GERAKAN KEAGAMAAN BARU: STUDI KASUS KOMUNITAS SUBUD DAN REI KI TUMMO Oleh: Carmen Priyanka Feisal Makarim Ganggas Wibisono Muhammad Alfi Syahrin Muhammad Nurul Fajri PENDAHULUAN MANUSIA: MAKHLUK BIOLOGIS, SOSIAL DAN SPIRITUAL KETUHANAN KONTEKS INDONESIA SUBUD DAN REI KI TUMMO GERAKAN KEAGAMAAN BARU AGAMA (SUBUD) Menyerah terhadap kehendak Tuhan (realitas ultim) Yang Maha Esa Agama merupakan urusan masing-masing anggota Memperdalam keyakinan kuasa dan kasih sayang Tuhan (realitas ultim) Ajaran dua tugas manusia ‘insan kamil’ Agama baru tidaklah perlu Integrasi objek sakral (material maupun simbolik) Ide dan praktek Consciousness of Beyond PEMAHAMAN MENGENAI AGAMA (REI KI TUMMO) Agama tidak menjadi penghalang Manusia memiliki Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang terhadap ummatnya. Agama urusan masing-masing individu Menyaratkan anggota untuk berdoa sesuai agama/ kepercayaan masing-masing PARADIGMA TERHADAP TUHAN (SUBUD) Tuhan itu satu tidak dipisah-pisahkan dinding agama Transenden Relasi dialogal Adanya kepasrahan penuh Sosok misterius Tuhan (realitas ultim) menyerapi segala sesuatu Sosok yang jauh dan tak terjangkau namun sekaligus begitu dekat dan dapat dirasakan kehadiranNya. Tuhan dijangkau dengan akal pikiran? PARADIGMA TENTANG TUHAN (REI KI TUMMO) Tuhan pusat energi Rei Ki: energi vital dari alam semesta= Energi Illahi Lokakarya Membuka Hati Belajar spiritual Kuasa Ilahi yang bekerja, bukan kehendak manusia yang terjadi penyembuhan penyakit. Tuhan dirasakan kehadirannya lewat hati Kerja kesadaran fisik dengan kesadaran hati. Artinya, Tuhan akan bekerja apabila manusia telah membiarkan Tuhan untuk bekerja terhadap dirinya RYAN: REI KI TUMMO DITERIMAKAH DI MASYARAKAT(PENERIMAAN MASYARAKAT/SOCIAL ACCEPTANCE)? 3. Modifikasi yang Disosialisasikan (1) Komunitas Rei Ki Tummo melakukan modifikasi mendasar pada sifat manusia melalui sosialisasi nilai-nilai, etika spiritual, pemberdayaan diri, dan menghilangkan ketergantungan pada dominasi orang lain Mereka pun berusaha mengubah paradigma manusia yang selama ini menggunakan rasionalitas murni menjadi menggunakan hati nurani sebagai nahkoda Berbagai perubahan itu menjadikan kegiatan utama, kegiatan penunjang, dan kegiatan pendukung sebagai wadah sosialisasi. 3. Modifikasi yang Disosialisasikan (2) Kegiatan utama berupa penyelenggaraan lokakarya-lokakarya dan pendalaman spiritual di setiap perwakilan, baik di Indonesia maupun luar negeri Kegiatan penunjang, berupa pengembangan serta pendalaman para alumni tentang hal-hal yang sifatnya praktis dari semua materi yang pernah diterima ketika mengikuti lokakarya Kegiatan pendukung adalah kegiatan yang ditujukan pada pihak luar komunitas Rei Ki Tummo, baik secara individu, maupun kelompok 3. Modifikasi yang Disosialisasikan (3) Susila Budi Dharma (SUBUD) bukanlah agama baru SUBUD tidak berusaha menghilangkan agama, mereka justru berusaha melakukan pendalaman terhadap agama yang telah dianut melalui latihan kejiwaan seperti gerakan-gerakan olahraga yang dipimpin oleh pelatih SUBUD terbuka untuk dirasakan oleh