Pengenalan dan Pemahaman Masalah Anak Olivia Tjandra Waluya, M. Si., Psi Anak dengan Dirinya Sendiri Sejak lahir, anak memiliki kualitas bawaan Kualitas bawaan itu memiliki pengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak Hal yang termasuk kualitas bawaan anak: sifat, kualitas genetik, dll Contoh: Anak di dalam Konteks Lingkungan (Bronfenbrenner) Jadi Manusia adalah makhluk sosial yang hidup bersama dengan manusia lain anak sebagai individu memiliki berbagai aspek dalam diri yang kurang sesuai dengan lingkungan, atau mungkin sebaliknya lingkungan yang mengganggu diri anak Terjadilah masalah Bagaimana cara untuk mengenali dan memahami lebih jauh mengenai masalah pada anak? Referensi Mash & Wolfe. (2010). Abnormal Child Psychology: 86-98. USA: Cengage Learning Untuk memahami masalah pada anak, psikologi kadangkala tidak bisa berdiri sendiri Kadangkala masalah pada anak perlu penanganan yang holistik dari berbagai bidang disiplin ilmu (misal: psikolog, psikiater, spesialis pendidikan, terapis wicara) Multimethod asessment approach Diagnosis, perencanaan penanganan, evaluasi Multimethod asessment approach 1. Wawancara 2. Observasi 3. Kuesioner 4. Pengukuran aspek psikis (tes) *Diskusikan dalam kelompok mengenai keempat hal di atas! Diskusi Kelas Wawancara *memungkinkan kita untuk mendapatkan data dengan cara yang fleksibel dan singkat secara terus-menerus Anak datang ke psikolog biasanya didampingi oleh orangtua dan atas kesadaran orangtua Perlu wawancara awal (initial interview) Wawancara (anamnesa) Berdasarkan individu yang diwawancara: Auto anamnesa: wawancara dilakukan pada anak secara langsung Allo anamnesa: wawancara dilakukan pada significant others di sekitar anak (orangtua, pengasuh, temanteman, tetangga, kakek nenek, dll) yang banyak berinteraksi langsung dengan anak Prosedur wawancara Klien diminta untuk menceritakan sesuatu dengan panduan, yang memungkinkan anak dan orangtua untuk menyampaikan pemikiran dan perasaan mereka yang sesungguhnya, mirip seperti yang terjadi dalam kehidupannya sehari-hari. Diperkuat dengan observasi Umumnya menggunakan wawancara semi terstruktur Contoh pertanyaan (untuk anak yang mengalami depresi): 1. Apakah kamu sering merasa sedih? 2. Apakah kamu sering merasa sulit berkonsentrasi di sekolah? Hal yang umum ditanyakan dalam wawancara – Masa prenatal Ibu dan saat kelahiran – Perkembangan anak (berjalan, bicara, toilet training, dll) – Catatan medis anak – Karakteristik dan riwayat keluarga (usia dan pekerjaan , status pernikahan, budaya, pendidikan dan riwayat mental ortu dan saudara-saudaranya) – Kemampuan sosial dan riwayat pendidikan anak – Mengenai permasalahan – Harapan orangtua Observasi – Untuk menunjang interview – Sering disebut komunikasi nonverbal – Yang diobservasi: ekspresi wajah, postur tubuh, suara, sopan santun, perilaku motorik, perilaku saat berinteraksi dengan ortu, guru, teman; perilaku spesifik pada saat tertentu – Sangat penting kesesuaian hasil wawancara dengan hasil observasi Behavioral asessment Strategi untuk mengevaluasi pemikiran, perasaan, dan perilaku dalam setting tertentu Untuk pembentukan hipotesis mengenai permasalahan dan apa yang dapat dilakukan terhadap permasalahan tersebut (Haynes & Heiby dalam Mash & Wolfe, 2010) Dapat menggunakan teknik ABC atau dengan alat bantu CBCL (Child Behavior CheckList) melibatkan ortu, guru, teman, adik untuk menilai frekwensi tampilnya perilaku ttt. Behavioral Asessment - Ada target perilaku yang merupakan inti permasalahan, yang bertujuan untuk menentukan faktor-faktor yang mengatur atau mempengaruhi perilaku ini. - Contoh: perilaku sakit perut pada anak setiap hari Senin pagi yang berakibat tidak masuk sekolah - Ingat! Permasalahan pada anak seringkali erat kaitannya dengan orang dewasa di sekitar kehidupan anak. Jadi jangan lupa juga untuk melakukan observasi pada orang dewasa Assessment ABC – A = antecedent, peristiwa yang memicu terjadinya perilaku (Mama Felicia memintanya untuk berangkat ke sekolah) – B = behaviour, perilaku bertujuan (Felicia mengeluh sakit perut, dan menolak pergi ke sekolah) – C = consequences, peristiwa yang mengikuti perilaku bertujuan (Mama membiarkan Felicia tinggal di rumah) keluhan fisik dan penolakan Felicia untuk pergi ke sekolah diperkuat dengan izin dari Mama untuk tidak pergi ke sekolah. Pengukuran Aspek Psikis / Tes Tes adalah serangkaian tugas yang diberikan dalam kondisi terstandard, dengan tujuan untuk mengetahui beberapa aspek dalam diri anak seperti pengetahuan, keterampilan, dan kepribadian anak. Umumnya ada norma kelompok. Bertujuan untuk screening (identifikasi kemungkinan masalah pada anak, diagnosis, dan evaluasi perkembangan anak Tes yang umumnya dilakukan – Tes intelegensi – Tes Kepribadian – Tes neuropsikologi Tes Intelegensi – Untuk mengevaluasi fungsi intelektual dan pendidikan anak, sebagai salah satu kunci dari beragamnya gangguan pada perkembangan anak (Sattler dalam Mash & Wolfe, 2010). Contoh: gangguan berpikir dan belajar pada anak dapat merupakan hasil dari masalah emosi dan belajar – Intelegensi adalah kapasitas keseluruhan seorang individu untuk memahami dan beradaptasi dengan dunia di sekitarnya (Wechsler, dalam Mash & Wolfe, 2010) – Contoh tes Intelegensi: WISC, IST, Stanford-Binnet Tes Kepribadian – Untuk mengetahui sifat atau pola sifat yang merupakan karakter individu dan menentukan bagaimana individu berinteraksi dengan lingkungan (Roberts & DelVecchio dalam Mash & Wolfe, 2010) – Contoh: anak yang menarik diri dari lingkungan, sering disebut orangtua sebagai pemalu, atau orang yang tidak peduli pada lingkungan di sekitarnya – Contoh: MMPI-A dan PIC – 2, DAP, HTP, dll Tes Neuropsikologi – Bertujuan untuk mengaitkan fungsi otak dengan pengukuran perilaku yang obyektif yang terkait dengan sistem saraf pusat – Contoh: sentuhnya jari manis ke ujung hidung dengan mata tertutup hal ini sulit dilakukan pada anak yang mengalami disfungsi atau kerusakan otak. – Pengukuran perilaku dapat digunakan untuk menyimpulkan mengenai disfungsi sistem saraf pusat, dan bahkan akibat dari disfungsi ini terhadap anak Materi Selanjutnya Prinsip-Prinsip Perkembangan