PENGARUH SUSU KAMBING PERANAKAN

advertisement
PENGARUH SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWA TERHADAP
KUALITAS SPERMATOZA MENCIT (Mus musculus) GALUR
BALB/C
Halimatus Sa’diyah*, Amy Tenzer2, Nursasi Handayani2
1) Program Studi Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
2) Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang
Jalan Semarang No.5, Malang, Indonesia
*Email: [email protected]
ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh susu kambing PE
terhadap kualitas spermatozoa mencit. Parameter yang digunakan yaitu konsentrasi,
morfologi normal dan motilitas. Susu kambing PE diberikan secara gavage selama 36
hari. Hari ke 37 epididimis diambil kemudian dicacah dalam 1 ml NaCl 0,9% hingga
terbentuk suspensi. Suspensi yang terbentuk digunakan untuk mengukur kualitas
spermatozoa di bawah mikroskop. Susu kambing PE dosis mulai dosis 0,25 ml/ 20 g
BB sampai 0,75 ml/ 20 g BB cenderung meningkatkan kualitas spermatozoa mencit.
Kata Kunci: susu kambing peranakan etawa, kualitas spermatozoa, konsentrasi,
viabilitas, morfologi normal, motilitas.
ABSTRACT : This research aims to determine the effect of goat milk from etawa
crossbreed on spermatozoa quality of mice. The parameters used are concentration,
normal morphology and motility. Goat milk administered by gavage everyday during 36
days. On 37th day the mice dissected. Epididymis removed and chopped in 1 ml Nacl
0,9% till get suspension. Suspension used to measure spermatozoa quality under the
microscope. The dose of goat milk from 0.25 ml / 20 g BB to 0.75 ml / 20 g BB tend to
improve the sperm quality of mice.
Key words : Goat Milk from Etawa Crossbreed, spermatozoa quality, concentration,
normal morphology, and motility
1
2
Susu kambing banyak dikonsumsi di Timur Tengah sejak 7000 SM
bahkan lebih populer dibandingkan susu sapi. Jenis produk susu yang sudah
dikenal dikalangan masyarakat Indonesia antara lain yoghurt, es krim, susu
bubuk, susu kental dan mentega. Penyebaran produksi susu akan lebih
mempercepat perbaikan gizi masyarakat (Budiana dan Susanto, 2005).
Kandungan protein yang terdapat dalam susu kambing sebesar 4,3%
sedangkan susu sapi 3,8%. Kandungan asam lemak susu kambing juga lebih
tinggi daripada susu sapi, serta terdapat kandungan lainnya seperti karbohidrat,
vitamin dan mineral yang sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia terdapat dalam
susu kambing. Apabila potensi susu kambing ini dikembangkan, permintaan susu
kambing akan semakin meningkat (Disnak, 2013).
Lemak berperan sebagai fasilitator pengambilan unsur-unsur penting untuk
diet, sebagai sumber energi dan berfungsi sebagai pembawa vitamin larut lemak.
Lemak juga menyediakan asam lemak esensial yang penting dari membran sel
dan prekursor hormon steroid. Diketahui juga bahwa testis mengandung atom
karbon C20 dan C22 asam lemak tak jenuh ganda (PUFA), terutama dalam
sperma mamalia (Conquer dkk, 2000).
Protein yang terkandung dalam susu kambing PE sangat diperlukan dalam
pematangan spermatozoa. Temuan penelitian tentang asupan protein yang dibatasi
pada tikus jantan menyebabkan lambatnya proses spermatogenesis dan
pematangan sperma di epididimis. Kekurangan protein tidak menyebabkan
spermatogenesis terganggu sepenuhnya, namun inisiasi spermatogenesis tertahan
sekitar 2,5-3 minggu (Zambrano dkk, 2005).
