RINGKASAN EKSEKUTIF BINARTI DWI ASTUTI (2008), Rancangan Pengukuran Return on Training Investment (ROTI) Dengan Pendekatan Konsep Balanced Scorecard Studi Kasus Pelatihan Manajerial. Di bawah bimbingan SETIADI DJOHAR dan ILLAH SAILAH. Kondisi persaingan saat ini menuntut setiap perusahaan untuk bersikap lebih tanggap dan proaktif dalam melakukan pengembangan terhadap perusahaan maupun sumber daya manusianya. Guna menjawab tantangan dan tuntutan tersebut, semakin banyak perusahaan mulai menyadari betapa pentingnya pengembangan sumber daya manusia yang berkelanjutan melalui program-program pelatihan yang didisain atau dirancang sedemikian rupa sesuai kebutuhan perusahaan. Pengadaan pelatihan di dalam perusahaan, tidak bisa dipungkiri melibatkan pengeluaran uang, waktu dan tenaga yang besar. Pengambil keputusan di dalam perusahaan semakin hari semakin kritis terhadap uang yang dikeluarkan untuk pengadaan pelatihan setiap tahunnya. Perusahaan berharap fungsi pelatihan bukan sebagai expense (pengeluaran) tetapi benar-benar memiliki pengaruh yang signifikan (investasi) terhadap peningkatan kinerja atau kompetensi karyawan yang berkualitas dalam pencapaian target-target sesuai visi dan misi perusahaan. Pelatihan adalah sebuah investasi yang dikeluarkan oleh perusahaan, hal ini harus dilakukan pengukuran sehingga hasilnya, dampaknya dan jika memungkinkan menghitung tingkat pengembalian investasi yang sudah dikeluarkan perusahaan (Return on Training Investment). Masalahnya adalah bagaimana melakukan pengukuran ROTI, mungkin ini merupakan bagian yang paling rumit dari rangkaian proses pelatihan. Sebuah pelatihan dikatakan berhasil bila para peserta dapat menerima dan mengalami peningkatan pengetahuan (knowledge), keterampilan (skill) maupun perilaku (attitude) yang tepat dan diberikan oleh seorang pelatih yang tepat dengan menggunakan metode dan media yang di rancang khusus guna pencapaian peningkatan kinerja dan kompetensi karyawan. Untuk meyakinkan manajemen puncak mau melaksanakan suatu program pelatihan sebagai suatu investasi, maka tidaklah cukup hanya dengan memaparkan segi-segi persiapan, teknis pelaksanaan dan hasil perubahan perilaku yang diharapkan terjadi setelah peserta mengikuti pelatihan tersebut tetapi harus dapat menghitung atau memprediksikan berapa besar nilai Return on Training Investment (ROTI = Pengembalian Keuntungan Investasi Pelatihan) dari sebuah pelatihan yang akan diselenggarakan. Bagaimana membuat rancangan untuk mengukur ROTI tersebut untuk meyakinkan manajemen perlu dilakukan perbaikan rancangan dan metoda pengukuran efektivitas pelatihan yang sebelumnya sudah dikembangkan oleh Kirkpatrick dan Jack J Phillips, konsep pengukuran efektivitas pelatihan dipadukan dengan konsep Balanced Scorecard (BSC) yang diciptakan oleh Robert S. Kaplan seorang profesor dari Harvard Business School dan David P. Norton dari kantor akuntan publik dari USA. Sejak diuji cobakan pada tahun 1990 konsep BSC terus berkembang sejalan dengan perkembangan penerapan konsep tersebut. BSC telah mengalami evolusi perkembangannya (1) BSC sebagai perbaikan atas sistem pengukuran kinerja eksekutif, (2) BSC sebagai kerangka perencanaan strategik dan (3) BSC sebagai basis sistem terpadu pengelolaan kinerja personel. Dalam penelitian ini dengan memanfaatkan BSC dapat memberikan rangka yang jelas untuk mengukur ROTI (pengembalian keuntungan investasi pelatihan) melalui berbagai perwujudan keuangan maupun non-keuangan. Satu dari jenis pelatihan yang sering diselenggarakan oleh perusahaanperusaan lima tahun terakhir ini adalah jenis-jenis pelatihan manajerial seperti pelatihan pengembangan manajemen (management development) dan kepemimpinan pucak (executive leadership), karena pelatihan manajemen adalah bagian sangat penting untuk meningkatkan kinerja organisasi. Untuk menjawab pertanyaan manajemen bahwa pelatihan adalah suatu investasi bukan suatu pengeluaran (expense) maka pada penelitian ini dibuat usulan rancangan dalam melakukan pengukuran ROTI pada studi kasus pelatihan manajerial. Kegiatan pelatihan manajerial ini digunakan sebagai contoh studi kasus dalam melakukan analisis verifikasi dan validasi terhadap rancangan pengukuran ROTI. Dengan pendekatan konsep BSC maka fokus pandangan kita terhadap kegiatan pelatihan yang dilakukan adalah melihat hasil pengukuran pada 1) keuangan (financial prespective), 2) pelanggan (customer prespective) 3) proses bisnis internal (internal business process perspective) dan 