JIMVET. 01(2): 130-135 (2017) ISSN : 2540-9492 TOTAL BAKTERI Escherichia coli PADA SUSU KAMBING PERANAKAN ETAWAH DI KELURAHAN IBUH KECAMATAN PAYAKUMBUH BARAT PROVINSI SUMATERA BARAT The Total of Escherichia coli Count in Fresh Milk of Etawah Cross Breed in Ibuh Village West Payakumbuh Subdistrict West Sumatera Province Intan Paramitha Putri1, Erina2, Rastina3, M. Nur Salim4, Mahdi Abrar2, Muttaqien5 1Program Studi Pendidikan Dokter Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 3Laboratorium Kesmavet Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 4Laboratorium Patologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 5Laboratorium Parasitologi Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh 2Laboratorium E-mail: [email protected] ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui total bakteri Escherichia coli pada susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat. Sampel pada penelitian ini adalah dua belas sampel susu segar, yang diambil di peternakan kambing Peranakan Etawah di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat. Sampel diambil tiga kali dengan selang waktu satu minggu. Penghitungan bakteri dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC) berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan cara membuat satu seri pengenceran desimal (10-1-10-5). Hasil penelitian menunjukkan tidak ditemukannya bakteri Escherichia coli pada susu kambing Peranakan Etawah di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat. Dapat disimpulkan bahwa susu kambing Peranakan Etawah (PE) di peternakan kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat tidak tercemar bakteri Escherichia coli. Kata kunci: Esherichia coli, kambing peranakan etawah, susu, total plate count (tpc). ABSTRACT This research was done to count the total of Escherichia coli in fresh milk of etawah cross breed in Ibuh Village, West Payakumbuh Subdistrict, West Sumatera Province. Samples were twelve of fresh milk that taken from dairy farm in the Ibuh Village, West Payakumbuh Subdistrict, West Sumatera Province. Samples were taken three times with an interval of one week. Bacteria was counted using total plate count (TPC) method based on Standar Nasional Indonesia (SNI) by serial dilution (10 -1-10-5). The result of this research showed that Escherichia coli was not detected in fresh milk from Ibuh Village, West Payakumbuh, West Sumatera Province. It can be concluded that the fresh milk in the dairy farm in Ibuh Village, West Payakumbuh Subdistrict, West Sumatra province, is not contaminated with Escherichia coli. Keywords: Esherichia coli, PE goat, milk, total plate count (TPC). PENDAHULUAN Di Indonesia kambing merupakan bagian terpenting dari sistem usaha peternakan, seperti halnya dibeberapa negara di Asia, mulai dari dataran rendah hingga dataran tinggi. Pemeliharaan ternak kambing tidak hanya di pinggiran kota tetapi ada juga di tengah-tengah kota. Hal ini didukung oleh ternak kambing yang adaptif dengan berbagai kondisi agro-sistem dan tidak mempunyai hambatan sosial, artinya dapat diterima oleh semua golongan masyarakat (Sinar, 2011). Peternakan kambing telah menyebar luas di seluruh Indonesia salah satunya di kota Payakumbuh, Provinsi Sumatera Barat. Adapun peternakan terbesar yang ada di Kota Payakumbuh berada di Kecamatan Payakumbuh Barat, dengan luas wilayah 19,06 km2 atau 23,70 % dari total wilayah total Payakumbuh. Berdasarkan data dari Badan 130 JIMVET. 01(2): 130-135 (2017) ISSN : 2540-9492 Pusat Statistik (2016), total ternak kambing di Payakumbuh Barat adalah 1750 ekor dan ini merupakan jumlah ternak kambing terbesar di Kota Payakumbuh. Menurut Budi (2005), salah satu bangsa kambing di Indonesia yang diharapkan dapat ditingkatkan produksinya adalah kambing Peranakan Etawah (PE) yaitu bangsa kambing yang diperoleh dari kawin tatar (grading-up) antara kambing asli Indonesia (kambing kacang) dengan kambing Etawah yang didatangkan dari India. Menurut Apriliast (2007), kambing Peranakan Etawah (PE) merupakan kambing yang memiliki karakteristik yang baik dan