintas Kabupaten/Kota Propinsi Jawa Tengah Wilayah I, Wilayah II dan Wilayah III ; 3). Badan Kepegawaian Daerah ; 4). Badan Pendidikan dan Pelatihan ; 5). Badan Pengelolaan dan Pengendalian Dampak Lingkungan ; 6). Badan Kesatuan Bangsa dan Perlindungan Masyarakat ; 7). Badan Penanaman Modal ; 8). Badan Pengawas ; 9). Badan Bimbingan Massal Ketahanan Pangan ; 10). Badan Penelitian dan Pengembangan ; 11). Badan Perencanaan Pembangunan Daerah ; 12). Badan Arsip Daerah ; 13). Badan Pemberdayaan Masyarakat ; 14). Kantor Satuan Polisi Pamong Praja ; 15). Kantor Kas Daerah ; 16). Kantor Perwakilan ; 17). Kantor Pengelolaan Barang Daerah ; 18). Kantor Perpustakaan Daerah ; 19). Kantor Pengelola Data Elektronik. II. PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH 1. Data pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil merupakan data awal Pegawai Negeri yang secara keseluruhan harus disimpan pada Bidang Dokumentasi dan Pengolahan Data Badan Kepegawaian Daerah. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah 6 Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah semua golongan ruang . III. PENGANGKATAN CALON PEGAWAI NEGERI SIPIL MENJADI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAERAH 1. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang telah memenuhi persyaratan yang ditentukan, dapat diusulkan untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah. Usulan ini dilaksanakan bersama dengan pengusulan permintaan Kartu Pegawai (KARPEG). 2. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang tewas, diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah terhitung mulai awal bulan yang bersangkutan tewas dan diberikan kenaikan pangkat anumerta setingkat lebih tinggi. Pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil dan kenaikan pangkat anumerta tersebut ditetapkan sekaligus dalam satu surat keputusan. 3. Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang oleh Tim Penguji Kesehatan dinyatakan cacat karena dinas dan tidak dapat bekerja lagi dalam semua jabatan negeri, diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah dan diberi kenaikan pangkat pengabdian terhitung mulai tanggal surat keterangan Tim Penguji Kesehatan. Pengangkatan menjadi Pegawai Negeri Sipil dan kenaikan pangkat pengabdian tersebut ditetapkan sekaligus dalam satu surat keputusan. 4. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah : a. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah golongan ruang III/a, III/b dan III/c ; b. Kepala Bidang Mutasi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah bagi Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah golongan ruang I/a, I/c, II/a, II/b dan II/c, kecuali bagi Calon Pegawai Negeri Sipil yang tewas atau cacat karena dinas. 7 IV. KENAIKAN PANGKAT 1. Masa kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ditetapkan : 1 Januari, 1 April, 1 Juli dan 1 Oktober setiap tahun, kecuali kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian. 2. Masa kerja untuk kenaikan pangkat pertama Pegawai Negeri Sipil dihitung sejak pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil. 3. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan kenaikan pangkat adalah : a. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah golongan ruang III/a s.d. III/d ; b. Kepala Bidang Mutasi Pegawai Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah golongan ruang I/b s.d. II/d, kecuali untuk kenaikan pangkat anumerta dan kenaikan pangkat pengabdian. V. KEPUTUSAN SEMENTARA KENAIKAN PANGKAT ANUMERTA 1. Pemberian kenaikan pangkat anumerta harus diusahakan sebelum Pegawai Negeri Sipil atau Calon Pegawai Negeri Sipil yang tewas dimakamkan dan surat keputusan kenaikan pangkat tersebut hendaknya dibacakan pada waktu pemakaman. 2. Untuk menjamin agar pemberian kenaikan pangkat anumerta dapat diberikan sebelum yang bersangkutan dimakamkan, maka ditetapkan keputusan sementara. 3. Pejabat yang sementara diberi kenaikan delegasi wewenang pangkat menetapkan anumerta adalah keputusan : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah semua golongan ruang. VI. PEMINDAHAN PEGAWAI NEGERI SIPIL 1. Pemindahan Pegawai Negeri Sipil Daerah yang menjadi wewenang Gubernur meliputi : a. pemindahan antar Kabupaten/Kota dalam Propinsi ; 8 b. pemindahan antara Kabupaten / Kota ke Propinsi atau sebaliknya ; c. pemindahan antar Dinas /Badan/Kantor/Lembaga Propinsi ; d. pemindahan antar unit kerja dalam lingkungan Dinas/Badan/Kantor/ Lembaga Propinsi. