Laporan Hasil Pelatihan Return On Training Investment Desita Silvai D. RINGKASAN MATERI PELATIHAN RETURN ON TRAINING INVESTMENT A. Training and Development Pelatihan dan pengembangan merupakan dua hal yang saling terkait tetapi memiliki perbedaan pengertian dan tujuan. Uraian Pengertian Tujuan Bidang Kerja Proses yang sistematis Berhubungan dengan Pelatihan, Pelatihan untuk mengubah pekerjaan sekarang program perilaku yang akan atau masa yang akan pendidikan mendukung datang serta sifatnya karyawan, pencapaian tujuan segera atau untuk seminar, perusahaan jangka panjang. workshop, studi banding Berhubungan dengan Perencanaan Pengembangan Usaha untuk meningkatkan pekerjaan sekarang Karir kemampuan karyawan dan masa yang akan (promosi, untuk kebutuhan datang dan sifatnya demosi, rotasi) jangka panjang jangka panjang Tabel 1 Dari tabel 1 dapat disimpulkan bahwa antara pelatihan dan pengembangan memiliki tujuan akhir yang sama yaitu meningkatkan kompetensi baik soft skill maupun hard skill. Perbaikan atau peningkatan kompetensi karyawan dapat dilakukan dengan pelatihan. Tetapi untuk memastikan bahwa pelatihan merupakan satu solusi untuk memperbaiki atau meningkatkan kinerja karyawan, memastikan bahwa pengetahuan dan keterampilan yang diajarkan sesuai dengan tuntutan dalam jabatan tertentu, partisipan yang mengikuti pelatihan benar-benar orang yang tepat dan memperhitungkan untung ruginya melaksanakan pelatihan mengingat bahwa sebuah pelatihan pasti membutuhkan sejumlah dana, maka dapat dilakukan analisa kebutuhan pelatihan (training need analysis). Training Need Analysis (TNA) merupakan suatu proses pengumpulan dan analisis data dalam rangka mengidentifikasi bidang-bidang atau faktor-faktor apa saja yang ada di dalam perusahaan yang perlu ditingkatkan atau diperbaiki agar kinerja pegawai dan produktivitas perusahaan bertambah baik. B. Training Evaluation Evaluasi pelatihan dilakukan untuk memberikan informasi bahwa pelatihan yang dilaksanakan memang memberikan manfaat bagi perusahaan. Proses evaluasi melalui tahapan : 1. Melaksanakan Training Need Analysis (TNA) atau analisa kebutuhan pelatihan. 2. Mengembangkan ukuran hasil belajar dan analisis transfer of training. 3. Mengembangkan pengukuran outcome. 4. Menentukan strategi evaluasi. 5. Merencanakan dan melaksanakan evaluasi. Hasil pelatihan berpengaruh terhadap : 1. Kognitif : perubahan pengetahuan peserta dari yang tidak tahu menjadi tahu. 2. Keterampilan : peserta memiliki tambahan keterampilan dari hasil workshop. 1 Laporan Hasil Pelatihan Return On Training Investment Desita Silvai D. 3. Emosi : Adanya perubahan emosi peserta pelatihan terutama pelatihan-pelatihan yang sifatnya pada soft skill atau lebih menitikberatkan pada psikis seseorang. Misalnya; pelatihan ESQ. Terdapat 5 level/tingkat dalam melakukan evaluasi pelatihan yaitu : Level 1 2 3 4 5 Kriteria Reaksi Pembelajaran Perilaku Hasil RoTI Fokus Kepuasan peserta dalam mengikuti pelatihan Penguasaan pengetahuan, keterampilan atau sikap/perilaku Peningkatan perilaku kerja Keuntungan dari sisi bisnis perusahaan Perbandingan antara manfaat moneter dari pelatihan dengan biaya yang dikeluarkan untuk pelaksanaan pelatihan Tabel 2 Dari 5 level yang digunakan dalam mengevaluasi efektivitas pelatihan, umumnya yang digunakan hanya sampai level 2 karena berkaitan dengan biaya yang rendah dan tidak membutuhkan waktu lama. Level 3 yang bertujuan untuk mengetahui apakah perubahan yang terjadi pada ekspeserta pada saat mereka kembali ke lingkungan pekerjaannya setelah mengikuti training, khususnya perubahan kompetensinya (pengetahuan, keterampilan dan perilaku) sangat jarang dilakukan. Hal ini karena dalam pelaksanaan evaluasi level 3 