khas. Jika ditinjau dari ukuran tubuh, warna rambut, dan juga produksi susu yang mencapai 1-2 liter per hari. Susu kambing dapat dikonsumsi sebagai pengganti susu sapi karena tidak bersifat alergen (Park dkk., 2007) dan memiliki kecernaan yang tinggi (Jandal, 1996). Masyarakat di kota Payakumbuh pada umumnya telah mulai beralih dari mengkonsumsi susu sapi ke susu kambing. Ini dapat dilihat dari mulai berkembangnya peternakan-peternakan kambing perah di Kota Payakumbuh. Hal ini disebabkan karena banyaknya manfaat dan khasiat dari susu kambing. Susu kambing termasuk bahan pangan alami yang mengandung nilai gizi tinggi, namun cepat mengalami kerusakan atau kebusukan bila tidak ditangani dengan tepat dan cepat. Kerusakan susu dapat disebabkan oleh berkembangnya bakteri dan metode penyimpanan yang tidak tepat (Ismanto dkk., 2013). Beberapa bakteri yang ada pada susu seperti Escherichia coli (E. coli), Salmonella sp., Staphylococcus aureus (S. aureus), Listeria monocytogenes (L. monocytogenes) dan Camphylo-bacter jejuni (C. jejuni) dilaporkan sebagai penyebab milk borne disease (Jeffrey dkk., 2009). Menurut Rombaut (2005), pencemaran pada susu mulai terjadi sejak proses pemerahan dari berbagai sumber seperti kulit, ambing, air, tanah, debu, manusia, peralatan, dan udara. Escherichia coli dan Salmonella sp. merupakan cemaran dalam susu yang berasal dari lingkungan sekitar kandang dan kotoran ternak. Pemerahan yang kurang diperhatikan tingkat kebersihan dan sanitasi kandang dapat memicu perkembangan bakteri. Bakteri berkembang dan dapat menjadi sumber penyakit terutama penyakit yang disebabkan oleh bakteri Escherichia coli pada susu yang terkontaminasi. Pada umumnya infeksi dapat terjadi karena kebiasaan masyarakat di Kota Payakumbuh yang mengkonsumsi susu kambing secara langsung tanpa diolah terlebih dahulu atau tanpa pasteurisasi. Susu diperoleh langsung dari peternak yang menjual susu di peternakan kambing Peranakan Etawah (PE) dan di Pasar Payakumbuh. Persyaratan susu segar dapat mengacu pada SNI No.7388:2009, meskipun standar khusus untuk susu kambing saat ini belum tersedia. Berdasarkan SNI tersebut, maka persyaratan susu segar mempunyai TPC, dan koliform masing-masing 1x106 cfu/ml, dan 2x10 cfu/ml, sedangkan Escherichia coli adalah negatif (BSN, 2009). Berdasarkan pernyataan tersebut maka dilakukan penelitian mengenai Total Bakteri Escherichia coli pada susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat. MATERIAL DAN METODE Penelitian ini menggunakan sampel susu dari 12 ekor kambing Peranakan Etawah (PE) dari peternakan kambing Peranakan Etawah di Kelurahan ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat. Susu diambil sebanyak 250 ml, dimasukkan ke dalam plastik dan kemudian dimasukkan ke dalam termos berisi es lalu dibawa ke Laboratorium Kesmavet Balai Veteriner Bukittinggi, Sumatera Barat. 131 JIMVET. 01(2): 130-135 (2017) ISSN : 2540-9492 Penghitungan bakteri dilakukan dengan metode Total Plate Count (TPC) berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) dengan cara membuat satu seri pengenceran desimal (10-1-10-5). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pemeriksaan total bakteri Escherichia coli pada sampel susu kambing Peranakan Etawah (PE) dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini. Tabel 2. Total bakteri Escherichia coli yang tumbuh pada media Eosin Methylen blue (EMB) pada sampel susu kambing Peranakan Etawah (PE) dari peternakan kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat No. Minggu 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. I II III Kode sampel Jenis sampel Escherihia coli 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Susu kambing PE Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Negatif Penelitian ini menggunakan media Eosin Methylen Blue (EMB) agar yang digunakan untuk proses penghitungan total bakteri Escherichia coli. Media ini berfungsi untuk menumbuhkan mikroba, isolasi, memperbanyak jumlah, menguji sifat-sifat fisiologi, dan perhitungan jumlah mikroba, yang dalam proses pembuatannya harus disterilisasi