Modul Etika dan Filsafat Komunikasi

advertisement
MODUL PERKULIAHAN
ETIKA
FILSAFAT
KOMUNIKASI
Etika Komunikasi Antar
Persona dan Kelompok Kecil
Fakultas
Program Studi
Fakultas Ilmu
Komunikasi
Hubungan
Masyarakat
Tatap Muka
14
Kode MK
Dosen
--MK85009
M. Rosit, M.Si.
Abstract
Kompetensi
Pada
sesi
ini
mahasiswa
akan
diperkenalkan pada penerapan pilihanpilihan berkomunikasi secara etis dalam
komunitas.
Mampu
mampu
memahami
penerapan
penerapan
pilihanpilihan berkomunikasi secara etis
dalam komunitas.
Etika Komunikasi Antar Persona & Kelompok
Kecil
1. KOMUNIKASI ANTAR PERSONA
Komunikasi antar persona oleh Devito diartikan sebagai penyampaian pesan
oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang,
dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik
segera. Mulyana memberikan definisi orang-orang secara tatap muka, yang
memungkinkan setiap pesertanya menangkap reaksi orang lain secara langsung,
baik secara verbal atau nonverbal. Komunikasi antar persona ini adalah komunikasi
yang terjadi pada dua orang, seperti suami istri, dua sejawat, dua sahabat dekat,
guru-murid dan sebagainya.
Pada hakekatnya komunikasi antar persona merupakan komunikasi antar
komunikator dengan komunikan, komunikasi jenis ini dianggap paling efektif dalam
upaya mengubah sikap, pendapat atau perilaku seseorang, karena sifatnya yang
dialogis berupa percakapan. Arus balik bersifat langsung, komunikator mengetahui
tanggapan komunikan ketika itu juga. Pada saat komunikasi dilancarkan,
komunikator mengetahui secara pasti apakah komunikasinya positif atau negatif,
berhasil atau tidaknya.
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Individu Dalam Komunikasi Antar persona
Komunikasi antar persona dimulai dari diri individu. Tampilan komunikasi
yang muncul dalam setiap pihak yang berkomunikasi mencerminkan kepersonaan
dari setiap individu yang berkomunikasi. Pemahaman terhadap proses pembentukan
kepersonaan setiap pihak yang terlibat dalam komunikasi menjadi penting dan
mempengaruhi keberhasilan komunikasi. Dalam modul ini realita komunikasi antar
persona dianalogikan seperti fenomena gunung es (the communication iceberg).
‘14
2
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Analogi ini menjelaskan bahwa ada berbagai hal yang yang memberi
kontribusi pada bagaimana bentuk setiap tampilan komunikasi. Gunung es yang
tampak, dianalogikan sebagai bentuk komunikasi yang teramati atau terlihat yaitu:
a. Interactant, yaitu orang yang terlibat dalam interaksi komunikasi seperti
pembicara, penulis, pendengar, pembaca dengan berbagai situasi yang
berbeda.
b. Symbol. Terdiri dari simbols (huruf, angka, kata-kata, tindakan) dan bahasa
simbol (bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, dll)
c. Media, saluran yang digunakan dalam setiap situasi komunikasi.
Bagian bawah gunung es yang menjadi penyangga gunung es itu tidak
tampak atau tidak teramati. Inilah yang disebut sebagai invisible/unobservable
aspect. Justru bagian inilah yang penting. Walaupun tak tampak karena tertutup air,
dia menyangga tampilan gunung es yang muncul menyembul kepermukaan air.
Tanpa itu gunung es tidak akan ada. Demikian halnya dengan komunikasi, di mana
tampilan komunikasi yang teramati/tampak dipengaruhi oleh berbagai faktor yang
tidak terlihat, tapi terasa pengaruhnya, yaitu:
1. Meaning (Pemaknaan).
Ketika simbol ada, maka makna itu ada dan bagaimana cara menanggapinya.
Intonasi suara, mimik muka, kata-kata, gambar dsb. Merupakan simbol yang
mewakili suatu makna. Misalnya intonasi yang tinggi dimaknai dengan kemarahan,
kata pohon mewakili tumbuhan dsb.
