1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Jambal roti merupakan salah satu jenis ikan asin yang cukup dikenal di Indonesia, khususnya Pulau Jawa, banyak diminati dan memiliki tempat tersendiri bagi penggemar ikan asin. Jambal roti umumnya dibuat dari Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell) (Rochima, 2005). Ciri khas jambal roti antara lain aroma harum yang disebabkan oleh degradasi protein dan lemak yang menghasilkan senyawa metil keton, butilaldehid, asam amino, dan senyawa lainnya. Kandungan asam amino yang tinggi mempengaruhi cita rasa jambal roti. Kekhasan lainnya adalah tekstur empuk dan kompak sebagai hasil kerja enzim proteolitik yang dihasilkan oleh mikroorganisme (Rahayu, et al., 1992). Pengolahan Jambal Roti Ikan Manyung masih dilakukan secara tradisional (Suharna, Sya’rani dan Agustini, 2006). Pengolah secara tradisional, umumnya kurang memperhatikan masalah keamanan pangan produk yang dihasilkan. Purnomo, et al. (2002) mengemukakan bahwa beberapa permasalahan keamanan pangan yang bersumber dari kesengajaan pengolah banyak ditemui pada produk-produk tradisonal seperti jambal, ikan asin, terasi, pindang, kerang kupas, peda, tepung ikan, sirip hiu dan kerupuk ikan. Pengolah menggunakan bahan tambahan berbahaya yang dilarang penggunaannya pada makanan seperti pestisida, formalin, boraks, zat pewarna buatan. Produk jambal roti yang terbuat dari Ikan Manyung di daerah Lamongan terdeteksi mengandung residu pestisida berbagai bahan aktif dari golongan organoposfat, organoklorin, karbamat dan piretroid. Dari beberapa bahan aktif tersebut, residu tertinggi diperoleh pada sipermetrin sebesar 2,124 mg/kg (Amir, et al., 2014). Residu sipermetrin ini jauh di atas Batas Maksimum Residu (BMR) pestisida yang diperbolehkan berdasarkan SNI dan Codex Alimentarius 2 Commision. Berdasarkan SNI 7313:2008 (Badan Standarisasi Nasional, 2008) dan Codex Alimentarius Commision (2011), batas maksimum residu insektisida berbahan aktif sipermetrin pada hasil pertanian produk daging unggas sebesar 0,05 mg/kg. Sipermetrin merupakan insektisida sintetis piretroid (Atessahin, et al., 2005; Chakravarthi, Naravaneni dan Philip, 2007; Wenjun, et al., 2007; Eraslan, et al., 2008; Saxena dan Saxena, 2010) yang mempunyai efek toksik dan membahayakan manusia (Muthuviveganandave, et al., 2011; Ojutiku, et al., 2013). Senyawa ini berbahaya bagi manusia karena merupakan racun yang menyerang sistem saraf dan organ yang berhubungan dengan tempat bahan kimia memasuki tubuh, menekan sistem kekebalan tubuh dan menghambat pembentukan antibodi terhadap penyakit yang disebabkan oleh mikroba (Sari, Safni dan Zilfa, 2012). Sipermetrin umumnya digunakan dalam formulasi obat nyamuk aerosol (Kusumaningtiar dan Angeliana, 2011), digunakan untuk mengendalikan serangga atau hama rumah tangga (Das dan Parajuli, 2006; Bhushan, Saxena dan Saxena, 2013), hama pada kapas dan sayuran (Marigoudar, Ahmed dan David, 2009; Debbab, et al., 2014), padi dan mangga (Mukadam dan Kulkarni, 2014), dan hama pada kegiatan pertanian lainnya (Jayakumar, et al., 2008; Sangha, et al., 2011; Suzan, et al., 2012; Masud dan Singh, 2013). Pada jambal roti, sipermetrin digunakan untuk mencegah kerusakan karena lalat. Sipermetrin dilarang penggunaannya pada makanan sesuai peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 722/Menkes/PER/IX/88 mengenai larangan penggunaan bahan kimia berbahaya yang tidak diizinkan dalam makanan. Larangan ini berkaitan dengan efek toksik sipermetrin terhadap manusia. Penggunaan sipermetrin yang tidak sesuai dengan fungsi dan ukurannya dapat mengancam keamanan pangan bagi konsumen akibat residu yang 3 tertinggal dalam produk (Haryati, 2006). Residu pada batas kadar tertentu, akan membahayakan kesehatan terutama apabila dikonsumsi secara terus menerus (Mutiatikum, Puji dan Alegantina, 2002). Paparan residu dapat menimbulkan keracunan akut