15 HASIL DAN PEMBAHASAN Identifikasi Berdasarkan Morfologi Berdasarkan hasil identifikasi preparat ulas darah anjing ras Doberman dan Labrador Retriever yang berasal dari kepolisian Kelapa Dua Depok, ditemukan dua jenis parasit darah yang mempunyai habitat di dalam sel darah merah (intraseluler) yaitu Babesia sp. dan Theileria sp., keduanya merupakan parasit darah yang sering menginfeksi hewan kecil diantaranya anjing. Phenzhorn (2006) melaporkan bahwa jenis parasit dalam sel darah merah hewan liar yang biasa ditemukan adalah jenis Babesia sp. dan Theileria sp. Dari ketujuh preparat ulas darah anjing ras Doberman ditemukan protozoa parasit darah dan dari setiap preparat ulas darah dapat ditemukan lebih dari satu jenis parasit darah yaitu Babesia sp. dan Theileria sp., begitupun dengan anjing ras Labrador Retriever dari ketujuh ekor anjing ditemukan protozoa parasit darah dan dari preparat ulas darah dapat ditemukan lebih dari satu jenis parasit Babesia sp. maupun Theileria sp. dari pemeriksaan tersebut semua anjing terinfeksi parasit Babesia sp. dan Theileria sp. Protozoa parasit yang terlihat pada pemeriksaan preparat ulas darah merupakan protozoa intraeritrositik berbentuk seperti buah pir berpasangan dengan warna yang lebih gelap dibandingkan sitoplasma dari sel darah merah. Karakteristik ini sesuai dengan morfologi Babesia sp. (Cleveland et. al 2002) dan merupakan parasit eritrositik (Gambar 9). Selain Babesia sp. ditemukan pula protozoa parasit yang mengarah pada morfologi dari Theileria sp. pada preparat ulas darah yang diperiksa terlihat parasit yang berbentuk batang dan dan bentuk yang menyerupai koma dengan warna yang lebih gelap dibandingkan sitoplasma dari sel darah merah (Gambar 10). Karakteristik ini sesuai dengan morfologi Theileria sp. Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria sp. yang paling dominan adalah bentuk batang. Infeksi parasit ini dapat menyebabkan perubahan gambaran darah pada hewan yang terinfeksi. Menurut Bandini (2001), jenis kelamin tidak mempengaruhi tingkat infeksi parasit. Akan tetapi jika ditemukan parasit dengan jumlah yang lebih banyak pada salah satu jenis kelamin maka kemungkinan hal 16 tersebut dipengaruhi oleh faktor eksternal, antara lain faktor stres pada hewan. Tingkat stres pada hewan akan mempermudah infeksi parasit darah, karena kondisi yang menurun akan menyebabkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh akan menurun pula sehingga lebih rentan terhadap infeksi parasit. Babesia sp. Babesia sp. merupakan salah satu jenis parasit darah yang berasal dari filum apicomplexa dan famili Babesiidae. Dalam sel darah merah bentuk Babesia sp. berpasangan seperti buah pir berbentuk sudut pada kedua ujungnya, akan tetapi kadang-kadang dijumpai bentuk yang tidak berpasangan. Ukuran Babesia sp. diperkirakan memiliki panjang 1-1.5 µm dan panjang 0.5-1.0 µm (Soulsby 1982). Dua spesies dari genus Babesia yang dominan menginfeksi anjing, yaitu Babesia canis dan Babesia gibsoni. Babesia canis ini terbagi lagi menjadi tiga subspesies, yaitu Babesia canis canis, Babesia canis vogeli dan Babesia canis rossi (Caccio et. al 2002). Babesia canis memiliki bentuk menyerupai buah pir dan memiliki diameter 2.5-5.0 mikron, meruncing pada salah satu ujungnya dan pada ujung lain tumpul, dan berpasangan (Hunfeld et. al 2008). Masing-masing subspesies ini dapat dibedakan berdasarkan analisis rangkaian gen rRNA dan perbedaan sifat alami dan virulensinya pada anjing. Babesia canis canis dilaporkan paling sering menginfeksi anjing ras Doberman (Chauvin et. al 2009). Gejala klinis yang biasanya terlihat pada anjing yang terinfeksi babesia berupa gejala demam, hemoglobinuria, ikterus, dan splenomegali (Yatim dan Herman 2006; Skotarczak 2008; Crnogaj et. al 2010). Gejala kronis yang yang biasanya terlihat adalah demam, kehilangan nafsu makan hingga menyebabkan bobot badan menurun (Skotarczak 2008; Sugiarto 2005; Crnogaj et. al 2010). Infeksi babesia dalam jumlah banyak dapat menyebabkan kematian pada hewan (Nasution 2007). 17 A B Gambar 9 Babesia sp.(A) hasil pengamatan dan Babesia sp. dengan pembesaran 1000 X dan Babesia sp.