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menetapkan keputusan pemindahan Pegawai antar unit kerja di lingkungan Dinas/Badan/Kantor/ Lembaga Propinsi adalah : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi PNS Daerah semua golongan ruang di lingkungan masing-masing ; 3. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pemindahan Pegawai adalah : a. Sekretaris Daerah untuk pemindahan antar Kabupaten/Kota dalam Propinsi, antara Kabupaten/Kota ke Propinsi atau sebaliknya, dan antar Dinas/Badan /Kantor/Lembaga Propinsi bagi golongan ruang IV/a s.d. IV/c ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk pemindahan antar Kabupaten/Kota dalam Propinsi, antara Kabupaten/Kota ke Propinsi atau sebaliknya, dan antar Dinas/Badan /Kantor/Lembaga Propinsi, bagi golongan ruang III/a s.d. III/d ; c. Kepala Bidang Mutasi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah untuk pemindahan antar Kabupaten/Kota dalam Propinsi, antara Kabupaten/Kota ke Propinsi atau sebaliknya, dan antar Dinas/Badan /Kantor/Lembaga Propinsi, bagi golongan ruang I/a s.d II/d. VII. PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN STRUKTURAL 1. Pengangkatan dalam jabatan dan pemberhentian dari jabatan struktural ditetapkan sekaligus dalam satu surat keputusan. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural adalah : Sekretaris Daerah untuk jabatan eselon III dan eselon IV. 9 VIII. PENGANGKATAN DAN PEMBERHENTIAN DALAM DAN DARI JABATAN FUNGSIONAL 1. Mutasi kepegawaian jabatan fungsional meliputi : a. penyesuaian dalam jabatan ; b. pengangkatan pertama dalam jabatan ; c. pengangkatan kembali dalam jabatan ; d. pembebasan sementara dari jabatan ; e. pemberhentian dari jabatan, dan f. Kenaikan jabatan. 2. Mutasi kepegawaian jabatan fungsional yang dikuasakan penandatanganan surat keputusannya adalah untuk jenjang Muda atau Penyelia ke bawah. 3. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan fungsional jenjang Muda atau Penyelia ke bawah adalah : a. Sekretaris Daerah untuk penyesuaian, pengangkatan pertama, dan pengangkatan kembali dalam jabatan serta pembebasan sementara dan pemberhentian dari jabatan bagi pejabat fungsional golongan ruang III/a s.d. III/d ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk penyesuaian pengangkatan pertama, dan pengangkatan kembali dalam jabatan, pembebasan sementara dan pemberhentian dari jabatan bagi pejabat fungsional golongan ruang II/a s.d. II/d ; c. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk kenaikan jabatan fungsional bagi pejabat fungsional golongan ruang III/a s.d. III/d ; d. Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Pegawai untuk kenaikan jabatan fungsional bagi pejabat fungsional golongan ruang II/a s.d. II/d. IX. PENETAPAN ANGKA KREDIT JABATAN FUNGSIONAL 10 1. Salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat bagi Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan fungsional adalah harus memenuhi angka kredit yang ditentukan. 2. Penetapan Angka Kredit (PAK) jabatan fungsional ditetapkan oleh pejabat yang berwenang sesuai ketentuan yang berlaku. 3. Penetapan Angka Kredit (PAK) jabatan fungsional yang menjadi wewenang Gubernur yang dikuasakan penandatanganannya adalah untuk jenjang Muda atau Penyelia ke bawah. 4. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan penetapan angka kredit jabatan fungsional jenjang Muda atau Penyelia ke bawah adalah : a. Sekretaris Daerah bagi pejabat fungsional golongan ruang III/a s.d. III/d ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi pejabat fungsional golongan ruang II/a s.d. II/d. kecuali jabatan fungsional tertentu yang penetapan angka kreditnya bukan wewenang Gubernur. X. PEMBERHENTIAN DENGAN HORMAT SEBAGAI PNS ATAU CPNS 1. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pemberhentian dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil atau Calon Pegawai Negeri Sipil adalah : a. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi pejabat Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a s.d. III/d ; b. Kepala Bidang Mutasi Pegawai bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d ; 2. Pemberhentian tersebut meliputi pemberhentian dengan hormat dengan hak pensiun Pegawai Negeri Sipil dan janda atau dudanya, maupun pemberhentian dengan hormat tanpa hak pensiun. XI. PEMBERHENTIAN SEMENTARA DARI JABATAN NEGERI 11 1. Untuk menjamin kelancaran pemeriksaan, maka Pegawai Negeri Sipil yang dikenakan penahanan oleh pejabat yang berwajib karena disangka melakukan tindak pidana kejahatan dikenakan pemberhentian sementara sampai adanya putusan pengadilan yang telah mempunyai keputusan hukum yang tetap. Pemberhentian sementara tersebut adalah pemberhentian sementara dari jabatan negeri, bukan pemberhentian sebagai Pegawai Negeri Sipil . 