30 III. KERANGKA KONSEP PENELITIAN 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Keamanan pangan menjadi perhatian di seluruh dunia karena berpengaruh langsung terhadap kesehatan manusia. Keberadaan residu pestisida yang berbahaya dalam makanan telah menyebabkan kekhawatiran besar di antara konsumen (Kaushik, Satya, dan Naik, 2009). Beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya residu pestisida berbagai bahan aktif dalam sayuran (Debbab, et al., 2014; Chowdhury, et al., 2013; Akan, et al., 2013; Hossain, et al., 2013; Efiyatni, et al., 2013; Botwe, et al., 2011; Loekman, et al., 2010; Chandra, et al., 2010; dan Zhang, et al., 2007), buah (Syed, et al., 2014; Lozowicka, et al., 2013; Dasika, Tangirala dan Naishadham, 2012; Anwar, et al., 2011; Bempah, et al., 2011; Knezevic dan Serdar, 2009), susu (Deti, et al., 2014; Aslam, Rais dan Alam, 2013; Kiljanek, Niewiadowska dan Semeniuk, 2013; Tutu, et al., 2011; Fagnani, et al., 2011; Hem, et. al., 2010; Sassine, et. al., 2004), beras (Susilowati, 2006), daging (Letta dan Attah, 2013; Sartarelli, et al., 2012; Muhammad, et al., 2010). Amir, et al. (2014) mengemukakan bahwa pestisida berbahan aktif sipermetrin dari golongan pyretroid teridentifikasi pada produk jambal roti yang diambil dari pengolah di Kabupaten Lamongan, dengan kadar melebihi BMR pestisida yang diizinkan berdasarkan SNI dan CAC. Penggunaan pestisida oleh pengolah, dimaksudkan untuk menghindari kerumunan lalat, memperpanjang daya simpan ikan dan mencegah kerugian karena daya simpan produk yang lebih singkat. Pengolah tidak memikirkan akibat yang ditimbulkan terhadap kesehatan manusia oleh penggunaan sipermetrin karena residu yang tertinggal dalam produk. 31 Keberadaan ketidakamanan residu pangan sipermetrin yang apabila dalam produk dikonsumsi berdampak oleh manusia pada dapat mengakibatkan gangguan kesehatan. Mengkonsumsi zat kimia beracun yang sifatnya terakumulasi pada dosis rendah dalam jangka panjang akan menyebabkan gangguan kesehatan yang serius pada manusia (Jadhav dan Waskar, 2011). Afriyanto (2008) mengemukakan bahwa bahan kimia dari kandungan pestisida dapat meracuni sel-sel tubuh karena kemampuannya menumpuk (akumulasi) dalam lemak yang terkandung dalam tubuh. National Pesticide Telecommunication Network (1998) menambahkan bahwa residu sipermetrin terakumulasi dalam tubuh manusia. Efek sipermetrin terhadap kesehatan manusia tergantung pada seberapa besar kadar sipermetrin yang terdapat pada makanan yang dikonsumsi manusia dan seberapa sering manusia terpapar sipermetrin. Grewal, et al. (2010) mengemukakan bahwa sipermetrin dosis 5 dan 20 mg/kg yang diberikan secara oral selama 30 hari menghasilkan gejala toksik dan perubahan perilaku pada tikus jantan dan betina dengan berbagai tingkat kerusakan. Paparan sipermetrin dosis yang lebih rendah menghasilkan toksikosis sangat ringan, sedangkan dosis yang lebih tinggi menunjukkan toksisitas ringan sampai sedang bahkan terjadi kematian pada pemberian sipermetrin antara hari ke-23 dan ke-28 setelah menampilkan tanda-tanda inkoordinasi dan tremor. Mamun, et al. (2014), menambahkan bahwa sipermetrin dosis 5, 7.5 dan 10 mg/kg dapat menyebabkan kelainan pada hati dan ginjal tikus percobaan Upaya mereduksi kadar sipermetrin pada makanan sebelum dikonsumsi manusia, diharapkan dapat mengurangi ketidakamanan pangan akibat residu yang terkandung dalam makanan. Salah satunya dengan perlakuan mencuci 32 produk pada air mengalir kemudian digoreng sebelum dikonsumsi. Kerangka konsep penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.1. 3.2. Hipotesis Penelitian Hipotesis kerja dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Kadar residu sipermetrin yang terkandung dalam produk jambal roti Ikan Manyung telah melewati batas maksimum residu 2. Pemakaian sipermetrin dilakukan dengan cara disemprotkan pada akhir proses pengolahan produk jambal roti Ikan Manyung 3. Terdapat pengaruh residu sipermetrin terhadap kerusakan hati dan ginjal tikus putih (Rattus norvegicus) 4. Terdapat penurunan kadar residu sipermetrin dalam produk pada jambal roti Ikan Manyung karena perlakuan dicuci pada air mengalir kemudian digoreng 3.3. Definisi Operasional 1. Sipermetrin adalah bahan aktif insektisida golongan pyrethroid yang diperoleh dari SIGMA dengan IUPAC [cyano-(3-phenoxyphenyl)methyl] 3(2,2-dichloroethenyl)-2,2-dimethylcyclopropane-1-carboxylate digunakan untuk mengetahui perubahan fungsi hati dan ginjal tikus wistar 2. Sipermetrin merupakan salah satu bahan aktif yang terdeteksi digunakan oleh pengolah Jambal Roti di Kabupaten Lamongan untuk mengurangi kerusakan 3. Residu sipermetrin adalah akumulasi sipermetrin yang terdapat dalam produk jambal roti akibat pemakaian pada proses produksi 4. SGPT adalah nilai serum glutamic pyruvat transaminase yang digunakan sebagai indikator perubahan fungsi hati 33 5. SGOT adalah nilai serum glutamic oxalo transaminase yang digunakan sebagai indikator perubahan fungsi hati 6. Kreatinin adalah produk sisa perombakan atau hasil metabolisme yang digunakan sebagai indikator untuk menilai fungsi ginjal 7. Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein yang digunakan sebagai indikator untuk menilai fungsi ginjal 8. Kolinesterase adalah enzim (suatu bentuk dari katalis bilogik) di dalam jaringan tubuh yang berperan untuk menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan sel-sel syaraf bekerja secara terorganisir dan harmonis. Aktivitas kolinesterase dalam darah pada penelitian ini digunakan sebagai parameter keracunan pestisida 9. MDA adalah kadar Malondialdehid yang digunakan sebagai indikator terjadinya stress oksidatif dalam sel tubuh 10. SOD adalah superoksida dismutase yang merupakan antioksidan alami dalam tubuh manusia yang dapat melindungi sel-sel tubuh dari radikal bebas 11. Dicuci pada air mengalir, direndam dalam air hangat dan digoreng adalah perlakuan yang diberikan untuk mengurangi kadar residu sipermetrin dalam jambal roti 34 Keamanan Pangan Keberadaan residu pestisida Residu sipermetrin dalam jambal roti Berdampak pada ketidakamanan pangan Terakumulasi dalam tubuh Gangguan kesehatan Hati : Aktifitas Enzim Kolinesterase SGOT SGPT MDA SOD Histopathologi Ginjal : Ureum Kreatinin MDA SOD Histopathologi Mengurangi gangguan kesehatan karena ketidakamanan pangan akibat residu Upaya untuk menurunkan atau mengurangi kadar residu sipermetrin dalam produk Keamanan produk Jambal Roti terkait residu sipermetrin Gambar 3.1. Kerangka Konsep Penelitian 35 3.4. Kerangka Operasional Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu : 1. Tahap I : Survey dan evaluasi residu sipermetrin pada produk jambal roti Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell). Penelitian tahap I ini dilakukan untuk menjawab tujuan 1 dan 2 yang meliputi kegiatan : a. Wawancara dengan pengolah jambal roti Ikan Manyung (Arius thalassinus Ruppell) b. Analisis kromatografi gas 2. Tahap II : uji pengaruh paparan sipermetrin terhadap Tikus Wistar (Rattus norvegicus). Penelitian tahap II ini dilakukan untuk menjawab tujuan 3 yang meliputi kegiatan : a. Uji in vivo pada hewan percobaan Tikus Wistar. b. Analisis SGPT, SGOT, Kretainin, Ureum, aktivitas enzim kolinesterase, MDA, SOD, histopatologi organ hati dan ginjal, gejala klinis 3. Tahap III : uji reduksi kadar residu sipermetrin dalam produk jambal roti. Penelitian tahap III ini, dilakukan untuk menjawab tujuan 4. Tahap III meliputi kegiatan : a. Pemberian perlakuan yang diduga dapat mereduksi kadar residu sipermetrin b. Analisis kromatografi gas Kerangka operasional penelitian dapat dilihat pada Gambar 3.2. 36 Tahap I Survey dan evaluasi residu sipermetrin pada produk jambal roti Ikan Manyung 3.5. Kebaruan Penelitian (Arius thalassinus Ruppell) 1. Pengambilan sampel jambal roti, 2. Wawancara dengan pengolah 1. Analisa Kromatografi Gas 2. Kuesioner Tahap II Uji pengaruh paparan sipermetrin terhadap Tikus Wistar (Rattus norvegicus) 1. Kadar residu sipermetrin dalam produk jambal roti 2. Cara dan pada tahap mana dilakukan pemakaian sipermetrin di proses pengolahan jambal roti Uji in vivo terhadap tikus dengan tujuh perlakuan paparan sipermetrin (0.00 mg/kg (K-), 0.05 mg/kg, 0.60 mg/kg, 1.10 mg/kg, 1.60 mg/kg, 2.15 mg/kg dan daging ikan yang mengandung sipermetrin 1.73 mg/kg (kontrol positif : K+) Tahap III Uji reduksi kadar residu sipermetrin dalam produk jambal roti Jambal roti yang mengandung sipermetrin 6.31 mg/kg diberi perlakuan : dicuci dengan air yang mengalir selama satu menit, direndam dalam air hangat dengan suhu 50oC selama 15 menit, digoreng pada suhu 170oC selama 10 menit dicuci+digoreng, direndam+digoreng. Analisis SGOT, SGPT, Kretainin, Ureum, aktivitas enzim kolinesterase, MDA, SOD, histopatologi organ hati dan ginjal, gejala klinis Nilai SGOT, SGPT, Ureum, Kreatinin, SOD, MDA, aktifitas enzim kolinesterase Gambaran histopatologi organ hati dan ginjal Tingkah laku, kondisi mata, bulu, feses, berat badan, konsumsi dan konversi pakan Analisa Kromatografi Gas Penurunan kadar sipermetrin dalam produk jambal roti Gambar 3.2. Kerangka Operasional Penelitian