Kalsium yang terkandung dalam susu kambing PE juga diperlukan dalam
sistem reproduksi pria. Ion kalsium dan AMP siklik (cAMP) berperan dalam
induksi perkembangan motilitas sperma. Selama perjalanan di epididimis, tingkat
cAMP dalam sperma dan aktivitas ATPase meningkat. Hal ini menunjukkan
bahwa motilitas sperma sebanding dengan tingkat kalsium bebas yang ditemukan
dalam sperma dari epididimis kauda (Kann dan Serres dkk, 1980).
Kandungan seng (Zn) dalam susu kambing PE berperan dalam sistem
reproduksi pria. Seng berperan aktif pada aktivitas enzim ribonuklease selama
mitosis dari spermatogonium dan meiosis dari spermatosit. Seng memainkan
3
peran yang signifikan dalam proses pertumbuhan sel yaitu sebagai kofaktor untuk
aktivitas DNA dan RNA polimerase sehingga kurangnya Seng menyebabkan
menurunnya jumlah asam ribonukleat (RNA), asam deoksiribonukleat (DNA).
(Hidiroglou dan Knipfel, 1984).
Vitamin
A
(retinol)
berperan
dalam
mengontrol
diferensiasi
spermatogonia. Selain vitamin A, vitamin B12 juga berperan dalam proses
spermatogenesis. Kekurangan vitamin B12 akan menyebabkan penurunan jumlah
spermatozoa, terbetuknya spermatozoa abnormal dan penurunan berat testis
(Abdu, 2008).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh susu
kambing peranakan etawa terhadap kualitas spermatozoa mencit yang meliputi
konsentrasi, morfologi normal, dan motilitas.
METODE
Mencit jantan umur 8-10 minggu sebanyak 24 ekor dibagi dalam 4
kelompok perlakuan yaitu K, P1, P2, dan P3. Kelompok K diberikan 0,5 ml
akuabides, kelompok kelompok P1 diberikan susu kambing PE dosis 0,25 ml/ 20 g
BB, P2 diberikan susu kambing PE dosis 0,5 ml/ 20 g BB, dan P3 diberikan susu
kambing PE dosis 0,75 ml/ 20 g BB . Pemberian susu kambing PE dilakukan
secara gavage setiap hari selama 36 hari. Pada hari ke 37 mencit dibedah
kemudian epididimis diambil lalu dicacah dalam 1 ml larutan NaCl 0,9% hingga
terbentuk suspensi. Suspensi kemudian digunakan untuk mengukur kualitas
spermatozoa yang meliputi konsentrasi, morfologi normal dan motilitas
spermatozoa.
Konsentrasi spermatozoa diukur dengan menghitung jumlah spermatozoa
yang terdapat pada bilik hitung hemasitometer improved neubauer dibawah
mikroskop dengan perbesaran 400 kali. Pengukuran konsentrasi spermatozoa pada
setiap mencit diulangi sebanyak 5 kali kemudian hasilnya dirata-rata. Jumlah
spermatozoa yang ditemukan pada bilik hitung dimasukkan ke dalam rumus
berikut (WHO, 2010):
Konsentrasi spermatozoa = (N/ n ) x 106
N = jumlah spermatozoa yang terdapat pada bilik Neubauer
n = 5 (faktor konversi)
4
Morfologi spermatozoa diamati melalui apusan sperma dengan teknik
pewarnaan eosin nigrosin. Apusan sperma diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 400 kali. Data morfologi diperoleh dengan menghitung jumlah
spermatozoa morfologi normal dan morfologi abnormal per 100 spermatozoa
menggunakan hand counter, diulangi sebanyak 5 kali pada apusan yang berbeda
kemudian hasilnya dirata-rata.
Motilitas diamati melalui suspensi spermatozoa yang diteteskan sebanyak
satu tetes diatas kaca benda kemudian diamati dibawah mikroskop dengan
perbesaran 100 kali. Motilitas diamati dengan menghitung jumlah spermatozoa
yang bergerak dan tidak bergerak sama sekali per 100 spermatozoa menggunakan
hand counter, diulangi sebanyak 5 kali pada suspensi yang berbeda kemudian
hasilnya dirata-rata.