membutuhkan waktu yang lama (3, 6 atau 12 bulan setelah pelatihan). Level 4 yang bertujuan untuk mengetahui dampak dari pemberian pelatihan terhadap kinerja eks-peserta, unit kerja, maupun perusahaan secara keseluruhan. Tahap evaluasi pelatihan level 3 dan 4 mempunyai keterkaitan erat dengan Performance Appraisal (PA), Key Performance Indicator (KPI) individu, sehingga lebih mudah bagi bagian pelatihan untuk mendapatkan data-data mengenai peningkatan kinerja/kompetensi peserta pelatihan. Pada level 5 (Return on Training Investment) evaluasi dilakukan dengan tujuan untuk mengukur pengembalian investasi dalam pelatihan itu sendiri. Dalam arti kata lain ROTI merupakan alat yang dapat membantu untuk menganalisis tingkat kemanfaatan pelatihan secara nyata. Jenis Pendekatan Pengukuran Kemanfaatan Pelatihan 1. Perhitungan Manfaat Secara Tidak Langsung Dikatakan tidak langsung karena pendekatan ini tidak memperhitungkan manfaat nyata dari pelatihan. Manfaat yang diperhitungkan bersifat prediktif, berdasarkan level dari knowledge acquisition peserta. Cara melakukan perhitungan tingkat pengembaliannya adalah dengan membandingkan peningkatan nilai pre test – post test dengan nilai standart test. Tingkat pengembalian = nilai pre test – nilai post test nilai standart test 2 Laporan Hasil Pelatihan Return On Training Investment Desita Silvai D. Pendekatan ini kurang tepat dalam memperhitungkan tingkat pengembalian pelatihan, karena : - Tidak dapat mengidentifikasi manfaat nyata pelatihan - Tidak dapat mengkonversi perhitungan dalam bentuk keuangan - Berdasarkan asumsi bila seluruh knowledge acquisation akan diterapkan 2. Analisis Biaya dan Manfaat Analisis biaya-manfaat (cost benefit) adalah penilaian dari suatu manfaat dan biaya untuk menentukan pro dan kontra atau keuntungan dan kerugian terhadap pilihan tertentu. Dengan cost benefit ratio, kita akan tahu seberapa besar nilai manfaat pelatihan per satu rupiah uang yang yang dikeluarkan perusahaan. Keunggulan analisis biaya dan manfaat : a. Dapat digunakan menentukan pelatihan mana yang dapat memaksimalkan net benefit yang akan diterima perusahaan. b. Memungkinkan manfaat dan biaya yang akan dibandingkan dari waktu ke waktu. c. Dapat menunjukkan biaya dan manfaat yang diperoleh untuk kelompok yang berbeda dalam perusahaan. Cost benefit ratio akan lebih mudah dihitung jika terdapat data peningkatan kinerja karyawan sebelum dan sesudah mendapatkan pelatihan. Biasanya yang lebih mudah terlihat adalah di Bagian Produksi karena dapat dilihat hasil produksinya. Kesulitannya adalah jika hasil kinerja karyawan tersebut sifatnya tidak terlihat (intangible). Misalnya di Bagian administrasi atau supporting. 3. Return on Training Investment Proses perhitungan ROTI meliputi : a. Perencanaan evaluasi : mengembangkan sasaran pelatihan dan mengembangkan perencanaan evaluasi. b. Pengumpulan data : mengumpulkan data sebelum dan sesudah pelatihan yang dapat dikonversikan dalam bentuk uang. Misalnya biaya langsung (konsumsi, ATK, Training kit) dan tidak langsung (lumpsum, kehilangan pendapatan selama peserta terlibat dalam pelatihan). c. Analisis data : menentukan isolasi efek pelatihan, merubah data dalam bentuk finansial (tangible) dan identifikasi keuntungan yang tidak dapat dituangkan dalam bentuk finansial (intangible), perhitungan biaya pelatihan, hitung ROTI. d. Pelaporan : laporan hasil analisis data. Pengukuran ROTI untuk Pelatihan Karyawan di Bagian Produksi Rumus ROTI : (Benefit – Isolation Effect) – Cost x 100% Cost Isolasi efek merupakan upaya yang dilakukan untuk menjamin bahwa manfaat yang diperhitungkan dalam ROTI adalah murni manfaat yang diperoleh dari 3 Laporan Hasil Pelatihan Return On Training