EFEK VITAMIN C TERHADAP JUMLAH SPERMATOZOA MENCIT YANG DIINDUKSI GENTAMISIN Laporan Penelitian ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN OLEH : Herlina Rahmah NIM : 1111103000062 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1435 H/ 2014 M i LEMBAR PERNYA'I'AAN KEASLIAN KARYA : Saya yang bertanda tangan di bawah l. Laporan penelitian ini menyatakan bahwa ini rneiupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan nremperoleh gelar strata I di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang sa)/a gunakan dalam penulisan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di 3. ini telah saya cantumkan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Jika kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau merupakan hasil jiplakan dan karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UiN Syarif Hidayanrllah Jakarra. Ciputat, 5 September2}l4 Herlina Rahmah KATA PENGANTAR Assalamualaikum wr. wb. Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik. Shalawat serta salam tidak lupa peneliti sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan sahabatnya. Adapun judul penelitian ini adalah “Efek Vitamin C Terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit Yang Diinduksi Gentamisin”. Peneliti ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan kepada: 1. Prof. Dr. (hc). dr. M. K. Tadjudin, SpAnd. selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta. 2. dr. Witri Ardini, M.Gizi, SpGK. selaku Kepala Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3. dr. Nouval Shahab, SpU, Ph.D, FICS, FACS. dan dr. Nurmila Sari, M.Kes. selaku dosen pembimbing yang telah membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada peneliti mulai dari awal hingga akhir penelitian. 4. Nurlaely Mida R., M. Biomed, DMS. dan dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. selaku penguji sidang laporan penelitian ini. 5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D. selaku penanggung jawab riset Program Studi Pendidikan Dokter angkatan 2011 yang telah memberikan motivasi untuk dapat menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya. 6. Kedua orang tua tercinta, ayahanda Drs. H. Rahmatullah, MM. dan ibunda Hj.Junaenah, SP.dI yang selalu memberikan dukungan kepada peneliti baik moral maupun materil. 7. Kedua kakak tercinta yaitu Purnama Timur Maulana Syarif, ST. dan Saiful Imam yang mendukung peneliti untuk dapat menyelesaikan penelitian ini. 8. Suryani, S.Si, laboran pada laboratorium biologi, yang telah bersedia meluangkan waktu untuk membantu peneliti hingga penelitian ini berakhir v 9. Seluruh staf administrasi, satpam, dan OB yang membantu peneliti dalam menyelesaikan penelitian tepat pada waktunya 10. Nadisha Refira dan Hania Asmarani Rahmanita, teman yang selalu berjuang bersama untuk menyelesaikan penelitian ini 11. Pak Endang, petugas di Institut Pertanian Bogor (IPB), yang telah membantu peneliti dalam hal pengadaan hewan coba 12. Teman-teman VLDL, Cut Neubi Getha, Tiara Putri Methas, Yofara Maulidiah Muslihah, Leily Badrya, Madinatul Munawwarah, Raeiza Olyvia, dan Muflikha Mayazi yang memberikan dukungan kepada peneliti. 13. Teman-teman PSPD 2011 yang telah banyak memberikan ilmu di masa preklinik. 14. Teman-teman PSPD 2010 dan 2012 yang selalu memberi dukungan kepada peneliti dan kepada semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Peneliti menyadari bahwa laporan penelitian ini masih terdapat ketidaksempurnaan. Oleh karena itu, peneliti mengharapkan kritik dan saran yang membangun bagi penelitian ini. Semoga penelitian ini dapat bermanfaat bagi masyarakat dan para pembaca. Ciputat, 5 September 2014 Peneliti vi ABSTRAK Herlina Rahmah. Program Studi Pendidikan Dokter. Efek Vitamin C Terhadap Jumlah Spermatozoa Mencit Yang Diinduksi Gentamisin. 2014. Gentamisin merupakan antibiotik aminoglikosida yang dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga terjadi keabnormalan jumlah spermatozoa. Vitamin C sebagai antioksidan berperan dalam menurunkan radikal bebas sehingga dapat meningkatkan jumlah spermatozoa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek vitamin C terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin. Penelitian eksperimental ini menggunakan 15 tikus mencit jantan strain DDY yang dibagi menjadi 3 kelompok dengan setiap kelompok terdapat 5 mencit. K1 merupakan kelompok tanpa perlakuan. K2 merupakan kelompok yang diberi gentamisin 5 mg/kgbb/hari selama 10 hari. K3 merupakan kelompok yang diberi gentamisin 5 mg/kgbb/hari selama 10 hari dan vitamin C 100 mg/kgbb/hari selama 14 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian vitamin C 100 mg/kgbb/hari pada mencit yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari meningkatkan jumlah spermatozoa secara signifikan (p<0.05). Simpulan penelitian adalah terjadi kenaikan persentase jumlah spermatozoa sebesar 60,3 % pada mencit yang diberikan vitamin C setelah diinduksi gentamisin secara bermakna. Kata kunci : Spermatozoa, Gentamisin, Vitamin C ABSTRACT Herlina Rahmah. Medical Education Programme. The Effect of Vitamin C on the Spermatozoa Count in Gentamicin-Induced Mice. 2014. Gentamicin is an aminoglycocide antibiotic that causes oxidative stress which eventually causes abnormality in spermatozoa count. Antioxidant roles of vitamin C in free radicals reduction yield to an increase in spermatozoa count. The aim of this study is to investigate the effect of vitamin C on the spermatozoa count in gentamicin induced mice. The samples of this experimental research were 15 DDY male mice which were divided into three groups with five mice each. No treatment given to K1 group. Whereas gentamicin 5 mg/kgbw/day was given to the mice in K2 group. K3 group was given gentamicin 5 mg/kgbw/day for 10 days and vitamin C 100 mg/kgbw/day for 14 days. The result shows that animal treated vitamin C 100 mg/kgbw/day has significant (p<0.05) increased on the spermatozoa count compared with that of K2 group. The conclusion of this study is that vitamin C significantly increases the percentage spermatozoa count to 60.3 % in gentamicin-induced mice. Keywords : Spermatozoa, Gentamicin, Vitamin C vii DAFTAR ISI LEMBAR JUDUL ........................................................................................ i LEMBAR PERNYATAAN ......................................................................... ii LEMBAR PERSETUJUAN ........................................................................ iii LEMBAR PENGESAHAN ......................................................................... iv KATA PENGANTAR .................................................................................. v ABSTRAK .................................................................................................... vii DAFTAR ISI ................................................................................................. viii DAFTAR GAMBAR .................................................................................... xi DAFTAR TABEL ........................................................................................ xii DAFTAR SINGKATAN .............................................................................. xiii DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................ xiv BAB 1 PENDAHULUAN ............................................................................ 1 1.1. Latar Belakang ........................................................................................ 1 1.2. Rumusan Masalah ................................................................................... 2 1.3. Hipotesis ................................................................................................. 2 1.4. Tujuan Penelitian .................................................................................... 2 1.4.1. Tujuan Umum ............................................................................. 2 1.4.2. Tujuan Khusus ............................................................................ 2 1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................. 3 BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................... 4 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Pria ............................................................ 4 2.1.1. Alat genitalia interna .................................................................... 