BAB 2 LANDASAN TEORI Didalam suatu penelitian diperlukan beberapa teori serta definisi yang nantinya digunakan sebagai dalam penelitian tersebut. Dalam bab ini, penulis munggunakan beberapa teori dari para ahli ilmu komunikasi dan teori komunikasi massa yang berkaitan dan sesuai dengan judul penelitian yang digunakan. 2.1 TEORI-TEORI DASAR / UMUM 2.1.1 Definisi Komunikasi Secara etimologis, “komunikasi” berasal dari kata latin communicatio yang diturunkan dari kata communis yang berarti membuat kebersamaan atau membangun kebersamaan antara dua orang atau lebih. Akar kata communis adalah communico yang artinya berbagi. Dalam hal ini yang dibagi adalah pemahaman bersama melalui pertukaran pesan. (Verdiansyah, 2005 : 24) Menurut Mulyana, 2008 : 65 -77, Tubs dan Moss mendefinisikan komunikasi sebagai “proses penciptaan makna antara dua Orang (komunikator 1 dan komunikator 2) atau lebih, sedangkan Gudykunst dan Kim mendefinisikan komunikasi (antarbudaya) sebagai “proses transaksional, simbolik yang melibatkan pemberian makna antara orangorang (dari budaya yang berbeda). 10 11 Beberapa definisi yang sesuai dengan pemahaman ini antara lain: John R. Wenburg dan William W. Wilmot: “Komunikasi adalah usaha untuk memperoleh makna.” Donald Byker dan Loren J. Anderson: “Komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.” Dianna K.Ivy dan Phil Backlund: Komunikasi adalah proses yang terus berlangsung dan dinamis menerima dan mengirim pesan dengan tujuan berbagi makna. Karl Erick Rosengren: “Komunikasi adalah interaksi subjektif purposif melalui bahasa manusia yang berartikulasi ganda berdasarkan simbol-simbol.” Para pakar tersebut mendefiniskan komunikasi sebagai proses karena komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran, dan perpindahan. Sebagaimana dikemukakan John R. Wenburg dan William W. Wilmot juga Kenneth K. Sereno dan Edward M. Bodaken, setidaknya ada juga ada tiga kerangka pemahaman mengenai komunikasi, yakni komunikasi sebagai tindakan satu-arah, komunikasi sebagai transaksi. 12 1. Komunikasi sebagai tindakan satu-arah Suatu pemahaman popular mengenai komunikasi massa adalah komunikasi yang mengisyaratkan penyampaian pesan searah dari seseorang (atau suatu lembaga) kepada seseorang (sekelompok orang) lainnya, baik secara langsung (tatap muka) ataupun melalui media, seperti surat (selebaran), surat kabar, majalah, radio, atau televisi. Pemahaman komunikasi sebagai proses searah ini oleh Michael Burgoon disebut “definisi berorientasi-sumber” (source-oriented definition). Definisi ini mengisyaratkan komunikasi sebagai semua kegiatan yang secara sengaja dilakukan seseorang untuk menyampaikan rangsangan untuk membangkitkan respons orang lain. Dalam konteks ini, komunikasi dianggap tindakan yang sengaja (international act) untuk menyampaikan pesan demi memenuhi kebutuhan komunikator, seperti menjelaskan sesuatu kepada orang lain atau membujuknya untuk melakukan sesuatu. 2. Komunikasi sebagai interaksi Konseptualisasi kedua yang sering diterapkan pada komunikasi adalah interaksi. Dalam arti sempit interaksi berarti saling mempengaruhi (mutual influence). Pandangan komunikasi sebagai interaksi menyetarakan komunikasi dengan proses sebab-akibat atau aksi-reaksi, yang arahnya bergantian. Salah satu unsur yang ditambahkan dalam konseptualisasi kedua ini adalah umpan balik (feed back), yakni apa yang disampaikan penerima pesan kepada sumber pesan, yang sekaligus digunakan sumber pesan sebagai petunjuk mengenai efektivitas pesan yang ia sampaikan 13 sebelumnya: apakah dapat mengerti, dapat diterima, menghadapi kendala dan sebagainya, sehingga berdasarkan umpan balik itu, sumber dapat mengubah pesan selanjutnya agar sesuai dengan tujuannya. Konsep umpan balik dari penerima (pertama) ini sebenarnya sekaligus merupakan pesan penerima (yang berganti peran menjadi pengirim kedua) yang disampaikan kepada pengirim pertama (yang saat itu berganti peran menjadi penerima kedua). 3. Komunikasi sebagai transaksi Dalam konteks ini komunikasi adalah proses personal karena makna atau pemahaman yang kita peroleh pada dasarnya bersifat pribadi. Hingga derajat tertentu para pelakunya sadar akan kehadiran orang lain di dekatnya dan bahwa komunikasi sedang berlangsung, meskipun pelaku tidak dapat mengontrol sepenuhnya bagaimana orang lain menafsirkan perilaku verbal dan nonverbalnya. Dalam komunikasi transaksional, komunikasi dianggap telah berlangsung bila seseorang telah menafsirkan perilaku orang lain, baik perilaku verbal maupun perilaku non verbalnya. Pemahaman ini mirip dengan “definisi berorientasi-penerima” (receiver-oriented definition) seperti yang dikemukakan Burgoon, yang menekankan variabel-variabel yang berbeda, yakni penerima dan makna pesan bagi penerima, hanya saja penerimaan pesan itu juga berlangsung dua-arah, bukan satu-arah. Maka ketika seorang dosen memberikan kuliah di depan sejumlah mahasiswa, komunikasi terjadi bukan saja 14 berdasarkan fakta bahwa mahasiswa menafsirkan perilaku anak didiknya, misalnya mahasiswi yang mengangguk-anggukkan kepala (tampaknya ia mengerti atau setuju), mengerutkan kening (agaknya ia belum memahami topik yang dibicarakan atau bingung), atau tersenyum menggoda (mungkin naksir Pak Dosen). Dan itu berlangsung simultan dan spontan. 2.1.2 Unsur-Unsur Komunikasi Menurut Mulyana, 2008 : 69 – 71, menggambarkan unsur-unsur komunikasi sebagai berikut: 1) Sumber (source) Unsur ini sering disebut juga pengirim (sender), penyandi (encoder), komunikator (communicator), pembicara (speaker) atau originator. Sumber disini berperan sebagai pihak yang berinisiatif atau mempunyai kebutuhan untuk berkomunikasi. Sumber boleh jadi seorang individu, kelompok, organisasi, perusahaan atau bahkan suatu negara. Apa yang akan disampaikan oleh sumber di dalam pikirannya perlu diubah menjadi pesan verbal dan non verbal. Proses inilah yang disebut penyandian (encoding). 15 2) Pesan (message) Pesan merupakan apa yang dikomunikasikan oleh sumber kepada penerima. Pesan merupakan seperangkat simbol verbal atau non verbal yang mewakili perasaan, nilai, gagasan atau maksud sumber tadi. Pesan mempunyai tiga komponen: makna, simbol yang digunakan untuk menyampaikan makna, dan bentuk atau organisasi pesan. Simbol terpenting adalah kata-kata (bahasa), yang dapat merepresentasikan objek (benda), gagasan, dan perasaan, baik ucapan (percakapan, wawancara, diskusi, ceramah) ataupun tulisan (surat, esai, puisi, famlet). Pesan juga dirumuskan secara non verbal, seperti melalui tindakan atau isyarat anggota tubuh (acungan jempol, anggukan kepala, senyuman, tatap mata, dan sebagainya), juga melalui musik, lukisan, patung, tarian, dan sebagainya. 3) Saluran atau media Saluran atau media, yakni alat atau wahana yang digunakan sumber untuk menyampaikan pesannnya kepada penerima. Pada dasarnya komunikasi manusia menggunakan dua saluran, yakni cahaya dan suara, serta ke lima indera kita untuk menerima pesan dari orang lain. Saluran juga merujuk pada cara penyampaian pesan: langsung (tatapmuka), atau lewat media (surat kabar, majalah) atau media elektronik (radio, televisi). Surat pribadi, telepon, selebaran, Overhead Projector (OHP), sistem suara (sound system) multimedia, semua itu 16 dikategorikan sebagai (bagian dari) saluran komunikasi. Masih banyak saluran media lainnya yang dapat menyampaikan pesan, yaitu komputer,telepon, faksimili, komputer, dan sebagainya. 4) Penerima (receiver) Penerima (receiver), sering juga disebut sasaran/tujuan (destination), komunikate (communicatee), penyandi-balik (decoder) atau khalayak (audience), pendengar (listener), penafsir (interpreter), yakni orang yang menerima pesan dari sumber. Apa yang disampaikan oleh sumber kepada penerima pesan akan menerjemahkan atau menafsirkan seperangkat simbol verbal dan atau nonverbal yang dapat dipahami oleh penerima. Proses ini disebut penyandian-balik (decoding). 5) Efek Efek, yaitu apa yang terjadi pada penerima setelah ia menerima pesan tersebut, misalnya penambahan pengetahuan (dari tidak tahu menjadi tahu), terhibur, perubahan keyakinan, perubahan perilaku (dari tidak bersedia membeli barang yang ditawarkan menjadi bersedia membelinya, atau dari tidak bersedia memilihnya dalam pemilu), dan sebagainya. 17 2.1.3 Fungsi-Fungsi Komunikasi Menurut Mulyana, 2008 : 5, ada empat fungsi-fungsi komunikasi sebagai berikut: 1) Komunikasi Sosial Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi penting untuk membangun konsep diri kita, aktualisasi-diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan tegangan, antara lain lewat komunikasi yang menghibur, dan mempupuk hubungan dengan orang lain. Implisit dalam fungsi komunikasi sosial ini adalah fungsi komunikasi kultural. Para ilmuan sosial mengakui bahwa budaya dan komunikasi itu mempunyai hubungan timbal balik, seperti dua sisi dari satu mata uang. Budaya menjadi bagian dari perilaku komunikasi, dan pada gilirannya komunikasi pun turut menentukan, memelihara, mengembangkan atau mewariskan budaya. Edward T. Hall bahwa “budaya adalah komunikasi” dan “komunikasi adalah budaya.” Pada satu sisi, komunikasi merupakan mekanisme untuk mensosialisasikan norma-norma budaya masyarakat, baik secara horisontal, dari suatu masyarakat kepada masyarakat lainnya, ataupun secara vertikal, dari suatu generasi kepada generasi berikutnya, sedangkan budaya menetapkan norma-norman (komunikasi) yang dianggap sesuai untuk suatu kelompok, misalnya “Laki-laki tidak 18 gampang menangis, tidak bermain boneka,” anak perempuan tidak bermain pistol-pistolan, pedang-pedangan, atau mobil-mobilan,” dan sebagainya. Alfred Korzybski menyatakan bahwa kemampuan manusia berkomunikasi menjadikan mereka “pengikat waktu” (timebinder). Pengikat-waktu (time binding) merujuk pada kemampuan manusia untuk mewariskan pengetahuan dari generasi ke generasi dan budaya ke budaya. 2) Komunikasi Ekspresif Erat kaitannya dengan komunikasi sosial adalah komunikasi ekspresif yang dapat dilakukan baik sendirian ataupun dalam kelompok. Komunikasi ekspresif tidak otomatis bertujuan memperngaruhi orang lian, namun dapat dilakukan sejauh komunikasi tersebut menjadi instrumen untuk menyampaikan perasaan-perasaan (emosi) kita. Perasaan tersbut dikomunikasikan terutama melalui pesan-pesan nonverbal. Perasaan sayang, peduli, rindu, simpati, gembira, sedih takut, prihatin, marah dan benci dapat disampaikan lewat kata-kata, namun terutama lewat perilaku nonverbal. 