dan menerapkan metode aseptis untuk menghindari kontaminasi pada media. Eosin Methylen Blue (EMB) agar merupakan media selektif untuk pertumbuhan spesies bakteri Escherichia coli. Hasil uji total bakteri pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa tidak ditemukannya bakteri Escherichia coli dalam susu segar kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat. Hal ini sesuai dengan SNI 7388:2009, tentang persyaratan susu segar terhadap jumlah cemaran bakteri Escherichia coli adalah negatif. Dari hasil yang diperoleh dapat diketahui sampel susu dari peternakan kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat layak untuk dikonsumsi. Sebelum melakukan pemerahan susu, kandang kambing dibersihkan dari kotoran kambing dan pakan yang berserakan agar susu kambing tidak terkontaminasi pada saat proses produksi susu. Sanitasi terhadap kandang kambing dilakukan secara rutin pada pagi hari sebelum pemerahan sebanyak 1 kali sehari. Kotoran-kotoran kambing tersebut kemudian dimasukkan kedalam karung dan diolah menjadi pupuk yang dijual kepada masyarakat. Menurut pendapat Firman (2010), cemaran bakteri dalam jumlah yang tinggi pada susu tidak terlepas dari manajemen sanitasi pada saat 132 JIMVET. 01(2): 130-135 (2017) ISSN : 2540-9492 pemerahan. Serta higiene peralatan dan pemerah juga memiliki pengaruh terhadap besarnya jumlah bakteri pada saat susu diproses lebih lanjut sebelum pengiriman. Untuk menjaga susu tetap higienis, sebelum melakukan pemerahan petugas membersihkan ambing dengan menggunakan handuk yang dibasahi dengan air hangat. Namun pada minggu ke-2 dan minggu ke-3 terdapat perbedaan pada saat pembersihan ambing. Peternak membersihkan ambing dengan menggunakan handuk yang dibasahi dengan air hangat dan kemudian dibersihkan dengan menggunakan alkohol dengan tujuan pemberian air hangat dan alkohol adalah untuk mencegah kontaminasi dari mikroba terutama bakteri Escherichia coli terhadap susu. Bakteri Escherichia coli akan mengkontaminasi susu ketika ambing tidak dibersihkan dengan baik sebelum melakukan pemerahan. Setelah dibersihkan ambing dibiarkan hingga kering lebih kurang selama 30 menit. Hal ini sesuai dengan pendapat Santoso dkk. (2010), bahwa kebersihan kandang dan tubuh ternak berkaitan erat dengan kualitas susu. Usaha membersihkan kandang dan bagian-bagian tubuh dari ternak yang dapat mencemari hasil dari pemerahan bisa dilakukan dengan langkah-langkah berikut : 1) Lantai kandang dicuci dengan menggunakan air bertekanan tinggi; 2) Lipatan paha, ambing, dan puting pada ternak di cuci dengan menggunakan air hangat sembari dipijat secara perlahan; 3) Puting dikeringkan dengan kain bersih; 4) Membuang susu pada pancaran pertama. Sebelum melakukan pemerahan petugas atau anak kandang mencuci tangan dengan menggunakan sabun. Upaya ini dilakukan untuk mengurangi kontaminasi yang berasal dari tangan pemerah itu sendiri karena kebersihan tangan pemerah sering tidak diperhatikan (Cahyono dkk., 2013). Setelah itu pemerahan dilakukan di kandang kambing dengan menggunakan ceret tertutup yang terbuat dari bahan plastik sebagai wadah penampung susu. Sebelumnya wadah dicuci dengan air Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) dengan menggunakan sabun hingga bersih dan setelah itu dikeringkan hingga tidak ada sisa air cucian wadah. Menurut Sanjaya dkk. (2007), tingkat pencemaran pada susu juga dipengaruhi oleh air yang digunakan untuk membersihkan peralatan, tangan pemerah, dan ambing, sehingga perlu dijaga dari kontaminasi feses. Pemerahan dilakukan dengan tangan secara manual memijit ambing dengan metode whole hand (lima jari). Metode ini sering dilakukan pada ternak kambing. Menurut Lukman dkk. (2009), bahwa memerah dengan seluruh jari memiliki keuntungan yaitu memerah lebih cepat, puting tidak tertarik, dan puting tidak terlalu basah sehingga kotoran jarang atau sedikit terikut dalam susu. Ternak kambing yang diperah merupakan kambing Peranakan Etawah yang dipelihara dalam kondisi sehat. Berdasarkan pengakuan peternak, riwayat penyakit yang pernah diderita kambing adalah