4 2.1.2. Alat genitalia eksterna ................................................................. 7 2.2. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria ............................................................ 9 2.2.1. Spermatogenesis .......................................................................... 9 2.2.2. Pengaruh Hormon ........................................................................ 10 2.2.3. Spermatozoa ................................................................................. 11 2.2.4. Semen ........................................................................................... 12 2.3. Infertilitas Pria ........................................................................................ 12 viii 2.3.1. Etiologi ......................................................................................... 12 2.3.3. Diagnosis ..................................................................................... 13 2.4. Gentamisin .............................................................................................. 15 2.5. Efek Gentamisin Terhadap Sistem Reproduksi Pria ............................... 16 2.6. Vitamin C ................................................................................................ 17 2.7. Efek Vitamin C Terhadap Infertilitas ..................................................... 18 2.8. Model Hewan Coba Infertilitas .............................................................. 18 2.8. Kerangka Teori ....................................................................................... 20 2.10. Kerangka Konsep .................................................................................. 20 2.11. Definisi Operasional ............................................................................. 21 BAB 3 METODE PENELITIAN ................................................................ 22 3.1. Desain Penelitian .................................................................................... 22 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ................................................................. 22 3.3. Populasi dan Sampel ............................................................................... 22 3.3.1. Populasi ........................................................................................ 22 3.3.2. Sampel ......................................................................................... 22 3.3.2.1. Kriteria Inklusi ............................................................... 22 3.3.2.2. Kriteria Eksklusi ............................................................ 22 3.3.2.3. Besar Sampel .................................................................. 22 3.4. Alat dan Bahan Penelitian ....................................................................... 23 3.4.1. Alat Penelitian ............................................................................. 23 3.4.2. Bahan Penelitian ......................................................................... 23 3.5. Identifikasi Variabel ............................................................................... 24 3.5.1. Variabel Bebas .......................................................................... 24 3.5.2. Variabel Terikat ........................................................................... 24 3.6. Alur Penelitian ........................................................................................ 23 3.7. Cara Kerja Penelitian .............................................................................. 26 3.7.1. Persiapan Vitamin C ................................................................... 26 3.7.2. Pemeliharaan Mencit Jantan ....................................................... 26 3.7.3. Tahap Intervensi .......................................................................... 26 3.7.4. Pengamatan Spermatozoa ........................................................... 26 ix 3.7.4.1. Analisis Jumlah Spermatozoa ........................................ 27 3.8. Analisis Data ........................................................................................... 27 BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................ 28 4.1. Hasil ........................................................................................................ 28 4.2. Pembahasan ............................................................................................ 30 BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN .............................................................. 34 5.1. Simpulan ................................................................................................. 34 5.2. Saran ....................................................................................................... 34 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 35 LAMPIRAN .................................................................................................. 39 x DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1. Potongan sagital sistem reproduksi pria .................................... 4 Gambar 2.2. Skrotum ..................................................................................... 5 Gambar 2.3. Potongan frontal penis .............................................................. 6 Gambar 2.4. Potongan transvers penis ........................................................... 6 Gambar 2.5. Potongan sagital testis ............................................................... 7 Gambar 2.6. Spermatogenesis ........................................................................ 9 Gambar 2.7. Peran hormon dalam spermatogenesis ...................................... 10 Gambar 2.8. Struktur spermatozoa ................................................................ 11 Gambar 2.9. Jumlah spermatozoa .................................................................. 14 Gambar 2.10. Bentuk morfologi spermatozoa ............................................... 14 Gambar 2.11. Motilitas spermatozoa ............................................................. 14 Gambar 2.12. Struktur gentamisin ................................................................. 15 Gambar 2.13. Reaksi reduksi oksidasi vitamin C .......................................... 18 Gambar 4.1. Rerata jumlah spermatozoa (juta/ml) ........................................ 29 Gambar 4.2. Spermatozoa .............................................................................. 29 Gambar 4.3. Persentase kenaikan jumlah spermatozoa pada hewan coba 31 yang diberikan antioksidan dan telah dilakukan induksi gentamisin ................................................................................. xi DAFTAR TABEL Tabel 2.1. Etiologi infertilitas pria ................................................................. 13 Tabel 2.2. Studi penelitian infertilitas pada hewan coba ............................... 19 Tabel 4.1. Rerata jumlah spermatozoa (juta/ml) ............................................ 28 Tabel 4.2. Hasil analisis Post Hoc ................................................................. 29 xii DAFTAR SINGKATAN AA : Asam askorbat ABP : Androgen binding protein ATP : Adenosine triphosphate DNA : Deoxyribonucleic acid FSH : Follicle stimulating hormone GnRH : Gonadotropin releasing hormone H2O2 : Hidrogen peroksida i.p : Intraperitoneal i.v : Intravena LH : Leutinizing hormone MDA : Malondialdehid O2- : Superoksida - OH : Radikal hidroksil PSA : Prostate specific antigen PUFA : Polyunsaturated fatty acid ROS : Reactive oxygen spesies SOD : Superoksida dismutase xiii DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keterangan Sehat Mencit .................................................. 39 Lampiran 2 Gambar Proses Penelitian ........................................................... 40 Lampiran 3 Riwayat Penulis .......................................................................... 