3) Komunikasi Ritual Erat kaitannya dengan komunikasi ekspresif adalah komunikasi ritual, yang biasanya dilakukan secara kolektif. Suatu komunitas sering melakukan upacara-upacara berlainan sepanjang tahun dan sepanjang hidup, yang disebut para antropolog sebagai rites of passage, mulai 19 dari upacara, kelahiran, sunatan, ulang tahun (nyanyi tukar cincin), siraman, pernikahan (ijab-qabul, sungkem kepada orang tua, sawer, dan sebagainya), ulang tahun perkawinan, hingga upacara kematian. Fungsi ritual juga tampak dalam acara pelamaran dilakukan keluarga calon mempelai pria kepada keluarga calon wanita. Komunitas ritual sering juga bersifat ekspresif, menyatakan perasaan terdalam seseorang. 4) Komunikasi Instrumental Komunikasi instrumental mempunyai beberapa tujuan umum: a) Menginformasikan b) Mengajar c) Mendorong d) Mengubah sikap dan keyakinan, e) Mengubah perilaku atau menggerakan tindakan, dan f) Menghibur Bila diringkas, maka kesemua tujuan tersebut dapat disebut membujuk (bersifat persuasif). Komunikasi yang berfungsi memberitahukan atau menerangkan (to inform) mengandung muatan persuasif dalam arti bahwa pembicara menginginkan pendengarnya mempercayai bahwa fakta atau informasi yang disampaikannya akurat dan layak diketahui. Sebagai instrumen, komunikasi tidak saja kita 20 gunakan untuk menciptakan dan membangun hubungan, namun juga untuk menghancurkan tersebut. komunikasi berfungsi sebagai instrumen untuk mencapai tujuan-tujuan pribadi dan pekerjaan, baik tujuan jangka-pedek ataupun tujuan jangka-jauh. Tujuan jangkapendek misalnya untuk memperoleh pujian, menumbuhkan kesan yang baik, memperoleh simpati, empati, keuntungan material, ekonomi, dan politik. Tujuan jangka-panjang dapat diraih lewat keahlian komunikasi, misalnya keahlian berpidato, berunding, berbahasa asing ataupun keahlian menulis. Kedua tujuan itu tentu saja berkaitan dalam arti bahwa berbagai pengolaan kesan itu secara kumulatif dapat digunakan untuk mencapai tujuan jangka-panjang berupa keberhasilan dalam karier, misalnya untuk memperoleh jabatan, kekuasaan, penghormatan sosial, dan kekayaan. 2.1.4 Definisi Komunikasi Massa Menurut Nurudin, 2011 : 3-12, Pada dasarnya komunikasi massa adalah komunikasi melalui media massa (media cetak dan elektronik). Sebab, awal perkembangan saja, komunikasi massa berasal dari perkembangan kata media of mass communication, media massa (atau saluran) yang dihasilkan oleh teknologi modern. Hal ini perlu ditekankan sebab ada media yang bukan media massa yakni media tradisional seperti kantongan, angklung, gamelan, dan lain-lain. Jadi, media massa menunjuk 21 pada hasil produk teknologi modern sebagai saluran dalam komunikasi massa. Ada satu definisi komunikasi massa yang dikemukakan Michael W. Gamble dan Teri Kwal Gamble, menurut mereka sesuatu bisa didefinisikan sebagai komunikasi massa jika mencakup hal-hal sebagai berikut: a) Komunikator dalam komunikasi massa mengandalkan peralatan modern untuk menyebarkan atau memancarkan pesan secara tepat kepada khalayak yang luas dan tersebar. Pesan itu disebarkan melalui media modern pula antara lain: surat kabar, majala, televisi, film, atau gabungan diantara media tersebut. b) Komunikator dalam komunikasi massa dalam menyebarkan pesan-pesannya bermaksud mencoba berbagi pengertian dengan jutaan orang yang tidak saling kenal atau mengetahui satu sama lain. Anonimitas audience dalam komunikasi massa inilah yang membedakan pula dengan jenis komunikasi yang lain. Bahkan pengirim dan penerima pesan tidak saling mengenal satu sama lain. Dengan demikian, media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan 22 waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. Alaxis S. Tan mencoba memberikan sifat khusus yang dipunyai oleh komunikasi massa. Ia memberikan ciri komunikasi massa dibanding dengan membandingkannya dengan interpersonal communication. Ciri khusus yang dapat membedakan keduanya terletak pada penerima pesannya (audience). Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) disebutkan, “Mass Communication is a process whereby masproduced message are transmitted to large, anonymous, and heterogeneous masses of receivers (komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen). 2.1.5 Elemen-elemen Komunikasi Massa Menurut Nurudin, 2011 : 95, Ada beberapa elemen-elemen komunikasi massa sebagai berikut: a) Komunikator Komunikator dalam komunikasi massa sangat berbeda dengan komunikator dalam bentuk komunikasi yang lain. Komunikator di sini 23 meliputi jaringan, stasiun lokal, direktur, dan staf teknis yang berkaitan dengan sebuah acara televisi. Jadi, komunikator merupakan gabungan dari berbagai individu dalam sebuah lembaga media massa. Ada beberapa karakteristik yang dimiliki oleh komunikator dalam komunikasi massa. Hiebert, Ungurait, dan Bohn (HUB) pernah mengemukakan setidak-tidaknya lima karakteristik: 1) daya asing (competitiveness), 2) ukuran dan kompleksitas (size and complexity), 3) industrialisasi (industrialization), 4) spesialisasi (specialization), dan 5) perwakilan (representation) Daya asing ditumbuhkan dari kebijakan yang dikeluarkan komunikator. Orientasi utamanya adalah agar media masssa itu “tidak bangkrut”. Oleh karena itu, membangun daya asing adalah bagian dari tugas komunikator untuk merumuskannya. Semua ini dilakukan karena tingkat kompetisi media massa semakin ketat dari hari ke hari. Ukuran dan kompleksitas juga menjadi sifat khusus yang melekat pada komunikator dalam komunikasi massa. Ukuran berhubungan erat dengan jumlah orang yang dipekerjakan dalam saluran komunikasi massa. Semakin besar media massa, semakin besar pula jumlah orang yang terlibat di dalamnya. Industrialisasi merupakan salah satu konsekuensi media massa. Media massa jelas mempekerjakan banyak orang dan banyak struktur 24 yang kompleks. Artinya, media ini perli dikelola seperti halnya industri. Spesialisasi itu adalah karakteristik dari komunikator dalam komunikasi massa yang merupakan konsekuensi pembagian tugas dan wewenang internal. Di dalam sebuah media cetak ada yang namanya penjaga rubrik (Jabrik). Jabrik merupakan salah satu bentuk spesialisasi. Ada yang spesialisasi bagian percetakan, editor, manajer, reporter, editor bahasa, translator, account executive (AE), dan lainlain. Ciri yang lain adalah perwakilan. Media massa yang semakin besar membutuhkan perwakilan lain yang bisa menopang kehidupan media itu. Dibentuknya biro-biro atau koresponden di luar kota menjadi salah satu bukti munculnya perwakilan ini. Semakin besar media massa, fungsi perwakilan menjadi semakin penting kehadiranya. Ciri yang melekat pada diri komunikator yang dideskripsikan diatas menujukkan bahwa komunikator dalam komunikasi massa begitu kompleks dan tidak hanya dikelola oleh satu orang. Munculnya spesialisasi, perwakilan, dan kompleksitas yang melekat pada diri komuniaktor menjadi bukti bahwa komunikator dalam komunikasi massa adalah lembaga media yang bersangkutan. 25 b) Isi Masing-masing media massa mempunyai kebijakan sendirisendiri dalam pengelolaan isinya. Sebab, masing-masing media melayani masyarakat yang beragam juga menyangkut individu atau kelompok sosial. Menurut Ray Eldon Hiebert dkk, isi media setidaktidaknya bisa dibagi ke dalam lima kategori yakni; 1) berita dan informasi, 2) analisis dan interperetasu, 3) pendidikan dan sosialisasi, 4) hubungan masyarakat dan persuasi, 5) iklan dan bentuk penjualan lain, dan 6) hiburan. Berita dan informasi merupakan hal pokok yang harus dimiliki oleh media massa. Setiap hari media massa memberikan informasi dan berbagai kejadian di seluruh dunia kepada audience-nya. Televisi menyediakan laporan terkini sebagai salah satu tanggung jawab menyediakan berbagai informasi kejadian di seluruh dunia kepada penontonnya. Surat kabar menyediakan berbagai bentuk informasi agar masyarakat memahami dan lebih tahu. Media cetak tidak hanya memberitakan dengan bentuk straight news semata, tetapi juga feature, investigative reporting (laporan investigasi), tajuk rencana, dan ulasan lainnya. Intinya, media massa menyediakan informasi yang dibutuhkan masyarakat. 26 c) Audience Audience yang dimaksud dalam komunikasi massa sangat beragam, dari jutaan penonton televisi, ribuan pembaca buku, majalah, koran atau jurnal ilmiah. Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut. 1) Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran. 2) Audience cenderung besar. Besar disini berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Meskipun begitu, ukuran luas ini sifatnya bisa jadi relatif. Sebab, ada media tertentu yang khalayaknya mencapai ribuan, ada yang mencapai jutaan. Baik ribuan maupun jutaan tetap bisa disebut audience meskipun jumlahnya berbeda, tetapi perbedaan ini bukan sesuatu yang prinsip. Jadi tak ada ukuran pasti tentang luasnya audience itu. 3) Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada. Majalah yang dikhususkan untuk kalangan 27 dokter, memang sama secara profesi, tetapi status sosial ekonomi, agama, dan umur tetap berbeda satu sama lain. 4) Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Bagaimana mungkin audience bisa mengenal televisi yang jumlahnya jutaan? Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan saru per kasus, tetapi meliputi semua audience. Sebab, bisa saja sesama audience Trans7, antaranggota keluarga saling mengenal. Akan tetapi, saling mengenal di sini bukan seperti itu maksudnya. 5) Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Anda berada di Yogyakarta yang sedang menikmati acara stasiun televisi di Jakarta. Bukankah ia dipisahkan dengan jarak ratusan kilometer? Dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu. Dapat jua dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu. d) Umpan Balik Ada dua umpan balik (feedback) dalam komunikasi, yakni umpan balik langsung (immediated feedbcak) dan tidak langsung (delayed feedback). Umpan balik langsung terjadi jika komunikator dan komunikan berhadapan langsung atau ada kemungkinan bisa berbicara langsung. Misalnya, dalam komunikasi antarpersona yang melibatkan dua orang atau komunikasi kelompok. Di dalam komunikasi massa umpan balik biasanya terjadi tidak secara langsung. 