scabies, dan diare. Kambing yang menderita scabies biasanya diobati dengan obat yang diperoleh dari dokter hewan sedangkan kambing yang menderita diare diobati dengan obat tradisional berupa daun jambu biji. Berdasarkan pengakuan dari peternak, pemerahan susu kambing Peranakan Etawah (PE) dilakukan sebanyak dua kali sehari yaitu pagi dan sore. Sampel ini diambil pada pagi hari sekitar pukul 06.30 WIB. Peternak mempercayai bahwa susu yang diperah dipagi hari lebih banyak ketimbang pada sore hari dikarenakan kurangnya aktifitas kambing pada malam hari. Produksi susu yang baik diperoleh dari pakan yang mampu meningkatkan jumlah dan kualitas dari susu. Kebiasaan peternak setelah melakukan pemerahan, kambing diberikan pakan berupa konsentrat ampas tahu, ampas kedelai, kulit singkong 133 JIMVET. 01(2): 130-135 (2017) ISSN : 2540-9492 sebagai asupan nutrisinya berupa karbohidrat yang diperoleh dari pabrik tahu, pabrik krupuk singkong yang ada di Kota Payakumbuh. Pada pukul 15.00 WIB petugas kandang memberikan pakan hijauan berupa rumput liar. Upaya ini sesuai dengan pendapat Atabany (2002), bahwa produksi susu kambing dapat ditingkatkan dengan memilih manajemen yang baik, seperti pemberian pakan tambahan dan bibit yang berkualitas. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian susu kambing Peranakan Etawah (PE) di Kelurahan Ibuh, Kecamatan Payakumbuh Barat, Provinsi Sumatera Barat tidak tercemar bakteri Escherichia coli. DAFTAR PUSTAKA Apriliast, M. 2007. Penampilan Reproduksi Kambing Peranakan Ettawa (PE) Ras Kaligesing. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor, Bogor. Atabany, A. 2002. Strategi Pemberian Pakan Induk Kambing Perah Sedang Laktasi dari Sudut Neraca Energi. Makalah Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana IPB, Bogor. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2016. Kota Payakumbuh Dalam Angka. Juli. BPS Kota Payakumbuh. Payakumbuh. [BSN] Badan Standarisasi Nasional. 2009. SNI 7388:2009, Batas Maksimum Cemaran Mikroba dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional. Jakarta. Budi, U. 2005. Pengaruh Interval Pemerahan Terhadap Aktivitas Seksual Setelah Beranak Pada Kambing Peranakan Etawah. Jurnal Agribisnis Peternakan (1) 2: 53-61 Cahyono, D., M.Ch. Padaga, dan M.E. Sawitri. 2013. Kajian kualitas mikrobiologis (Total Plate Count (TPC), Enterobactericeae dan Staphylococcus aureus) susu sapi segar di Kecamatan Krucil Kabupaten Probolinggo. Jurnal Ilmu dan Teknologi Hasil Ternak 8 (1):1-8. Firman, A. 2010. Agribisnis Sapi Perah: Bisnis Sapi Perah Dari Hulu Sampai Hilir. Widya Padjadjaran. Bandung Ismanto, T., S. Utami., dan H. A. Suratim. 2013. Pengaruh Lama Penyimpanan Dalam Refrigerator Terhadap Berat Jenis dan Viskositas Susu Kambing Pasteurisasi. Jurnal Ilmiah Peternakan 1 (1) : 69-78. Jandal, J.M. 1996. Comparative Aspects Of Goat And Sheep Milk. Small Rumin. Res. 22:177-185. Jeffrey, T., Lejeune, and P.J.R. Schultz. 2009. Unpasteurized Milk: A Continued Publich Health Threat. Food Safety. Clinical. Infectious Diseases. (48):93-100. Lukman, D.W., M. Sudarwanto., A.W. Sanjaya., T. Purnawarman., H. Latif., dan R.R. Soejoedono. 2009. Pemerahan dan penanganan. Di dalam: Pisestyani H, editor. Higiene Pangan. Bogor: Fakultas Kedokteran Hewan, Institut Pertanian Bogor. hlm 51–56. Park, Y.W., M. Juarez, M. Ramos, and G.F.W. Haenlein. 2007. Physicochemical Characteristics Of Goat And Sheep Milk. Small Rumin. Res. 68:88-113. 134 JIMVET. 01(2): 130-135 (2017) ISSN : 2540-9492 Rombaut, R. 2005. Dairy Microbiology and Starter Cultures. Laboratory of Food Technology and Engineering, Gent University, Belgium. Sanjaya A.W, M. Sudarwanto, R.R. Soejoedono, T. Purnawarman, D.W. Lukman, dan H. Latif. 2007. Higien Pangan. Departemen Ilmu Penyakit Hewan dan Kesehatan Masyarakat Veteriner. Bogor: FKH-IPB. Santoso, I., S. Wijana dan W. H. Pratiwi. 2010. Penerapan logika fuzzy pada penilaian mutu susu segar. Jurnal Teknologi Pertanian 11 (1) : 47-53. Sinar, T. 2011. Kambing Peranakan Etawah Sumberdaya Ternak Penuh Berkah. Edisi 19-25 Oktober No. 3427. 135