42 xiv BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Infertilitas merupakan masalah reproduksi akibat gagal mendapatkan keturunan pada pasangan suami istri yang telah melakukan hubungan seksual secara teratur tanpa kontrasepsi selama 12 bulan atau lebih.1 Infertilitas dapat berdampak pada segi emosional pasangan suami istri seperti kegelisahan, perasaan bersalah, atau depresi, bahkan dapat berujung pada perpisahan atau perceraian.2 Infertilitas dialami oleh 50 hingga 80 juta pasangan di dunia. Angka kejadian infertilitas di Indonesia menyumbang sebesar 4,2 %.3 Faktor pria menyebabkan 50 % kasus infertilitas.4,5 Peningkatan radikal bebas merupakan salah satu etiologi infertilitas pria. Radikal bebas menyebabkan stres oksidatif yang dapat menyebabkan disfungsi spermatozoa serta merusak DNA sehingga terjadi apoptosis sel spermatozoa.5 Kondisi yang dapat menyebabkan terbentuknya radikal bebas diantaranya merokok maupun konsumsi obat, salah satunya adalah gentamisin.6 Gentamisin adalah antibiotik golongan aminoglikosida yang diproduksi dari fermentasi Micromonospora purpurea. Gentamisin digunakan untuk pengobatan infeksi berat seperti sepsis atau pneumonia akibat bakteri gram negatif.7 Walaupun gentamisin merupakan antibiotik yang efektif, gentamisin dapat meningkatkan pembentukan radikal bebas yang berpengaruh terhadap perubahan struktur testis. Selain itu, gentamisin dapat berpengaruh terhadap spermatozoa sehingga menyebabkan keabnormalan jumlah, morfologi maupun motilitas, serta menurunkan kadar antioksidan.6,8,9 Spermatozoa yang mengalami kelainan baik jumlah, morfologi, dan motilitas akan mempengaruhi kemampuan spermatozoa untuk menembus zona pelusida ovum sehingga mengganggu proses pembuahan.10 Secara fisiologis cairan semen memiliki mekanisme kimiawi untuk mencegah kerusakan spermatozoa dari stres oksidatif yaitu antioksidan. Antioksidan enzimatik terdiri dari superoksida dismutase (SOD), katalase, dan 1 2 glutation peroksidase. Sedangkan, antioksidan non enzimatik diantaranya vitamin C, vitamin E, dan karotenoid.11-13 Vitamin C telah dikenal sebagai antioksidan non enzimatik yang berperan dalam menurunkan radikal bebas. Pemberian vitamin C yang adekuat dapat meningkatkan kualitas dan menurunkan kerusakan DNA spermatozoa.13 Pemberian vitamin C sebesar 100 mg/kgbb oral pada tikus wistar yang dipaparkan artesunat menunjukkan peningkatan jumlah dan motilitas 14 spermatozoa. Selain itu, pemberian vitamin C (10 mg/kgbb) dan vitamin E (100 mg/kgbb) yang diinjeksi secara intraperitoneal (i.p) pada mencit yang dipaparkan kadmium menunjukkan peningkatan aktivitas antioksidan enzimatik serta jumlah spermatozoa dan terjadi penurunan keabnormalan morfologi spermatozoa serta peroksidasi lipid.15 Meskipun efek vitamin C telah banyak diketahui, namun penelitian mengenai efek vitamin C terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin belum pernah dilakukan. Oleh sebab itu, peneliti tertarik untuk melihat efek vitamin C terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin. 1.2. Rumusan Masalah Apakah vitamin C dapat memberikan efek terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin ? 1.3. Hipotesis Hipotesis penelitian ini adalah vitamin C dapat meningkatkan jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin. 1.4. Tujuan 1.4.1. Umum Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek vitamin C terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin. 1.4.2. Khusus Mengetahui persentase kenaikan jumlah spermatozoa pada mencit yang diberi pengobatan vitamin C setelah diinduksi gentamisin. 3 1.5. Manfaat 1.5.1. Bagi peneliti 1.5.1.1. Menambah pengetahuan dan pengalaman dalam penelitian eksperimental dengan menggunakan hewan coba. 1.5.1.2. Sebagai syarat lulus dari pendidikan pre-klinik Program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 1.5.2. Bagi institusi 1.5.2.1. Menambah literatur kesehatan dalam bidang infertilitas. 1.5.2.2. Menambah referensi penelitian di Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta serta dapat dijadikan bahan penelitian selanjutnya. 1.5.3. Bagi sosial Menjadi sumber informasi bahwa vitamin C dapat memberikan efek dalam meningkatkan jumlah spermatozoa sehingga dapat dijadikan sebagai salah satu cara pengobatan alternatif infertilitas pria. BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Anatomi Sistem Reproduksi Pria Gambar 2.1. Potongan sagital sistem reproduksi pria. Terlihat sistem reproduksi pria terdiri atas alat genitalia eksterna dan interna.16 Sumber : Frederic H. Martini, 2012 Anatomi sistem reproduksi pria seperti terlihat pada gambar 2.1 terdiri atas beberapa struktur yang menunjang dalam pembentukan, pengangkutan, maupun pengeluaran spermatozoa. Sistem reproduksi pria terdiri atas alat genitalia eksterna yaitu skrotum dan penis serta alat genitalia interna termasuk testis, sistem duktus, dan kelenjar aksesorius.17,18 2.1.1. Alat genitalia interna 2.1.1.1. Skrotum Skrotum merupakan kantung yang melindungi testis terletak di posteroinferior penis dan inferior simfisis pubis. Skrotum terdiri dari dua kantung, kanan dan kiri, dipisahkan oleh septum mediana 4 5 interna/septum skrotum. Skrotum di bagian eksternal ditandai dengan adanya scrotal raphe, yang berlanjut ke arah ventral disebut penile raphe dan ke arah posterior disebut perineal raphe.19 Gambar 2.2. Skrotum. Terlihat skrotum yang terdiri dari dua kantung dipisahkan oleh septum mediana.18 Sumber : Ken Saladin, 2010 Skrotum memiliki peran dalam mengatur suhu yang dibutuhkan testis untuk memproduksi spermatozoa yaitu sekitar 34-35oC yang diatur oleh musculus cremaster, musculus dartos, serta pleksus pampiniformis. Dalam kondisi dingin, musculus cremaster dan musculus dartos akan berkontraksi yang menyebabkan testis mendekat ke arah tubuh untuk absorbsi panas dan skrotum berkerut untuk menurunkan pengeluaran panas. Sedangkan pleksus pampiniformis merupakan kumpulan vena testikular yang mengelilingi arteri testikular di korda spermatikus berperan sebagai penukar panas sehingga darah yang ke testis menjadi lebih dingin sekitar 1.5-2.5oC di bawah suhu inti tubuh.17,18 6 2.1.1.2. Penis Gambar 2.3. Potongan frontal penis. Penis yang terdiri dari korpus kavernosa dan korpus spongiosa.17 Sumber : Gerrard Tortora, 2009 Gambar 2.4. Potongan transvers penis. Terlihat jaringan erektil yang dikelilingi jaringan ikat dan otot polos.16 Sumber : Frederic H. Martini, 2012 Penis berperan sebagai organ ekskretori urin dan kopulasi. Struktur penting di penis yang terlihat pada gambar 2.3 terdiri dari 2 7 korpus kavernosa terletak di dorsolateral dan 1 korpus spongiosa di bagian midventral yang dikelilingi oleh tunica albuginea. Glans penis merupakan pelebaran dari ujung distal korpus spongiosa. Jaringan erektil terdiri dari rongga vaskular yang dilapisi sel endotel dan dikelilingi oleh jaringan ikat dan otot polos seperti terlihat pada gambar 2.4.17 2.1.2. Alat genitalia eksterna 2.1.2.1. Testis Selama perkembangan fetus, testis yang berperan dalam proses pembentukan spermatozoa serta testosteron mengalami penurunan melalui kanalis inguinalis ke skrotum. Testis yang ditunjukkan pada gambar 2.5 dibungkus oleh tunica vaginalis dan tunica albuginea. Tunica albuginea mengalami perluasan membentuk septa yang membagi menjadi 200-300 lobulus dimana setiap lobulus terdiri dari satu atau lebih tubulus seminiferus.17 Gambar 2.5. Potongan sagital testis. Terlihat testis dibungkus tunica vaginalis dan tunica albuginea. Di dalam lobulus terdiri atas tubulus seminiferus.17 Sumber : Gerrard Tortora, 2009 Tubulus seminiferus merupakan tempat terjadinya spermatogenesis terdiri dari sel spermatogenik dan sel sertoli. Sel 8 sertoli merupakan sel penunjang yang berfungsi memberikan nutrisi terhadap sel spermatogenik yang berdiferensiasi, sekresi androgen binding protein (ABP), membentuk sawar darah testis, sekresi hormon inhibin B yang menginhibisi produksi follicle-stimulating hormone (FSH) oleh hipofisis agar produksi spermatozoa tidak berlebihan, dan melepas spermatozoa ke lumen tubulus seminiferus. Diantara tubulus seminiferus terdapat sel interstisial atau sel leydig yang berfungsi menghasilkan testosteron.17,20 2.1.2.2. Sistem Duktus Sistem duktus berfungsi untuk menyimpan, menyalurkan, dan membantu maturasi spermatozoa. Saluran reproduksi pria terdiri dari saluran intratestikular dan saluran ekstratestikular. Saluran intratestikular meliputi tubulus rektus, rete testis, dan duktus eferen. Setelah itu, spermatozoa akan disalurkan ke saluran ekstratestikular meliputi duktus epididimis, duktus deferen, dan duktus ejakulatorius.17,20 Duktus ejakulatorius berakhir pada uretra prostatika yang kemudian semen dikeluarkan melalui uretra.17 2.1.2.3. Kelenjar Aksesorius Kelenjar aksesorius merupakan struktur untuk sekresi cairan semen. Selain