seluruh umat agama apa pun karena menurut mereka setiap agama memiliki 4. Manusia (1) Menurut Rei Ki Tummo, tujuan hidup manusia adalah kembali dengan seutuhnya kepada Tuhan dengan cara mengasihi Tuhan dan semua makhluk sesuai dengan kehendak-Nya Aktivitas manusia merupakan sarana untuk mendapat kembali kepada Tuhan seutuh-utuhnya Latihan–latihan diperlukan untuk meningkatkan potensi diri sebagai modal spiritual yang dianugerahkan Tuhan kepadanya Ada 7 lapisan pada tubuh manusia: Tubuh duniawi (tubuh fisik, emosi, mental) dan tubuh spiritual (tubuh intuisi, tubuh atma, tubuh monad, tubuh Illahi) 4. Manusia Menurut SUBUD, manusia hanya bisa pasrah dan menyerah total dihadapan Tuhan untuk bisa berhubungan dengannya karena Tuhan berada di luar jangkauan pikiran manusia Terdapat konsep tentang Tujuh Daya Rendah Kehidupan yang terbagi lagi menjadi empat daya rendah yakni rewani (kebendaan), nabati (tumbuh-tumbuhan), hewani (binatang), jasmani (manusia) dan tiga daya tinggi yakni rohani (insan kamil), rohmani (para utusan Tuhan), Robani (para makhluk yang dimurahi Tuhan) Pemahaman Individu dalam konteks SUBUD Daya Hidup Rendah Daya hidup Raewani : Kebendaan Nafsu yang ada di tingkatan daya paling rendah ini adalah nafsu amarah. Daya hidup Nabati : tumbuhan Nafsu Aluhmah. Diidentikan dengan warna hitam. Nafsu ini menjadi perlambang bagi ketamakan dan persaingan. Daya Hidup hewani Nafsu Sufiyah. Dilambangkan dengan wana kuning. Bertanggungjawab atas munculnya ketertarikan seksual antar sesama manusia. Nafsu ini penting untuk melanggengkan reproduksi keturuan umat manusia. Nafsu sufiyah bersisian dengan daya hidup hewani atau binatang. Daya Hidup Jasmani Nafsu Mutmainah dapat dikatakan sebagai nafsu yang baik. Dilambangkan dengan warna putih. Nafsu ini berada pada level manusia. Fungsinya adalah untuk menunjang manusia dalam menentukan baik dan buruk. Daya Hidup Tinggi Daya hidup rohani berisi roh rohani. Manusia telah sadar dan mampu mengecilkan dan melepaskan diri dari segenap daya hidup yang menjelma menjadi nafsu. Contoh-contoh manusia yang diberdayai oleh daya hidup rohani adalah para wali. Daya hidup rohmani. Dimiliki oleh manusia yang dianugerahi wahyu oleh Tuhan. (nabi dan Rasul) Daya hidup robbani. Dimiliki makhluk Tuhan yang diberi tugas tertentu. Roh ini lebih tinggi an luas dari roh-roh yang lain, maka daya hidupnya akan berpengaruh kepada manusia kalau dikehendaki Tuhan. Malaikan adalah makhluk yang disokong oleh daya dan roh robbani. Bertingkat Evolusioner Manusia tidak bisa lepas dari nafsu selama di dunia Daya hidup tinggi hanya dimiliki orang-orang suci. Orang awam sangat sulit mencapainya. Empat Lapis Tubuh Manusia Lapis pertama atau terluar adalah tubuh manusia. Lapis kedua adalah emosi dan perasaan manusia. Lapis ketiga adalah pemahaman. Dan lapis keempat atau terdalam adalah inner feeling atau kesadaran terdalam manusia. Nafsu menjauhkan manusia dari inner feeling jiwa Manusia tak perlu mengisolir dirinya dari pergaulan masyarakat untuk mencapai “kesempurnaan” Hal terpenting : Menyadari dan mencintai