Data yang diperoleh dianalisis menggunakan Analisis Varian (ANAVA
dengan taraf signifikan 5% untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh susu
kambing PE terhadap kualitas spermatozoa mencit jantan galur Balb/C. Apabila
hasil perhitungan menunjukkan adanya pengaruh susu kambing PE yang
signifikan maka dilanjutkan dengan uji Duncan.
HASIL
Data rerata konsentrasi konsentrasi spermatozoa mencit yang diperlakukan
dengan susu kambing PE dapat dilihat pada Tabel 4.1.
Tabel 1. Hasil Penghitungan Konsentrasi Spermatozoa dari Mencit yang Diperlakukan
dengan Susu Kambing PE
Perlakuan (ml/ 20 g BB)
Rerata Konsentrasi (juta/ ml)
0 (Kontrol)
3,14
0,25 (P1)
3,23
0,5 (P2)
3,28
0,75 (P3)
3,3
Secara nominal susu kambing PE cenderung meningkatkan konsentrasi
spermatozoa
mencit, semakin besar dosis
yang diberikan semakin
meningkatkan konsentrasi spermatozoa. Hasil uji statistik anava menunjukkan
bahwa susu kambing PE tidak berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi
spermatozoa mencit.
5
Data rerata persentase morfologi normal spermatozoa mencit yang
diperlakukan susu kambing PE dapat dilihat pada tabel 4.2.
Tabel 2. Hasil Penghitungan Morfologi Normal Spermatozoa dari Mencit yang
Diperlakukan dengan Susu Kambing PE
Perlakuan
(ml/ 20 g BB)
Rerata Morfologi Normal (%)
0 (Kontrol)
46,2a
0,25 (P1)
56,7ab
0,5 (P2)
56,8b
0,75 (P3)
57,5b
Secara nominal susu kambing PE cenderung meningkatkan persentase
morfologi normal spermatozoa mencit, semakin besar dosis yang diberikan
semakin meningkatkan persentase morfologi normal spermatozoa. Hasil uji
statistik anava menunjukkan bahwa susu kambing PE berpengaruh signifikan
terhadap morfologi normal spermatozoa mencit. Dosis yang mulai berpengaruh
terhadap peningkatan persentase morfologi normal spermatozoa mencit adalah 0,5
ml/ 20 g BB dan peningkatan dosis 0,75 ml/ 20 g BB tidak meningkatkan
persentase morfologi normal spermatozoa mencit.
Data rerata persentase motilitas spermatozoa mencit yang diperlakukan
dengan susu kambing PE dapat dilihat pada Tabel 4.3.
Tabel 3. Hasil Penghitungan Motilitas Spermatozoa dari Mencit yang Diperlakukan dengan
Susu Kambing PE
Perlakuan
(ml/ 20 g BB)
Rerata Motilitas (%)
0 (Kontrol)
59,8
0,25 (P1)
61,3
0,5 (P2)
69,8
0,75 (P3)
72,8
Secara nominal susu kambing PE cenderung meningkatkan persentase
motilitas spermatozoa mencit, semakin besar dosis yang diberikan semakin
meningkatkan persentase motilitas spermatozoa. Hasil uji statistik anava
menunjukkan bahwa susu kambing PE tidak berpengaruh signifikan terhadap
motilitas spermatozoa.
6
PEMBAHASAN
Hasil analisis data menunjukkan bahwa secara nominal susu kambing
peranakan etawa (PE) cenderung meningkatkan konsentrasi, morfologi normal
dan motilitas spermatozoa. Setelah di uji statistik menggunakan anava susu
kambing PE hanya menunjukkan pengaruh yang signifikan terhadap morfologi
normal spermatozoa. Pengaruh susu kambing PE terhadap kualitas spermatozoa
diduga terkait dengan komponen yang terkandung didalam susu kambing PE
antara lain protein, kalsium, magnesium, seng, vitamin A, vitamin B12 dan
asam lemak esensial.