2. Learning (Pembelajaran).
Interpretasi
makna
terhadap
simbol
muncul
berdasarkan
pola-pola
komunikasi yang diasosiasikan pengalaman, interpretasi muncul dari belajar yang
diperoleh dari pengalaman. Interpretasi muncul disegala tindakan mengikuti aturan
yang diperoleh melalui pengalaman. Pengalaman merupakan rangkaian proses
memahami pesan berdasarkan yang kita pelajari. Jadi makna yang kita berikan
merupakan
hasil
belajar.
Pola-pola atau perilaku komunikasi kita tidak tergantung pada turunan/genetik, tapi
makna dan informasi merupakan hasil belajar terhadap simbol-simbol yang ada di
‘14
3
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
lingkungannya. Membaca, menulis, menghitung adalah proses belajar dari
lingkungan formal. Jadi, kemampuan kita berkomunikasi merupakan hasil learning
(belajar) dari lingkungan.
3. Subjectivity (Subjektivitas).
Pengalaman setiap individu tidak akan pernah benar-benar sama, sehingga
individu dalam meng-encode (menyusun atau merancang) dan men-decode
(menerima dan mengartikan) pesan tidak ada yang benar-benar sama. Interpretasi
dari dua orang yang berbeda akan berbeda terhadap objek yang sama.
4. Negotiation (Negosiasi).
Komunikasi merupakan pertukaran simbol. Pihak-pihak yang berkomunikasi
masing-masing mempunyai tujuan untuk mempengaruhi orang lain. Dalam upaya itu
terjadi negosiasi dalam pemilihan simbol dan makna sehingga tercapai saling
pengertian. Pertukaran simbol sama dengan proses pertukaran makna. Masingmasing pihak harus menyesuaikan makna satu sama lain.
5. Culture (Budaya).
Setiap
individu
adalah
hasil
belajar
dari
dan
dengan
orang
lain.
Individu adalah partisipan dari kelompok, organisasi dan anggota masyarakat
Melalui partisipasi berbagi simbol dengan orang lain, kelompok, organisasi dan
masyarakat. Simbol dan makna adalah bagian dari lingkungan budaya yang kita
terima dan kita adaptasi. Melalui komunikasi budaya diciptakan, dipertahankan dan
dirubah. Budaya menciptakan cara pandang (point of view)
6. Interacting levels and contex (Level dan Konteks Interaksi).
Komunikasi antar manusia berlangsung dalam bermacam konteks dan
tingkatan. Lingkup komunikasi setiap individu sangat beragam mulai dari komunikasi
antar persona, kelompok, organisasi, dan massa.
‘14
4
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
7. Self reference (Referensi Persona).
Perilaku
dan
simbol-simbol
yang
digunakan
individu
mencerminkan
pengalaman yang dimilikinya, artinya sesuatu yang kita katakan dan lakukan dan
cara kita menginterpretasikan kata dan tindakan orang adalah refleksi makna,
pengalaman, kebutuhan dan harapan-harapan kita.
8. Self reflexivity (Refleksi Persona).
Kesadaran diri (self-cosciousnes) merupakan keadaan dimana seseorang
memandang dirinya sendiri (cermin diri) sebagai bagian dari lingkungan. Inti dari
proses komunikasi adalah bagaimana pihak-pihak memandang dirinya sebagai
bagian dari lingkungannya dan itu berpengaruh pada komunikasi.
9. Inevitability (Keniscayaan).
Kita tidak mungkin tidak berkomunikasi. Walaupun kita tidak melakukan
apapun tetapi diam kita akan tercermin dari nonverbal yang terlihat, dan itu
mengungkap suatu makna komunikasi.
Berbagai aspek yang dibahas di atas menegaskan bahwa suatu proses
komunikasi secara fisik terlihat sederhana, padahal jika kita mellihat pola komunikasi
yang terjadi itu menjelaskan kepada kita sesuatu yang sangat kompleks. Jadi dapat
disimpulkan di sini bahwa komunikasi antar persona bukanlah sesuatu yang
sederhana.
Dalam sudut pandang psikologis komunikasi antar persona merupakan
kegiatan yang melibatkan dua orang yang memiliki tingkat kesamaan diri. Saat dua
orang berkomunikasi maka keduanya harus memiliki kesamaan tertentu, katakanlah
laki-laki dan perempuan. Mereka secara individual dan serempak memperluas diri
persona masing-masing ke dalam tindakan komunikasi melalui pemikiran, perasaan,
keyakinan, atau dengan kata lain melalui proses psikologis mereka. Proses ini
berlangsung terus menerus sepanjang keduanya masih terlibat dalam tindak
komunikasi.