Investment Desita Silvai D. pelatihan saja. Untuk mengetahui isolasi efek sebuah pelatihan dapat dilakukan dengan metode : - Control group : karyawan yang tidak mendapat pelatihan. - Participant/supervisor estimates dengan cara membuat kuesioner yang mencantumkan hal-hal yang mempengaruhi kinerja. Kuesioner diberikan kepada peserta pelatihan. - Trend analysis menggunakan analisa proyeksi/asumsi sehingga kita tahu trendnya peningkatan kinerja antara sebelum dan sesudah pelatihan dalam kurun waktu 1 tahun. Pengukuran ROTI untuk Pelatihan Karyawan di Bagian Pendukung Karyawan di bagian pendukung (SDM,KEU,SPI,PKBL) tidak memiliki dampak langsung terhadap kinerja perusahaan. Perannya adalah memberian dukungan kepada bagian inti (produksi, pemasaran) sehingga mereka dapat berkinerja lebih baik dan memberikan keuntungan menyeluruh bagi perusahaan. Kendala utama untuk menghitung ROTI pada kasus ini adalah menentukan dan mengkonversi benefit dalam bentuk finansial. Dalam hal ini, gaji yang diterima karyawan Bagian Pendukung diasumsikan sebagai benefit. Rumus ROTI Bagian Pendukung : (Isolation Effect x FK x Employees Pay) – Cost x 100% Cost Keterangan : Employees Pay : nilai uang dari seluruh take home pay karyawan yang mengikuti pelatihan dalam satu tahun. Faktor Koreksi (FK) : bias dari rata-rata sesudah dan sebelum pelatihan Bila karyawan yang mengikuti pelatihan lebih dari satu maka take home pay harus dikalikan faktor koreksi (FK) yang berasal dari standar deviasi kinerja karyawan dibagi rerata nilai kinerja. SD = √ ∑ (𝑋-x)2 N SD Standar Deviasi X Nilai kinerja karyawan (dapat diperoleh dari KPI individu) X Rerata nilai kinerja karyawan N Jumlah karyawan yang mengikuti pelatihan 4 Laporan Hasil Pelatihan Return On Training Investment Desita Silvai D. CONTOH KASUS Berikut adalah contoh perhitungan ROTI dari Pelatihan ROTI pada tanggal 12-13 uli 2012. Analisa Data Tabel 3 Keterangan : 1 : Sangat Rendah 2 : Rendah 3 : Cukup 4 : Tinggi 5 : Sangat Tinggi Nilai besarnya pengaruh pada tabel diatas dapat diperoleh dari kuesioner yang disebarkan pada peserta. Setiap peserta diminta untuk memberikan respon pada atribut-atribut yang ada dengan memberikan nilai 1 sampai 5. Tabel 4 Dari data tabel 3 diketahui bahwa isolation effect dari pelatihan ROTI sebesar 16 % (blok warna kuning). Isolation Effect adalah upaya yang dilakukan untuk menjamin bahwa manfaat yang diperhitungkan dalam RoTI adalah murni manfaat yang diperoleh dari pelatihan saja. MENGHITUNG NET BENEFIT Rumus : (Isolation Effect x Benefit) – Total Biaya Pelatihan Perhitungan : (16% x 240.000000) – 27.000.000 = 10.402.597,40 5 Laporan Hasil Pelatihan Return On Training Investment Desita Silvai D. MENGHITUNG ROTI Rumus ROTI Bagian Pendukung : (Isolation Effect x FK x Employees Pay) – Cost x 100% = (16% x 1 x 240.000.000)Cost – 32.000.000 x 100% 32.000.000 = 38.400.000 – 32.000.000 x 100% 32.000.000 = 6.400.000 x 100% 32.000.000 = 20% Dari hasil perhitungan diatas dapat diartikan bahwa pelatihan Return On Training Investment (ROTI) ini mampu memberikan tingkat pengembalian sebesar 20% dari biaya yang dikeluarkan. Secara finansial memang tidak terlihat pengaruhnya terhadap keuntungan perusahaan, tetapi jika karyawan (SDM) dianggap sebagai salah satu aset perusahaan maka keuntungan yang diperoleh perusahan adalah meningkatnya kompetensi karyawan dalam bidang kerjanya yang juga akan berpengaruh bagi pencapaian tujuan perusahaan. Artinya semakin tinggi nilai prosentase ROTI maka dapat dikatakan bahwa pelatihan tersebut memberikan manfaat dan keuntungan bagi perusahaan. tetapi perlu diingat pula bahwa jumlah peserta juga sangat berpengaruh terhadap besarnya prosentase perhitungan ROTI. 6