dan kronis. Keracunan kronis dapat terjadi akibat penyerapan secara terus menerus dalam jangka waktu panjang bahkan kadang-kadang selama hidup, walaupun dalam dosis sangat rendah (residu). Biasanya keracunan kronis tidak disertai tanda-tanda yang jelas, tetapi akibatnya dapat menyebabkan kerusakan sel-sel hati. Faktor yang berperan pada keracunan jenis ini adalah sifat kumulatif pestisida. Residu terakumulasi dalam lemak yang mengakibatkan kerusakan hati dan ginjal (Mutiatikum dan Isnawati, 2003). National Pesticide Telecommunication Network (1998) menambahkan bahwa residu sipermetrin terakumulasi dalam tubuh manusia. Afriyanto (2008) mengemukakan bahwa bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. Efek bahan kimia dari kandungan pestisida dalam jangka pendek menyebabkan nekrosis hati (kematian sel), inflamasi sel-sel, gagal ginjal akut. Beberapa penelitian tentang keamanan pangan yang telah dilakukan antara lain adalah keamanan dan pengamanan pangan produk daging sapi (Zulfanita, Arifin dan Priyono, 2013), penggunaan formalin pada ikan asin di pasar tradisional Kota Semarang (Habibah, 2013), penggunaan formalin dan boraks serta kontaminasi bakteri pada otak-otak (Harsojo dan Kadir, 2012), studi keamanan pangan dari kandungan formalin pada tahu putih yang beredar di Pasar Sidoarjo (Tjiptaningdyah, 2010), kajian keamanan pangan (formalin, garam dan mikrobia) pada ikan sepat siam asin (Rinto, Arafah dan Utama, 2009), pengaruh paparan berulang ikan berformalin terhadap kerusakan hati dan ginjal mencit (Mus musculus) sebagai media pembelajaran keamanan pangan 4 (Kartikaningsih, 2008), kebijakan keamanan pangan produk perikanan (Riyadi, Bambang dan Agustini, 2007). Penelitian keamanan pangan yang terpapar residu sipermetrin untuk produk ikan asin kering masih jarang dilakukan, sementara keberadaannya dalam produk berdampak ketidakamanan pangan yang mengakibatkan gangguan kesehatan pada manusia. Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai “Keamanan Pangan Produk Jambal Roti Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell) Yang Terpapar Sipermetrin”. 1.2. Rumusan Masalah Rumusan masalah yang akan dijawab dalam penelitian ini adalah : 1. Berapa kadar residu sipermetrin yang terkandung dalam produk jambal roti Ikan Manyung? 2. Bagaimana cara dan di tahap mana dilakukan penggunaan sipermetrin pada proses pengolahan produk jambal roti Ikan Manyung? 3. Bagaimana pengaruh paparan sipermetrin terhadap kerusakan hati dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus)? 4. Apakah perlakuan penanganan dan pengolahan dapat menurunkan kadar residu sipermetrin dalam produk jambal roti Ikan Manyung? 1.3. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Menentukan kadar residu sipermetrin yang terkandung dalam produk jambal roti Ikan Manyung 2. Mengetahui cara dan di tahap mana dilakukan penggunaan sipermetrin pada proses pengolahan produk jambal roti Ikan Manyung 5 3. Menentukan pengaruh paparan sipermetrin terhadap kerusakan hati dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) 4. Menentukan pengaruh penanganan dan pengolahan terhadap penurunan kadar sipermetrin pada jambal roti Ikan Manyung 1.4. Manfaat Penelitian 1.4.1. Manfaat Teoritis Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan positif untuk menghentikan penggunaan pestisida oleh pelaku usaha perikanan sehingga produk jambal roti dan hasil perikanan lainnya terbebas dari cemaran pestisida dan aman untuk dikonsumsi konsumen atau masyarakat. 1.4.2. Manfaat Praktis Hasil penelitian ini diharapkan dimanfaatkan oleh : 1. Pelaku usaha perikanan dalam menjaga keamanan produk ikan asin kering 2. Departemen Kelautan dan Perikanan dan Dinas Perikanan dan Kelautan dalam membuat kebijakan pengawasan keamanan produk perikanan laut khususnya ikan asin kering 3. Lembaga-lembaga non-pemerintah dalam pengawasan keamanan pangan produk perikanan 4. Konsumen