‘14
5
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Pentingnya proses psikologis hendaknya dipahami secara cermat, artinya
proses intrapersona dari partisipan komunikasi bukanlah hal yang sama dengan
hubungan antar persona. Apa yang terjadi dalam diri individu bukanlah komunikasi
antar persona melainkan proses psikologis. Meskipun demikian proses psikologis
dari tiap individu pasti mempengaruhi komunikasi antar persona yang pada
gilirannya juga mempengaruhi hubungan antar persona.
2. KOMUNIKASI KELOMPOK KECIL
Menurut Dedy Mulyana kelompok adalah sekumpulan orang yang mempunyai
tujuan bersama yang berinteraksi satu sama lain untuk mencapai tujuan bersama,
mengenal satu sama lainnya, dan memandang mereka sebagai bagian dari
kelompok tersebut. Kelompok ini misalnya adalah keluarga, kelompok diskusi, atau
suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu keputusan. Pada
komunikasi kelompok, juga melibatkan komunikasi antar persona, karena itu
kebanyakan teori komunikasi antar persona berlaku juga bagi komunikasi kelompok.
Klasifikasi Kelompok dan Karakteristik Komunikasinya.
Berikut beberapa klasifikasi kelompok dan karakteristik komunikasinya
menurut para ahli :
a. Kelompok primer dan sekunder.
Charles Horton Cooley mengatakan bahwa kelompok primer adalah suatu
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan akrab, personal, dan menyentuh
hati dalam asosiasi dan kerja sama. Sedangkan kelompok sekunder adalah
kelompok yang anggota-anggotanya berhubungan tidak akrab, tidak personal, dan
tidak menyentuh hati kita.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya :
(1)
Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas. Dalam,
artinya menembus kepersonaan kita yang paling tersembunyi, menyingkap
unsur-unsur backstage (perilaku yang kita tampakkan dalam suasana persona
‘14
6
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang menentukan rentangan dan
cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder komunikasi bersifat dangkal dan
terbatas.
(2)
Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
(3)
Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
(4)
Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
(5)
Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
b. Kelompok keanggotaan dan kelompok rujukan.
Theodore Newcomb melahirkan istilah kelompok keanggotaan (membership
group) dan kelompok rujukan (reference group). Kelompok keanggotaan adalah
kelompok yang anggota-anggotanya secara administratif dan fisik menjadi anggota
kelompok itu. Sedangkan kelompok rujukan adalah kelompok yang digunakan
sebagai alat ukur (standard) untuk menilai diri sendiri atau untuk membentuk sikap.
Menurut teori, kelompok rujukan mempunyai tiga fungsi: fungsi komparatif, fungsi
normatif, dan fungsi perspektif.
c. Kelompok deskriptif dan kelompok preskriptif
John F. Cragan dan David W. Wright membagi kelompok menjadi dua:
deskriptif dan peskriptif. Kategori deskriptif melihat proses pembentukan kelompok
secara alamiah. Berdasarkan tujuan, ukuran, dan pola komunikasi, kelompok
deskriptif dibedakan menjadi tiga Kelompok tugas bertujuan memecahkan masalah,
misalnya transplantasi jantung, atau merancang kampanye politik. Kelompok
pertemuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka sebagai acara
pokok. Kelompok terapi di rumah sakit jiwa adalah contoh kelompok pertemuan.
Kelompok penyadar mempunyai tugas utama menciptakan identitas sosial politik
yang baru.
‘14
7
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Kelompok preskriptif, mengacu pada langkah-langkah yang harus ditempuh
setiap anggota kelompok dalam mencapai tujuan kelompok. Cragan dan Wright
mengkategorikan enam format kelompok preskriptif, yaitu: diskusi meja bundar,
simposium, diskusi panel, forum, kolokium, dan prosedur parlementer.