2. Pegawai Negeri Sipil yang akan mencapai batas usia pensiun, sebelum diberhentikan dengan hormat sebagai Pegawai Negeri Sipil dengan hak pensiun, dapat diberhentikan dari jabatan negeri untuk paling lama 1 (satu) tahun dalam masa persiapan pensiun. 3. Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan negeri tidak berhak atas kenaikan pangkat dan kenaikan gaji. 4. Penghasilan yang berhak diterima bagi Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan negeri diberikan sesuai ketentuan yang berlaku. 5. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pemberhentian sementara dari jabatan negeri adalah : a. Sekretaris Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang memangku jabatan struktural eselon III dan IV atau jabatan fungsional yang setingkat ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a s.d. III/d atau yang memangku jabatan fungsional jenjang Muda atau Penyelia ke bawah yang setingkat. c. Kepala Bidang Umum Kepegawaian pada Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d atau yang memangku jabatan fungsional jenjang Muda atau Penyelia ke bawah yang setingkat . d. Kepala Bidang Mutasi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d yang 12 diberhentikan dari jabatan negeri karena akan mencapai batas usia pensiun (masa persiapan pensiun). XII. PEMBERHENTIAN DARI JABATAN ORGANIK 1. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat sebagai Pejabat Negara diberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi Pejabat Negara, tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil. 2. Pegawai Negeri Sipil yang dipilih dan diangkat menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa diberhentikan dari jabatan organiknya selama menjadi Kepala Desa atau Perangkat Desa, tanpa kehilangan statusnya sebagai Pegawai Negeri Sipil. 3. Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan organik berhak atas kenaikan pangkat dan kenaikan gaji. 4. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pemberhentian dari jabatan organik adalah : a. Sekretaris Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil Daerah yang memangku jabatan struktural eselon III dan IV atau jabatan fungsional yang setingkat ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a s.d. III/d atau yang memangku jabatan fungsional jenjang Muda atau Penyelia ke bawah yang setingkat. c. Kepala Bidang Umum Kepegawaian pada Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d atau yang memangku jabatan fungsional jenjang Muda atau Penyelia ke bawah yang setingkat . XIII. PENGAKTIFAN KEMBALI 1. Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai menjalankan tugas sebagai Pejabat Negara dapat dipekerjakan/diaktifkan kembali dalam jabatan organik, dengan ketentuan bahwa jabatan tersebut tidak lebih rendah dari jabatan yang dipangkunya sebelum diangkat menjadi Pejabat Negara. 13 2. Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai menjalankan tugas sebagai Kepala Desa atau Perangkat Desa dapat dipekerjakan/diaktifkan kembali dalam jabatan organik pada instansi induknya. 3. Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai menjalankan cuti di luar tanggungan negara dapat dipekerjakan/diaktifkan kembali dalam jabatan negeri, apabila masih tersedia formasi pada instansi induknya. 4. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pengaktifan kembali adalah : a. Sekretaris Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang IV/a s.d. IV/c ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a s.d. III/d ; c. Kepala Bidang Umum Kepegawaian pada Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d. XIV. PEMBERHENTIAN TUGAS BELAJAR DAN PENEMPATAN KEMBALI 1. Tugas belajar dilaksanakan atas biaya dinas, dan Pegawai Negeri Sipil yang melaksanakan tugas belajar merupakan tenaga terpilih yang dipandang cakap, oleh karena itu Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai melaksanakan tugas belajar perlu ditempatkan kembali untuk didayagunakan pada Pemerintah Propinsi. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pemberhentian tugas belajar dan penempatan kembali Pegawai Negeri Sipil yang telah selesai melaksanakan tugas belajar adalah : Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. III/d. XV. PENINJAUAN MASA KERJA 1. Apabila seorang Pegawai Negeri Sipil mempunyai masa kerja yang belum diperhitungkan untuk penetapan gaji pokok pada saat pengangkatan sebagai Calon Pegawai Negeri Sipil atau masa kerja yang tidak sesuai 14 dengan yang seharusnya, dapat dipertimbangkan untuk peninjauan masa kerja. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan peninjauan masa kerja adalah : a. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a s.d. III/d ; b. Kepala Bidang Mutasi Pegawai bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d. XVI. PEMBERIAN ATAU PENOLAKAN IZIN PERKAWINAN ATAU PERCERAIAN 1. Pegawai Negeri Sipil pria yang akan beristeri lebih dari satu dan Pegawai Negeri Sipil yang akan melakukan perceraian wajib mendapat izin dari pejabat yang berwenang. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menetapkan keputusan pemberian atau penolakan izin perkawinan atau perceraian adalah : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d di lingkungan masingmasing. XVII. RALAT/PERBAIKAN SURAT KEPUTUSAN 1. Apabila terdapat kesalahan penulisan atau penyebutan dalam suatu surat keputusan, maka ralat atau perbaikannya ditetapkan dengan surat keputusan pula. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan tentang ralat/perbaikan surat keputusan adalah : a. Asisten Administrasi Sekretaris Daerah apabila yang diralat adalah surat keputusan yang ditandatangani oleh Gubernur atau Sekretaris Daerah ; 15 b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah apabila yang diralat adalah surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Badan Kepegawaian Daerah atau pejabat yang setingkat ; c. Masing-masing Kepala Bidang pada Badan Kepegawaian Daerah apabila yang diralat adalah surat keputusan yang ditandatangani oleh Kepala Bidang pada Badan Kepegawaian Daerah atau pejabat yang setingkat. XVIII. IZIN CUTI 1. Pejabat yang diberi delegasi wewenang memberikan atau menolak cuti adalah Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi untuk : a. cuti tahunan ; b. cuti sakit yang tidak lebih dari 14 hari, dan c. cuti bersalin dan cuti karena alasan penting bagi semua golongan ruang di lingkungan masing-masing. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan atau surat pemberian izin cuti adalah Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk : a. cuti di luar tanggungan negara ; b. cuti besar , dan c. Cuti sakit yang lebih dari 14 (empat belas) hari. bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. III/d. 3. Ketentuan tersebut tidak termasuk cuti yang dilaksanakan di luar negeri. XIX. IZIN BELAJAR 1. Untuk menjamin disiplin kerja dan kualitas profesionalisme Pegawai Negeri Sipil serta ketaatan terhadap norma akademik yang berlaku, maka bagi Pegawai Negeri Sipil yang melanjutkan studi ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi dengan biaya sendiri, wajib mendapat izin belajar. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pemberian atau penolakan izin belajar adalah : 16 a. Sekretaris Daerah untuk jenjang pendidikan Strata-3 (S-3) ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk jenjang Strata-2 (S-2) dan Strata-1 (S-1) ; c. Kepala Bidang Mutasi Pegawai untuk jenjang Diploma-4 (D-4) ke bawah. XX. IZIN PENGGUNAAN GELAR KESARJANAAN 1. Pegawai Negeri Sipil yang mengalami peningkatan pendidikan selama menjadi Pegawai Negeri Sipil berhak menggunakan gelar kesarjanaannya apabila ijazah yang diperoleh telah melalui prosedur sesuai norma akademik yang berlaku dan telah mendapat izin belajar. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pemberian atau penolakan izin penggunaan gelar kesarjanaan adalah : a. Sekretaris Daerah untuk jenjang pendidikan Strata-3 (S-3) ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk jenjang Strata-2 (S-2) ; c. Kepala Bidang Mutasi Pegawai untuk jenjang Strata-1 (S-1) ke bawah. XXI. IZIN MELAKUKAN KEGIATAN USAHA 1. Agar Pegawai Negeri Sipil dapat memusatkan perhatian dan kemampuannya dalam melaksanakan tugas, maka Pegawai Negeri Sipil yang memangku jabatan atau menduduki pangkat tertentu yang melakukan kegiatan usaha swasta, wajib mendapat izin dari pejabat pembina kepegawaian. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pemberian atau penolakan izin usaha adalah : Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai golongan ruang I/a s.d. III/d. XXII. SURAT PEMBERITAHUAN TENTANG KENAIKAN GAJI BERKALA (SPTKG) 17 Pejabat yang Pemberitahuan diberi delegasi Kenaikan wewenang Gaji Berkala untuk (SPTKG) menerbitkan adalah : Surat Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi semua golongan ruang di lingkungan masing-masing. XXIII. SURAT PEMBERITAHUAN PENGHENTIAN PEMBAYARAN GAJI 1. Pegawai Negeri Sipil yang meninggalkan tugas secara tidak sah dalam waktu dua bulan berturut-turut, dihentikan pembayaran gajinya mulai bulan ketiga. Untuk itu pejabat pembina kepegawaian wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan Penghentian Pembayaran Gaji kepada pejabat pembuat daftar gaji yang bersangkutan. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menerbitkan Surat Pemberitahuan Penghentian Pembayaran Gaji Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan Pimpinan Lembaga Propinsi bagi semua golongan ruang di lingkungan masing-masing. XXIV. SURAT TANDA TAMAT PENDIDIKAN DAN PELATIHAN (STTPP) PRAJABATAN 1. Salah satu persyaratan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah lulus Pendidikan dan Pelatihan Prajabatan yang dinyatakan dengan Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) Prajabatan. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat Surat Tanda Tamat Pendidikan dan Pelatihan (STTPP) Prajabatan adalah : a. Sekretaris Daerah dan Kepala Badan Diklat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a, III/b dan III/c ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah dan Kepala Badan Diklat bagi Calon Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a, I/c, II/a, II/b dan II/c. XXV. SURAT TANDA LULUS UJIAN DINAS (STLUD) DAN SURAT TANDA LULUS UJIAN PENYESUAIAN IJAZAH (STLUPI) 18 1. Pegawai Negeri Sipil yang akan naik pangkat dari Pengatur Tingkat I golongan ruang II/d menjadi Penata Muda golongan ruang III/a wajib lulus ujian dinas tingkat I dan yang akan naik pangkat dari Penata Tingkat I golongan ruang III/d menjadi Pembina golongan ruang IV/a wajib lulus ujian dinas tingkat II yang dinyatakan dengan Surat Tanda Lulus Ujian Dinas (STLUD). 2. Pegawai Negeri Sipil yang mengalami peningkatan pendidikan dan mendapat STTB/Ijazah atau Diploma dapat dinaikkan pangkatnya sesuai STTB/ijazah atau Diploma yang diperoleh setelah lulus ujian kenaikan pangkat penyesuaian ijazah yang dinyatakan dengan Surat Tanda Lulus Ujian Penyesuaian Ijazah (STLUPI). 3. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani Surat Tanda Lulus Ujian Dinas (STLUD) dan Surat Tanda Lulus Ujian Penyesuaian Ijazah (STLUPI) adalah : a. Sekretaris Daerah untuk : 1) Ujian Dinas Tingkat II, dan 2) Ujian Penyesuaian Ijazah jenjang D-4 ke atas. b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk : 1) Ujian Dinas Tingkat I, dan 2) Ujian Penyesuaian Ijazah jenjang D-3 ke bawah. XXVI. PENGAMBILAN SUMPAH JABATAN DAN PERNYATAAN PELANTIKAN 1. Setiap Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural dilantik dan diambil sumpahnya oleh pejabat yang berwenang.Setelah dilantik harus segera dibuatkan surat pernyataan pelantikan sebagai dasar pemberian tunjangan jabatan. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk melaksanakan pengambilan sumpah jabatan dan menandatangani surat pernyataan pelantikan adalah : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi pejabat eselon IV di lingkungan masing-masing. 19 3. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur melaksanakan pengambilan sumpah jabatan dan menandatangani surat pernyataan pelantikan adalah : Sekretaris Daerah bagi pejabat eselon III. XXVII. PENGAMBILAN SUMPAH/JANJI PEGAWAI NEGERI SIPIL DAN PEMBUATAN BERITA ACARA 1. Calon Pegawai Negeri Sipil yang diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil, segera setelah pengangkatannya wajib mengangkat sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil menurut agama atau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang Maha Esa. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk melaksanakan pengambilan sumpah/janji Pegawai Negeri Sipil dan menandatangani berita adalah acara pengambilan sumpah/janji : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang di lingkungan masing-masing. XXVIII. SURAT PERNYATAAN MENDUDUKI JABATAN (SPMJ) / SURAT PERNYATAAN MELAKSANAKAN TUGAS (SPMT) 1. Pada setiap permulaan tahun anggaran bagi Pegawai Negeri Sipil yang masih memangku suatu jabatan (struktural maupun fungsional) harus dibuatkan Surat Pernyataan Menduduki Jabatan (SPMJ). 2. Hak atas gaji bagi Calon Pegawai Negeri Sipil mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT). 3. Hak-hak kepegawaian Pegawai Negeri Sipil yang dipekerjakan/diaktifkan kembali setelah diberhentikan dari jabatan negeri mulai berlaku pada tanggal yang bersangkutan secara nyata melaksanakan tugasnya yang dinyatakan dengan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT). 4. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk membuat Surat Pernyataan Menduduki Jabatan (SPMJ) dan Surat Pernyataan Melaksanakan Tugas (SPMT) adalah : Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Calon Pegawai Negeri Sipil dan Pegawai Negeri Sipil di lingkungan masing-masing. 20 XXIX. PENGESAHAN SALINAN DAN PETIKAN SURAT KEPUTUSAN 1. Surat keputusan dapat ditetapkan secara kolektif maupun perorangan. Untuk surat keputusan yang ditetapkan secara kolektif perlu dibuatkan salinan atau petikan. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk mengesahkan salinan dan petikan surat keputusan adalah : a. Sekretaris Daerah untuk surat keputusan : 1). Pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon II ; 2). Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ke golongan ruang IV/d s.d. IV/e . b. Asisten Administrasi untuk surat keputusan pengangkatan dan pemberhentian dalam dan dari jabatan struktural eselon III dan IV c. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk surat keputusan : 1). Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ke golongan ruang IV/a s.d. IV/c ; 2). Izin perkawinan atau perceraian Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/a s.d. IV/e ; d. Kepala Bidang Mutasi Pegawai untuk surat keputusan : 1). Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil 2). Kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil ke golongan ruang III/a s.d. III/d; e. Kepala Bidang Perencanaan dan Pengambangan Pegawai untuk surat keputusan penunjukan tugas belajar bagi semua jenjang pendidikan, termasuk diklat kader. 21 XXX. SURAT PERINTAH PENUGASAN DIKLAT KEPEMIMPINAN 1. Pegawai Negeri Sipil yang diangkat dalam jabatan struktural belum mengikuti dan lulus Diklat Kepemimpinan sesuai tingkat jabatan struktural, wajib mengikuti dan lulus Diklat Kepemimpinan selambatlambatnya 12 (dua belas) bulan sejak yang bersangkutan dilantik. 2. Diklat Kepemimpinan (Diklatpim) terdiri dari : a. Diklatpim Tingkat IV untuk Jabatan Struktural eselon IV ; b. Diklatpim Tingkat III untuk Jabatan Struktural eselon III ; c. Diklatpim Tingkat II untuk Jabatan Struktural eselon II ; d. Diklatpim Tingkat I untuk Jabatan Struktural eselon I. 3. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat surat perintah penugasan diklat kepemimpinan adalah : a. Sekretaris Daerah untuk Diklatpim Tingkat II ; b. Asisten Administrasi untuk Diklatpim Tingkat III dan Tingkat IV. XXXI. SURAT PERINTAH PENUGASAN DIKLAT TEKNIS DAN DIKLAT FUNGSIONAL Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat perintah penugasan diklat teknis dan diklat fungsional adalah : a. Sekretaris Daerah untuk Pegawai Negeri Sipil golongan ruang IV/b s.d. IV/c ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang III/c s.d. IV/a ; c. Kepala Bidang Perencanaan dan Pengembangan Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. III/b. XXXII. NOTA USUL ATAU NOTA PERSETUJUAN KEPALA BKN 1. Mutasi kepegawaian yang memerlukan persetujuan Kepala Badan Kepegawaian Negara diusulkan dengan nota usul atau nota persetujuan sesuai format yang ditentukan. 22 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani nota usul atau nota persetujuan kepala BKN adalah : a. Kepala Badan Kepegawaian Daerah untuk nota persetujuan : 1). Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil ; 2). Pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil menjadi Pegawai Negeri Sipil yang mengalami masa percobaan lebih dari 2 (dua) tahun, dan 3). Pengaktifan kembali Pegawai Negeri Sipil yang diberhentikan dari jabatan negeri atau jabatan organik. b. Kepala Bidang Mutasi Pegawai untuk nota usul atau nota persetujuan mutasi lain-lain (kenaikan pangkat, peninjauan masa kerja, ralat, dan lain-lain). XXXIII. SURAT KETERANGAN URAIAN TUGAS 1. Salah satu kelengkapan administrasi untuk kenaikan pangkat sebagai penyesuaian ijazah adalah surat keterangan tentang uraian tugas Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan yang dibuat oleh pejabat pembina kepegawaian serendah-rendahnya eselon II. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menandatangani surat keterangan uraian tugas adalah : a. Kepala Dinas/Badan dan pimpinan Lembaga Propinsi yang setingkat eselon II bagi Pegawai Negeri Sipil di lingkungan masing-masing ; b. Kepala Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil pada Kantor atau Lembaga Propinsi yang setingkat eselon III. XXXIV. SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN PINDAH 1. Salah satu kelengkapan administrasi untuk pemindahan antar instansi (antar Propinsi/Departemen/LPND) adalah surat pernyataan persetujuan dari Pejabat Pembina Kepegawaian instansi di mana Pegawai Negeri Sipil yang bersangkutan bekerja. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pernyataan persetujuan pindah (lolos butuh) adalah : 23 a. Sekretaris Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang IV/a s.d. IV/e ; b. Asisten Administrasi bagi Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. III/d. XXXV. SURAT PENGANTAR PENGIRIMAN SURAT KEPUTUSAN 1. Surat-surat keputusan yang telah ditetapkan harus segera disampaikan kepada pihak-pihak yang terkait untuk dapat ditindaklanjuti. Untuk penyampaian tersebut diperlukan surat pengantar pengiriman. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pengantar pengiriman surat keputusan adalah : Sekretaris atau Kepala Bidang pada Badan Kepegawaian Daerah sesuai bidang masingmasing bagi Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang, kecuali ditentukan lain. XXXVI. SURAT PENGANTAR USUL PENGANGKATAN CALON PNS DAERAH 1. Berkas usul pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah yang telah lengkap persyaratan administrasinya, disampaikan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) dengan surat pengantar sesuai format yang ditentukan. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pengantar usul pengangkatan Calon Pegawai Negeri Sipil Daerah adalah Sekretaris Daerah bagi Calon Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang. XXXVII. SURAT PENGANTAR USUL KARPEG, KARIS DAN KARSU 1. Berkas permohonan Kartu Pegawai (KARPEG), Kartu Isteri (KARIS) dan Kartu suami (KARSU) yang telah lengkap persyaratan administrasinya, disampaikan ke Badan Kepegawaian Negara (BKN) dengan surat pengantar sesuai format yang ditentukan. 2. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat pengantar usul Kartu Pegawai (KARPEG), Kartu Isteri (KARIS) dan Kartu suami (KARSU) adalah Kepala Bidang Dokumentasi dan 24 Pengolahan Data pada Badan Kepegawaian Daerah bagi Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang. XXXVIII. SURAT PERMINTAAN PENGUJIAN KESEHATAN KEPADA DOKTER PENGUJI TERSENDIRI ATAU TIM PENGUJI KESEHATAN PNS 1. Salah satu persyaratan bagi Calon Pegawai Negeri Sipil untuk diangkat menjadi Pegawai Negeri Sipil adalah sehat jasmani dan rohani yang dinyatakan dengan surat keterangan dari Dokter Penguji Tersendiri atau Tim Penguji Kesehatan yang ditunjuk oleh Menteri yang membidangi Kesehatan. 2. Pegawai Negeri Sipil yang menderita sakit dan telah diberikan cuti sakit selama 1 (satu) tahun 6 (enam) bulan dan belum sembuh dari sakitnya harus diuji kembali kesehatannya oleh dokter penguji yang ditunjuk oleh Menteri yang membidangi Kesehatan. 3. Salah satu persyaratan untuk kenaikan pangkat pengabdian bagi Calon Pegawai Negeri Sipil atau Pegawai Negeri Sipil yang dinyatakan cacat karena dinas adalah surat keterangan tim penguji kesehatan yang menyatakan jenis cacat yang diderita yang bersangkutan dan tidak dapat bekerja lagi untuk semua jabatan negeri. 4. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk meminta pengujian kesehatan kepada dokter penguji tersendiri atau tim penguji kesehatan adalah Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang di lingkungan masingmasing. XXXIX. SURAT LAPORAN TENTANG PERISTIWA YANG MENGAKIBATKAN PNS TEWAS ATAU CACAT 1. Salah satu kelengkapan administrasi yang diperlukan untuk kenaikan pangkat anumerta karena tewas dan kenaikan pangkat pengabdian karena cacat adalah laporan dari pimpinan unit kerja kepada Pejabat Pembina Kepegawaian tentang peristiwa yang mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil tewas atau cacat. 25 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk membuat surat laporan tentang peristiwa yang mengakibatkan Pegawai Negeri Sipil tewas atau cacat adalah Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang di lingkungan masingmasing. XL. SURAT PERNYATAAN TIDAK PERNAH DIJATUHI HUKUMAN DISIPLIN TINGKAT BERAT 1. Salah satu kelengkapan administrasi yang diperlukan untuk kenaikan pangkat pengabdian karena mencapai batas usia pensiun adalah surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat. 2. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk membuat surat pernyataan tidak pernah dijatuhi hukuman disiplin tingkat berat adalah Kepala Dinas/Badan/Kantor dan pimpinan Lembaga Propinsi bagi Pegawai Negeri Sipil semua golongan ruang di lingkungan masing-masing. XLI. TATA CARA PENANDATANGANAN 1. Penandatangan surat-surat keputusan dan surat-surat lainnya bidang kepegawaian yang berdasarkan delegasi wewenang Pejabat yang keputusan atau diberi delegasi melaksanakan wewenang kegiatan menetapkan di bidang surat-surat kepegawaian, menandatangani surat-surat keputusan dan surat-surat tersebut atas namanya sendiri, tidak atas nama pejabat yang memberi delegasi wewenang. Contoh : a. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Propinsi Jawa Tengah diberi delegasi wewenang untuk melantik dan mengambil sumpah jabatan struktural eselon IV di lingkungannya, maka penandatanganan surat pernyataan pelantikan tersebut sebagai berikut : KEPALA DINAS PENDAPATAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH 26 NAMA JELAS pangkat NIP b. Sekretaris Daerah Propinsi Jawa Tengah selaku pimpinan lembaga Sekretariat Daerah diberi delegasi wewenang untuk menetapkan surat keputusan pemindahan Pegawai Negeri Sipil antar unit kerja di lingkungannya, maka pemindahan tersebut ditetapkan dengan surat keputusan Sekretaris Daerah (bukan surat keputusan Gubernur) dan penandatanganannya sebagai berikut : SEKRETARIS DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH NAMA JELAS pangkat NIP c. Kepala Sub Bidang Pengangkatan dan Kepangkatan pada Badan Kepegawaian Daerah diberi delegasi wewenang untuk mengesahkan petikan surat keputusan kenaikan pangkat Pegawai Negeri Sipil golongan ruang I/a s.d. II/d, maka penandatanganan/pengesahan petikan tersebut sebagai berikut : Untuk petikan yang sah sesuai dengan aslinya KEPALA SUB BIDANG PENGANGKATAN DAN KEPANGKATAN BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH PROPINSI JAWA TENGAH 27 NAMA JELAS pangkat NIP 2. Penandatangan surat-surat keputusan dan surat-surat lainnya bidang kepegawaian yang berdasarkan kuasa. Pejabat yang diberi kuasa untuk atas nama Gubernur, menandatangani surat-surat keputusan dan surat-surat lainnya di bidang kepegawaian atas nama Gubernur Jawa Tengah Contoh : a. Sekretaris Derah diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pengangkatan dalam jabatan struktural eselon III. Karena kedudukan Sekretaris Daerah satu tingkat di bawah Gubernur maka penandatanganannya sebagai berikut : a.n. GUBERNUR JAWA TENGAH SEKRETARIS DAERAH NAMA JELAS Pangkat NIP b. Kepala Bidang Mutasi Pegawai pada Badan Kepegawaian Daerah diberi kuasa untuk atas nama Gubernur menandatangani surat keputusan pemberhentian sementara dari jabatan organik pejabat fungsional Pustakawan Muda ke bawah. Karena kedudukan Kepala Bidang Mutasi Pegawai dua tingkat di bawah Gubernur maka penandatanganannya sebagai berikut : 28 a.n. GUBERNUR JAWA TENGAH KEPALA BADAN KEPEGAWAIAN DAERAH u.b. KEPALA BIDANG MUTASI PEGAWAI NAMA JELAS pangkat NIP XLII. LAIN-LAIN 1. Pejabat yang diberi delegasi wewenang untuk menetapkan surat keputusan atau melaksanakan kegiatan di bidang kepegawaian tidak dapat mendelegasikan wewenangnya lebih lanjut kepada pejabat lain. 2. Apabila dipandang perlu pejabat yang menerima delegasi wewenang dapat memberikan kuasa kepada pejabat di lingkungannya untuk atas namanya menandatangani surat keputusan yang menjadi wewenangnya. Pemberian kuasa tersebut harus ditetapkan dengan suatu keputusan. 3. Wewenang Gubernur yang tidak didelegasikan penetapannya dan tidak dikuasakan penandatanganannya, maka surat keputusannya ditetapkan dan ditandatangani langsung oleh Gubernur. 4. Bentuk surat keputusan dan surat-surat lainnya adalah sesuai contoh yang diatur dalam masing-masing petunjuk pelaksanaan dari Badan Kepegawaian Negara. 5. Dengan berlakunya Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2001 Tanggal 22 Juli 2001 maka Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 875.1/39242/1986 Tanggal 1 Desember 1986 tentang Pendelegasian Wewenang dan Pemberian Kuasa Untuk Menandatangani Surat-surat Keputusan dan Surat-surat Lainnya di Bidang Kepegawaian 29 dalam Lingkungan Pemerintah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Tengah dan Pemerintah Kabupaten / Kotamadya Daerah Tingkat I Se-Jawa Tengah, dan ketentuan lain yang bertentangan dengan keputusan ini dinyatakan tidak berlaku lagi. 6. Dalam surat edaran ini dilampirkan Keputusan Gubernur Jawa Tengah Nomor 17 Tahun 2001 Tanggal 22 Juli 2001 sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari surat edaran ini. 7. Hal-hal pelaksanaan teknis yang belum cukup diatur dalam Surat Edaran ini akan diatur kemudian. 8. Apabila dalam melaksanakan Surat Edaran ini dijumpai kesulitan agar menghubungi Badan Kepegawaian Daerah Propinsi Jawa Tengah untuk mendapatkan penjelasan lebih lanjut. Demikian untuk mendapatkan perhatian dan dilaksanakan sebaikbaiknya. GUBERNUR JAWA TENGAH ttd. H. MARDIYANTO