28 Artinya, antara komunikator dengan komunikan dalam komunikasi massa tidak terjadi kontak langsung yang memungkinkan mereka mengadakan reaksi langsung satu sama lain. Umpan balik secara tidak langsung, misalnya bia ditunjukkan dalam letter to the editor/surat pembaca/pembaca menulis. Umpan balik merupakan bahan yang direfleksikan kepada sumber/komunikan setelah pertimbangkan dalam waktu yang tertentu sebelum dikirimkan. e) Gangguan 1) Gangguan Saluran Gangguan dalam saluran komunikasi massa biasanya selalu ada. Di dalam media ganggu berupa sesuatu hal, seperti kesalahan cetak, kata yang hilang, atau paragraf yang dihilangkan dari surat kabar. Hal itu juga termssuk gambar tidak jelas di pesawat televisi, gangguan gelombang radio, baterai yang sudah aus, atau langganan majalah yang tidak datang. 2) Gangguan Sematik Gangguan yang berhubungan dengan saluran mungkin ada di mana-mana dan menjadi penghambat dalam komunikasi massa, tetapi tidak demikian halnya dengan gangguan semantik (kata). Semantik bisa diartikansebagai ilmu bahasa yang mempelajari tentang tata kalimat. Oleh karena itu, gangguan semantik berarti gangguan yang berhubungan dengan bahasa. Gangguan semantik lebih rumit, 29 kompleks, dan sering kali muncul. Bisa dikatakan, gangguan semantik adalah gangguan dalam proses komunikasi yang diakibatkan oleh pengirim atau penerima pesan itu sendiri. Di dalam komunikasi antarpersona telah mengetahui gangguan simentik, sepeti kendala bahasa, perbedaan pendidikan, status sosial ekonomi, tempat tinggal, jabatan, umur, pengalaman, dan minat. f) Gatekeeper Istilah gatekeeper ini pertama kali dikenalkan oleh Kurt lewin, seorang ahli psikologi dari Australia pada tahun 1947. Kata tersebut merupakan sebuah istilah yang berasal dari lapangan sosiologi, tetapi kemudian digunakan dalam lapangan penelitian komunikasi massa. John R. Bittner (1996) mengistilahkan gatekeeper sebagai “individuindividu atau kelompok otang yang memantau arus informasi dalam sebuah saluran komunikasi (massa)”. Jika diperluas maknanya, disebut sebgai gatekeeper adalah orang yang berperan penting dalam media massa seperti surat kabar, majalah, televisi, radio, internet, video tape, compact disk, dan buku. Dengan demikian. Mereka yang disebut sebagai gatekeeper antara lain reporter. Editor berita, bahkan editor film atau orang lain dalam media massa yang ikut menentukan arus informasi yang disebarkan. 30 g) Pengatur Yang dimaksud pengatur dalam komunikasi massa adalah mereka yang secara tidak langsung ikut memengaruhi proses aliran pesan media massa. Pengatur ini tidak berasal dari dalam media tersebut, tetapi di luar media. Namun demikian, meskipun diluar media massa, kelompok itu bisa ikut menentukan kebijakan redaksional. Pengatur tersebut antara lain dan kelompok penekan, termasuk narasumber, dan pengiklan. Semua itu berfungsi sebagai pengatur. h) Filter Filter adalah kerangka pikir melalui mana audience menerima pesan. Filter ibarat adalah bingkai kacamata tempat audience bisa melihat dunia. Hal ini berarti dunia riil yang diterima dalam memori sangat tergantung dari bingkai tersebut. Filter dibagi menjadi tiga jenis: 1) filter psikologis, 2) filter fisik, dan 3) filter budaya (warisan budaya, pendidikan, pengalaman kerja, sejrah politik). Semua filter tersebut akan memengaruhi kuantitas atau kualitas pesan yang diterima dan respons yang dihasilkan. Sementara itu, audience memiliki perbedaan filter satu sama lain. 31 2.1.6 Karakteristik Komunikasi Massa Menurut Ardianto & Komala, 2009 : 7 – 10, Berdasarkan definisidefinisi yang ada dari para ahli komunikasi, sebenarnya komunikasi massa memiliki prinsip yang sama, yaitu berdasarkan karakteristiknya. Karakteristik komunikasi massa sebagai berikut: 1. Komunikator terlembaga Ciri komunikasi massa yang pertama adalah komunikatornya. Menurut pendapat Wright, bahwa komunikasi massa itu melibatkan lembaga, dan komunikatornya bergerak dalam organisasi yang kompleks. 2. Pesan bersifat umum Pesan yang disampaikan dalam komunikasi massa tidak hanya ditunjukan pada sekelompok orang saja melainkan kapada semua orang. Oleh karenanya, pesan komunikasi massa bersifat umum. Pesan komunikasi dapat berupa fakta, peristiwa atau opini. Namun tidak semua fakta dan peristiwa yang terjadi disekeliling kita dapat dimuat dalam media masa. 32 3. Media Massa menimbulkan keserempakan Kelebihan komunikasi massa dibandingkan dengan komunikasi lainnya adalah jumlah sasaran khalayak atau komunikasi yang dicapainya relatif banyak dan tidak terbatas. Bahkan lebih dari itu, komunikasikan yang banyak tersebut secara serempak pada waktu yang bersamaan memperoleh pesan yang sama. 4. Komunikasi massa bersifat satu arah Karena komunikasinya melalui media massa, maka komunikator dan komunikannya tidak dapat melakukan kontak langsung. Komunikator aktif menyampaikan pesan, komunikan pun aktif menerima pesan, namun diantara keduanya tidak dapat melakukan dialog sebagaima halnya terjadi dalam komunikasi antarpersona. Komunikasi itu bersifat satu arah. 5. Komunikasi anonim dan heterogen Komunikasi massa yang komunikannya terdiri dari nama, pendidikan, pekerjaan, tempat tinggal, bahkan mungkin mengenal sikap dan perilaku. Sedangkan dalam komunikasi massa, komunikatornya tidak mengenal komunikan (anonim). Komunikasi heterogen artinya komunikasi massa yang 33 komunikannya terdiri dari berbagai lapisan masyarakat yang berbeda, yang dapat dikelompokkan berdasarkan faktor: usia, jenis kelamin, pendidikan, pekerjaan, latar belakang budaya, agama dan tingkat ekonomi. 2.1.7 Fungsi-fungsi Komunikasi Massa Menurut Nurudin, 2011 : 63 – 90, Ada banyak pendapat yang dikemukan untuk fungsi-fungsi komunikasi massa. Sama dengan definisi komunikasi massa, fungsi komunikasi massa juga mempunyai latar belakang dan tujuan yang berbeda satu sama lain. Fungsi komunikasi massa menurut Jay Black dan Frederick C. Whitney (1988) antara lain: 1) to inform (menginformasikan) , (2) to entertain (memberikan hiburan), (3) to persuade (membujuk), dan (4) transmission of the culture (transmisi budaya). Sementara itu, fungsi komunikasi massa menurut John Vivian dalam bukunya The Media Of Mass Communication (1991) disebutkan; (1) providing information, (2) providing entertainment, (3) helping to persuade, dan (4) contributing to social cohesion (mendorong kohesi sosial). 34 Fungsi-fungsi komunikasi massa sebagai berikut: 1) Informasi Fungsi informasi merupakan fungsi paling penting yang terdapat dalam komunikasi massa. Komponen paling penting untuk mengetahui fungsi informasi ini adalah berita-berita yang disajikan. Dalam istilah jurnalistik, fakta-fakta tersebut biasa diringkas dalam istilah 5W + 1H (What, Where,Who, When, Why, + How). Saat ini, konsep 5W + 1H atau straight news (berita singkat) sudah dikembangkan dengan peliputan jurnalisme investigasi (investigative journalism). Yakni, suatu kelompok peliputan yang dilakukan secara mendalam. Jadi, tidak sekadar menampilkan unsur berita 5W + 1H saja. Ada banyak data pendukung yang ada dalam berita tersebut, baik berupa angka-angka maupun wawancara yang dilakukan pada beberapa sumber berita. Cara penulisan berita seperti ini juga menyajikan informasi. Faktanya tetap ada, yakni 5W + 1H hanya dikupas secara dalam. 2) Hiburan Fungsi hiburan untuk media elektronik menduduki posisi yang paling tinggi dibandingkan dengan fungsi-fungsi yang lain. Masalahnya, masyarakat kita masih menjadikan televisi sebagai media hiburan. Dalam sebuah keluarga , televisi bisa sebagai perekat keintiman keluarga itu karena masing-masing anggota-anggota keluarga mempunyai kesibukan sendiri-sendiri,misalnya suami dan istri kerja 35 seharian sedangkan anak-anak sekolah. Setelah kelelahan dengan aktivitasnya masing-masing, ketika malam hari berada di rumah, kemungkinan besar mereka menjadikan televisi sebagai media hiburan sekaligus sarana untuk berkumpul bersama keluarga. Hal ini mendudukkan televisi sebagai alat utama hiburan (untuk melepaskan lelah). Acara hiburan itu juga dianggap perekat keluarga karena dapat ditonton bersama-sama sambil bercanda atau “ngemil” 3) Persuasif Fungsi persuasif komunikasi massa tidak kalah pentingnya dengan fungsi informasi dan hiburan. Banyak bentuk tulisan yang kalau diperhatikan sekilas hanya berupa informasi , tetapi jika diperhatikan secara lebih jeli ternyata terdapat fungsi persuasi. Tulisan pada Tajuk Rencana, artikel, dan surat pembaca merupakan contoh tulisan persuasif. Bagi Josep A. Devito (1997) fungsi persuasi dianggap sebagai fungsi yang paling penting dari komunikasi massa. Persuasi bisa datang dari berbagai macam bentuk: (1) mengukuhkan atau memperkuat sikap, kepercayaan, atau nilai sesesorang; (2) mengubah sikap, kepercayaan, atau nilai seseorang; (3) menggerakkan seseorang untuk melakukan sesuatu; dan (4) memperkenalkan etika, atau menawarkan sistem nilai tertentu. 36 4) Transmisi Budaya Transmisi budaya merupakan salah satu fungsi komunikasi massa yang paling luas, meskipun paling sedikit dibicarakan . transmisi budaya tidak dapat dielakkan selalu hadir dalam berbagai bentuk komunikasi yang mempunyai dampak pada penerimaan individu. Transmisi budaya mengambil tempat dalam dua tingkatan, kontemporer fungsi ini disebut dan historis. Dua tingkatan tersebut tidak dipisahkan, tetapi terjalin secara konstan. Apalagi, media massa merupakan alat utama di dalam trnasmisi budaya pada kedua tingkatan tersebut. 5) Pewarisan Sosial Dalam hal ini media massa berfungsi sebagai seorang pendidik, baik yang menyangkut pendidikan formal maupun informal yang mencoba meneruskan atau mewariskan suatu ilmu pengetahuan, nilai, norma, pranata, dan etika dari suatu generasi ke generasi selanjtunya. Bagi Black dan Whitney transmisi budaya media massa bisa memperkuat kesepakatan nilai-nilai sosial yang ada dalam masyarakat. Di samping itu, media juga berperan untuk selalu memperkenalkan ide-ide perubahan yang perlu dilakukan masyarakat secara terus-menerus. Sementara itu, menurut Effendy (1993) dalam buku Ardianto & Komala, 2009 : 18, mengatakan fungsi komunikasi massa secara umum sebagai berikut: 37 1) Informasi Artinya bahwa media massa adalah penyebar informasi bagi pembaca, pendengar atau pemirsa. Berbagai informasi dibutuhkan oleh khalayak media massa yang bersangkutan sesuai dengan kepentingannya. Khalayak sebagai makhluk sosial akan selalu haus akan informasi yang terjadi. Khalayak berlangganan surat kabar, majalah, mendengarkan radio siaran atau menonton televisi karena merka ingin mendpatkan informasi terjadi di muka bumi, gagasan atau org lain, apa yang dilakukan, diucapkan atau dilihat orang lain. 2) Pendidikan Media massa merupakan sarana pendidikan bagi khalayaknya (mass education). Karena media massa banyak menyajikan hal-hal yang sifatnya mendidik. Salah satu cara mendidik yang dilakukan media massa adalah melalui pengajaran nilai, etika, serta aturan-aturan yang berlaku kepada pemirsa atau pembaca. 