itu, kelenjar aksesorius memiliki fungsi yang penting diantaranya aktivasi spermatozoa, memberikan nutrisi spermatozoa untuk motilitas, dan menetralkan pH asam pada uretra serta vagina.16 Struktur yang termasuk kelenjar aksesorius adalah : Vesikula seminalis Vesikula seminalis menghasilkan cairan kurang lebih 60 % dari volume semen. Cairan yang dihasilkan mengandung kaya fruktosa, prostaglandin yang dapat merangsang kontraksi otot polos saluran reproduksi pria dan wanita serta fibrinogen.16 Kelenjar prostat 9 Kelenjar prostat sekresi cairan 20-30 % dari volume semen. Cairan prostat ini mengandung seminal plasmin yang merupakan suatu protein yang dapat membantu mencegah pria terkena infeksi saluran kencing.16 Kelenjar bulbouretral Kelenjar bulbouretral mensekresi cairan alkalin dan mukus yang membantu netralisasi kondisi asam akibat urin di uretra dan lubrikasi glans.17 2.2. Fisiologi Sistem Reproduksi Pria 2.2.1. Spermatogenesis Gambar 2.6. Spermatogenesis. Terlihat spermatogenesis terjadi di tubulus seminiferus. Spermatogonia mengalami pembelahan mitotik dan meiotik.17 Sumber : Gerrard Tortora, 2009 Spermatogenesis terlihat pada gambar 2.6 merupakan proses pembentukan spermatozoa yang terjadi di tubulus seminiferus. Proses spermatogenesis diawali dengan spermatogonia sebagai stem sel (2n) mengalami pembelahan mitotik menghasilkan spermatogonia yang tetap berada di lamina basal tubulus 10 seminiferus untuk mempertahankan sel germinativum dan spermatogonia lain yang berdiferensiasi menjadi spermatosit primer.17 Spermatosit primer (2n) akan mengalami pembelahan meiotik I yang menghasilkan spermatosit sekunder (n). Dan spermatosit sekunder mengalami pembelahan meiotik II menghasilkan spermatid (n). Selanjutnya, perkembangan spermatid menjadi spermatozoa (n) yang disebut spermiogenesis.17 2.2.2. Pengaruh hormon Gambar 2.7. Peran hormon dalam spermatogenesis. Terlihat hormon yang berperan dalam spermatogenesis adalah FSH dan LH.21 Sumber : Lauralee Sherwood, 2010 Proses spermatogenesis dipengaruhi oleh beberapa faktor hormon diantaranya adalah follicle-stimulating hormone (FSH) dan leutinizing hormone (LH) seperti terlihat pada gambar 2.7. Gonadotropin releasing hormone (GnRH) merupakan hormon yang dihasilkan oleh hipotalamus berperan mempengaruhi hipofisis anterior untuk mensekresi FSH dan LH. Selanjutnya, FSH akan mempengaruhi sel sertoli untuk proses spermatogenesis. Selain itu, LH bekerja pada sel leydig untuk menghasilkan testosteron dan juga merangsang sel sertoli.21 11 Kadar FSH dan LH dipengaruhi oleh inhibin yang dihasilkan oleh sel sertoli dan testosteron. Inhibin berfungsi sebagai umpan balik negatif ke hipofisis anterior untuk inhibit sekresi FSH. Testosteron memiliki dua mekanisme umpan balik negatif yaitu ke hipotalamus untuk mengurangi produksi GnRH dan hipofisis anterior yang menghambat sekresi LH.21 2.2.3. Spermatozoa Gambar 2.8. Struktur spermatozoa. Terdiri dari kepala, leher, bagian tengah, dan ekor.13 Sumber : Frederic H. Martini, 2012 Spermatozoa seperti pada gambar 2.8 terdiri dari kepala, leher, bagian tengah, dan ekor. Kepala spermatozoa terdiri dari nukleus yang merupakan bagian terpenting karena terdapat materi genetik. Bagian ujung kepala terdapat akrosom yang memiliki enzim diantaranya hialuronidase dan protease untuk membantu penetrasi spermatozoa ke dalam ovum. Bagian tengah spermatozoa mengandung mitokondria yang dapat menghasilkan ATP sebagai energi untuk pergerakan spermatozoa. Ekor spermatozoa berperan sebagai flagel yang membantu spermatozoa berpindah dari satu tempat ke tempat lain.16,17 12 2.2.4. Semen Semen merupakan cairan seminal yang disekresi oleh kelenjar aksesori yang bercampur dengan sperma. Sewaktu ejakulasi, volume semen sekitar 2-5 mL dan mengandung 50-150 juta spermatozoa. Semen memiliki pH yang basa yaitu 7.2-7.7 dan terlihat putih susu dengan konsistensi yang lengket. Setelah diejakulasi, semen akan mengalami pembekuan sekitar 10-20 menit. Setelah itu, akibat adanya enzim proteolitik dan prostate-specific antigen (PSA) semen akan mengalami likuifaksi.17 2.3. Infertilitas Pria 2.3.1. Etiologi Terjadinya infertilitas pada pria dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti terlihat pada tabel 2.1 diantaranya kelainan spermatozoa, masalah dalam transpor spermatozoa, masalah hormonal, serta masalah ejakulasi maupun ereksi.22 Kondisi-kondisi yang telah disebutkan pada tabel dapat menurunkan jumlah dan motilitas spermatozoa maupun keabnormalan morfologi spermatozoa sehingga kuantitas dan kualitas spermatozoa rendah.23 Kelainan spermatozoa dapat meliputi sebagai berikut : Oligospermia Adalah kelainan spermatozoa yang terjadi akibat jumlah spermatozoa yang rendah, kurang dari 20 juta/ml. Azoospermia Kondisi dimana tidak adanya sel spermatozoa yang diejakulasikan. Astenospermia Keadaan dimana terjadi kelainan pada motilitas spermatozoa. Teratospermia Adalah kelainan spermatozoa akibat adanya keabnormalan pada morfologi spermatozoa.23 13 Tabel 2.1. Etiologi infertilitas pria.22,24 Masalah produksi Infeksi spermatozoa Torsio Panas Varikokel Testis tidak turun Obat obatan seperti antibiotik gentamisin, neomisin, dan tetrasiklin Radiasi dan bahan kimia Masalah transpor Infeksi spermatozoa Masalah yang berhubungan dengan prostat Masalah ereksi dan ejakulasi Masalah hormonal Vasektomi Ejakulasi retrograd Cedera tulang belakang Kerusakan syaraf Operasi prostat Tumor pituitari Kekurangan FSH/LH kongenital Sumber : Andrology Australia, 2011 & Konsensus Penanganan Infertilitas, 2013 “telah diolah kembali” 2.3.2. Diagnosis Diagnosis infertilitas pada pria dapat dilakukan dengan metode analisa semen.23 Dalam analisa semen dilakukan penilaian terhadap kualitas spermatozoa diantaranya : Jumlah spermatozoa Jumlah spermatozoa atau konsentrasi spermatozoa merupakan jumlah spermatozo dalam unit per volume semen. Nilai normal jumlah spermatozoa adalah 20 juta/ml. 24 14 (a) (b) Gambar 2.9. Jumlah spermatozoa (a) normal; (b) menurun.23 Sumber : Kumar K, Raju AB, 2011 Morfologi spermatozoa Morfologi spermatozoa dapat dinilai dengan melihat struktur spermatozoa yaitu kepala, bagian tengah, dan ekor.23 Gambar 2.10. Bentuk morfologi spermatozoa.23 Sumber : Kumar K, Raju AB, 2011 Motilitas spermatozoa Motilitas spermatozoa dinilai dengan melihat progresivitas pergerakan spermatozoa yang terbagi atas 4 klasifikasi, yaitu : (a) (b) (c) (d) Gambar 2.11. Motilitas spermatozoa (a) Kelas 1; (b) Kelas 2; (c) Kelas 3; (d) Kelas 4.23 Sumber : Kumar K, Raju AB, 2011 Kelas 1 : immotil spermatozoa. Kelas 2 : spermatozoa tidak dapat bergerak maju. 15 Kelas 3 : spermatozoa dapat bergerak maju namun bergerak membelok. Kelas 4 : spermatozoa bergerak cepat dan maju pada garis yang lurus.23 2.4. Gentamisin Gentamisin merupakan antibiotik spektrum luas golongan aminoglikosida yang berasal dari Micromonospora. Antibiotik ini efektif dalam mengobati penyakit akibat bakteri gram negatif aerob serta lebih banyak digunakan karena harganya yang relatif murah dan efek yang lama.25 Gentamisin terdiri dari tiga komponen kompleks yaitu C1, C2, dan C1a. Gentamisin memiliki 2 gugus amino yang berikatan glikosidik dengan inti heksosanya yaitu aminosiklitol 2-deoksistreptamin sehingga bersifat mudah larut dalam air.25,26 Gambar 2.12. Struktur gentamisin. Gentamisin terdiri 3 komponen kompleks yaitu C1, C2, dan C1a.26 Sumber : MacNeil JD & Cuerpo L Gentamisin seperti obat golongan aminoglikosida lain bekerja dalam menghambat sintesis protein dan bersifat bakterisidal. Gentamisin biasanya dikombinasikan dengan penisilin atau sefalosporin dalam melawan infeksi gram negatif khususnya Klebsiella, Pseudomonas aeruginosa, atau Enterobacter.27 Gentamisin dapat diberikan pada pasien dengan infeksi saluran kemih, pneumonia, atau sepsis. Adapun pemberian gentamisin ini dapat diberikan secara 16 (a) intravena atau intramuskular (b) topikal terdapat salep atau krim dengan kadar dari 0,1-0,3 % gentamisin.7 Dosis gentamisin 5-6 mg/kg/bb/hari diberikan secara intravena (IV) dapat dibagi menjadi 3 dosis pemberian atau dosis tunggal per hari. Batas konsentrasi gentamisin dalam plasma adalah ≤ 2 µg/ml agar tidak timbul efek toksik.27 Gentamisin dapat menimbulkan efek ototoksik pada N. VIII terutama komponen vestibular. Selain itu, nefrotoksik terjadi pada 5-25 % pasien yang konsumsi gentamisin lebih dari 5 hari.7,27 2.5. Efek Gentamisin Terhadap Sistem Reproduksi Pria Gentamisin yang berguna untuk pengobatan infeksi memiliki efek terhadap spermatozoa. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan bahwa gentamisin dapat menyebabkan stres oksidatif sehingga dapat menurunkan kadar asam askorbat, jumlah, dan motilitas spermatozoa.28 Penelitian yang dilakukan pada tikus wistar jantan yang diberikan gentamisin dengan dosis 5 mg/kgbb i.p menunjukkan adanya penurunan jumlah spermatozoa yang drastis serta motilitas dan viabilitas spermatozoa terganggu. Selain itu, gentamisin menyebabkan perubahan struktur testis yaitu atrofi tubulus seminiferus.9,29 Selanjutnya penelitian lain yang dilakukan pada tikus wistar jantan (200 ± 10 g) dengan dosis gentamisin 50 mg/kgbb i.p menyebabkan peningkatan yang signifikan apoptosis sel testis.8 Dari beberapa penelitian didapatkan bahwa gentamisin menginduksi stres oksidatif. Stres oksidatif terjadi akibat ketidakseimbangan antara produksi spesies oksigen reaktif (ROS) dan mekanisme pertahanan antioksidan tubuh. ROS merupakan radikal bebas yang terbentuk akibat adanya reduksi satu elektron oksigen sehingga menghasilkan superoksida (O2-), hidrogen peroksida (H2O2), dan radikal hidroksil (OH.).30,31 Radikal bebas merupakan molekul yang tidak memiliki satu atau lebih pasangan elektron sehingga menjadi reaktif dan tidak stabil. Sifat ketidakstabilan dari radikal bebas menyebabkan molekul tersebut dapat bereaksi terhadap lipid, karbohidrat, protein, dan DNA.32 17 ROS dapat meningkatkan peroksidasi lemak di membran sel spermatozoa yang memang kaya akan lipid dalam bentuk polyunsaturated fatty acid (PUFA). Kondisi tersebut menyebabkan kerusakan matriks lipid membran spermatozoa sehingga meningkatkan kerusakan struktur spermatozoa baik pada bagian tengah, struktur akrosom, serta mengganggu proses kapasitasi dan reaksi akrosom sehingga terjadi infertilitas.9,30,33 Stres oksidatif dapat merusak DNA mitokondria sehingga dapat terjadi mutasi yang berakibat pada rusaknya rantai transpor elektron. Hal ini dapat berakibat pada penurunan produksi ATP dan mengganggu spermatogenesis sehingga spermatozoa mengalami morfologi yang abnormal maupun penurunan jumlah.32 2.6. Vitamin C Antioksidan adalah senyawa yang mendonorkan satu elektron ke radikal bebas sehingga dapat melindungi sel dari kerusakan akibat radikal bebas. Antioksidan dapat dibagi menjadi 2 golongan yaitu : Antioksidan enzimatik terdiri dari enzim SOD, katalase, dan glutation peroksidase. Antioksidan non enzimatik terdiri dari vitamin C, vitamin E, serta karotenoid.13,30 Vitamin C yang merupakan antioksidan non enzimatik yang larut dalam air berperan dalam sintesis kolagen dan karnitin, meningkatkan resistensi terhadap infeksi, serta tentunya sebagai pertahanan dalam melawan radikal bebas.33 Vitamin C yang memiliki jumlah molekul 6 karbon ini disintesis dari glukosa dan galaktosa di dalam hati terjadi pada tumbuhan dan sebagian besar mamalia. Namun tidak pada manusia, guinea pig, dan primata karena tidak memiliki enzim gulonolakton oksidase.12,30 Vitamin C atau asam askorbat (AA) berperan sebagai pemutus rantai oksidasi radikal bebas yang terkandung sekitar 65 % pada plasma seminal.4 Vitamin C sebagai agen pereduksi dapat bereaksi dengan radikal bebas dengan mendonorkan elektron sehingga membentuk radikal askorbil yang merupakan 18 radikal tidak reaktif. Selanjutnya, radikal askorbil berubah menjadi asam dehidroaskorbat.12,30 Gambar 2.13. Reaksi reduksi oksidasi vitamin C.30 Sumber : Colleen M. Smith, Allan D. Marks, and Michael A. Lieberman, 2005 2.7. Efek Vitamin C Terhadap Infertilitas Vitamin C atau asam askorbat merupakan antioksidan non enzimatik pada cairan seminal yang melindungi spermatozoa dari kerusakan oksidatif.13,33,34 Defisiensi vitamin C akan mempengaruhi kualitas spermatozoa baik jumlah, morfologi, ataupun motilitasnya.34 Pada penelitian dilaporkan bahwa pemberian vitamin C dapat meningkatkan jumlah, motilitas, maupun morfologi spermatozoa serta mencegah aglutinasi spermatozoa.6,35 Vitamin C berfungsi sebagai donor elektron pada reaksi reduksi oksidasi sehingga dapat menetralisasi spesies oksidatif reaktif.6,36 Pada penelitian, mencit yang diberikan vitamin C 50 mg/kgbb dan 100 mg/kgbb menunjukkan hasil yang signifikan dengan penurunan produksi malondialdehid (MDA) setelah pemberian kadmium yang menginduksi stress oksidatif.37 Pemberian dosis vitamin C sebesar 200 mg dan 1000 mg pada suatu penelitian menunjukkan bahwa terjadi peningkatan kualitas spermatozoa dibandingkan dengan grup yang diberikan plasebo.5 2.8. Model Hewan Coba Infertilitas Dalam studi infertilitas, hewan coba yang digunakan merupakan spesies mamalia. Adapun penelitan mengenai infertilitas banyak menggunakan hewan coba tikus, hal ini dapat disebabkan hewan pengerat ini mudah pemeliharaannya, penelitian eksperimental dengan menggunakan tikus telah banyak dilakukan, dan hasil penelitiannya pun dapat dibandingkan dengan studi lain.38 Selain itu, mencit juga umum digunakan untuk melihat fungsi reproduksinya. Dalam 19 pemeliharannya pun lebih murah dan mudah serta studi penelitian dengan hewan coba mencit juga telah banyak diteliti.39 Kelinci yang bukan hewan pengerat juga baik digunakan sebagai model fertilitas, namun kelinci rentan terhadap beberapa antibiotik. Spesies lain seperti hamster, anjing, maupun primata tidak disarankan dalam deteksi toksisitas pada sistem reproduksi, kecuali bila melakukan pemeriksaan spesifik saja.38 Tabel 2.2. Studi penelitian infertilitas pada hewan coba Tikus Hewan coba Model infertilitas Obesitas Referensi Fernandez C et al. (2011)40 Tikus Varikokel Saalu LC et al. (2013)41 Mencit Kerusakan gen (ADPRibosylation Factor-Like 4 (Arl4) Schurmann A et al. (2002)42 Mencit albino swiss jantan Asetat timbal Sharma (2012)43 Guinea pig Induksi gentamisin Fetouh FA, Saied AE (2014)44 Kelinci Diabetes Naglaa ZH et al. (2010)45 20 2.9. Kerangka Teori Gentamisin Spesies oksigen reaktif Antioksidan Vitamin C Stres oksidatif Peroksida lipid membran sel spermatozoa Kerusakan DNA spermatozoa Penurunan kuantitas kualitas spermatozoa Apoptosis sel spermatozoa dan 2.10. Kerangka Konsep Induksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari i.p Kuantitas spermatozoa mencit jantan Vitamin C 100 mg/kgbb/hari i.p Meningkat Jumlah spermatozoa Menetap Menurun 21 2.10. Definisi Operasional No Variabel 1. Kelompok hewan 2. Spermatozoa mencit Definisi operasional Kelompok 1 (K1) merupakan kelompok hewan tanpa perlakuan. Kelompok (K2) merupakan kelompok hewan yang diberi gentamisin 5 mg/kgbb/hari intraperitoneal. Sedangkan Kelompok 3 (K3) merupakan kelompok hewan yang diberi gentamisin 5 mg/kgbb/hari intraperitoneal dan vitamin C 100 mg/kgbb/hari intraperitoneal Spermatozoa mencit adalah kepala seperti kait pancing dan ekor lurus Alat ukur Hasil ukur Skala ukur - K1 = Kelompok tanpa perlakuan K2 = Kelompok gentamisin 5 mg/kgbb/hari K3 = kelompok gentamisin 5 mg/kgbb/hari dan vitamin C 100 mg/kgbb/hari Kategorik Hemositometer Neubauer improved, mikroskop cahaya, counter Jumlah spermatozoa Numerik BAB 3 METODE PENELITIAN 3.1. Desain Penelitian Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium. 3.2. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret – Agustus 2014 di Animal House dan Laboratorium Biologi FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Populasi pada penelitian ini adalah mencit jantan strain Deutchland Denken Yonken (DDY) yang didapat dari Institut Pertanian Bogor (IPB). 