iv Prinsip-Prinsip Penentuan Garis Pangkal dan Garis Batas Laut Teritorial antara Republik Indonesia dan Republik Demokratis Timor Leste Robby Setiawan 110110060361 Skripsi ini mengkaji prinsip-prinsip penerapan hukum internasional dalam penetapan penarikan garis batas maritim antara Republik Indonesia dan Republik Demokratis Timor Leste. Tujuan penulisan ini adalah untuk mengetahui prinsip-prinsip penetapan batas negara di laut menurut hukum internasional yang sesuai untuk diterapkan pada masalah penarikan batas antara Republik Indonesia dan Republik Demokratis Timor Leste; Mengetahui pengaturan hukum internasional dalam penetapan batas enklave wilayah negara tetangga di dalam wilayah negara lain, dalam hal ini Republik Indonesia; Mengetahui alternatif penentuan batas antara Negara Republik Indonesia dan Republik Demokratis Timor Leste khususnya di Distrik Oekusi. Untuk mencapai tujuan tersebut digunakan metode yuridis normatif, yuridis kualitatif, yuridis historis, dan yuridis filosofis yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan dimana dalam penelitian tersebut kajian meliputi penerapan hukum internasional dan hukum nasional dalam perspektif kepentingan nasional Negara Kesatuan Republik Indonesia. Hasil penelitian ini dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode deskriptif analitis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa hukum laut internasional melalui Konvensi Hukum Laut 1982 telah memberikan pedoman kepada negara pantai untuk mengatur zona maritimnya, dalam hal ini hak negara kepulauan dan negara pantai menjadi dasar yang membedakan penarikan garis batas maritim antara Indonesia dan Timor Leste. Pemerintah Indonesia belum mencapai kesepakatan akhir mengenai batas darat dengan Timor Leste, sehingga belum memulai perundingan batas laut, hal ini perlu diselaraskan, dan diselesaikan secepatnya mengingat kepentingan kedua negara terkait kedaulatannya, hak dan kewajiban masing-masing negara. Hukum internasional tidak mengatur secara khusus mengenai enklave dan praktik negara-negara di dunia dalam penetapan batas negara di wilayah enklave baik darat, laut dan udara adalah melalui perjanjian bilateral. Perlu diadakan penambahan Titik Daftar Koordinat Kepulauan Indonesia di pantai yang berhadapan dan berdampingan dengan Distrik Oekusi sebagai dasar penarikan garis batas maritim. v The Principles Determination of Baseline and Territorial Sea Boundary between The Republic of Indonesia and The Democratic Republic of Timor-Leste Robby Setiawan 110110060361 This study examines the application of the principles of international law in the determination of the maritime boundary delimitation between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of Timor-Leste. The purpose of this study is to determine the principles of maritime delimitation in the state according to international law suitable to be applied to the problem of setting boundaries between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of Timor-Leste; Knowing the arrangement of international law in the determination of border regions neighboring enclave in the territory of another , in this case the Republic of Indonesia; Knowing alternative delimitation between the Republic of Indonesia and the Democratic Republic of Timor-Leste, particularly in District Oekusi. To achieve these objectives the method used normative, juridical qualitative, historical juridical, philosophical and juridical obtained through library research where the application of such research include the study of international law and national law in the perspective of the national interest of the Republic of Indonesia. Results of this study were analyzed qualitatively using descriptive analysis. The results showed that international law through the Convention on the Law of the Sea 1982 has provided guidance to coastal states to regulate maritime zone, in this case the right of archipelagic states and coastal states to distinguish basic maritime border delimitation between Indonesia and Timor Leste. The Indonesian government has not reached a final agreement on land border with Timor Leste, so do not start negotiating maritime boundary, this needs to be aligned, and be completed as soon as possible considering the interests of both countries related to sovereignty, rights and obligations of each state. International law does not specifically regulate the enclave and states practice in the world in setting enclave boundaries