3. ETIKA DALAM BERKOMUNIKASI
Banyak orang beranggapan bahwa dalam sebuah pembicaraan, kita harus
menggunakan etika untuk menghargai dan menghormati lawan bicara. Ada sebuah
teori yang mendefinisikan etika sebagai, “sebuah cabang ilmu filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma, moral yang menentukan perilaku manusia dalam
hidupnya”. Dalam teori ini, etika memiliki 3 tujuan, yaitu:
a. Membantu manusia untuk bertindak secara bebas dan dapat dipertanggung
jawabkan.
b. Membantu manusia mengambil sikap dan tindakan secara tepat dalam hidup ini.
c. Tujuan akhir untuk menciptakan kebahagiaan.
Terlepas setuju atau tidaknya kita dengan teori diatas, namun ada hal yang
bisa kita sepakati bahwa etika berhubungan dengan moral, sistem tentang
bagaimana kita harus hidup secara baik sebagai manusia. Dalam berkomunikasi
ada etika seperti dalam Bahasa Inggris, yaitu 5W+1H.
a. Who (siapa), untuk mengetahui siapa yang diajak bicara, seperti pandangan
mata agar kita menghargai lawan bicara.
b. What (apa), berbicara tentang lawan bicara harus tau apa yang sedang
dibicarakan, karena jika tidak mengetahui apa yang dibicarakan pasti membuat
kita merasa jengkel.
c. Where (dimana), Berkomunikasi harus tau tempat, jika saja berbicara pendapat
tentang sesuatu yang tidak disukai, maka bisa saja orang sekitar kita merasa
tidak suka dengan pendapat kita.
d. When (kapan), Tidak mudah untuk mengetahui kapan waktu yang tepat untuk
berkomunikasi. Misalnya bertamu ke tempat orang yang penting, tidak mungkins
aat shubuh berkumandang?
e. Why (mengapa), Pertanyaan ini agar fokus dengan tujuan pembicaraan.
f. How (bagaimana), Cara kita berkomunikasi dengan penyampaian yang jelas.
Jika kita salah penyampaian, jadi salah juga kita dalam beretika komunikasi.
‘14
8
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
4. ETIKA KOMUNIKASI ANTAR PERSONA DAN KELOMPOK KECIL
Persoalan etika yang potensial selalu melekat dalam setiap bentuk
komunikasi antar persona sehingga komunikasi dapat dinilai dalam dimensi benarsalah, melibatkan pengaruh yang berarti terhadap manusia lain, sehingga
komunikator secara sadar memilih tujuan-tujuan tertentu yang ingin dicapai dan
cara-cara komunikasi guna mencapai tujuan tersebut. Apakah seorang komunikator
bertujuan
menyampaikan
informasi,
meningkatkan
pemahaman
seseorang,
memudahkan keputusan yang bebas pada orang lain, menawarkan nilai-nilai yang
penting,
memperlihatkan
eksistensi
dan
relevansi
suatu
persoalan
sosial,
memberikan sebuah jawaban atau program aksi atau memicu pertikaian-persoalan
etika yang potensial terpadu dalam upaya-upaya simbolik sang komunikator.
Demikianlah
keadaannya
pada
sebagian
besar
komunikasi
persona,
baik
komunikasi antara dua orang, dalam kelompok kecil, dalam retorika gerakan sosial
maupun dalam hubungan masyarakat.
Bahkan muncul ungkapan bahwa manusia adalah satu-satunya hewan” yang
secara harfiah dapat disebut memiliki nilai”. Lebih khusus lagi, barangkali esensi
tertinggi manusia adalah homo ethicus, manusia adalah pembuat penilaian etika.
Tetapi muncul pertanyaan, mengapa mempersoalkan etika dalam komunikasi Antar
persona?
Jelas,
dengan
menghindari pembicaraan mengenai etika dalam
komunikasi, orang akan bersandar pada berbagai macam pembenaran:
a. setiap orang tahu bahwa teknik komunikasi tertentu adalah tidak etis jadi tidak
perlu dibahas;
b. karena yang penting dalam komunikasi hanyalah masalah kesuksesan maka
masalah etika tidak relevan;
c. penilaian etika hanyalah masalah penilaian individu secara persona sehingga
tak ada jawaban pasti; dan
d. menilai etika orang lain itu menunjukkan keangkuhan atau bahkan tidak
sopan.