3.3.2. Sampel 3.3.2.1. Kriteria Inklusi Mencit jantan strain DDY Berat badan 20-40 gr Umur 8-12 minggu Sehat terutama ditandai dengan bergerak lincah 3.3.2.2. Kriteria Eksklusi Tampak sakit terutama ditandai dengan gerakan lemas dan malas Mencit jantan strain DDY yang mati selama masa percobaan 3.3.2.3. Besar Sampel Dalam penelitian ini terdapat 3 kelompok, antara lain : Kelompok 1 mencit jantan strain DDY tanpa perlakuan. Kelompok 2 mencit jantan strain DDY yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari, i.p selama 10 hari . Kelompok 3 mencit jantan strain DDY yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari, i.p, selama 10 hari dan selanjutnya diberikan vitamin C 100 mg/kgbb/hari, i.p, selama 14 hari. 22 23 Besar sampel ditentukan dengan rumus Mead’s Resource Equation Formula, sebagai berikut : E=N–B–T E : Error Component (10-20) N : Jumlah individu percobaan (sampel) dalam semua kelompok (dikurang 1) B : Blocking Component (dikurang 1) T : Jumlah kelompok terapi (dikurang 1) E=N–0–T E=N–0–T ≥ 10 = (N – 1) – (T – 1) ≤ 20 = (N – 1) – (T – 1) ≥ 10 = (N – 1) – (3 – 1) ≤ 20 = (N – 1) – (3 – 1) ≥ 10 = (N – 1) – 2 ≤ 20 = (N – 1) – 2 ≥ 10 = N – 3 ≤ 20 = N – 3 N ≥ 13 N ≤ 23 Jumlah sampel secara keseluruhan adalah 15 mencit yang masih dalam rentang 13-23, yang dibagi menjadi 3 kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 5 mencit jantan strain DDY. 3.4. Alat dan Bahan Penelitian 3.4.1. Alat Penelitian Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain kandang mencit, tempat minum mencit, tempat makan mencit, timbangan, spuit 1 cc, alat bedah minor, papan bedah, jarum pentul, kaca arloji, mikroskop, cover glass, pipet, hemositometer Neubauer improved, counter, mikropipet, tip dan tube. 3.4.2. Bahan Penelitian Bahan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah vitamin C, gentamisin, pakan dan minum standar mencit, larutan NaCl 0.9 %, dan larutan george. 24 3.5. Identifikasi Variabel 3.5.1. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah kelompok mencit tanpa perlakuan (kontrol), perlakuan gentamisin, dan perlakuan gentamisin dan vitamin C. 3.5.2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah jumlah spermatozoa. 25 3.6. Alur Penelitian Perizinan kode etik Persiapan alat dan bahan Adaptasi mencit diberi pakan dan minum standar (7 hari) Pemberian perlakuan kelompok Pakan dan minum standar Kelompok III Kelompok II Kelompok I Pakan standar + Pakan standar + induksi induksi gentamisin 5 gentamisin mg/kgbb/hari, i.p (10 mg/kgbb/hari, hari) hari) 5 i.p (10 Pakan standar + vitamin C 100 mg/kgbb/hari, i.p (14 hari) Terminasi dan pembuatan preparat spermatozoa mencit (hari ke-32) Pengamatan jumlah spermatozoa mencit Pengolahan data 26 3.7. Cara Kerja Penelitian 3.7.1. Persiapan vitamin C Bahan yang diuji pada penelitian adalah vitamin C dengan dosis 100mg/kgbb/hari diinjeksikan secara intraperitoneal (i.p). 3.7.2. Pemeliharaan mencit jantan Penelitian ini menggunakan mencit jantan strain DDY berjumlah 15 ekor dengan berat 20-40 gr. Mencit diadaptasikan selama 7 hari (Hari ke 0-7) disertai pemberian pakan dan minum standar. 3.7.3. Tahap Intervensi Mencit jantan berjumlah lima belas dibagi menjadi 3 kelompok yang setiap kelompok terdapat 5 mencit, diantaranya : Kelompok 1 (K1) merupakan kelompok kontrol yang diberikan pakan dan minum standar tanpa perlakuan. Kelompok 2 (K2) merupakan kelompok yang diberikan gentamisin 5 mg/kgbb/hari, i.p, selama 10 hari (Hari ke 7-17). Kelompok 3 (K3) merupakan kelompok yang diberi gentamisin 5mg/kgbb/hari, i.p, selama 10 hari (hari ke 7-17), selanjutnya dilakukan pemberian vitamin C 100 mg/kgbb/hari, i.p, selama 14 hari (hari ke 17-31). Pada hari ke-32, semua kelompok mencit diterminasi lalu diambil bagian vesikula seminalis untuk dilakukan analisis sperma. 3.7.4. Pengamatan spermatozoa Pada hari ke-32, mencit diterminasi dengan cara dislokasi leher.46 Setelah diterminasi, mencit dilakukan : Pembedahan dengan melakukan insisi longitudinal pada abdomen bawah untuk diambil bagian vesikula seminalisnya dengan menggunakan gunting bedah minor. Vesikula seminalis diletakkan di atas kaca arloji yang berisi 1 ml NaCl 0,9 %. Vesikula seminlais diurut dengan menggunkan gunting bedah minor agar cairan vesikula seminalis dapat tersuspensi dalam NaCl 0,9%. Suspensi sperma tersebut selanjutnya dihomogenkan dengan mengambil 20 µl dicampurkan ke dalam 980 µl larutan george. 27 3.7.4.1. Analisis Jumlah Spermatozoa Pengamatan jumlah spermatozoa dilakukan dengan meneteskan larutan sperma ke bilik hitung hemositometer Neubauer improved. Penghitungan jumlah spermatozoa dilakukan berdasarakan WHO (2010) dengan menghitung 5 lapangan pandang di bawah mikroskop cahaya dengan lensa objektif 40X.47 Hasil penghitungan jumlah spermatoza dimasukkan ke dalam rumus : Jumlah spermatozoa/ml = N x P x 0,05 x 106 N = jumlah spermatozoa pada 5 lapangan pandang P = faktor pengenceran Dalam proses penghitungan jumlah spermatozoa dilakukan sebanyak dua kali pengamatan, dimana hasil tersebut dijumlah kemudian diambil jumlah rata-ratanya. 3.8. Analisis Data Data penelitian dianalisis dengan menggunakan SPSS 16.00 for Windows. Data ini berupa variabel kategorik-numerik yang terdiri lebih dari dua kelompok tidak berpasangan sehingga dilakukan uji parametrik yaitu One Way Anova. Analisis data dimulai dengan menilai pendistribusian data melalui uji Shapiro Wilk. Setelah itu dilakukan uji varians data dengan uji Levene. Bila distribusi tidak normal dan varians tidak sama setelah dilakukan transformasi data maka dilakukan uji non parametrik yaitu Kruskal-Wallis. Bila data menunjukkan bermakna baik dengan One Way Anova ataupun Kruskal-Wallis maka dilakukan analisis Post Hoc. BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil Hasil penelitian mengenai efek vitamin C terhadap jumlah spermatozoa mencit yang diinduksi gentamisin disajikan dalam tabel 4.1. Tabel 4.1. Rerata jumlah spermatozoa* Kelompok uji N Rerata jumlah spermatozoa (juta/ml) X ± SE K1 5 178 ± 32,56 K2 5 44 ± 5,9 K3 5 111 ± 13,03 *Keterangan : K1 = Normal ; K2 = Gentamisin ; K3 = Gentamisin dan Vitamin C Berdasarkan tabel 4.1 diperoleh bahwa kelompok tanpa perlakuan yang hanya diberi pakan dan minum standar (K1) memiliki rerata jumlah spermatozoa lebih tinggi yaitu 178 ± 32,56 juta/ml dibandingkan kelompok 2 (K2) maupun kelompok 3 (K3). Kelompok yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari i.p (K2) didapatkan rerata jumlah spermatozoa 44 ± 5,9 juta/ml yang lebih rendah dibandingkan K3 dan K1. K3 merupakan kelompok yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari i.p dan vitamin C 100 mg/kgbb/hari i.p didapatkan rerata jumlah spermatozoa 111 ± 13,3 juta/ml. Selanjutnya, dilakukan analisis data menggunakan SPSS 16.00 for Windows. Uji normalitas menggunakan uji Shapiro Wilk menunjukkan bahwa data terdistribusi normal (p<0.05). Namun uji varians data tidak sama selanjutnya dilakukan transformasi data. Setelah dilakukan transformasi data didapatkan p = 0.140 menunjukkan varians data sama karena p>0.05. Pada uji One Way Anova, didapatkan bahwa p = 0.000 artinya adanya perbedaan jumlah spermatozoa yang bermakna pada dua kelompok. Dengan analisis Post Hoc dapat ditarik kesimpulan bahwa kelompok yang memiliki perbedaan jumlah spermatozoa adalah antara K1 dan K2 serta K2 dan K3, seperti tampak pada grafik 4.1 dan tabel 4.2. 28 250 b 200 (juta/ml) Rerata jumlah spermatozoa 29 150 b 100 a,c 50 0 Kelompok Uji K1 (Tanpa perlakuan) K2 (Gentamisin) K3 (Gentamisin + Vitamin C) Gambar 4.1. Rerata jumlah spermatozoa (juta/ml) X ± SE. Kelompok normal (K1), Kelompok gentamisin (K2), Kelompok gentamisin dan vitamin C (K3) *a Signifikan dengan K1 Signifikan dengan K2 c Signifikan dengan K3 Signifikan p<0.05 b Tabel 4.2. Hasil analisis Post Hoc Kelompok Uji K1 K2 K3 K1 0.00 0.94 K2 0.00 0.01 K3 0.94 0.01 - p<0.05 = bermakna (a) (b) Gambar 4.2 SpermatozoaK1, K2, dan K3. (a) K1; (b) K2; (c) K3 Sumber : Dokumentasi pribadi (c) 30 4.2. Pembahasan Penelitian yang dilakukan oleh Narayana (2008) pada tikus wistar yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb, i.p, selama 10 hari menunjukkan bahwa gentamisin dapat menyebabkan keabnormalan morfologi spermatozoa serta menurunkan jumlah dan motilitas spermatozoa.9 Selanjutnya, studi penelitian yang dilakukan Khaki et al. (2009) pada tikus wistar yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb selama 14 hari, i.p, menunjukkan adanya penurunan kadar testosteron dan sel germinal khususnya spermatogonia. Kondisi ini berdampak pada penurunan kuantitas dan kualitas spermatozoa.28 Studi-studi penelitian tersebut sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa dengan pemberian gentamisin 5 mg/kgbb/hari, i.p, selama 10 hari dapat menurunkan jumlah spermatozoa secara signifikan (p<0.05) pada K2 dibandingkan K1. Terjadinya penurunan jumlah spermatozoa akibat gentamisin karena gentamisin dapat meningkatkan konsentrasi superoksida dan menurunkan konsentrasi superoksida dismutase, katalase, gluthation peroksidase, dan asam askorbat. Akibat ketidakseimbangan antara radikal bebas dan antioksidan menyebabkan stres oksidatif yang mengganggu fungsi normal spermatozoa.8,28 Stres oksidatif memicu terjadinya peningkatan peroksidasi lipid sehingga terjadi kerusakan selular dan apoptosis sel spermatozoa yang