BAB II TINJAUAN PUSTAKA II.1 Enzim Enzim merupakan protein yang berfungsi sebagai biokatalis dalam sel hidup. Enzim telah banyak digunakan dalam bidang industri pangan, farmasi dan industri kimia lainnya. Dalam bidang pangan misalnya amilase, glukosaisomerase, papain, dan bromelin, sedangkan dalam bidang kesehatan contohnya amilase, lipase, dan protease. Enzim dapat diisolasi dari hewan, tumbuhan dan mikroorganisme. Kelebihan enzim dibandingkan katalis biasa adalah : dapat meningkatkan produk beribu kali lebih tinggi; bekerja pada pH yang relatif netral dan suhu yang relatif rendah; dan bersifat spesifik dan selektif terhadap subtrat tertentu (Azmi, 2006). II.2 Selulosa Selulosa merupakan suatu polimer alami yang terdiri dari unit-unit glukosa anhidrida yang membentuk ikatan β-1,4 seperti yang ditunjukan pada gambar berikut: Gambar II.1 Struktur selulosa Selulosa sangat erat berasosiasi dengan hemiselulosa dan lignin. Isolasi selulosa membutuhkan perlakuan kimia yang intensif. Selulosa terdiri dari -1-4- 3 4 glikosidik. Residuļ¢unit monomer D-glukosa yang terikat melalui ikatan glukosa tersusun dengan posisi 180O antara satu dengan yang lain, dan selanjutnya pengulangan unit dari rantai selulosa membantuk unit selobiosa. Derajat polimerasi (DP) selulosa bervariasi antara 7000 – 15000 unit glukosa, tergantung pada bahan asalnya (isrol.wordpress.com, 2012). Ikatan glikosidik β-1,4 dan ikatan hidrogen pada struktur selulosa yang sangat kohesif menyebabkan serat-serat selulosa sangat kuat dan sukar larut dalam air. Pada dinding sel tanaman, serat-serat selulosa melekat dan bersilangan dengan matriks yang mengandung polisakarida lain serta lignin (Monica, 2007). II.3 Enzim selulase Selulase meerupakan suatu kompleks enzim yang terdiri dari beberapa enzim yang bekerja bertahap atau bersama-sama menguraikan selolosa menjadi glukosa dengan cara menghidrolisis ikatan β-1,4 pada selulosa. Ada empat kelompok enzim utama yang menyusun selulase berdasarkan spesifitas substrat masing-masing enzim (Enari, 1983). Empat kelompok enzim utama yang menyusun selulase berdasarkan spesifitas substrat masing-masing, adalah: 1. Enzim endo-β-1,4 glukanase, memiliki nama sistimatik β-1,4-D-Glukano hidrolase. Enzim ini menghidrolisis ikatan glikosidik β-1,4 secara acak dan bekerja terutama pada daerah amorf dari serat selulosa, misalnya pada CMCase. 5 2. Enzim β-1,4-D-Glukan Seliohidrolase, menyerang ujung rantai selulosa non produksi dan menghasilkan selobiosa. 3. Enzim β-1,4-D-Glukan Glukohidrolase, menyerang ujung rantai selulosa non produksi dan menghaasilkan D-glukosa. 4. Enzim β-1,4-Glukosidase dengan nama sistematik β-1,4-Glukosida Glukohidrolase, menghidrolisis selobiosa dan rantau pendek selooligosakarida dan menghasilkan D-glukosa. II.4 Oat Meal (Gandum) Gandum (Triticum sp.) termasuk dalam golongan serealia yang merupakan bahan makanan sumber karbohidrat. Selain sebagai bahan makanan, serealia dapat pula diolah sebagai bahan-bahan industri yang penting, baik bentuk karbohidrat utamanya atau komponen lainnya (Anonim, 2009) Gambar II.2 Gandum Gandum merupakan bahan makanan yang banyak mengandung karbohidrat. Oleh karena itu, sebagian besar penduduk dunia mengonsumsi gandum sebagai makanan pokok selain beras. Gandum dapat diolah menjadi 6 berbagai macam produk olahan seperti mie, pasta, tepung gandum sebagai bahan baku pembuatan roti (Anonim, 2009). II.5 Trichoderma sp. Trichoderma merupakan jamur inperfektif (tak sempurna) dari Subdivisi Deuteromycotina, Kelas Hyphomycetes, Ordo Moniliaceae, konidiofor tegak, bercabang banyak, agak berbebtuk kerucut, dapat membentuk klamidospora, pada umumnya koloni dalam biakan tumbuh dengan cepat, berwarna putih sampai hijau (Agustina, 2010). Selulase yang dihasilkan dari Trichoderma Viride mengandung exo-β-1,4glucanase, endo-β-1,4-glucanase, dan β-1,4-glucosidase. Kompleks selulase pada Trichoderma Viride telah benar-benar dipelajari. Enzim ini dapat mengubah selulosa alami sama baiknya dengan selulosa turunan menjadi glukosa (Worthington, 1988). II.6 Metode Penelitian II.6.1 Pengendapan Pengendapan biasanya dilakukan dengan penambahan ammonium sulfat, pelarut organik, dan polimer dengan berat molekul tinggi. Dalam penggunaan ammonium sulfat, enzim dapat diendapkan dan difraksinasi dengan “salting out”, prinsipnya adalah pengendapan terjadi karena pada awalnya molekul air menghidrasi molekul-molekul protein, namun saat ammonium sulfat ditambahkan maka protein akan mengendap 7 karena afinitas air terhadap ammonium sulfat lenih besar daripada dengan protein sehingga protein menjadi tidak stabil dan akhirnya mengendap (Aulanni’am, 1997). Penggunaan pelarut organik bertujuan untuk mengurangi tetapan dielektrik air, dengan demikian dapat mengurangi kelarutan protein karena interaksi antara molekul protein lebih disukai dibandingkan antara molekul protein dan air. Protein dapat diendapkan dengan pelarut organaik tanpa merusak struktur protein bila diendapkan pada suhu dibawah 4OC. Pelarut organik yang biasa digunakan adalah: isopropanol, etanol, metanol, dan aseton. Jika pengendapan protein dengan menggunakan polimer berat molekul tinggi, maka biasanya yang digunakan adalah Polietilen glikol (PEG) dengan BM antara 4000-6000. Berbeda dengan pelarut organik, polimer ini dalam larutan protein akan memberikan efek penstabil molekul protein. Penggunaan polimer ini efektif pada konsentrasi rendah, sekitar 612% (Setiasih, 2005). II.6.2 Dialisis Dialisis adalah proses transpor solut melalui membran, dimana solut dipindahkan antara dua cairan. Pada proses dialisis terjadi perpindahan garam ammonium sulfat yang mempunyai berat molekul rendah dari sampel berganti dengan larutan buffer dalam dialisat (Aulanni’am, 1997). Dialisis dilakukan untuk menghilangkan kadar garam 8 yang tersisa dari proses pengendapan dengan ammonium sulfat menggunakan kantong dialisis. Difusi garam dari satu sisi membran ke sisi lain yang terjadi karena adanya gradien konsentrasi. Perbedaan kecepatan difusi melalui membran timbul karena adanya perbedaan ukuran molekul yang menyebabkan garam terpisah dari protein (Monica, 2007). II.6.3 Sentrifugasi Tekhnik sentrifugasi adalah suatu tekhnik pemisahan berdasarkan sifat partikel dalam medan gaya sentrifugal. Partikel yang berbeda berat jenis, ukuran dan bentuknya mengendap searah dengan gaya sentrifugal dengan kecepatan berbeda. Partikel yang akan dipisahkan biasanya disuspensi dalam medium cair yang dimasukan dalam tabung sentrifugal yang dapat ditempatkan dalam rotasi yang berputar, rotor terletak pada pusat sumbu simetri (Lehninger, 1994). II.7 Metode Penentuan Aktivitas Enzim dan Aktivitas Spesifik Enzim II.7.1 Metode Nelson-Soumogyi Penentuan aktivitas enzim dilakukan dengan metode spektrofotometri dimana dilakukan penentuan terhadap produk enzimnya yaitu glukosa dengan metode Nelson-Soumagyi yang prinsipnya adalah pemanasan gula dengan larutan alkali dari tembaga tartrat dan terbentuk cupri oksida (Lehninger, 1994). 9 II.7.2 Metode Lowry Protein dengan asam fosfotungstien-fosfomolibdat pada suasana alkali akan memberi warna biru yang intensitasnya tergantung pada konsentrasi protein. Larutan A terdiri atas fosfotungstein, fosfomolibdat. Larutan B (2% Na2CO3 dalam NH4OH 0,1 N, CuSO4 dan Na-K tartrat 2%). Cara penentuannya adalah sebagai berikut, 1 ml larutan protein ditambah 0,5 ml lowry B, digojog dan biarkan 20 menit. Selanjutnya diamati OD nya pada λ yang terpilih. Cara lowry 20 kali lebih sensitif pada cara UV atau buret (Lehninger, 1994).