PEMANFAATAN RUANG TERBUKA KOTA DI KECAMATAN CRISTO REI KABUPATEN DILI BERDASARKAN SUDUT PANDANG BUDAYA TIMOR-LESTE Nama Mahasiswa NRP Pembimbing Co-Pembimbing : Aderito L.C.A. De Araujo : 3210205701 : Dr-Ing.Ir. Haryo Sulistyarso : Ir. Heru Purwadio, M.S.P ABSTRAK Kota Dili ketika berada di bawah masa penjajahan/kolonial Portugis, masa pemerintahan Indonesia, masa pemerintahan UNTAET (United Nation Transitional Administration for East Timor) dan masa peralihan pemerintahan dari UNTAET ke ETTA (East Timor Transitional Administration), tidak memberikan perhatian yang optimal terhadap pemanfaatan ruang terbuka dan perkembangan budaya masyarakat Timor-Leste, banyak dari ruang terbuka yang ada di kecamatan Cristo Rei dibiarkan terbengkalai dan tidak dimanfaatkan untuk aktivitas-aktivitas ritual dan aktivitas budaya Timor-Leste, hal ini diperkuat lagi dengan fakta empiris di lapangan yang menunjukan bahwa keberadaan beberapa ruang terbuka kota di kecamatan Cristo Rei kabupaten Dili banyak yang terbengkalai dan hanya terdapat sebagian kecil dari ruang-ruang terbuka tersebut yang dimanfaatkan, baik untuk rekreasi, sport, taman dan juga aktivitas interaksi sosial masyarakat yang tidak berkaitan dengan aktivitas budaya Timor-Leste. Di sisi lain beberapa aktivitas ritual adat dan aktivitas budaya yang dilakukan oleh masyarakat Cristo Rei mebutuhkan ruang terbuka sebagai wadah untuk menampung aktivitas-aktivitas tersebut. oleh karena itu tujuan penelitian ini adalah untuk merumuskan konsep pemanfaatan ruang terbuka yang berbasiskan/berdasarkan pada budaya Timor-Leste. Metode penelitian yang digunakan pada peneliatian ini adalah, metode penelitian kualitatif dengan pendekatan naturalistik/etnografi. Untuk mencapai tujuan dari penelitian ini digunakan beberapa instrument pendukung dan teknik analisis, diantaranya adalah teknik Deskriptif Kualitatif, Delphi dan Triangulasi. Berdasarkan pada 3 tahapan proses analisis tersebut maka diperoleh hasil akhir dari penelitian berupa karakteristik ruang terbuka yang berbasiskan pada budaya Timor-Leste, yakni memiliki luasan ruang yang cukup untuk menampung perabot atau elemen ruang dan berbagai aktivitas budaya di dalamnya, baik aktivitas budaya yang bersifat sakral maupun profan serta berpijak pada kepercayaan kosmologis. Dan untuk faktor-faktor yang menyebabkan tidak dimanfaatkannya ruang terbuka yang ada di kecamatan Cristo Rei untuk aktivitas budaya Timor-Leste, adalah untuk kategori ruang terbuka kota I, II dan III, yang terdiri dari: 1.) faktor ketidaksesuaian penyediaan ruang; 2.) faktor ketidaksesuaian iii fungsi, pola, makna, perabot, skala dan orientasi ruang; 3.) faktor terjadinya benturan budaya; 4.) faktor minimnya partisipasi masyarakat; 5.) faktor adanya pengaruh budaya dari luar/modernisasi; 6.) faktor regulasi pemanfaatan ruang terbuka berdasarkan pada budaya; dan 7.) faktor regulasi pengendalian ruang terbuka berdasarkan pada budaya. Sedangkan untuk merumuskan konsep pemanfaatan ruang terbuka, dikelompokan berdasarkan 3 kategori ruang terbuka kota, diantaranya: 1.) Untuk kategori ruang terbuka kota I: adalah untuk melayani aktivitas budaya yang bersifat profan/eksibisi, bersifat profan/eksibisi karena sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan kepada para leluhur dan Dewa atas keberhasilan dan kesuksesan yang telah diperoleh. 2.) Untuk kategori ruang terbuka kota II: adalah untuk melayani aktivitas budaya yang bersifat sakral dan profan/eksibisi, bersifat sakral karena sebagai media untuk melakukan komunikasi dengan para leluhur dan Dewa dan bersifat profan/eksibisi karena sebagai ungkapan rasa syukur dan kegembiraan kepada para leluhur dan Dewa atas keberhasilan dan kesuksesan yang telah diperoleh, dan 3.) Untuk kategori ruang terbuka kota III: adalah untuk melayani aktivitas budaya yang bersifat sakral, bersifat sakral karena sebagai media untuk melakukan komunikasi dengan para leluhur dan Dewa. Kata kunci: Pemanfaatan, Ruang Terbuka Kota, Budaya Timor-Leste iv