mempengaruhi jumlah spermatozoa.9,29 Terjadinya penurunan kuantitas spermatozoa akibat peningkatan radikal bebas oleh gentamisin dapat diobati dengan antioksidan. Antioksidan berperan dalam melindungi sel spermatozoa dari kerusakan oksidatif sehingga meningkatkan fertilitas. Studi penelitian yang dilakukan oleh Akondi et al. (2011) pada tikus wistar albino yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari selama 10 hari yang diberikan bersamaan dengan rutin 10 mg/kgbb/hari dan naringin 10 mg/kgbb/hari selama 35 hari menunjukkan adanya peningkatan jumlah dan motilitas spermatozoa secara signifikan (p<0.001) dibanding kelompok kontrol yang hanya diberikan gentamisin. Hal tersebut disebabkan rutin dan naringin mengandung bioflavonoid yang merupakan antioksidan berperan dalam 31 menurunkan radikal bebas dan menghambat enzim xantin oksidase sehingga menurunkan kerusakan oksidatif.29 Selain itu, studi penelitian yang dilakukan oleh Zahedi et al. (2010) pada tikus wistar yang diberi ginger rhizome 100 mg/kgbb/hari yang diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari 30 hari menunjukkan jumlah spermatozoa pada epididimis meningkat secara signifikan (p<0.05) dibandingkan kelompok yang hanya diberi gentamisin 5 mg/kgbb/hari. Ginger rhizome berperan sebagai antioksidan sehingga dapat mengimbangi efek negatif dari gentamisin yang menyebabkan ROS pada spermatozoa.48 Studi – studi penelitian tersebut sejalan dengan peneliti bahwa pemberian antioksidan yaitu vitamin C 100 mg/kgbb/hari pada mencit yang sebelumnya diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari dapat meningkatkan jumlah spermatozoa secara signifikan (p<0.05) dibandingkan kelompok yang hanya diinduksi gentamisin 5 mg/kgbb/hari. Adanya peningkatan jumlah spermatozoa disebabkan vitamin C yang merupakan antioksidan non enzimatik berperan dalam mendonorkan elektronnya sehingga menurunkan radikal bebas dan efektif dalam melindungi spermatozoa dari kerusakan akibat stres oksidatif.13 Dari penelitian yang telah dilakukan oleh Akondi et al. dan Zahedi et al. peneliti membandingkan persentase kenaikan jumlah spermatozoa dengan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti disajikan pada gambar 4.3. Kenaikan jumlah spermatozoa (%) 80 60 40 20 0 Peneliti Akondi et al. Akondi et al. Zahedi et al. (2010) (2010) (2010) "Rutin" "Naringin" Gambar 4.3. Histogram persentase kenaikan jumlah spermatozoa pada hewan coba yang diberikan antioksidan dan telah dilakukan induksi gentamisin 32 Pada gambar 4.3 didapatkan bahwa persentase kenaikan jumlah spermatozoa pada peneliti, Akondi et al. (2010) yang menggunakan rutin dan naringin, serta Zahedi et al. (2010) secara berturut turut adalah 60,3 %, 34,5 % dan 32,1 %, serta 53,3 %. Adanya perbedaan persentase kenaikan jumlah spermatozoa ini dapat dipengaruhi dari faktor terapi yang berbeda baik dosis, cara pemberian, maupun lama pemberian. Dari studi – studi penelitian yang telah dijelaskan menunjukkan bahwa pemberian antioksidan dapat menurunkan kerusakan DNA spermatozoa sehingga dapat meningkatkan fungsi spermatozoa.5 Dan pada penelitian ini, vitamin C sebagai antioksidan efektif dalam meningkatkan kuantitas spermatozoa. Efek vitamin C dalam meningkatkan kuantitas maupun kualitas spermatozoa telah banyak dibuktikan oleh studi-studi penelitian pada hewan coba setelah diinduksi oleh bahan yang dapat menurunkan kuantitas dan kualitas spermatozoa. Studi penelitian yang dilakukan oleh Shittu et al. (2013) pada tikus wistar yang diinduksi artesunat dan diberikan vitamin C 100 mg/kgbb oral selama 5 hari dapat meningkatkan jumlah dan motilitas spermatozoa secara signifikan (p<0.05). Selain itu, studi penelitian yang dilakukan oleh Sharma (2013) pada mencit albino swiss yang diinduksi lead acetate dan diberikan pengobatan vitamin C sebesar 2 mg/kgbb secara oral selama 45 hari menunjukkan peningkatan jumlah spermatozoa secara signifikan (p<0.01). Studi penelitian yang dilakukan Shittu et al (2013) dan Sharma (2013) sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti bahwa vitamin C dapat meningkatkan kuantitas spermatozoa. Selain itu, studi penelitian yang dilakukan oleh Emadi et al. (2012) pada tikus wistar yang dibuat unilateral cryptochirdism pada testis kiri dan diberikan vitamin C sebesar 50 mg/kgbb, i.p, selama 60 hari menunjukkan hasil yang tidak signifikan (p>0.05) pada jumlah maupun motilitas spermatozoa dibandingkan kelompok cryptochirdism. Hal ini tidak sejalan dengan peneliti yang menunjukkan adanya peningkatan jumlah spermatozoa yang signifikan (p<0.05) pada mencit K3 dibanding K2. Kondisi ini dapat dipengaruhi oleh faktor etiologi yang menyebabkan terjadinya penurunan jumlah spermatozoa. Kita ketahui bahwa cryptochirdism merupakan kondisi dimana testis tidak turun ke skrotum sehingga menyebabkan kerusakan sel germinal dan mengganggu proses 33 spermatogenesis karena suhu yang tidak sesuai untuk fungsi testis. Selain itu peningkatan suhu pada testis memperparah penurunan kuantitas dan kualitas spermatozoa akibat terjadinya stres oksidatif yang merusak DNA spermatozoa dan juga terjadi apoptosis sel spermatozoa.49 Dibandingkan dengan penelitian yang dilakukan peneliti, etiologi yang menyebabkan penurunan jumlah spermatozoa hanya disebabkan stres oksidatif akibat induksi gentamisin. Selain itu, penelitian yang dilakukan oleh Emadi et al. (2012) yang membuat unilateral cryptochirdism pada testis kiri tikus menyebabkan kuantitas spermatozoa pada testis kanan juga mengalami penurunan yang signifikan. Setelah pemberian vitamin C selama 60 hari, pada testis kanan menunjukkan adanya peningkatan kuantitas spermatozoa secara signifikan (p<0.05) dibandingkan kelompok cryptochirdism. Hal ini sejalan dengan peneliti, bahwa vitamin C memberikan efek yang baik dalam membantu meningkatkan jumlah spermatozoa dengan menurunkan jumlah radikal bebas, peroksidasi lipid membran spermatozoa, dan kerusakan DNA spermatozoa.34 Vitamin C memiliki efek proteksi dalam menjaga integritas membran serta mencegah kerusakan sel germinal pada proses spermatogenesis.5 Pada penelitian ini, peneliti menggunakan hewan coba mencit jantan dewasa (Mus musculus L.). Mencit (Mus musculus L.) merupakan hewan pengerat yang banyak digunakan sebagai model hewan dalam penelitian eksperimental disebabkan pemeliharaan yang mudah dan tidak mahal, secara genetik memiliki kesamaan dengan manusia, serta tingkat kesuburan yang tinggi. Mencit strain DDY merupakan inbred strain dari strain ddY (Deutschland, Denken, Yonken). Mencit ini menunjukkan pertumbuhan dan sistem reproduksi yang baik.50,51 Dalam melakukan penilaian fungsi spermatozoa dapat dinilai kuantitas maupun kualitas spermatozoa. Namun, dalam penelitian ini peneliti menilai kuantitas spermatozoa saja. Hal ini disebabkan adanya keterbatasan faktor instrumen dan keterbatasan waktu peneliti dalam melakukan penelitian. BAB 5 SIMPULAN DAN SARAN 5.1. Simpulan Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terjadi kenaikan persentase jumlah spermatozoa sebesar 60,3 % pada mencit yang diberikan vitamin C setelah diinduksi gentamisin secara bermakna. 5.2. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian untuk mengevaluasi parameter kualitas spermatozoa yaitu motilitas dan morfologi spermatozoa. 2. Perlu dilakukan penelitian untuk mengkonfirmasi hasil penelitian yang telah dilakukan secara in vivo. 3. Perlu dilakukan pengkajian lebih lanjut mengenai dosis vitamin C yang paling optimal yang memberikan efek terhadap peningkatan jumlah spermatozoa. 34 35 DAFTAR PUSTAKA 1. Zegers-Hochschild F, Adamson GD, de Mouzon J, Ishihara O, Mansour R, Nygren K, et al. International Committee for Monitoring Assisted Reproductive Technology (ICMART) and the World Health Organization (WHO) revised glossary of ART terminology. Fertil Steril 2009;92:1520-4 2. Hassani, Fariba. Psychology of infertility and the comparison between two couple therapies, in infertile pairs. Int J Innov Manag Technol 2010; 1(1): 25-28 3. Asr YA, Madaen K, Ebrahimi SH, Nejad AH, Koushavar H. Sexual dysfunction and infertility in Tabriz in 2004. Urol J 2006; 3(2): 87-91 4. Hamada A, Esteves SC, Agarwal A. Unexplained male infertility : potential causes and management. Hum Androl 2011; 1: 2-16 5. Agarwal A, Prabakaran SA. Oxidative stress and antioxidants in male infertility: a difficult balance. Iran J Reprod Med 2005; 3(1): 1-8 6. Angulo C, Maldonado R, Pulgar E, Mancilla H, Cordova A, Villarroel F, et al. Vitamin C and oxidative stress in the seminiferous epithelium. Biol Ress 2011; 44(2): 169-180 7. Katzung BG. Basic and clinical pharmacology. 