(B) berdasarkan literatur (Cleveland et. al 2002). Theileria sp. Theileria merupakan parasit darah yang berasal dari filum apicomplexa dan famili Theileriidae. Menurut Soulsby (1982) bentuk Theileria yang paling dominan adalah bentuk batang yang memiliki ukuran diperkirakan 1.5-2.0 x 0.51.0 µm (Kaufmann 2001). Akan tetapi sering juga ditemukan bentuk lain yang sering dijumpai pada eritrosit yaitu bentuk oval, bundar, dan bentuk yang menyerupai koma 0.5 x 2.0 µm (Kaufmann 2001). Jenis Theileria yang sering menginveksi anjing yaitu Theileria annae (Dixit 2010). Simoes et. al (2011) menyatakan bahwa gejala klinis pada hewan yang terinfeksi Theileria sp. dapat berupa letargi, anoreksia, membran pucat, hipetermia, hiperglobinuria, splenomegali, trombositopenia, dan anemia. A B Gambar 10 Theileria sp. (A) hasil pengamatan dengan pembesaran 1000 X dan Theileria sp. (B) berdasarkan literatur (Kaufmann 2001). 18 Presentase Parasitemia Berdasarkan hasil identifikasi yang telah dilakukan diperoleh hasil nilai parasitemia yang dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 Rataan persentase parasit pada anjing ras Doberman dan Labrador retriever. Jenis anjing n Persentase parasit Babesia Persentase parasit Theileria Doberman 7 0. 6857± 0.1952 0.6486±0.2930 Labrador Retriever 7 0. 6771 ±0.1035 0.6857±0.0962 Keterangan: Hasil menunjukan hubungan yang tidak berbeda nyata ( p>0.1). Tingkat parasitemia diklasifikasikan menjadi tiga tingkatan. Tingkatan pertama adalah tingkat ringan (mild reaction) yaitu bila ditemukan 1-4 parasit darah per 500 eritrosit (parasitosis <1%), tingkatan kedua adalah tingkat lebih berat (servere reaction) bila ditemukan 5-10 parasit per 500 eritrosit (parasitosis 3%), sedangkan tingkatan yang ketiga adalah tingkat berat sekali (very servere reaction) yaitu bila ditemukan lebih dari sepuluh parasit per 500 eritrosit (parasitosisnya 5-9%) (Birkenheuer et. al 2003; Camacho 2004). Berdasarkan data yang diperoleh dapat diketahui bahwa tingkat parasitemia Theileria sp. dan Babesia sp. pada anjing ras Doberman dan ras Labrador Retriever, nilai tersebut menunjukan bahwa tingkat parasitemia masih dalam stadium ringan (mild reaction) yaitu kurang dari 1 %. Mengacu dari referensi di atas, tingkat parasitemia yang kurang dari 1% hanya menyebabkan terjadinya parasitiasis (Soulsby 1982). Parasitiasis adalah keadaan dimana infeksi parasit belum menimbulkan lesi jelas atau tanda klinis pada induk semangnya. Menurut Simoes et. al (2011), gejala klinis dapat terjadi jika tingkat parasitemia dalam jumlah yang banyak. Akan tetapi jika infeksi parasit terjadi secara bersamaan dan saling mempengaruhi antar parasit dalam darah, tingkat parasitemia yang rendah (<1%) dapat memicu timbulnya gejala klinis (Birkenheuer et. al 2003). Faktor yang dapat memicu timbulnya gejala klinis yaitu faktor eksternal misalnya tatalaksana pemeliharaan, suhu, dan musim, sedangkan faktor internal yang dapat memicu timbulnya suatu gejala klinis misalnya status imunitas individu dan status nutrisi seperti defisiensi vitamin dan asam folat (Guyton dan 19 Hall 2007). Tingkat stres pada hewan juga akan mempermudah infeksi parasit darah, karena kondisi yang menurun akan menyebabkan daya tahan tubuh dan kekebalan tubuh akan menurun pula sehingga lebih rentan terhadap infeksi parasit. Penularan parasit darah dari satu hewan ke hewan lainnya dapat diperantarai oleh vektor seperti caplak. Infestasi caplak dalam jumlah banyak dapat menyebabkan timbulnya gejala klinis berupa anemia, karena caplak ini akan menghisap darah (James dan Leah 2001). Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya Patmawati (2007) dan Anggayasti (2007) melaporkan bahwa anjing-anjing yang diambil darahnya ditemukan investasi caplak dalam jumlah yang banyak. Caplak merupakan vektor dari parasit darah Babesia sp. dan Theileria sp. Peningkatan jumlah caplak diduga dapat mengindikasikan peningkatan jumlah parasit pada eritrosit. Namun, hal ini tidak sesuai dengan hasil penelitian ini yang menunjukan bahwa hasil pemeriksaan parasit darah memperlihatkan adanya infeksi Babesia sp. dan Theileria sp. dengan stadium ringan yaitu kurang dari 1% walaupun dengan investasi caplak yang cukup tinggi. Tingkat parasit yang rendah dengan infestasi caplak yang tinggi dapat mengindikasikan bahwa pada saat dilakukan pengambilan darah infeksi parasit telah berjalan kronis (Altay et. al 2008) dan mencapai stadium penyembuhan (Bakken et. al 2006). Pada masa penyembuhan ini hewan yang terinfeksi parasit akan menjadi carrier (OIE 2012) dan dapat menjadi sumber infeksi bagi caplak yang berperan sebagai vektor (Oliveira et. al 1995).