by land, sea and air is through bilateral agreements. There should be additional point coordinates Register Indonesian islands on the coast opposite and adjacent to the District as a basis Oekusi maritime border demarcation. vi KATA PENGANTAR Bismillaahirahmaanirrahiim, Syukur Alhamdulillah berkat rahmat dan karunia Allah Yang Maha Kuasa, akhirnya penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan tugas akhir yang merupakan syarat memperoleh gelar Sarjana Hukum di Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran Bandung. Melalui kesempatan yang berbahagia ini penulis menyampaikan rasa terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada Bapak Dr. Idris, S.H., M.A., dan Bapak Suparman A. Diraputra, S.H., LL.M., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan waktu, tenaga, dan pemikiran keilmuannya selama membimbing penulis, dan juga kepada: 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Ganjar Kurnia, DEA selaku Rektor Universitas Padjajaran; 2. Ibu Dekan, Dr. Ida Nurlinda, S.H., M.H. beserta segenap Pimpinan Fakultas Hukum Universitas Padjadjaran; 3. Bapak Prof. Huala Adolf, S.H., LL.M., Ph.D., FCBArb selaku penguji Seminar Usulan Penelitian yang telah memberikan masukan ilmu, saran dan informasi yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini. vii 4. Ibu Davina Oktivana, S.H., M.H. selaku penguji Seminar Usulan Penelitian yang telah memberikan masukan ilmu, saran dan informasi yang sangat berguna bagi penulis dalam penyusunan skripsi ini; 5. Seluruh Dosen Fakultas Hukum Universitas Padjajaran yang telah memberi ilmu pengetahuan kepada Penulis selama Penulis menjadi mahasiswa; 6. Pimpinan dan seluruh karyawan Perpustakaan Fakultas Hukum Universitas Padjajaran yang telah membantu penulis dalam memperoleh bahan-bahan terkait selama penulisan skripsi ini. Pada kesempatan yang baik ini, penulis juga menyampaikan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang telah membantu penulis selama proses persiapan, pelaksanaan dan penyusunan skripsi ini. Akhirnya kepada orang-orang terdekat dalam hidup penulis: Ibundaku, Rasnimar Windra Burhanuddin yang telah penuh kasih dan sayang dengan sabar dan tulus menjadi semangat dan peneguh batin bagi penulis; Ayahandaku, Bustami Abu Bakar, yang senantiasa membuka cakrawala dan wawasan bagi penulis hingga tergerak menempuh pendidikan ini; Kakakku, Rony Saputra, Lenita Miranda, Sri Trisna Mulia, Fitri Rahma Sari dan Adikku Muhammad Aziz yang telah memberikan perhatian, bantuan dan menjadi semangat bagi penulis; dan segenap keluarga Besar Burhanuddin dan Abu bakar yang tidak dapat viii penulis sebutkan satu persatu. Semoga Allah SWT melimpahkan rahmat, karunia yang besar kepada mereka sebagai balasan atas kecintaannya yang menjadi semangat dalam hidup penulis. Saran dan kritik yang membangun dari semua pihak sangat penulis harapkan untuk lebih sempurnanya skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat sesuai dengan tujuan dan kegunaan dari penulisan ini. Bandung, Juni 2013 Penulis ix DAFTAR ISI PERNYATAAN PENGESAHAN PEMBIMBING PERSETUJUAN PANITIA SIDANG UJIAN ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR SINGKATAN BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Identifikasi Masalah C. Tujuan Penelitian D. Kegunaan Penelitian E. Kerangka Pemikiran F. Metode Penelitian G. Sistematika Penulisan BAB II PRINSIP-PRINSIP PENARIKAN GARIS PANGKAL LAUT WILAYAH DALAM KONVENSI HUKUM LAUT 1982 A. Penarikan Garis Pangkal 1. Garis Pangkal Lurus Kepulauan 2. Batas Panjang Satu Garis Pangkal 3. Konfigurasi Umum Suatu Kepulauan 4. Kedudukan Elevasi Surut Sebagai Titik Dasar 5. Dampak Garis Pangkal Lurus Kepulauan Terhadap Negara Tetangga 6. Penghitungan Rasio Darat dan Air 7. Kewajiban Penggambaran Garis Pangkal Lurus Kepulauan Dalam Peta B. Penentuan Batas Laut Wilayah BAB III PERMASALAHAN PERBATASAN REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIS TIMOR LESTE A. Penentuan Batas Laut antara Dua Negara dan pada Enklave Wilayah Negara Tetangga: Studi Kasus B. Penentuan Batas Laut pada Enklave Oekusi Halaman i ii iii iv v vi ix xi xii 1 1 17 17 18 19 38 44 47 47 51 52 55 56 57 62 63 66 85 85 103 x BAB IV PROSPEK PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP PENARIKAN BATAS LAUT ANTARA REPUBLIK INDONESIA DAN REPUBLIK DEMOKRATIS TIMOR LESTE DI DISTRIK OEKUSI A. Penarikan Garis Pangkal B. Penentuan Batas Laut Wilayah BAB V PENUTUP A. Simpulan B. Saran DAFTAR PUSTAKA 115 115 138 154 154 155 158