3) Mempengaruhi Fungsi mempengaruhi dari media massa secara implisit terdapat pada tajuk/editorial, features, iklan, artikel, dan sebagainya. Khalayak dapat terpengaruh oleh iklan-iklan yang ditayangkan televisi maupun surat kabar. 38 Fungsi komunikasi massa secara umum bisa dikemukakan, seperti informasi, pendidikan, dan hiburan. 2.1.8 Efek Komunikasi Massa Ada tiga dimensi efek komunikasi massa, yaitu: kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif meliputi peningkatan kesadaran, belajar, dan tambahan pengetahuan. Efek efektif berhubungan dengan emosi, perasaan, dan attitude (sikap). Sedangkan efek konatif berhubungan dengan perilaku dan niat untuk melakukan sesuatu menurut cara tertentu. 1. Efek Kognitif Efek kognitif adalah akibat yang timbul pada diri komunikan yang sifatnya informative bagi dirinya. Dalam efek kognitif ini akan dibahas tentang bagaimana media massa dapat membantu khalayak dalam mempelajari informasi yang bermanfaat dan mengembangkan keterampilan kognitif. Melalui media massa, kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita kunjungi secara langsung. Seseorang mendapatkan informasi dari televisi, bahwa “Robot Gedek” mampu melakukan sodomi dengan anak laki-laki di bawah umur. Penonton televisi, yang asalnya tidak tahu menjadi tahu tentang peristiwa tersebut. Di sini pesan yang disampaikan oleh komunikator 39 ditujukan kepada pikiran komunikan. Dengan kata lain, tujuan komunikator hanya berkisar pada upaya untuk memberitahu saja. Menurut Mc. Luhan, media massa adalah perpanjangan alat indera kita (sense extention theory; teori perpanjangan alat indera). Dengan media massa kita memperoleh informasi tentang benda, orang atau tempat yang belum pernah kita lihat atau belum pernah kita kunjungi secara langsung. Realitas yang ditampilkan oleh media massa adalah relaitas yang sudah diseleksi. Kita cenderung memperoleh informasi tersebut semata-mata berdasarkan pada apa yang dilaporkan media massa. Televisi sering menyajikan adegan kekerasan, penonton televisi cenderung memandang dunia ini lebih keras, lebih tidak aman dan lebih mengerikan. Karena media massa melaporkan dunia nyata secara selektif, maka sudah tentu media massa akan mempengaruhi pembentukan citra tentang lingkungan sosial yang bias dan timpang. Oleh karena itu, muncullah apa yang disebut stereotip, yaitu gambaran umum tentang individu, kelompok, profesi atau masyarakat yang tidak berubah-ubah, bersifat klise dan seringkali timpang dan tidak benar. Sebagai contoh, dalam film India, wanita sering ditampilkan sebagai makhluk yang cengeng, senang kemewahan dan seringkali cerewet. Penampilan seperti itu, bila dilakukan terus menerus, akan menciptakan stereotipe pada diri khalayak Komunikasi Massa tentang orang, objek atau 40 lembaga. Di sini sudah mulai terasa bahayanya media massa. Pengaruh media massa lebih kuat lagi, karena pada masyarakat modern orang memperoleh banyak informasi tentang dunia dari media massa. Sementara itu, citra terhadap seseorang, misalnya, akan terbentuk (pula) oleh peran agenda setting (penentuan/pengaturan agenda). Teori ini dimulai dengan suatu asumsi bahwa media massa menyaring berita, artikel, atau tulisan yang akan disiarkannya. Biasanya, surat kabar mengatur berita mana yang lebih diprioritaskan. Ini adalah rencana mereka yang dipengaruhi suasana yang sedang hangat berlangsung. Sebagai contoh, bila satu setengah halaman di Media Indonesia memberitakan pelaksanaan Rapat Pimpinan Nasional Partai Golkar, berarti wartawan dan pihak redaksi harian itu sedang mengatur kita untuk mencitrakan sebuah informasi penting. Sebaliknya bila di halaman selanjutnya di harian yang sama, terdapat berita kunjungan Megawati Soekarno Putri ke beberapa daerah, diletakkan di pojok kiri paling bawah, dan itu pun beritanya hanya terdiri dari tiga paragraf. Berarti, ini adalah agenda setting dari media tersebut bahwa berita ini seakan tidak penting. Mau tidak mau, pencitraan dan sumber informasi kita dipengaruhi agenda setting. Media massa tidak memberikan efek kognitif semata, namun ia memberikan manfaat yang dikehendaki masyarakat. Inilah efek prososial. Bila televisi menyebabkan kita lebih mengerti bahasa 41 Indonesia yang baik dan benar, televisi telah menimbulkan efek prososial kognitif. Bila majalah menyajikan penderitaan rakyat miskin di pedesaan, dan hati kita tergerak untuk menolong mereka, media massa telah menghasilkan efek prososial afektif. Bila surat kabar membuka dompet bencana alam, menghimbau kita untuk menyumbang, lalu kita mengirimkan wesel pos (atau, sekarang dengan cara transfer via rekening bank) ke surat kabar, maka terjadilah efek prososial behavioral. 2. Efek Afektif Efek ini kadarnya lebih tinggi daripada Efek Kognitif. Tujuan dari komunikasi massa bukan hanya sekedar memberitahu kepada khalayak agar menjadi tahu tentang sesuatu, tetapi lebih dari itu, setelah mengetahui informasi yang diterimanya, khalayak diharapkan dapat merasakannya. Sebagai contoh, setelah kita mendengar atau membaca informasi artis kawakan Roy Marten dipenjara karena kasus penyalahgunaan narkoba, maka dalam diri kita akan muncul perasaan jengkel, iba, kasihan, atau bisa jadi, senang. Perasaan sebel, jengkel atau marah daat diartikan sebagai perasaan kesal terhadap perbuatan Roy Marten. Sedangkan perasaan senang adalah perasaan lega dari para pembenci artis dan kehidupan hura-hura yang senang atas tertangkapnya para public figure yang cenderung hidup hura-hura. Adapun rasa iba atau 42 kasihan dapat juga diartikan sebagai keheranan khalayak mengapa dia melakukan perbuatan tersebut. Berikut ini faktor-faktor yang memengaruhi terjadinya efek afektif dari komunikasi massa. 1. Suasana emosional Dari contoh-contoh di atas dapat disimpulkan bahwa respons kita terhadap sebuah film, iklan, ataupun sebuah informasi, akan dipengaruhi oleh suasana emosional kita. Film sedih akan sangat mengharukan apabila kita menontonnya dalam keadaan sedang mengalami kekecewaan. Adegan-adegan lucu akan menyebabkan kita tertawa terbahak-bahak bila kita menontonnya setelah mendapat keuntungan yang tidak disangka-sangka. 1. Skema kognitif Skema kognitif merupakan naskah yang ada dalam pikiran kita yang menjelaskan tentang alur eristiwa. Kita tahu bahwa dalam sebuah film action, yang mempunyai lakon atau aktor/aktris yang sering muncul, pada akahirnya akan menang. Oleh karena itu kita tidak terlalu cemas ketika sang pahlawan jatuh dari jurang. Kita menduga, asti akan tertolong juga. 43 c. Situasi terpaan (setting of exposure) Kita akan sangat ketakutan menonton film Suster Ngesot, misalnya, atau film horror lainnya, bila kita menontontonnya sendirian di rumah tua, ketika hujan labt, dan tiang-tiang rumah berderik. Beberpa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak lebih ketakutan menonton televisi dalam keadaan sendirian atau di tempat gelap. Begitu pula reaksi orang lain pada saat menonton akan mempengaruhi emosi kita pada waktu memberikan respons. 1. Faktor predisposisi individual Faktor ini menunjukkan sejauh mana orang merasa terlibat dengan tokoh yang ditampilkan dalam media massa. Dengan identifikasi penontotn, pembaca, atau pendengar, menempatkan dirinya dalam posisi tokoh. Ia merasakan apa yang dirasakan toko. Karena itu, ketika tokoh identifikasi (disebut identifikan) itu kalah, ia juga kecewa; ketika ientifikan berhasil, ia gembira. 3. Efek Konatif Efek Konatif merupakan akibat yang timbul pada diri khalayak dalam bentuk perilaku, tindakan atau kegiatan. Adegan kekerasan dalam televisi atau film akan menyebabkan orang menjadi beringas. Program acara memasak bersama Rudi Khaeruddin, misalnya, akan 44 menyebabkan para ibu rumah tangga mengikuti resep-resep baru. Bahkan, kita pernah mendengar kabar seorang anak sekolah dasar yang mencontoh adegan gulat dari acara SmackDown yang mengakibatkan satu orang tewas akibat adegan gulat tersebut. Namun, dari semua informasi dari berbagai media tersebut tidak mempunyai efek yang sama. Radio, televisi atau film di berbagai negara telah digunakan sebagai media pendidikan. Sebagian laporan telah menunjukkan manfaat nyata dari siaran radio, televisi dan pemutaran film. Sebagian lagi melaporkan kegagalan. Misalnya, ketika terdapat tayangan kriminal pada program “Buser” di SCTV menayangkan informasi: anak SD yang melakukan bunuh diri karena tidak diberi jajan oleh orang tuanya. Sikap yang diharapkan dari berita kriminal itu ialah, agar orang tua tidak semena-mena terhadap anaknya, namun apa yang didapat, keesokan atau lusanya, dilaporkan terdapat berbagai tindakan sama yang dilakukan anak-anak SD. Inilah yang dimaksud perbedaan efek behavior. Tidak semua berita, misalnya, akan mengalami keberhasilan yang merubah khalayak menjadi lebih baik, namun pula bisa mengakibatkan kegagalan yang berakhir pada tindakan lebih buruk. Mengapa terjadi efek yang berbeda? Belajar dari media massa memang tidak bergantung hanya ada unsur stimuli dalam media massa saja. Kita memerlukan teori psikologi yang menjelaskan peristiwa 45 belajar semacam ini. Teori psikolog yang dapat mnejelaskan efek prososial adalah teori belajar sosial dari Bandura. Menurutnya, kita belajar bukan saja dari pengelaman langsung, tetapi dari peniruan atau peneladanan (modeling). Perilaku merupakan hasil faktor-faktor kognitif dan lingkungan. Artinya, kita mampu memiliki keterampila tertentu, bila terdapat jalinan positif antara stimuli yang kita amati dan karakteristik diri kita. Bandura menjelaskan proses belajar sosial dalam empat tahapan proses: proses perhatian, proses pengingatan (retention), proses reproduksi motoris, dan proses motivasional. Permulaan proses belajar ialah munculnya peristiwa yang dapat diamati secara langsung atau tidak langsung oleh seseorang. Peristiwa ini dapat berupa tindakan tertentu (misalnya menolong orang tenggelam) atau gambaran pola pemikiran, yang disebut Bandura sebagai “abstract modeling” (misalnya sikap, nilai, atau persepsi realitas sosial). Kita mengamati peristiwa tersebut dari orang-orang sekita kita.bila peristiwa itu sudah dianati, terjadilah tahap pertama belajar sosial: perhatian. Kita baru pata mempelajari sesuatu bila kita memperhatikannya. Setiap saat kita menyaksikan berbagai peristiwa yang dapat kita teladani, namun tidak semua peristiwa itu kita perhatikan. 