Data menunjukkan bahwa secara nominal konsentrasi spermatozoa
cenderung meningkat seiring dengan peningkatan dosis susu kambing PE,
meskipun secara statistik tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Peningkatan konsentrasi spermatozoa dimungkinkan akibat adanya kandungan
asam lemak yang berperan sebagai prekursor dalam
pembentukan hormon
testosteron. Tingginya hormon testosteron dimungkinkan memicu pembentukan
sperma dalam jumlah yang tinggi pula. Wulan (2008) menyatakan bahwa hormon
testosteron yang dihasilkan oleh sel Leydig bersama-sama dengan FSH bekerja
pada sel Sertoli menghasilkan berbagai protein yang diperlukan oleh sel germinal
untuk
proliferasi,
diferensiasi
dan
metabolisme
sel
sehingga
dapat
mempertahankan spermatogenesis yang normal. Spermatogenesis yang normal
akan menghasilkan spermatozoa dalam jumlah dan morfologi yang normal pula.
Data menunjukkan bahwa secara nominal persentase morfologi normal
spermatozoa cenderung meningkat seiring dengan peningkatan dosis susu
kambing PE dan secara statistik menunjukkan pengaruh yang signifikan mulai
dosis 0,5 ml/ 20 g BB. Peningkatan persentase morfologi normal spermatozoa
salah satunya diduga akibat senyawa seng yang terkandung di dalam susu
kambing PE. Seng berperan sebagai kofaktor aktivitas DNA dan RNA polimerase
(Hidiroglou dan Knipfel, 1984). Vitamin B12 dan turunannya juga berperan
penting dalam sintesis RNA dan DNA. Semakin tinggi dosis susu kambing PE
kandungan seng dan vitamin B12 yang terkandung di dalamnya juga semakin
banyak sehingga diduga akan terbentuk RNA dan DNA yang semakin banyak
pula. RNA dan DNA berperan dalam mensintesis protein yang penting untuk
pematangan spermatozoa. Menurut Abdu (2008), vitamin A berperan dalam
7
diferensiasi spermatid, sehingga diduga kandungan vitamin A yang tinggi pada
susu kambing PE mengakibatkan terbentuknya spermatozoa dengan morfologi
normal dalam jumlah yang tinggi.
Data menunjukkan bahwa secara nominal persentase motilitas spermatozoa
cenderung meningkat seiring dengan peningkatan dosis susu kambing PE,
meskipun secara statistik tidak menunjukkan pengaruh yang signifikan.
Persentase motilitas spermatozoa dalam penelitian ini termasuk dalam kategori
normal yaitu diatas 50% hal ini sesuai dengan pernyataan WHO (2010) bahwa
motilitas spermatozoa dikatakan normal apabila jumlah spermatozoa yang motil
lebih dari 50%. Peningkatan persentase motilitas spermatozoa diduga akibat
semakin tingginya kalsium dan magnesium yang berperan dalam pergerakan
spermatozoa. Hal ini didukung oleh pernyataan Sukmaningsih dkk (2012) bahwa
kandungan kalsium dan magnesium juga berfungsi untuk mengaktifkan kerja
enzim ATPase yang berperan sebagai katalisator dalam proses kontraksi dan
relaksasi protein kontraktil flagel spermatozoa.
Peningkatan persentase motilitas spermatozoa diduga juga diakibatkan
jumlah spermatozoa yang memiliki morfologi normal. Menurut Hanafiah (2010)
gerakan spermatozoa dipengaruhi oleh flagel yang bergerak longitudinal secara
ritmik. Gerakan flagel yang normal dipengaruhi oleh bentuk ekor yang cenderung
lurus, oleh karena itu semakin banyak morfologi spermatozoa normal akan
semakin banyak persentase spermatozoa yang motil.