sesama manusia atas dasar Tuhan untuk semua Manusia Multikultural Komunitas SUBUD Identitas Kultural Kebutuhan untuk mengembangkan sikap positif bersama : Privatisasi Agama Mendorong kohesi sosial dengan struktur dan nilai bersama. Mengutamakan kesetaraan diantara anggota masyarakat Privatisasi Agama Religion Without Churches (agama tanpa institusi) Churches as volutary associations (institusi agama sebagai asosiasi sukarela) Individual theological Responsiblity (teologi dalam urusan masingmasing individu) Religous subjectivism Separations of Religion from public concerns Religious as Marketplace Kohesi Sosial : Pengikat Praktikal dan Ideal Menurut Durkheim, kohesi sosial penting bagi keberlangsungan masyarkat. Masyarakat dipersatukan oleh kesatuan nilai dan ritual yang dilakukan bersama-sama. Dalam kerangka pemikiran Durkheim, peneliti melihat komunitas SUBUD ini memperkuat kohesivitasnya dengan memiliki pengikat praktikal (acara kumpul bersama, forum, latihan kejiwaan, dsb) dan pengikat ideal (keyakinan Tuhan itu satu untuk kemanusiaan, walaupun berbeda-beda agama tapi sesama anggota satu jiwa). Interaksi Antar Manusia(1) Rei Ki Tummo : terjadi konstruksi komunitas yang dibagi menjadi dua aktor yaitu aktor utama dan alumni. Borgatta dan Borgatta (1800-1801) Konstruksi kohesi sosial di komunitas Rei Ki Tummo ini melalui jalur : individu,kelompok dan komunitas. Sub-Budaya Rei Ki Tummo,ada 12 nilai utama yang disosialisasikan melalui ajaran Rei Ki Tummo yakni dalam interaksi nya dengan : sesama manusia. Nilai-nilai tersebut adalah (4) kepedulian,(5) kebersamaan (togetherness),(6) kerjasama, (9) saling berinteraksi, (10) menghargai perbedaan, (11) mengasihi sesama, (12) mengasihi semua makhluk. Interaksi Antar Manusia(2) Susila Budhi Darma (Subud) : jiwa komunitas (spirit of community) Identitas Kultural dan homogenisasi yang bersifat terbatas Kebutuhan untuk mengembangkan interaksi dan sikap yang positif ditengah keragaman. Privatisasi agama yang bersifat terbatas Mendorong kohesi sosial dengan struktur dan nilai bersama. Mengutamakan kesetaraan diantara anggota masyarakat. Komunitas Multikultural Mengutamakan kesetaraan diantara anggota masyarakat. Komunitas Multikultural Kohesi Sosial: Pengikat Ideal dan Pengikat Praktikal Perbandingan mengenai proses yang diajarkan oleh Rei Ki Tummo dengan SUBUD yakni : Rei Ki Tummo Pada proses interaksinya manusia dengan tuhan yang diajarkan oleh Rei Ki Tummo disampaikan secara bertahap melalui pendalaman spiritual. Seperti doa yang diajarkan pada tingkatan belajar spiritual yang berbeda, berikut ini: “…Tuhan, berkatilah hati kami agar semua emosi negatif yang selama ini menjauhkan kami dari pada Mu berganti dengan Cahaya dan Kasih Mu…Tuhan berkatilah kami agar Cahaya dan Kasih Mu yang telah ada di hati kami menjadi semakin terang dan kuat dalam hati kami…Tuhan, terimalah kasih kami (sambil niatkan untuk menyerahkan kasih kepada Tuhan dengan segenap hati, jiwa dan pikiran)…”. (kutipan penggalan doa buka hati yang diajarkan pada tahap awal belajar). Pada tahap selanjutnya doa yang