46 Perhatian saja tidak cukup menghasilkan efek prososial. Khalayak harus sanggup menyimpan hasil pengamatannya dalam benak benaknya dan memanggilnya kembali ketika mereka akan bertindak sesuai dengan teladan yang diberikan. Untuk mengingat, peristiwa yang diamati harus direkam dalam bentuk imaginal dan verbal. Yang pertama disebut visual imagination, yaitu gambaran mental tentang peristiwa yang kita amati dan menyimpan gambaran itu pada memori kita. Yang kedua menunjukkan representasi dalam bentuk bahasa. Menurut Bandura, agar peristiwa itu dapat diteladani, kita bukan saja harus merekamnya dalam memori, tetapi juga harus membayangkan secara mental bagaimana kita dapat menjalankan tindakan yang kita teladani. Memvisualisasikan diri kita sedang melakukan sesuatu disebut seabagi “rehearsal”. Selanjutnya, proses reroduksi artinya menghasilkan kembali perilaku atau tindakan yang kita amati. Tetapi apakah kita betul-betul melaksanakan perilaku teladan itu bergantung pada motivasi? Motivasi bergantung ada peneguhan. Ada tiga macam peneguhan yang mendorong kita bertindak: peneguhan eksternal, peneguhan gantian (vicarious reinforcement), dan peneguhan diri (self reinforcement). Pelajaran bahasa Indonesia yang baik dan benar telah kita simpan dalam memori kita. Kita bermaksud mempraktekkannya dalam percakapan dengan kawan kita. Kita akan melakukan hanya apabila 47 kita mengetahui orang lain tidak akan mencemoohkan kitam atau bila kita yakin orang lain akan menghargai tindakan kita. Ini yang disebut peneguhan eksternal. Jadi, kampanye bahasa Indoensia dalam TVRI dan surat kabar berhasil, bila ada iklim yang mendorong penggunaan bahasa Indoensia yang baik dan benar. Kita juga akan terdorong melakukan perilaku teladan baik kita melihat orang lain yang berbuat sama mendapat ganjaran karena perbuatannya. Secara teoritis, agak sukar orang meniru bahasa Indonesia yang benar bila pejabat-pejabat yang memiliki reutasi tinggi justru berbahasa Indonesia yang salah. Kita memerlukan peneguhan gantian. Walaupun kita tidak mendaat ganjaran (pujian, penghargaan, status, dn sebagainya), tetapi melihat orang lain mendapat ganjaran karena perbuatan yang ingin kita teladani membantu terjadinya reproduksi motor. Akhirnya tindakan teladan akan kita lakukan bila diri kita sendiri mendorong tindakan itu. Dorongan dari diri sendiri itu mungkin timbul dari perasaan puas, senang, atau dipenuhinya citra diri yang ideal. Kita akan mengikuti anjuran berbahasa Indonesia yang benar bila kita yakin bahwa dengan cara itu kita memberikan kontribusi bagi kelestarian bahasa Indonesia. 48 Sumber: http://kommabogor.wordpress.com/2007/12/31/efek-komunikasi-massakognitif-afektif-behavioral/media diakses pada tanggal 14 Juli 2012. 20.51 2.1.9 Definisi media massa Media massa adalah alat yang digunakan dalam penyampaian pesan-pesan dari sumber kepada khalayak (menerima) dengan menggunakan alat-alat komunikasi mekanis seperti surat kabar, film, radio, TV (Cangara, 2002). Media massa adalah faktor lingkungan yang mengubah perilaku khalayak melalui proses pelaziman klasik, pelaziman operan atau proses imitasi (belajar sosial). Dua fungsi dari media massa adalah media massa memenuhi kebutuhan akan fantasi dan informasi. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.41) Media menampilkan diri sendiri dengan peranan yang diharapkan, dinamika masyarakat akan terbentuk, dimana media adalah pesan. Jenis media massa yaitu media yang berorentasi pada aspek (1) penglihatan (verbal visual) misalnya media cetak, (2) pendengaran (audio) semata-mata (radio, tape recorder), verbal vokal dan (3) pada pendengaran dan penglihatan (televisi, film, video) yang bersifat ferbal visual vokal (Liliweri, 2001). (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.41) 49 Effendy (2000), media massa digunakan dalam komunikasi apabila komunikasi berjumlah banyak dan bertempat tinggal jauh. Media massa yang banyak digunakan dalam kehidupan sehari-hari umumnya adalah surat kabar, radio, televisi, dan film bioskop, yang beroperasi dalam bidang informasi, edukasi dan rekreasi, atau dalam istilah lain penerangan, pendidikan, dan hiburan. Keuntungan komunikasi dengan menggunakan media massa adalah bahwa media massa menimbulkan keserempakan artinya suatu pesan dapat diterima oleh komunikan yang jumlah relatif banyak. Jadi untuk menyebarkan informasi, media massa sangat efektif yang dapat mengubah sikap, pendapat dan prilaku komunikasi. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.41) Media massa adalah alat-alat dalam komunikasi yang bisa menyebarkan pesan secara serempak, cepat kepada audience yang luas dan heterogen. Kelebihan media massa dibanding dengan jenis komunikasi lain adalah ia bisa mengatasi hambatan ruang dan waktu. Bahkan media massa mampu menyebarkan pesan hampir seketika pada waktu yang tak terbatas. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.41) Media massa memberikan informasi tentang perubahan, bagaimana hal itu bekerja dan hasil yang dicapai atau yang akan dicapai. Fungsi utama media massa adalah untuk memberikan informasi pada kepentingan yang menyebarluas dan mengiklankan produk. Ciri khas dari 50 media massa yaitu tidak ditujukan pada kontak perseorangan, mudah didapatkan, isi merupakan hal umum dan merupakan komunikasi satu arah. (http://id.shvoong.com/media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.41) 2.1.10 Bentuk-Bentuk Media Massa 1. Surat Kabar Surat kabar merupakan media massa yang paling tua dibandingkan dengan jenis media massa lainnya. Surat kabar sebagai media massa dalam masa orde baru mempunyai misi menyebarkanluaskan pesanpesan pembangunan dan sebagai alat mencerdaskan rakyat indonesia. Surat kabar dapat dikelompokkan pada berbagai kategori. Dilihat dari ruang lingkupnya, maka kategorisasinya adalah surat kabar lokal, regional, dan nasional. Ditinjau dari bentuknya, ada bentuk surat kabar biasa dan tabloid. Sedangkan dilihat dari bahasa yang digunakan, ada surat kabar berbahasa Indonesia, bahasa Inggris dan bahasa daerah. (Ardianto, Komala & Karlinah, 2009 : 103) 2. Majalah Majalah merupakan majalah media yang paling simple organisasinya, relative lebih mudah mengelolanya, serta tidak membutuhkan modal 51 yang banyak. Majalah tetap dibedakan dengan surat kabar karena majalah memiliki karakteristik tersendiri : Penyajian lebih dalam, Nilai aktualitas Lebih lama, Gambar/Foto lebih banyak, Cover/sampul sebagai daya tarik. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.58). 3. Radio Radio adalah media elektronik tertua dan sangat luwes. Radio telah beradaptasi dengan perubahan dunia, dengan mengembangkan hubungan saling menguntungkan dan melengkapi dengan media lainnya. Keunggulan radio adalah berada dimana saja, di tempat itdur, di dapur, di dalam mobil, di kantor, di jalan, di pantai dan berbagai tempat lainnya. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.58). 4. Televisi Dimulai pada tanggal 24 Agustus 1962, bertepatan dengan berlangsungnya pembukaan pesta olah raga Asean Games di Senayan. Selama tahun 1962-1963 TVRI berada di udara rata-rata satu jam sehari dengan segala kesederhanaannya. Sejalan dengan kepentingan pemerintah dan keinginan rakyat Indonesia yang tersebar di berbagai 52 wilayah, pada tanggal 16 Agustus 1976 diresmikan penggunaan satelit Palapa A2, selanjutnya Palapa B, Palapa B-2, Palapa B2R dan Palapa B-4 yang diluncurkan tahun 1992. Televisi siaran dan radio siaran, serta media lainnya berperan saling mengisi. Televisi siaran menggeser radio siaran mungkin dalam hal porsi iklan. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.58). 5. Film Gambar bergerak adalah bentuk dominan dari komunikasi massa. Film lebih dulu menjadi media hiburan dibanding radio siaran dan televisi. Menonton televisi menjadi aktivitas populer bagi orang Amerika pada tahun 1920-an sampai 1950-an. Film adalah industri bisnis yang diproduksi secara kreatif dan memuhi imajinasi orang-orang yang bertujuan memperoleh estetika. (http://oliviadwiayu.wordpress.com/ media diakses pada tanggal 19 Maret 2012. 15.58) 2.1.11 Televisi Televisi merupakan sistem elektronik yang mengirimkan gambar diam dan gambar hidup bersama suara melalui kabel atau ruang. Sistem ini menggunakan peralatan yang mengubah cahaya dan suara ke dalam 53 gelombang elektronik dan mengkonversinya kembali ke dalam cahaya yang dapat dilihat dan suaranya dapat didengar.