4) pembelajaran dan pertumbuhan (learning and growth perspective). Tujuan penelitian ini mencoba mengaplikasikan konsep BSC tersebut pada proses rancangan pengukuran ROTI. Permasalahan pokok penelitian ini akan diuraikan lebih lanjut dalam bentuk pertanyaan bagaimana memberikan masukan kepada manajemen untuk perbaikan rancangan dan metode evaluasi efektivitas pelatihan. Bagaimana melakukan pengukuran ROTI sehingga intangibles asset dapat terukur sebagai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap bisnis. Pada penelitian ini bertujuan untuk merumuskan cause effect (sebab akibat) yang ditimbulkan dari kegiatan pelatihan dengan membuat suatu rancangan pengukuran ROTI dan merumuskan peran kunci keberhasilan pelatihan. Rancangan pengukuran ROTI ini dilakukan uji coba yang fokus pada studi kasus pelatihan manajerial yaitu “Total Quality Management for Managers”. Pengukuran ROTI dengan menggunakan pendekatan dari konsep BSC, mampu menghasilkan rancangan yang tepat. Untuk mengevaluasi kegiatan pelatihan tersebut dengan menganalisis dan melihat faktor sebab akibat yang ditimbulkan dari kegiatan pelatihan yang dilakukan terkait biaya yang dikeluarkan untuk pengadaan pelatihan tersebut dan keuntungan terhadap pelatihan. Isolasi juga dilakukan terhadap keberhasilan peningkatan kinerja dengan memperhitungkan faktor internal dan eksternal. Penelitian dilakukan dengan metode deskriptif melalui studi kasus. Pembahasan dilakukan dengan menggunakan data kuantitatif dan kualitatif. Data primer diperoleh dengan hasil wawancara dan penyebaran kuesioner. Data sekunder diperoleh dari pengumpulan informasi sumbernya buku, jurnal, dokumen internal perusahaan dan situs internet. Rancangan pengukuran ROTI menggunakan krangka berpikir BSC membuat lebih komprehensip dan koheren, juga sasaran aksi menjadi lebih jelas sehingga keberhasilan pengukuran, pemantauan dan umpan balik dapat dilakukan dengan baik pada pelaksanaan pelatihan manajerial yang berjudul “ Total Quality Management for Managers”. Hasil validasi pengukuran perspektif pelanggan dilakukan pada sesi terakhir pelatihan pada seluruh peserta rata-rata terhadap disain program pelatihan adalah 4,3; isi program pelatihan adalah 4,2; fasilitator pelatihan adalah 4,2 dan fasilitas pelatihan adalah 4,0. Secara keseluruhan penilaian kepuasan peserta terhadap pelatihan adalah 4,1 hal ini menunjukkan hampir seluruh peserta menyatakan sangat puas terhadap kegiatan pelatihan tersebut. Dari hasil wawancara kepada para pimpinan dan pimpinan puncak adalah 100% menyatakan puas. Pengukuran terhadap perspektif pembelajaran kognitif (learning) dengan melihat nilai rata-rata peserta dari pre test 6,8 terhadap post test 77,2 menunjukkan peserta mendapatkan banyak ilmu pengetahuan mengenai TQM. Untuk terjadinya pertumbuhan perubahan perilaku peserta (behaviour) setelah tiga bulan pelatihan adalah adanya rata-rata perubahan perilaku peserta dari sebelum pelatihan 1,85 dan setelah pelatihan menjadi 4,04, hal ini menunjukkan perilaku karyawan menjadi sangat baik dalam hasil kerja, sikap kerja dan hubungan kerja. Pengukuran terhadap perspektif internal bisnis dalam menciptakan nilai tambah bagi organisasi menurut survey yang dillakukan pada masing-masing atasan dan pimpinan puncak menyatakan 66,66% berhasil dan 33,33% perlu waktu lebih lama, sedangkan hasil survey mengenai perkiraan dari peserta dan atasan peserta (manajemen puncak) pengaruh dari pelatihan terhadap keberhasilan peningkatan kinerja organisasi adalah 23% dengan pembobotan perkiraan untuk atasan dan peserta masing-masing 80% dan 20%. Jadi jika keberhasilan pencapaian keberhasilan berjumlah Rp. 460.015.580 dikalikan 23% maka yang dapat diklaim sebagai keuntungan dari pelatihan adalah sebesar Rp. 105.803.583,-. Dari asumsi perkiraan keberhasilan peningkatan kinerja karena pelatihan 23%, pengukuran terhadap perspektif keuangan yaitu ROTI (+) 182,1 % per bulan artinya investasi yang ditanamkan perusahaan pada pelatihan TQM berhasil memberikan keuntungan pada perusahaan melalui penerapan terhadap pelatihan sebesar 182,1%. Sedangkan Benefit Cost Ratio (BCR), perbandingan keuntungan dan biaya adalah 2,8 berbanding 1 artinya setiap satu rupiah yang dikeluarkan akan memberikan keuntungan sebesar 2,8 rupiah. Perhitungan Break Even Time (BET), waktu yang diperlukan sebagai titik impas yaitu biaya yang dikeluarkan sama dengan keuntungan yang akan diperoleh yaitu 1,1 bulan. Kata Kunci : ROTI ; Balanced Scorecard; Pelatihan Manajerial