PENUTUP
Kesimpulan
Susu Kambing Peranakan Etawa sampai dosis 0,75 ml/ 20 g BB tidak
berpengaruh signifikan terhadap konsentrasi dan motilitas spermatozoa tetapi
berpengaruh signifikan terhadap morfologi normal spermatozoa. Dosis yang
mulai berpengaruh meningkatkan morfologi normal spermatozoa adalah 0,5 ml/
20 g BB.
8
Saran
Perlu diadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui berat testis,
diameter testis dan penghitungan jumlah sel spermatogenik melalui pembuatan
preparat histologi testis.
DAFTAR RUJUKAN
Abdu, S.B. 2008. Effect of vitamins deficiencies on the histological structure of
the testis of albino mice Mus musculus. Saudi Journal of Biological
Sciences, 15: 269- 278.
Budiana, N.S., Susanto, D. 2005. Susu Kambing. Jakarta : Penebar Swadaya.
Disnak. 2013. Produksi Susu Kambing, Harus Diikuti Manajemen Pasca Pane,
(Online),(http://disnak.jatimprov.go.id/web/beritautama/read/1005/.VKLegc
EIA#.VKLhicEIA), diakses 27 Desember 2014.
Conquer, J.A., Martin, J.B., Tummon, I., Watson, L. and Tekpetey, F. (2000)
Effect of DHA supplementation on DHA status and sperm motility in
asthenozoospermic males. Lipids, 35. (Online),
(http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/10757545), diakses 18 November
2014.
Hanafiah, A.K. 2010. Rancangan Percobaan Teori dan Aplikasi. Fakultas
Pertanian Universitas Sriwijaya. Palembang
Hidiroglou, M. and Knipfel, J.E. (1984) Zinc in mam-malian sperm: A review.
Journal of Dairy Science, 67. (Online),
(http://www.journalofdairyscience.org/article/S0022-0302(84)81416-2/),
diakses 19 November 2014.
Kann, M.L. and Serres, C. 1980. Development and Initiation of sperm motility in
the hamster epididymis. Reproduction Nutrition Development, 20. (Online),
(https://hal.archives-ouvertes.fr/hal.../document), diakses 14 November
2014.
Stainer, M.W., Forsling, M.L. 1990. Physiological Process : An Introduction to
Mammalian Physiology. London : McGraw – Hill Book Company.
Sukmaningsih, A.A.Sg.A., Widia, W.I., Antara, N.S., Kencana, P.D., Gunam, I.B.
2012. Rebung Bambu Tabah (Gigantochloa nigrociliata) Sebagai Bahan
9
Afrodisiak pada Tikus Putih (Rattus norvegicus) Jantan. (Online),
(https://seafast.ipb.ac.id/tpc project/category/researchs), diakses 05 April
2015.
WHO. 2010. WHO Laboratory Manual for the Examination of Human Semen and
Sperm-Servical Mucus Interaction, 5th Ed. United Kingdom: Cambridge
University Press.
Wulan, T. 2008. Pengaruh Akar Ginseng Jawa (Talinum paniculatum Gaertn.)
Terhadap Kuantitas dan Kualitas Spermatozoa Pada Mencit Jantan (Mus
musculus) yang Diberi Estrogen. (Online),
(http://adln.lib.unair.ac.id/go.php?id=gdlhub-gdl-s2-2008-daritantyw),
diakses 05 April 2015.
Zambrano, E., Rodríguez, G.L., Guzman, C., García, B.R., Boeck, L., Díaz, L.,
Menjivar, M., Larrea, F. and Nathanielsz, P.W. 2005. A maternal low
protein diet during pregnancy and lactation in the rat im-pairs male
reproductive development. Journal of Physiology. 563. (Online),
(http://onlinelibrary.wiley.com/doi/10.1113/jphysiol.2005.100313/full),
diakses 17 November 2014.
Download