(Soerjokanto 2003:24) Televisi adalah sebuah media telekomunikasi terkenal yang digunakan untuk memancarkan dan menerima siaran gambar bergerak, baik itu yang monokrom (“hitam putih”) maupun warna, biasanya dilengkapi oleh suara. “Televisi” juga dapat diartikan sebagai kotak televisi, rangkaian televisi atau pancaran televisi. Kata “televisi” merupakan gabungan dari kata tele (τῆλε, “jauh”) dari bahasa Yunani dan visio (“penglihatan”) dari bahasa Latin. Sehingga televisi dapat diartikan sebagai telekomunikasi yang dapat dilihat dari jarak jauh. Penemuan televisi disejajarkan dengan penemuan roda, karena penemuan ini mampu mengubah peradaban dunia. Di Indonesia ‘televisi’ secara tidak formal disebut dengan TV, tivi, teve atau tipi. Kotak televisi yang pertama dijual pada akhir tahun 1930-an sudah menjadi salah satu alat penerima komunikasi utama dalam rumah, perdagangan dan institusi, khususnya sebagai sumber hiburan dan berita. Sejak 1970-an,kemunculan Video tape, cakram laser, DVD dan kini cakram Blu-ray juga menjadikan kotak televisi sebagai alat untuk menayangkan hasil rekaman.Walaupun terdapat pula kegunaan televisi yang lain seperti televisi sirkuit tertutup, namun kegunaan yang paling utama adalah penyiaran televisi yang menyamai sistem penyiaran radio ketika dibangun pada tahun 1920-an, menggunakan pemancar frekuensi 54 radio berkuasa tinggi untuk menyiarkan gelombang televisi ke penerima TV. Penyiaran TV biasanya disebarkan melalui pancaran radio dalam saluran-saluran yang ditetapkan dalam jalur frekuensi 54-890 megahertz. Gelombang TV juga kini dipancarkan dengan suara stereo atau bunyi keliling di banyak negara. Siaran TV pada awalnya direkam dan dipancarkan dalam bentuk gelombang analog, tetapi kebelakangan ini perusahaan siaran publik maupun swasta kini beralih ke teknologi televisi digital. Sebuah kotak televisi biasanya terdiri dari bermacam-macam sirkuit elektronik yang terdapat didalamnya, termasuk sirkuit penerima dan penangkap gelombang penyiaran. Perangkat tampilan visual yang tanpa pemerina biasanya disebut sebagai monitor, bukannya televisi. Sebuah sistem televisi dapat memakai pelbagai penggunaan teknologi seperti analog (PAL, NTSC, SECAM), digital (DVB, ATSC, ISDB dsb.) ataupun definisi tinggi (HDTV). Sistem televisi juga digunakan untuk pengamatan suatu peristiwa, pengontrolan proses industri, dan petunjuk penggunaan senjata, di tempat-tempat yang biasanya atau terlalu berbahaya untuk diperhatikan secara dekat. Televisi amatir (ham TV atau ATV) juga digunakan untuk kegiatan eksperimen, suka cita dan perhormatan oleh para orang awam 55 dibawah pengendalian radio amatir. Stasiun TV amatir pernah digunakan pada kawasan perkotaan sebelum kemunculan stasiun TV komersial. Sumber: http://sharingkuliahku.wordpress.com/2011/10/24/pengertiantelevisi/media diakses pada tanggal 13 juli 2012. 13.46 2.1.12 Karakteristik Televisi Karakteristik televisi menurut Ardianto & Komala, 2009: 137139, sebagai berikut: a) Audiovisual Televisi memiliki kelebihan, adalah dapat didengar sekaligus dapat dilihat (audiovisual). Unsur visual dan dilengkapi dengan audio membuat tanyangan televisi lebih menarik dan juga agar penonton memperoleh gambaran yang lengkap tentang peristiwa yang disiarkan di televisi. b) Berpikir dalam Gambar Pihak yang bertanggung jawab atas kelancaran televisi adalah pengarah acara. Bila ia membuat acara atau membaca naskah acara, ia harus berpikir dalam gambar (think in picture). Begitu pula bagi seorang komunikator yang akan menyampaikan, pendidikan atau persuasi, sebaiknya ia dapat melakukan berpikir dalam gambar. 56 Sekalipun ia tidak membbuat naskah, ia dapat menyampaikan keinginannya kepada pengarah acara tentang gambaran atau visualisasi dari acara tersebut. ada dua tahap yang dilakukan dalam proses berpikir dalam gambar. Pertama, adalah visualisasi (visualization), yakni menerjemahkan kata-kata yang mengandung gagasan yang menjadi gambar secara individual. Kedua adalah penggambaran (picturization), yakni kegiatan merangkai gambar-gambar individual sedemikian rupa, sehingga kontinuitasnya mengandng maka tertentu. c) Pengoperasian Lebih Kompleks Dibandingkan dengan radio siaran, pengoperasian televisi siaran lebih kompleks, dan lebih banyak melibatkan orang. Peralatan yang digunakannya pun lebih banyak dan untuk mengoperasikannya lebih rumir dan harus dilakukan oleh orang-orang yang terampil dan terlatih. 2.1.13 Faktor-faktor Yang Perlu Diperhatikan Faktor yang perlu diperhatikan menurut Ardianto & Komala, 2004 : 140-142, sebagai berikut: 1) Pemirsa Dalam setiap bentuk komunikasi, melalui media apa pun, komunikator akan menyesuaikan pesan dengan latar belakang komunikannya. 57 Namun untuk komunikasi melalui media elektronik, khususnya televisi, faktor pemirsa perlu mendapat perhatian lebih. Dalam hal ini komunikator harus memahami kebiasaan dan minat pemirsa baik yang termasuk anak-anak, remaja, dewasa maupun orang tua. 2) Waktu Faktor waktu menjadi pertimbangan, agar setiap acara dapat ditayangkan secara proposional dan dapat diterima oleh khalayak sasaran. 3) Durasi Durasi berkaitan dengan waktu, yakni jumlah menit dalam setiap tayangan televisi. Durasi masing-masing acara disesuaikan dengan jenis acara dan tuntutan skrip atau naskah. Yang penting, dengan durasi tertentu, tujuan acara tercapai. Suatu acara tidak akan mencapai sasaran karena durasi terlalu singkat atau terlalu lama. 4) Metode Penyajian Telah kita ketahui bahwa fungsi utama televisi menurut khalayak pada umumnya adalah untuk menghibur, selanjutnya adalah informasi. Tetapi tidak berarti fungsi mendidik dan membujuk dapat diabaikan. Fungsi nonhiburan dan noninformasi harus tetap ada. Karena sama pentingnya bagi keperluan kedua pihak, komunikator dan komunikan. Caranya adalah dengan mengemas pesan sedemikian rupa, 58 menggunakan metode penyajian tertentu dimana nonhiburan dapat mengundang unsur hiburan. 2.1.14 Sejarah Televisi Menurut Morissan, 2011 : 6 - 9, Prinsip televisi ditemukan oleh Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884, namun baru tahun 1928 Vladimir Zworkyn (Amerika Serikat) menemukan tabung kamera atau iconoscope yang bisa menangkap dan mengirim gambar ke kotak bernama televisi. Iconoscope bekerja mengubah gambar dari bentuk gambar optis ke dalam sinyal elektronis untuk selanjutnya diperkuat dan ditumpangkan ke dalam gelombang radio. Zworkyn dengan bantuan Philo Fransworth berhasil menciptakan pesawat televisi pertama yang dipertunjukkan kepada umum pada pertemuan World’s Fair pada tahun 1939. Awalnya di tahun 1945, hanya terdapat delapan stasiun televisi dan 8000 pesawat televsi diseluruh AS. Namun sepuluh tahun kemudian, jumlah stasiun televisi meningkat menjadi hampir 100 stasiun sedangkan jumlah rumah tangga yang memiliki pesawat televisi mencapai 35 juta rumah tangga atau 67 persen dari total rumah tangga. Pesawat televisi berwarna mulai diperkenalkan kepada publik pada tahun 1950-an. Siaran televisi berwarna dilaksanakan pertama kali 59 oleh stasiun televisi NBC pada tahun 1960 dengan menayangkan program siaran berwarna selama tiga jam setiap harinya. Siaran televisi di Indonesia dimulai pada tahun 1962 saat TVRI menayangkan langsung upacara hari ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-17 pada tanggal 17 Agustus 1962. Siaran langsung itu dimulai 24 Agustus 1962 jam 14.30 WIB yang menyiarkan secara langsung upacara pembukaan Asian Games ke-4 dari stadion utama Gelora Bung Karno. Sejak pemerintah indonesia membuka TVRI, maka selama 27 tahun penonton televisi di Indonesia hanya dapat menonton satu saluran televisi. Barulah pada tahun 1989, pemerintah memberikan izin operasi kepada kelompok usaha Bimantara untuk membuka stasiun televisi RCTI yang merupakan televisi swasta pertama di Indonesia disusul kemudian SCTV, Indosiar, Antv, dan TPI. 2.1.15 Program Acara Televisi Menurut Morisson, 2011 : 209, Pengertian program acara televisi yaitu kata “program” itu sendiri berasal dari bahasa inggris programme atau program yang berarti acara atau rencana. Undang-undang penyiaran Indonesia tidak menggunakan kata program untuk acara tetapi 60 menggunakan istilah “siaran” yang didefinisikan sebagai pesan atau rangkaian pesan yang disajikan dalam berbagai bentuk. Namun kata “program” lebih sering digunakan dalam dunia penyiaran di Indonesia daripada kata “siaran” untuk mengacu kepada pengertian acara. Program adalah segala hal yang ditampilkan stasiun penyiaran untuk memenuhi kebutuhan audiennya. Dengan demikian, program memiliki pengertian yang sangat luas. Program atau acara yang disajikan adalah faktor yang membuat audien tertarik untuk mengikuti siaran yang dipancarkan stasiun penyiaran apakah itu radio atau televisi. Program dapat disamakan atau dianalogikan dengan produk atau barang (goods) atau pelayanan (services) yang dijual kepada pihak lain, dalam hal ini audien dan pemasang iklan. Dengan demikian, program adalah produk yang dibutuhkan orang sehingga mereka bersedia mengikutinya. Dalam hal ini terdapat suatu rumusan dalam dunia penyiaran yaitu program yang baik akan mendapatkan pendengar atau penonton yang lebih besar, sedangkan acara yang buruk tidak akan mendapatkan pendengar atau penonton. Menurut Morisson, 2011 : 218, mengelompokan jenis program menjadi dua bagian besar berdasarkan jenisnya yaitu: 61 1. Program informasi (berita) dibagi menjadi dua jenis, yaitu: a. Berita keras (hard news) yang merupakan laporan berita terkini yang harus segera disiarkan b. Berita lunak (soft news) yang merupakan kombinasi dari fakta, gosip, dan opini. 2. Program hiburan dibagi menjadi tiga kelompok, yaitu: a. Musik b. Drama permainan (game show) c. Pertunjukkan 2.1.16 Program Artistik Program seni budaya termasuk produksi karya artistik dalam produksi program televisi. Ada berbagai macam materi produksi seni budaya. Ada berbagai macam materi produksi seni budaya. Secara garis besar materi produksi seni budaya dibagi menjadi dua, yaitu seni pertunjukan dan seni pameran. Yang termasuk dalam seni pertunjukan, antara lain seni musik, tari, dan pertunjukan boneka dengan segala macam jenisnya. Seni musik misalnya dapat berupa konser musik gamelan, jazz, konser musik klasik atau pergelaran musik daerah. Seni tari dapat berupa tari klasik tradisional, daerah dan modern. Seni pertunjukan boneka, 62 misalnya puppet show, wayang kulit atau golek. Sementara yang termasuk dalam seni pameran adalah seni arsitektur, kriya, instalasi, seni lukis, patung atau seni rupa pada umumnya. (Wibowo, 2009 : 53) 2.1.17 Program Talkshow Menurut Morisson, 2011 : 222, Program talk show atau perbincangan adalah program yang menampilkan satu atau beberapa orang untuk membahas suatu topik tertentu yang dipandu oleh seorang pembawa acara (host). Mereka yang diundang adalah orang-orang yang berpengalaman langsung dengan peristiwa atau topik yang diperbincangkan atau mereka yang ahli dalam masalah yang tengah dibahas. Sejak era reformasi, di Indonesia talk show merupakan acara yang populer di media televisi dan radio. Kadang-kadang juga off air, berupa seminar-seminar, saresehan, diskusi atau debat yang mengambil tempat di hotel atau di kafe dan tentu saja dengan menjual tiket yang tidak murah. Yang ditampilkan dalam talk show itu biasanya pembicara-pembicara yang dianggap sedang top dan membahas issue yang sedang hangat dibicarakan. Kenapa masyarakat lebih senang menggunakan istilah Talkshow daripada Temu Wicara, atau Diskusi Interaktif, ataupun Rapat Bersama ?. mungkin istilah asli Indonesia masih belum mampu memberikan ‘rasa’ 63 yang tepat untuk