Secara potensial timbul ketegangan antara ” kenyataan” dan “keharusan”,
antara yang aktual dan yang ideal. Mungkin terdapat ketegangan antara apa yang
dilakukan setiap orang dengan apa yang menurut kita harus dilakukan oleh orang
‘14
9
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
tersebut. Mungkin terdapat konflik antara komunikasi yang kita pandang berhasil dan
penilaian teknik tersebut tidak boleh digunakan karena cacat menurut etika. Kita
mungkin terlalu menekankan pemahaman tentang sifat dan efektivitas teknik, proses
dan metode komunikasi dengan mengorbankan perhatian pada masalah etika
tentang penggunaan teknik-teknik seperti itu. Kita harus menguji bukan hanya
bagaimana, melainkan juga apakah kita secara etis harus , memakai berbagai
macam metode dan pendekatan. Masalah “apakah”, jelas bukan hanya penyesuaian
khalayak, melainkan maslah etika. Kita boleh merasa bahwa tujuan-tujuan etika itu
tidak dapat dicapai secara nyata sehingga tidak banyak manfaatnya.
Bagaimana para peserta dalam sebuah transaksi komunikasi persona menilai
etika dari komunikasi itu, atau bagaimana para pengamat luar menilai etikanya, akan
berbeda-beda tergantung pada standar etika yang mereka gunakan. Sebagian
diantara bahkan mungkin akan memilih untuk tidak mempertimbangkan etika.
Namun demikian, masalah etika yang potensial tetap ada meskipun tidak
terpecahkan atau tidak terjawab.
Apakah seorang komunikator menginginkan penilaian etika atau tidak?
Komunikan umumnya akan menilai, secara resmi ataupun tidak resmi, upaya
komunikator berdasarkan standar etika yang relevan menurut mereka. Jika bukan
karena alasan lain, selain alasan pragmatik, yakni untuk kesempatan meningkatkan
kesuksesan , komunikator perlu mempertimbangkan kriteria etis para khalayaknya.
Contoh Etika Komunikasi Antar Persona dan Kelompok Kecil
Manusia dalam hidup bermasyarakat, akan saling membutuhkan satu sama
lain. Kebutuhan itulah yang dapat menimbulkan suatu proses interaksi sosial.
Maryati dan Suryawati menyatakan bahwa , “Interaksi sosial adalah kontak atau
hubungan timbal balik atau interstimulasi dan respons antar individu, antar kelompok
atau antar individu dan kelompok. “Pendapat lain dikemukakan oleh Murdiyatmoko
dan
Handayani,
“Interaksi
sosial
adalah
hubungan
antar
manusia
yang
menghasilkan suatu proses pengaruh mempengaruhi yang menghasilkan hubungan
tetap dan pada akhirnya memungkinkan pembentukan struktur sosial.
“Interaksi positif hanya mungkin terjadi apabila terdapat suasana saling
mempercayai, menghargai dan saling mendukung.” Berdasarkan definisi di atas,
maka penulis dapat mnyimpulkan bahwa interaksi sosial adalah suatu hubungan
‘14
10
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
antar sesama manusia yang saling mempengaruhi satu sama lain baik itu dalam
hubungan antar individu, antar kelompok maupun antar individu dan kelompok.
Daftar Pustaka
Bertens, K, Etika, Gramedia, Jakarta, 2001
Effendy, Onong Uchyana, Ilmu, Teori dan Filsafat Komunikasi, Citra Aditya Bakti,
Bandung, 1993
Katsoff, Louis O, Pengantar Filsafat, Tiara Wacana, Yogyakarta, 1996
Mangunhardjana, Isme-Isme Dalam Etika dari A-Z, Kanisius, Yogyakarta, 1997
Suseno, Franz Magnis, Etika Dasar Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral,
Kanisius, Yogyakarta, 1989
Soehoet, AM.Hoeta, Teori Komunikasi I, IISIP, Jakarta, 2002
Suriasumantri, Jujun S, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar populer, Pustaka Sinar
Harapan, Jakarta, 2001
Sutarno, Alfonsus. Etiket Kiat Serasi Berelasi. Yogyakarta: Kanisius. 2008
Titus, Harold H,Smith, Nolan (alih bahasa) Rasjidi, Persoalan – Persoalan Filsafat,
Bulan Bintang, Jakarta, 1984
‘14
11
Etika Filsafat Komunikasi
Agus Susanto,M.IKom.
Pusat Bahan Ajar dan eLearning
http://www.mercubuana.ac.id
Download