diberikan adalah: “Tuhan, berkati dan bantulah kami untuk menyalurkan energi kasih Mu (atau melakukan kegiatan apapun) dengan penuh kesadaran untuk senantiasa mengasihi Mu…Tuhan, berkati dan bantulah kami untuk dapat selalu bersungguh-sungguh dan tekun dalam mengasihi Mu…Tuhan, biarlah kami melakukannya sebagai percikan Dzat Mu yang selalu rindu kepada Mu untuk lebih mengasihi Mu, karena kami telah memilih Engkau…”. (kutipan penggalan doa Mendalami Rei Ki Tummo, yang diajarkan pada tingkat pendalaman spiritual menengah). SUBUD Dalam proses interaksi manusia dengan tuhan yang diajarkan oleh SUBUD, lebih melihat interaksi terhadap tuhan harus memiliki syaratsyarat seperti percaya kepada tuhan yang maha esa, memiliki Nabi, memiliki kitab suci, memiliki sistem peraturan yang menjadi pedoman bagi pengikutnya. Dalam memandang Tuhan pada komunitas SUBUD, Tuhan merupakan sesosok jauh dan tidak terjangkau, namun sekaligus lebih dekat dan dapat dirasakan kehadirannya, dimana dapat di temukan dalam kesadaran pada setiap Individu, akan tetapi pandangan dari anggota SUBUD bahwasannya interaksi dengan tuhan seperti menganalogikannya sebagaimana relasi manusia dengan benda hasil karya manusia. Rei Ki Tummo Pada proses interaksi manusia dengan makhluk hidup, nilai-nilai interkasi yang diajarkan oleh Rei Ki Tummo pada hakikatnya merepresentasikan kepedulian, pengakuan dan kesadaran akan kebersamaan dengan semua makhluk ciptaan Tuhan. Misalnya: Pada tumbuhan nilai interaksi yang diajarkan dengan makhluk hidup untuk memelihara tanaman dengan baik, menjaga dan memelihara lingkungan alam, tidak menyakiti hewan, mendoakan arwah/ jiwa-jiwa serta roh, dan seluruh keberadaan, juga membagikan kasih Tuhan kepada semuanya (baik dalam bentuk tersenyum dan atau menyalurkan/mengirimkan energi). Seperti contoh yang berada dibahan melalui hasil observasi dan wawancara mendalam dengan informan, serta doa-doa untuk mengasihi semua makhluk antara lain : “Saya selalu tersenyum dan menyalurkan energi ke semua tanaman, hewan, semua orang dan semua makhluk yang ada di rumah saya, di sekitar saya, juga kalau lagi jalan-jalan ke Mall. Lihat bu, tanamantanaman ini, jadi seger-seger…”. (informan merupakan alumni Master Yoga 1.5, seorang perempuan usia 57 tahun, menikah, sudah mempunyai cucu, etnik sunda beragama Islam, ibu rumah tangga, mengajak peneliti mengikutinya melihat, menyapa, tersenyum, dan menyalurkan energi kepada tanamantanaman yang ada di halaman rumahnya. Memang seluruh rumput dan tanaman di pekarangan rumahnya terlihat sehat dan segar, sehingga situasi rumahnya yang besar dan indah, terlihat asri). SUBUD Disini seorang tokoh bernama Anton Geels memandang bahwa wacana SUBUD tentang interaksi manusia dengan makhluk hidupvtidak terlepas dari konsep-konsep seperti Tujuh daya universal, empat jenis nafsu, empat lapis badan manusia dan konsep jiwa. Berikut yang termasuk sebagai interaksi manusia dengan makhluk hidup yakni: Daya hidup nabati atau tumbuh-tumbuhan (Nafsu Aluhamah) Daya hidup hewani (Nafsu Sufiah) Daya hidup jasmani (Nafsu Mutmainah)