kegiatan diatas. Bila kita disodorin dengan kata Temu Wicara, maka otak kita akan menvisualisasikan sebuah kegiatan yang dihadiri oleh para pejabat/orang penting dengan sekumpulan masyarakat ‘blo’on’ sebagai pendengar dan penanya. Bagaimana dengan istilah Diskusi Interaktif, pikiran kita akan melayang membayangkan 2 kubu yang ditengahi oleh seorang moderator, berdebat dan mempertahankan argumentasi masing-masing serta dibumbui dengan permainan urat saraf. Klo Rapat Bersama ? .. Ini identik dengan pemerintah dan partai politik. Nah lo . Sepertinya Talkshow akan masuk ke ranah pemahaman baru dalam ber Bahasa Indonesia. Di luar negeri juga ada talk show. Salah satu di antaranya yang sangat popular adalah talkshow yang dibawakan Larry King di CNN. Acara itu mengupas berbagai isyu yang menarik dengan menghadirkan pakarpakar yang sangat handal di bidangnya dan yang terpenting adalah dengan olahan dan pancingan-pancingan pertanyaan yang jitu oleh Larry King sendiri. Show itu menjadi begitu menarik karena sangat memenuhi kebutuhan intelektual para pemirsanya. Satu tips yang bisa digunakan untuk Talk Show adalah Concentrate on Screen Direction. Banyak para Produser dan Sutradara yang tidak memperhatikan betapa pentingnya sebuah Screen Direction dari Host dan 64 Guest Talk. Padahal, teknik ini sangat mudah untuk menambah kekayaan pada visual tanpa mempengaruhi content dari script. Sumber : http://bloogkoo.wordpress.com/2011/03/21/talkshow/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 15.48 Bernard M. Timberg dalam buku Television Talk, A History of the TV Talk Show (Timberg, 2005 : 5) mengungkapkan program talk show di televisi memiliki prinsip-prinsip atau aturan-aturan : Prinsip pertama, acara tersebut dibawakan oleh seorang host (dibantu sebuah tim yang bertanggung jawab atas materi, pengarahan dan bentuk acara yang akan ditampilkan). Prinsip kedua adalah mengandung percakapan berisi pesan (message). Prinsip ketiga adalah talk show merupakan suatu produk atau komiditi yang berkompetisi dengan produk lain. Yang keempat adalah talk show merupakan kegiatan industry yang terpadu dengan melibatkan berbagai profesi, mulai dari produser acara, penulis naskah, pengarah acara, penata rias dan rambut, dan bagian marketing. Sebagai produk kebudayaan populer, program ini harus bisa dijual. 65 2.1.18 Subgenre Talk Show Bermacam-macam jenis talk show muncul di layar televisi. Dengan pembawa acara mulai dari pria, wanita, bahkan ada pula yang dipandu berdua. Menurut Bernard M. Timberg, berdasarkan waktu penayangannya talk show bisa dibedakan menjadi 3 subgenre utama (Timberg, 2002 : 81), yakni : 1. The Late Night Entertainment Talk Show Jenis ini merupakan subgenre yang biasanya paling melekat dalam benak bayak orang jika mereka mengingat program talk show, yakni acara yang menghadirkan selebriti, bisa juga bersama orang lain, dan mereka duduk berdekatan. Pada era 1960-an, latenight entertainment talk show/variety show yang popular adalah The Tonight Show yang dipandu Johny Carson dan menjadi flagship di stasiun NBC. Acara seperti ini terus diminati dan bermunculan. Pada era 1980-an acara talk show semakin diminati penonton. Sampai sekarang , host late night show yang sangat dikenal khalayak adalah David Letterman (The Late Show) dan Jay Leno (The Tonight Show). 2. The Daytime Audience-Participation Show Format acara yang diciptakan Phil Donahue pada 1967 di Dayton, Ohio, ini terinspirasi dari radio call-in show yang pernah dibawakannya. Ketika diterapkan di televisi, penonton memenuhi studio karena ingin berdialog langsung dengan pakar atau selebriti. 66 Host mencoba melakukan suatu pendekatan baru yang memungkinkan untuk menjangkau lebih banyak lagi wanita penonton di rumah-rumah. Berbeda dari host lain yang sepanjang acara berdiri di depan panggung. Host tampil berkeliling diantara penonton di stusdio, sehingga kesannya lebih akrab. 3. The Early-Morning News Talk Magazine Show Talk show ini muncul lebih awal, yang biasanya mengambil waktu siaran dari mulai pagi atau sebelum tengah hari. 2.1.19 Jenis Talk Show Jika dilihat dari gayanya, talk show dapat dibedakan menjadi dua tipe utama yaitu light entertainment dan serious discussion. Berikut adalah pemaparan tentang kedua jenis talk show tersebut : 1. Light Entertainment Ada jenis talk show yang dinilai dengan cara mewawancarai selebriti, seperti bintang film, atau politisi. Dalam cara seperti ini, pemandu acara duduk di belakang sebuah meja dan mewawancarai tamu acara tersebut. Acara ini selalu memiliki atmosfer positif, nyaman, cerita, dan disiarkan pada malam hari. Contoh acara talk show jenis ini adalah ‘Late Nite Show with David Letterman’ dan ‘The Tonight Show with Jay Leno’. 67 Pertunjukan lain yang tergolong light entertainment menitikberatkan pada unsur sensai dan drama. Mereka menampilkan orang-orang yang tidak kenal sebagai tamu dengan permasalahan mereka yang seringkali controversial. Para tamu tersebut duduk di podium menghadap penonton, sedangkan pemandu acara berdiri diantara penonton yang hadir di studio. Para penonton juga mengambil bagian dalam program tersebut dengan cara mengajukan pertanyaan maupun mengajukan komentar pada tamu. Acara ini cenderung riuh, bahkan kadang-kadang diwarnai tindak kekerasan. Contoh acara ini adalah ‘The Ricky Lake Show’ atau ‘The Jerry Springer Show’. 2. Serious Discussion Acara talk show jenis ini lebih spesifik jika ditinjau dari materinya. Isi berkosentrasi pada topik khusus di bidang politik atau sosial, atau pada seseorang yang sedang mencari incaran berita pada waktu itu. Contoh acara seperti ini adalah ’60 Minutes’. Sekarang sudah agak jarang pada program seperti ini, karena trend beralih ke acara lebih banyak memasukan unsur hiburan. Dalam acara yang sedang trend itu, faktor keseriusan dengan pendekatan jurnalistik tetap dipertahankan, namum ditambahkan unsur pribadi yang cenderung lebih muda diadopsi khalayak penonton. Contoh seperti ini adalah ‘The Oprah Winfrey Show’, dimana Oprah memfokuskan pada masalah nyata yang dimiliki 68 orang-orang biasa, dan Oprah menujukkan empati saat mendengarkan kisah mereka. Jane Shattuc, penulis buku ‘The Celebrity Talk Show’ dan ‘The Confessional Talk Show’ (Shattuc, 2001 : 81), mengatakan bahwa berdasarkan materi acaranya, talk show dapat dibedakan ke dalam dua kategori utama, yakni: 1. The Celebrity Talk Show Talk show jenis ini berasal dari vaudeville (komedi) bangsawan dan program radio. The Tonight Show yang muncul sejak 1950-an disebutsebut sebagai acara yang berasal dari jenis seperti ini. Hingga sekarang, acara ini selalu diatur dengan format sama: setting tempat menyerupai ruang tamu dengan sebuah meja, sofa, dan atmosfer penuh kelucuan dengan perbincangan ringan di antara pemandu acara dan tamu, seperti The Tonight Show yang dibawakan Jay Leno dan Late Night Show oleh David Letterman. Pertunjukkan diawali dengan monolog pembukaan oleh host, lantas diikuti sedikit tanya jawab dan games dengan penonton di studio, serta wawancara dan unjuk kebolehan dari selebriti yang menjadi bintang tamu. Pertunjukkan ini juga melibatkan partisipasi pemimpin band pengisi acara tersebut. Host dan bandleader menjadi teamwork yang menghidupkan acara lewat humot di antara mereka. Acara ini direkam pada siang hari dan diudarakan pada malamnya. 69 Fokus pada The Celebrity Show adalah selebriti yang menjadi tamu di studio. Suasana acara tersebut bersifat kasual dan selebriti yang tampil apa adanya layaknya seorang tetangga yang datang bertamu untuk bercerita ringan. Percakapan itu sering ditemani secangkir kopi seperti juga bisa lihat pada acara ‘Lepas Malam’ yang dibawakan Farhan dan topik pembicaraan bisa berkisar tentang promosi film atau CD baru dari selebriti bersangkutan. 2. The Confessional/Issue-Orriented Talk Show Pada era 1980-an jenis baru talk show muncul ‘the confessional talk show’. Sesuai namanya, talk show ini memiliki karakteristik pembicaraan yang isinya berupa pengakuan. Talk show ini menampilkan subjek yang controversial dan perasaan pribadi dari tokoh yang ditampilkan. Hal ini membuat acara sejenis menjadi begitu popular di kalangan penikmat televisi, terutama kaum wanita. Acara seperti ini membuat isu berkaitan dengan masalah wanita dan rasial berangkat ke publik. Merujuk pada pendapat Shatter, terdapat lima karakteristik yang terdapat pada confessional/issur-oriented talk show, yakni: − Sifatnya issue-oriented. − Melibatkan partisipasi aktif dari audience. − Terstruktur sekitar otoritas moral dari pemandu acara dan pakar. − Umumnya dikonstruksikan untuk penonton wanita. 70 − Biasanya program yang memiliki durasi 1 jam. 2.2 Teori-teori Khusus 2.2.1 Uses And Gratifications Menurut Nurudin, 2011 : 191, Teori uses and gratifications ditekankan bahwa audience aktif untuk menentukan media massa mana yang harus dipilih untuk memuaskan kebutuhannya. Teori ini lebih menekankan pada pendekatan manusiawi dalam melihat media massa. Artinya, manusia itu mempunyai otonomi, wewenang untuk memperlakukan media. Menurut teori ini, konsumen media mempunyai kebebasan untuk memutuskan bagaimana (lewat media mana) mereka menggunakan media dan bagaimana media itu akan dampak pada dirinya. Teori ini juga menyatakan bahwa media dapat mempunyai pengaruh jahat dalam kehidupan. Teori yang dikemukakan oleh Blumler, Gurevitch dan Katz (Griffin, 2003) ini menyatakan bahwa pengguna media memainkan peran yang aktif dalam memilih dan menggunakan media. Pengguna media menjadi bagian yang aktif dalam proses komunikasi yang terjadi serta berorientasi pada tujuannya dalam media yang digunakannya. Littlejohn menyatakan bahwa teori ini menekankan fokus pada individu khalayak ketimbang pesan dari media itu sendiri: 71 “Compared with classical effect studies, the uses and gratifications approach takes the media consumer rather than the messages as its starting point, and explores his communication behavior in terms of his direct experience with the media. It views the member of the audience as actively utilizing media content, rather than being passively acted upon by the media. Thus, it does not assume a direct relationship between messages and effects, but postulated instead that members of the audience put messages to use, and that such ussages act as intervening variables in the process effects.” (Katz, Blumler & Gurevitch, dalam Littlejohn, 2002:323): Pada awalnya menurut Blumler (dalam Pedersen & Ling, 2003:11), teori ini ditujukan untuk penelitian media yang berbasis kepada media dan komunikasi massa. Akan tetapi di masa kini, teori ini juga telah digunakan untuk meneliti penggunaan internet (Flanagin dan Metzer pada tahun 2001), ponsel (Ozcan dan Kocak, 2003), blog (Li, 2005), world wide web (Kaye dan Johnson, 2002), dsb. Menurut Blumler dan Katz (1974, dalam Fiske, 2007:213-214) beberapa asumsi mendasar dari uses and gratifications adalah sebagai berikut: a. Khalayak itu aktif. Khalayak bukanlah penerima yang pasif atas apa pun yang media siarkan. Khalayak memilih dan menggunakan isi program. 