10th ed. New York: The McGraw-Hill; 2006 8. Zahedi A, Fathiazad FF, Khaki A, Ahmadnejad B. Protective effect of ginger on gentamicin-induced apoptosis in testis of rats. Adv Pharm Bull 2012; 2(2): 197-200 9. Narayana, Kilarkaje. An aminoglycoside antibiotic gentamycin induces oxidative stress, reduces antioxidant reserve, and impairs spermatogenesis in rats. J Toxicol Sci 2008; 33(1): 85-96 10. Akram H, Firouz G, Abbas A, Samad Z. Beneficial effects of american ginseng on epididymal sperm analyses in cyclophosphamide treated rats. Cell J 2012; 14(2): 116-121 11. Zini A, Gabriel MS, Baazeem, A. Antioxidant and sperm DNA damage: a clinical perspective. J Assist Reprod Genet 2009; 26(8): 427-432 36 12. Padayatty SJ, Katz A, Wang Y, Eck P, Kwon O, Chen S, et al. Vitamin C as an antioxidant: evaluation of its role in disease prevention. J Am Coll Nutr 2003; 22(1): 22-35 13. Kefer JC, Agarwal A, Sabanegh E. Role of antioxidant in the treatment of male infertility. Int J Urol 2009; 16: 449-457 14. Shittu ST, Oyeyemi WA, Okewumi TA, Salman TM. Role of oxidative stress in therapeutic administration of artesunate on sperm quality and testosteron level in male albino rats. Afr J Biotechnol 2013; 12(1): 70-73 15. Acharya UR, Mishra M, Patro J, Panda MK. Effect of vitamin c and e on spermatogenesis in mice exposed to cadmium. Reprod Toxicol 2008; 25(1): 84-8 16. Martini, Frederic. Fundamentals of anatomy & physiology. 9th ed. San Fransisco: Pearson; 2012 17. Tortora, Gerrard. Principles of anatomy and physiology. 12th ed. United States of America: John Wiley & Sons; 2009 18. Saladin, Ken. Anatomy & physiology. 5th ed. New York: The McGrawHill; 2010 19. Moore KL, Dalley AF, Agur AM. Clinically oriented anatomy. 6th ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2010 20. Junqueira CL and Carneiro. Basic histology: text & atlas. 11th ed. New York: The McGraw-Hill; 2005 21. Sherwood, Lauralee. Human physiology from cells to systems. 7th ed. United States of America: Brooks/Cole; 2010 22. Andrology Australia. Male Infertility a child of my own. Australia: Andrology Australia; 2011 23. Kumar K, Raju AB. A review on male fertility. Hygeia J Drugs Med 2011; 3(1): 20-28 24. Himpunan Endokrinologi Reproduksi dan Fertilitas Indonesia (HIFERI) dan Perhimpunan Fertilitas In Vitro Indonesia (PERFITRI). Konsensus penanganan infertilitas. Jakarta: HIFERI & PERFITRI; 2013 25. Goodman LS and Gilman A. Goodman & gilman’s the pharmacological basis of therapeutics. 11th ed. New York: The McGraw-Hill; 2006 37 26. MacNeil JD, Cuerpo L. Gentamicin [internet]. [cited 2014 September 4th] Available from: ftp://ftp.fao.org/ag/agn/jecfa/vetdrug/41-7-gentamicin.pdf 27. Departemen Farmakologi dan Terapeutik FKUI. Farmakologi dan terapi. Edisi 5. Jakarta: Badan penerbit FKUI; 2011 28. Khaki A, Afshin A, Iraj S, Baji P, Mahdi SA, Kachabi H. Comparative Study of aminoglycoside (gentamicin & streptomycin) and fluoroquinolone (ofloxcacin) antibiotics on testis tissue in rats: light and transmission electron microscopic study. Pak J Med Sci 2009; 25(4): 624629 29. Akondi RB, Akula A, Challa SR. Protective effect of rutin and naringin on gentamycin induced testicular oxidative stress. Eur J Gen Med 2011; 8(1): 57-64 30. Smith CM, Marks AD, Lieberman MA. Marks’s basic medical biochemistry: a clinical approach. 2nd ed. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins; 2005 31. Makker K, Agarwal K, Sharma, R. Oxidative stress & male infertility. Indian J Med Res 2009; 129(4): 357-67 32. Venkatesh S, Deecaraman M, Kumar R, Shamsi MB, Dada R. Role of reactive oxygen species in the pathogenesis of mitochondrial DNA (mtDNA) mutations in male fertility. Indian J Med Res 2009; 129: 127137 33. Mahan LK, Escott S. Krause’s food & nutrition therapy. 12th ed. United States of America: Saunders Elsevier; 2008 34. Colagar AH, Marzony ET. Ascorbic acid in human seminal plasma : determination and its relationship to sperm quality. J Clin Biochem Nutr 2009; 45(2): 144-9 35. Ogli SA, Enyikwola O, Odeh SO. Evaluation of the efficacy of separate oral supplements compared with the combined oral supplements of vitamin c and e on sperm motility in wistar rats. Niger J Physiol Sci 2009; 24(2): 129-135 36. Agarwal A, Prabakaran SA, Said TM. Prevention of oxidative stress injury to sperm. J Androl 2005; 26(6): 654-660 38 37. Donpunha W, Sompamit K, Pakdeechote P, Kukongviriyapan U, Pannangpetch P, Kukongviriyapan V. Effect of vitamin c on cadmiuminduced oxidative stress in mice. Srinagarind Med J 2009; 24 (Suppl) 38. International conference on harmonisation of technical requirement for registration of pharmaceuticals for human use. Detection of toxicity to reproduction for medicinal products and toxicity to male fertility S5 (R2) [internet]. [cited 2014 September 3rd]. Available from : http://www.ich.org/fileadmin/Public_Web_Site/ICH_Products/Guidelines/ Safety/S5_R2/Step4/S5_R2__Guideline.pdf 39. Jamsai D, O’Bryan MK. Mouse models in male fertility research. Asian J Androl 2011; 13: 139-151 40. Fernandez C, Bellentani FF, FernandesG, Perobelli JE, Paula A, Nascimento A, et al. Diet-induced obesity in rats leads to decrease in sperm motility. Rep Biol Endocrinol 2011; 9: 32 41. Saalu LC, Akuna GG, Ogunmodede OS. Evidences for deleterious role of free radicals in experimental varicocele using animal model. Br J Med Med Res 2013; 3(4): 1125-1143 42. Schurmann A, Koling S, Jacobs S, Saftig P, Kraub S, Wennemuth G et al. Reduced sperm count and normal fertility in male mice with targeted disruption of the ADP-Ribosylation Factor-Like 4 (Arl4) Gene. Mol Cell Biol 2002; 22(8): 2761-2768 43. Sharma DN. Ascorbic protects testicular oxidative stress and spermatozoa deformationsin male swiss mice exposed to lead acetate. Univers J Environ Res Technol 2013; 3: 86-92 44. Fetouh FA, Saied AE. Ameliorating effects of curcumin and propolis against the reproductive toxicity of gentamicin in adult male guinea pig: quantitative analysis and morphological study. Am J Life Sci 2014; 2(3): 138-149 45. Naglaa ZH, Hesham AM, Fadil HA, Motal A. Impact of metformin on immunity and male fertility in rabbits with alloxan-induced diabetes. J Am Sci 2010; 6(11): 417-426 39 46. Ayinde OC, Ogunnowo S, Ogedegbe RA. Influence of vitamin c and vitamin e on testicular zinc content and testicular toxicity in leads exposed albino rats. BMC Pharmacol Toxicol 2012;13:17 47. World Health Organization. WHO laboratory manual for the examination and processing of human semen. 5th Ed. Switzerland: WHO Press; 2010 48. Zahedi A, Khaki A, Ahmadi-Ashtiani HR, Rastegar H, Rezazadeh S. Zingiber officinale protective effects on gentamicin’s toxicity on sperm in rats. J Med Plants 2010; 9(35): 93-98 49. Emadi L, Azari O, Gholipour H, Saeedi M. Effect of vitamin c on epididymal sperm quality in the rat experimentally induced unilateral cryptorchidism. Iran J Vet Surg 2012; 7: 63-74 50. JoVe Science Education Database. Model organisms II: Mouse, zebrafish, and chick. An intorduction to the laboratory mouse: mus musculus. JoVE, Cambridge, MA, doi: 10.3791/5129; 2014 51. Laboratory Animal Resource Bank [internet]. Japan: National Institute of Biomedical Innovation; 2013 [cited 2014 September 3rd]. Available from: http://animal.nibio.go.jp/e_ddys.html 40 LAMPIRAN Lampiran 1 Surat Keterangan Sehat Mencit 41 Lampiran 2 Gambar Proses Penelitian Sampel penelitian Pengukuran BB sampel Vitamin C Injeksi intraperitoneal Terminasi mencit dengan dislokasi leher Proses sacrificed diambil bagian vesikula seminalis 42 (Lanjutan) Pembuatan suspensi spermatozoa Hemositometer Neubauer improved Larutan george + suspensi spermatozoa 43 Lampiran 3 Riwayat Penulis Identitas Nama : Herlina Rahmah Jenis kelamin : Perempuan Tempat, Tanggal Lahir : Bekasi, 21 Juli 1993 Agama : Islam Alamat : Jl. Narogong Elok Raya D 15 No. 1 RT/RW 001/010, Bekasi Timur Email : [email protected] Riwayat Pendidikan 1999 - 2005 : Sekolah Dasar Negeri Pengasinan VIII 2005 - 2008 : Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Jakarta 2008 – 2011 : Sekolah Menengah Atas Negeri 1 Jakarta 2011 – sekarang : Program Studi Pendidikan Dokter FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta