BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Ada enam masalah hukum yang dapat diidentifikasi dari seluruh tesis ini. Pertama, ada satu masalah hukum umum berupa sengketa internasional yang memperlihatkan kecenderungan dan aktifitas pertentangan kepentingan berbasis hukum dan politik, terutama karena sikap keras Australia. Kedua, ada lima masalah hukum yang bersifat khusus terutama untuk kepentingan Timor-Leste, yaitu: (1) suksesi negara yang memperhadapkan kepentingan hukum Timor-Leste dengan kepentingan politik regional Australia; (2) masalah perbatasan maritim permanen yang belum efektif penyelesaiannya; (3) masalah area pengembangan bersama yang tidak adil; (4) masalah kedaulatan permanen atas sumber daya alam yang belum dapat sepenuhnya terealisasi; dan (5) masalah hak atas pembangunan yang masih harus ditata. Penulis menyimpulkan bahwa semua masalah itu terjadi karena perbedaan bahkan kontradiksi keadaan, sejarah, dan kepentingan hukum serta politik di antara Timor-Leste dan Australia. Dalam kenyataannya tidak hanya persoalan posisi laut kedua negara yang saling berhadapan/opposite (bukan saling berdampingan/adjacent). Perbedaan tersebut tampak pada fakta yang ada pada Timor-Leste dan Australia, antara lain: (1) berusia muda – berusia cukup lama; (2) pernah dikuasai Portugal dan Indonesia – pernah dikuasai Inggris dan ada ikatan commonwealth; (3) baru mulai berkembang – sudah relatif maju; (4) sedang meletakkan dasar-dasar pembangunan – sedang melanjutkan politik regional; (5) berpantai kecil – berpantai besar; (6) baru mulai membangun teknologi pertambangan dan perminyakan – sudah cukup maju dalam teknologi pertambangan dan perminyakan; (7) mendukung prinsip garis tengah (median line principle) dan yurisdiksi 1 Mahkamah Internasional serta penyelesaian berdasarkan UNCLOS – menolak prinsip garis tengah (median line principle) dan yurisdiksi Mahkamah Internasional serta penyelesaian berdasarkan UNCLOS; (8) penerima bantuan – ikut memberi bantuan; dan (9) memperagakan peaceful co-existance – memperagakan dominasi. Karena itu diperlukan strategi perlindungan terhadap kepentingan hukum, terutama menyangkut keamanan, sumberdaya alam dan lingkungan hidup. Secara nasional menyangkut misalnya yurisdiksi hukum pidana, sedangkan secara internasional tidak bisa tidak, bersifat mutlak (conditio sine qua non) harus memperlihatkan ketaatan pada hukum internasional yang antara lain memiliki otoritas hubungan lintas batas negara. B. Saran Berdasarkan hal-hal yang telah dianalisis, penulis menyarankan: 1. Penyelesaian masalah perbatasan di Celah Timor harus terus dilakukan berdasarkan prinsip garis tengah atau prinsip garis sama jarak (median line or equidistance line principle), sebagai bentuk nyata yang mengakomodasi jiwa dan semangat keadilan, persahabatan dan perdamaian, berdasarkan Hukum Internasional. 2. Diperlukan usaha yang lebih serius oleh Timor-Leste untuk semakin meyakinkan Australia tentang pentingnya dukungan terhadap eksistensi Timor-Leste sebagai subyek hukum internasional yang mempunyai kedudukan yang sama dengan semua negara berdaulat. 3. Australia perlu menyadari dan karena itu bersikap lebih bersahabat karena Timor-Leste juga senyatanya adalah pintu gerbang yang menentukan akses Australia ke utara, bahkan Timor-Leste juga dalam banyak hal dapat berperan sebagai kunci stabilitas kawasan (the key of region stability). 2 DAFTAR PUSTAKA Adolf, Huala; Hukum Penyelesaian Sengketa Internasional Internasional; Sinar Grafika, Jakarta, Catakan Ketiga, Juni 2008. A. K., Syahmin; Hukum Perjanjian Internasional Internasional; CV Armiko, Bandung, 1985. Atmadja, I Dewa Gede; Ilmu Negara —Sejarah, Konsep Negara dan Kenegaraan; Setara Press, Malang; Edisi Revisi, Cetakan Pertama, Kajian Kenegaraan Maret 2012. Baehr, Peter, Pieter Van Dijk, Adnan Buyung Nasution, Leo Zwaak; Istrumen Internasional Pokok Hak-Hak Asasi Manusia Manusia; Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2001. Fobia, Romamti E.S.; Tinjauan Yuridis Terhadap Perjanjian Kerjasama Skripsi Celah Timor Antara Indonesia Dan Australia (Skripsi Skripsi); Fakultas Hukum Unversitas Sebelas Maret, Surakarta, 1995. Hadiwijoyo, Suryo Sakti; Perbatasan Negara Dalam Dimensi Hukum Internasional Internasional; Graha Ilmu, Yogyakarta, Cetakan Pertama, 2011. Hardiman, F. Budi; Filsafat Fragmentaris — Deskripsi, Kritik, dan Dekonstruksi Dekonstruksi; Kanisius, Yogyakarta, 2007. Hingorani, R.C.; Modern International Law Law; Mohan Primlani for Oxford and IBH Publicing Co, 1982. Isjwara, F.; Pengantar Ilmu Politik Politik; Bina Cipta, Cetakan Kedelapan, Desember, 1985. Lazarusli, Budi, Syahmin A.K.; Suksesi Negara Negara; Penerbit Remadja, Bandung, 1986. Marzuki, Peter Mahmud; Penelitian Hukum Hukum, Jakarta, Kencana, 2006. Mauna, Boer; Hukum Internasional — Pengertian, Peranan, dan Fungsi dalam Era Dinamika Global Global; PT. Alumni, Bandung, Edisi Kedua, Cetakan 3 4, Tahun 2011. Natsir, Moh.; Metode Penelitian Penelitian; Ghalia, Jakarta, 1983. Nugroho, Riant; Public Policy Policy; Elex Media Komputindo, Kelompok Gramedia, Jakarta, 2008. Oxman, Bernard H., David D. Caron, Charles L.O. Buderi (Editors); Law of — U.S. Policy Dilemma The Sea Sea— Dilemma; The Institute for Contemporary Studies, San Francisco, California, 1983. Parthiana, I Wayan; Pengantar Hukum Internasional Internasional; Mandar Maju, Bandung, Cetakan II, 2003. Prasetyo, Teguh; Hukum Pidana Pidana; PT Raja Grafindo-Persada, Jakarta, Edisi Revisi, 2011. Rudy, T. May; Hukum Internasional 1; Refika Aditama, Bandung, Cetakan Ketiga, Agustus 2010. Siswanto, Arie; Yurisdiksi Material Mahkamah Kejahatan Internasional Internasional; Ghalia Indonesia, Bogor, Cetakan I, April, 2005. Buletin dan Koran: Buletin La La’’o Hamutuk Hamutuk; Vol. 3, No. 8, Desember 2002; Vol. 4, No. 3-4, Agustus 2003; Vol.5, No.2, Maret 2004; Vol.7, No.1, April 2006. Dias, Juvinal; “Implications for Timor-Leste of Terminating the CMATS Treaty” dalam Timor Pos dan Independente Independente, 11 Februari 2013. Website: Kerangka Kerja Perjanjian CMATS (Treaty Kampau, Fiqih Dwimurti; “Kerangka on Certain Maritime Arrangement in the Timor Sea) dalam Pengelolaan Proyek Greater Sunrise Timor Leste dan Australia Tahun 2006 – 2010 2010”, Lihat: http://repository.unri.ac.id/bitstream/123456789/3222/1/Jurnal%20Fiqih%20 4 Kampau.pdf www.laohamutuk.org http://research.lawyers.com/glossary/legal-interest.html http://www.hukumonline.com/berita/baca/lt4b1dea37d8cd8/menafsirkan-rum usan-demi-kepentingan-hukum-dalam-kuhap http://legal-dictionary.thefreedictionary.com/legal+issue http://www.tls.searo.who.int/LinkFiles/Home_NATIONAL_STRATEGIC_D EVELOPMENT_PLAN_2011-2030.pdf http://www.dpmc.gov.au/national_security/docs/national_security_strategy.p df Peraturan Perundang-undangan: Deklarasi Hak Atas Pembangunan; Resolusi Majelis Umum PBB No 1803 (XVII) Tahun 1962. Treaty between the Government of Australia and the Government of the Democratic Republic of Timor-Leste on Certain Maritime Arrangement in the Timor Sea. Undang-Undang Dasar Republik Demokratik Timor-Leste. United Nations Convention on the Law of the Sea – 1982. Vienna Convention on Succession of States in Respect of Treaties – 1978. Vienna Convention on the Law of Treaties – 1969. 5