72 b. Para anggota khalayak secara bebas menyeleksi media dan program-programnya yang terbaik yang bisa mereka gunakan untuk memuaskan kebutuhannya. c. Media bukanlah satu-satunya sumber pemuasan kebutuhan. d. Orang bisa atau dibuat bisa menyadari kepentingan dan motifnya dalam kasus-kasus tertentu. e. Pertimbangan nilai tentang signifikansi kultural dari media massa harus dicegah. Semisal, tidaklah relevan untuk menyatakan program-program infotainment itu sampah, bila ternyata ditonton oleh sekian juta penonton. Beberapa motif kebutuhan yang menyebabkan khalayak menggunakan media menurut McQuail (dalam Miller, 2002:244) adalah information (kebutuhan akan informasi dari lingkungan sekitar), personal identity (kebutuhan untuk menonjolkan sesuatu yang penting dalam kehidupan seseorang), integration and social interaction (dorongan untuk menggunakan media dalam rangka melanggengkan hubungan dengan individu lain) danentertainment (kebutuhan untuk melepaskan diri dari ketegangan dan menghibur diri. Sumber : http://zulfiifani.wordpress.com/media diakses pada tanggal 13 juli 2012. 15.49 73 Menurut Nurudin, 2011 : 193, Schramm dan porter memberikan formula untuk menjelaskan teori ini, sebagai berikut: Imbalan di sini berarti imbalan yang saat itu juga diterima (segera) atau imbalan yang tertunda. Imbalan memenuho kebutuhan. Misalnya, Anda akan menonton suatu acara pada televisi tertentu karena media tersebut menyediakan atau memuaskan Anda akan kebutuhan informasi atau hiburan. Upaya yang diperlukan untuk memenhi kebutuhan sangat bergantung pada tersedia atau membagi janji imbalan dengan upaya yang diperlukan, kita memperoleh probabilitas seleksi dari media massa tertentu. 74 Teori uses and gratifications beroperasi dalam beberapa cara yang bisa dilihat dalam bagan dibawah ini: Kebutuhan Khalayak: Lingkungan Sosial: 1. Ciri-ciri demografis 2. Afiliasi kelompok 3. Ciri-ciri 1. Kognitif 2. Afektif 3. Integratif personal 4. Integratif sosisal 5. Pelepasan ketegangan Sumber Pemuasan kebutuhan yang berhubungan dengan non media: 1. Keluarga, teman-teman, 2. Komunikasi interpersonal 3. Hobi 4. Tidur Penggunaan Media Massa: 1. Jenis-jenis media SK, majalah, radio, TV, dan film. 2. Isi media 3. Terpaan media 4. Konteks sosial dan terpaan media. Pemuasan Media (fungsi): 1. Pengamatan lingkungan 2. Diversi/hiburan 3. Identitas personal 4. Hub. sosial 75 2.2.2 Presenter Host atau presenter menurut arti katanya, seorang yang mengantar suatu kajian. Sajian tersebut macam-macam, seperti musik, aneka program, feature, magazine, dan kuis. Sebagai pengantar sajian ia boleh menambah daya tarik dari materi yang disajikan lewat kata-katanya. Presenter adalah orang yang membawakan dan menyampaikan informasi, atau narasi dalam sebuah program acara distasiun televisi, Seperti program acara berita , kuis, game show, talkshow, acara musik, infotainment, olah raga, dan realityshow. Kemampuan seorang presenter membawakan acara, berpengaruh terhadap kesuksesan sebuah acara. Ketidakmampuan presenter dalam membawakan acara , berakibat fatal bagi diri presenter dan program acara yang dibawakan Dalam dunia penyiaran televisi dikenal dua jenis presenter acara, yaitu: 1. Presenter berita (news presenter) Presenter yang bertugas membacakan sebuah berita, tidak terlibat dalam proses peliputan, serta penentu sebuah berita. Materi yang dibacakannya telah disusun dan disiapkan oleh redaksi pemberitaan. 76 2. Presenter acara (non-news) Presenter yang bertugas membawakan sebuah program acara, namun tidak terlibat dalam konsep, persiapan serta tanggung jawab dan jalannya acara. Acara yang dibawakan telah disiapkan dan diproduksi oleh masing-masing stasiun televisi atau rumah produksi, seperti presenter musik, infotainment dan kuis. Sumber : http://asiaaudiovisualexc09adibganteng.wordpress.com/media diakses pada tanggal 14 Juli 2012. 10.23 Dari beberapa definisi pengaruh diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai presenter bahwa proses berbicara dengan cara mengatur susunan atau jalannya acara agar acara tersebut bisa berjalan dengan baik dan tersusun sistematis. 2.2.2 Minat Utami dan Fauzan dalam (Tomi Darmawan, 2007) memandang minat sebagai kecenderungan yang relatif menetap sebagai bagian diri seseorang, untuk tertarik dan menekuni bidang-bidang tertentu. Sumber: http://akar-bk.blogspot.com/2011/07/pengertian-minat.html/ media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 19.05. 77 Sutjipto (2011) menjelaskan bahwa minat adalah kesadaran seseorang terhadap suatu objek, orang, masalah, atau situasi yang mempunyai kaitan dengan dirinya. Artinya, minat harus dipandang sebagai sesuatu yang sadar. Karenanya minat merupakan aspek psikologis seseorang untuk menaruh perhatian yang tinggi terhadap kegiatan tertentu dan mendorong yang bersangkutan untuk melaksanakan kegiatan tertentu. Sumber: www.depdiknas.go.id/jurnal/45/sutjipto.htm/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 19.07. Eliot dkk (2000) bahwa minat adalah sebuah karakteristik tetap yang diekspresikan oleh hubungan antara seseorang dan aktivitas atau objek khusus. Sumber: http:// http://mathedu-unila.blogspot.com/2009/10/pengertian- minat.html/ media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 19.09. Dari beberapa definisi minat diatas dapat ditarik kesimpulan mengenai minat bahwa minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan dan tergantung dari bakat dan lingkungannya. Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya. mewujudkan 78 2.2.3 Pengaruh Pengertian pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu orang atau beda yang ikut membentuk watak, kepercayaan, atau perbuatan seseorang. Sumber: http://www.artikata.com/arti-344462-pengaruh.html/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. 20.05 Menurut Scott dan Mitchell pengaruh merupakan suatu transaksi social dimana seorang atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau sekelompok orang yang lainnya untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan. http://suchideppyanita.blogspot.com/media diakses pada tanggal 13 juli 2012. 20.07 Dari pengertian yang telah dikemukakan dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan dimana daya seorang atau kelompok orang digerakan oleh seseorang atau sekelompok orang lainnya yang dapat membentuk atau mengubah sesuatu yang lain. Sehubungan dengan adanya penelitian oleh penulis, pengaruh merupakan sebab-akibat antar variabel. Dalam hal ini pengaruh program “Pas Mantab” akan memberikan pengaruh terhadap minat menonton. 79 2.2.4 Audience An audience is a group who participate in a show or encounter a work of art, literatur, theatre, music or academics in any medium. Audience members participate in different ways in different kids of art; some events invite overt audience participation and others allowing only modest clapping and critismand recepetion. Sumber: http://damonholic.wordpress.com/2009/12/08/beberapa-pengertianyang-ada-di-komunikasi/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. Jam 20.15. Pemirsa adalah sekelompok orang yang berpartisipasi dalam menunjukkan atau menemukan sebuah karya seni, sastra, teater, musik, atau akademis di media. Audience anggota berpartisipasi dalam berbagai cara dalam berbagai cara dalam berbagai jenis seni, ada acara mengundang pemirsa terang partisipasi dan lain-lain yang memungkinkan hanya tepukan tangan sederhana dan kritikan dan penerimaan. Sumber: http://damonholic.wordpress.com/2009/12/08/beberapa-pengertianyang-ada-di-komunikasi/media diakses pada tanggal 13 Juli 2012. Jam 20.15. Menurut Nurudin, 2011 : 104, Audience merupakan jutaan penonton televisi, ribuan televisi, ribuan pembaca buku majalah, koran atau jurnal ilmiah. Masing-masing audience berbeda satu sama lain diantaranya 80 dalam hal berpakaian, berpikir, menanggapo pesan yang diterimanya, pengalaman, dan orientasi hidupnya. Akan tetapi, masing-masing individu bisa saling mereaksipesan yang diterimanya. Menurut Hiebert dan kawan-kawan, audience dalam komunikasi massa setidak-tidaknya mempunyai lima karakteristik sebagai berikut. 1. Audience cenderung berisi individu-individu yang condong untuk berbagi pengalaman dan dipengaruhi oleh hubungan sosial di antara mereka. Individu-individu tersebut memilih produk media yang mereka gunakan berdasarkan seleksi kesadaran. 2. Audience cenderung besar, berarti tersebar ke berbagai wilayah jangkauan sasaran komunikasi massa. Baik ribuan maupun jutaan tetap bisa disebut audience. 3. Audience cenderung heterogen. Mereka berasal dari berbagai lapisan dan kategori sosial. Beberapa media tertentu mempunyai sasaran, tetapi heterogenitasnya juga tetap ada. 4. Audience cenderung anonim, yakni tidak mengenal satu sama lain. Tidak mengenal tersebut tidak ditekankan satu kasus perkasus, tetapi meliputi semua audience. 5. Audience secara fisik dipisahkan dari komunikator. Dapat juga dikatakan audience dipisahkan oleh ruang dan waktu. 81 Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa audience/khalayak merupakan orang yang tidak saling mengenal, berjumlah banyak, anggotanya heterogen, berkumpul di suatu tempat dan tidak individualistis. Massa memiliki kesadaran diri yang rendah, tidak dapat bergerak dengan terorganisir, tidak bertindak untuk dirinya sendiri melainkan “dalang” dibelakangnya yang befungsi memanipulasi mereka. 2.3 Kerangka Berpikir Variabel X Variabel Y Program Pas Mantab Minat Menonton - Presenter - Kognitif - Topik - Afektif - Bintang Tamu - Konatif Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Sumber: Penulis, 2012