1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Selulosa adalah biopolimer utama bumi dan merupakan sumber daya alam yang paling melimpah dalam lapisan bumi (Zhang et al., 2006). Selain merupakan produk utama dari fotosintesis, selulosa juga dapat dihasilkan oleh suatu bakteri cuka, yaitu Acetobacter. Acetobacter xylinum adalah jenis bakteri Acetobacter yang paling subur dalam menghasilkan selulosa. Organisme non fotosintetik ini dapat mengubah glukosa, gula, gliserol dan senyawa organik lainnya menjadi suatu selulosa murni atau selulosa bakteri. Selulosa bakteri adalah selulosa murni yang bebas dari lignin dan hemiselulosa, memiliki banyak keunggulan, seperti kristalinitas dan derajat polimerisasi yang tinggi, serta mempunyai sifat fisik dan mekanik yang kuat (Brown, 1995; Shibazaki et al., 1993). Berdasarkan keunggulan sifat selulosa bakteri tersebut, penelitian yang menuju pada perkembangan selulosa bakteri sebagai material yang bernilai tambah sudah banyak dilakukan. Beberapa di antaranya adalah penggunaan selulosa bakteri sebagai bahan diafragma audio speaker, pelapis badan mobil dan pesawat terbang, bahan pencampur dalam industri kertas, karakterisasi sifat listrik dan magnet, pendukung untuk sensor glukosa, dan sebagai membran dialisis. Selain itu, selulosa bakteri juga banyak digunakan untuk produk komersial, seperti produk makanan nata-de-coco; produk kosmetik dan kecantikan, untuk operasi plastik wajah, pelapis kuku tiruan, krim kulit, dan sebagainya (Brown, 1995; Piluharto, 2001). Namun sayangnya, penggunaan selulosa bakteri sebagai membran pemisah masih belum banyak dikembangkan. Membran dapat didefinisikan sebagai suatu lapisan penghalang tipis semipermiabel yang bersifat selektif dan berada di antara dua fasa, yaitu fasa umpan dan permeat. Membran dapat meloloskan suatu spesi kimia tertentu (permeat), tetapi menahan spesi kimia yang lain (retentat) (Mulder, 1996). Saat ini, teknologi membran telah berkembang sangat pesat dan aplikasinya banyak digunakan di bidang teknik dan industri. Penggunaan teknologi membran, di antaranya adalah untuk proses pemisahan, pemurnian dan pemekatan. Contohnya, dalam industri dairy untuk pengolahan limbah hasil proses pembuatan keju dan susu; dalam proses desalinasi air laut untuk mendapatkan air murni; sterilisasi dalam bidang kedokteran untuk penderita gagal ginjal, dan sebagainya (Mulder, 2006; Rektor et al., 2003). Berdasarkan proses pemisahan partikel dengan gaya dorong berupa perbedaan tekanan, membran dapat digolongkan menjadi membran mikrofiltrasi, ultrafiltrasi, nanofiltrasi, dan osmosa balik. Membran mikrofiltrasi adalah membran yang dapat digunakan untuk menahan diameter partikel yang lebih besar dari 100 nm; membran ultrafiltrasi untuk memisahkan makromolekul dengan berat molekul sekitar 104 sampai 106 Dalton, membran nanofiltrasi untuk memisahkan makromolekul dengan berat molekul lebih kecil lagi dan diperlukan tekanan lebih tinggi. Pemisahan molekul dengan berat molekul yang sangat kecil memerlukan membran yang sangat padat (asimetris), yang disebut dengan membran osmosa balik (Mulder, 1996). Pada penelitian ini, dimanfaatkan penggunaan selulosa dari air kelapa yang mudah diperoleh dan banyak tersedia di alam Indonesia. Potensi air kelapa sebagai bahan yang memberikan nilai ekonomis sudah cukup lama diketahui orang, yaitu sebagai bahan pembuat cuka, koagulan lateks, dan yang paling terkenal adalah sebagai bahan produk makanan nata-decoco (Yuliani, 2006). Dalam penelitian ini, dilakukan pembuatan selulosa bakteri nata-decoco melalui fermentasi air kelapa oleh Acetobacter xylinum menjadi membran pemisah dengan perbandingan dua metode pencucian untuk meningkatkan kemurnian selulosa. Beberapa penelitian sebelumnya, telah melakukan percobaan dengan memanfaatkan nata-decoco sebagai membran ultrafiltrasi (Piluharto, 2001), membran dialisis (Shibazaki et al., 1993), membran osmosa balik (Putra, 2001), dan modifikasi nata-de-coco sebagai membran selulosa asetat (Yuliani, 2006). Membran pemisah tersebut diperoleh dari nata-de-coco yang sebelumnya telah mengalami proses pencucian dengan perendaman variasi konsentrasi NaOH (Piluharto, 2001), pencucian dengan NaOH (Shibazaki et al., 1993; Yuliani, 2006), dan variasi larutan NaOH-NaClO (Putra, 2001). Proses pencucian tersebut berguna untuk memurnikan nata-de-coco sehingga dihasilkan selulosa murni yang memiliki hubungan antar rantai yang kuat dan rapat serta dapat menghasilkan membran pemisah yang efektif. Berdasarkan pada penelitian sebelumnya maka pada penelitian ini, dilakukan perbandingan hasil karakterisasi membran nata-de-coco antara metode pencucian dengan larutan basa NaOH dan pencucian dengan alat ultrasonik. Prinsip utama dari ultrasonik adalah dengan memanfaatkan sifat gelombang ultrasound, yang umumnya memiliki frekuensi antara 15400 kHz. Kinerja ultrasonik yang terbukti cepat, tidak memerlukan banyak tenaga, dan efisien ini, diharapkan dapat mengoptimalkan membran nata-de-coco sebagai membran pemisah yang efektif, dengan peningkatan pada laju permeasi (nilai fluks) tanpa mengurangi kemampuan menahan suatu spesi (nilai rejeksi) (Feng et al., 2005). Selain itu, diharapkan pencucian membran dengan ultrasonik, dapat meminimalkan penggunaan bahan-bahan kimia di laboratorium. 2 Karakterisasi berupa nilai fluks dan persen rejeksi dari dekstran T-70, T-500, T-2000, dilakukan untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan membran dalam melewatkan spesi kimia tertentu. Morfologi permukaan dan penampang lintang membran dapat dilihat dengan menggunakan Scanning Electron Microscopy (SEM). Dengan optimasi menggunakan dua metode pencucian yang berbeda ini, diharapkan diperoleh hasil karakterisasi membran nata-de-coco yang lebih baik sehingga dapat digunakan sebagai membran pemisah yang lebih efektif. 1.2 Tujuan Penelitian Penelitian Tugas Akhir yang dilakukan ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh metode pencucian nata-de-coco terhadap karakteristiknya sebagai membran pemisah. Hal ini dilakukan dengan membandingkan hasil karakterisasi terhadap metode pencucian membran nata-de-coco menggunakan variasi waktu ultrasonik, yaitu 0,5; 1; 1,5 jam dan metode pencucian dengan perendaman membran nata-de-coco dalam NaOH 1% (w/v). Karakterisasi meliputi penentuan fluks air, selektivitas terhadap dekstran, uji tarik dan analisis morfologi membran, dilakukan untuk mengetahui hasil optimal dari kegunaan membran pemisah tersebut. 1.3 Ruang Lingkup Penelitian Pada penelitian Tugas Akhir ini, dilakukan pembuatan membran nata-de-coco melalui proses fermentasi air kelapa dengan menggunakan Acetobacter xylinum. Hasil nata-de-coco yang terbentuk lalu dibagi untuk dilakukan dua metode pencucian. Sebagian nata-de-coco dilakukan metode pencucian dengan menggunakan variasi waktu ultrasonik, yaitu 0,5; 1; dan 1,5 jam dan sisanya dilakukan metode pencucian dengan perendaman dalam larutan NaOH 1 % (w/v) selama 24 jam. Setelah dilakukan proses tekan pada membran nata-de-coco hasil pencucian dengan menggunakan alat hydraulic press, membran tersebut dikeringkan lalu dikarakterisasi untuk menentukan kemampuan dan sifatnya. Karakterisasi yang dilakukan meliputi pengukuran nilai fluks air dan dekstran (T-70, T-500, dan T-2000), serta persen rejeksi dari masingmasing dekstran untuk mencari nilai MWCO (Molecular Weight Cut Off). Selain itu dilakukan uji mekanik, yaitu uji tarik terhadap membran dan analisis morfologi permukaan serta penampang lintang membran dengan menggunakan SEM (Scanning Electron Microscopy). 3