Ikan Bilih , Raja Kecil

advertisement
VISI (2010) 18 (2) 254-261
KAJIAN BIO-EKOLOGI POPULASI IKAN BILIH
DI PERAIRAN DANAU TOBA
Pohan Panjaitan
ABSTRACT
Bilih fishes (Mystacoleucus padangensis Bleeker) is not native species of Lake
Toba, other wise it is from Lake Singkarak, West Sumatra. There is a sharp
increase in the population number of bilih fishes in Lake Toba due to water
quality of Lake Toba supports the life of bilih fishes. Therefore fishermen of Lake
Toba get benefit from the high growth of bilih fishes. However, there is still big
question for public whether population of bilih fishes has detrimental effect on
Lake Toba ecosystem due to bilih fishes is not native species and so far there is no
information of bilih fishes bio-ecology published in scientific magazine. Based on
previous explanation, the study of bilih bio-ecology is essentially required in order
to manage
sustainable fisheries of bilih fishes in Lake Toba. The study was
carried out through survey of literatures combined with discussion with fisheries
experts introducing bilih fishes into Lake Toba as well as with local fishermen of
Lake Toba.
------------Key wold: native species, population, bio-ecology, sustainable fisheries
1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Ikan bilih (Mystacoleucus padangensis Bleeker) merupakan ikan
endemic yang hidup di Danau Singkarak, Sumatera Utara. Introduksi ikan
vbilih ke Danau Toba, Sumatra Utara dilakukan setelah ahli peneliti perikanan
mempertimbangkan hasil kajian ikan bilih di habitat aslinya, Danau Singkarak
dan hasil kajian yang dilakukan di Danau Toba sebagai kandidat perairan
untuk introduksi ikan bilih. Pada tanggal 03 Januari 2003 sebanyak 2.840 ekor
ikan bilih dengan ukuran panjang total antara 4,1 -5,7 cm dan berat antara 0,9 –
1,5 gram ditebarkan ke dalam Danau Toba (Kartamihardja dan Sarnita, 2008).
Pada saat sekarang populasi ikan bilih sangat berkembang di Perairan Danau
Toba yang berdampak positif terhadap peningkatan pendapatan para nelayan
di sekitar kawasan ekosistem Danau Toba. Prakiraan total hasil tangkapan ikan
bilih pada tahun 2008 adalah 1.755 ton, yaitu hampir tiga kli lipat lebih besar
dibandingkan hasil tangkapan pada tahun 2005 yang mencapai 653,6 ton
(Kartamihardja dan Sarnita, 2008). Selanjutnya nilai hasil tangkapan pada
tahun 2008 diperkirakan mencapai 7,02 milyar rupiah dengan harga rata-rata
harga ikan bilih yang dijual ke pedagang pengumpul sebesar 4000 rupiah.
Walaupun
telah dilakukan kajian tentang bioekologi termasuk
kesesuaian untuk pemakanan, pemijahan, asuhan dan pembesaran ikan bilih
254
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
sampai dengan kemungkinan dampaknya terhadap populasi ikan asli dan hasil
tangkapan tetapi umumnya masyarakat mempertanyakan keberadaan dan
pertumbuhan ikan bilih yang sangat cepat apakah dapat merusak ekosistem
perairan Danau Toba mengingat ikan bilih bukan species ikan asli perairan
Danau Toba. Pertanyaan tersebut muncul akibat sangat terbatasnya informasi
bioekologi ikan yang hidup di perairan Danau Toba. Dengan demikian kajian
bioekologi ikan bilih sangat perlu dilakukan agar tercapai pengelolaaannya
yang berkelanjutan di perairan Danau Toba.
1.2. Tujuan
Kajian ini bertujuan untuk memaparkan bioekologi ikan bilih
termasuk asal usul dan pengelolaannya secara berkelanjutan di perairan Danau
Toba
2. METODOLOGI PENELITIAN
Metode penelitian yang dipergunakan dalam tulisan ini adalah bentuk
survey literatur yang dipadukan dengan hasil wawancara dengan
pakar
perikanan yang mengintroduksi ikan bilih ke Danau Toba dan dengan
masyarakat nelayan di perairan Danau Toba.
3. HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. Biologi Ikan Bilih
Ikan bilih, Mystacoleucus padangensis Blkr, merupakan ikan air tawar
endemik yang hidup di Danau Singkarak. Jenis ikan ini termasuk ke dalam :
Kelas
:
Pisces
Sub kelas
:
Teleostei
Ordo
:
Ostariophysi
Sub ordo :
:
Cyprinoidea
Famili
:
Cyprinidae.
Sub famili
:
Cyprininae
Genus
:
Mystacoleucus
Spesies
:
Mystacoleucus padangensis
Bleeker
Nama Indonesia ikan bilih adalah "Bako" atau lebih populer dengan
nama "Bilih" (Syandri, 1996). Ikan bilih mempunyai satu garis linealaterilis
dengan jumlah sisik 37-39 buah. Rumus jari-jari sirip ikan bilih adalah : 0.4.8;
A.3.8; P.I.14-15;V.3.8;L.I.37-39. Tipe sisiknya adalah Cycloid, didepan sirip
punggung terdapat 1 duri (Percumben)
255
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
Percumben
3.2. Ekologi Ikan Bilih
Secara umum ikan bilih menyukai perairan jernih, suhu perairan
rendah (26,0 – 28,0 oC) dan daerah literol perairannya berbatu kerikil dan atau
pasir. Berdasarkan sifat dan kebiasaan makannya, ikan bilih termasuk ikan
benthopelagis, yaitu jenis ikan yang dapat memanfaatkan jenih makanan yang
berada di dasar perairan mupun di lapisan tengah dan permukaaan air.
Kartamihardja dan Sarnita (2008) menyatakan bahwa makanan utama
ikan bilih di habitat aslinya Danau Singkarak adalah detritus dan zooplankton
sedangkan di perairan Danau Toba makanan utama ikan bilih adalah detritus
dan fitoplankton serta makanan tambahannya adalah zooplankton dan seresah..
Selanjutnya mereka menyatakan bahwa makanan utama ikan bilih di kedua
256
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
perairan tersebut hampir sama hanya sedikit berbeda dalam prosentase
komposisinya.
Menurut Kartamihardja dan Sarnita (2008) bahwa keberadaan ikan
bilih di perairan Danau Toba tidak menunjukan kompetisi makanan yang
dilihat berdasarkan indeks kesamaan jenis. Dengan demikian ikan bilih di
perairan Danau Toba dapat memanfaatkan jenis makanan alami yang tersedia
serta mengisi relung (niche) makanan yang masih kosong.
3.3. Habitat Reproduksi dan Sifat Pemijahan Ikan Bilih
Ikan bilih melakukan pemijahan pada kondisi perairan mempunyai arus
jernih, dangkal. Substrat dasar terdiri atas kerikil dan karakal. Suhu perairan
berkisar antara 24°C sampai dengan 26°C.
Berdasarkan kriteria kondisi
perairan tempat ikan bilih memijah, maka dapat dinyatakan faktor lingkungan
yang mempengaruhi pemijahan ikan bilih adalah arus dan substrat dasar.
Populasi ikan bilih memijah setiap hari sepanjang tahun dimulai sore
hingga malam harinya sekitar pukul 03.00 WIB. Puncak pemijahan ikan bilih
terjadi pada pagi hari mulai dari jam 05.00 sampai dengan jam 09.00, yaitu
digambarkan dengan banyaknya telur yang dilepaskan (Kartamihardja dan
Sarnita,2008). Telur hasil pemijahan dihanyutkan oleh arus sungai ke danau
dan menetas sekitar 19 jam pada suhu 27°C sampai dengan 28°C. Ikan bilih
menuju kedaerah pemijahan menggunakan orientasi visual dan insting dengan
sifat pemijahan "parsial" yaitu tidak mengeluarkan telur matang sekaligus
dalam satu kali periode pemijahan. Selanjutnya pemijahan ikan yang bersifat
parsial merupakan adaptasi ikan terhadap lingkungan perairan sungai yang
kondisinya relatif labil. Dengan pemijahan berkali-kali, maka terhindarlah
kemungkinan telur terbawa arus sungai. Justru sebaliknya terjadi pada ikan
bilih, telur yang dipijahkan dikolom air pada sungai yang berarus hanyut ke
perairan danau kemudian menetas dan tumbuh menjadi dewasa.
3.4. Introduksi Ikan Bilih di Perairan Danau Toba
Salah satu upaya peningkatan produktivitas perairan umum misalnya
danau adalah kegiatan introduksi ikan, yaitu memindahkan atau menebarkan
ikan dari suatu perairan ke perairan yang lain dimana jenis ikan yang
ditebarkan pada awalnya tidak terdapat di perairan tersebut. Sangat perlu
diinformasikan bahwa ikan bilih bukan native species atau ikan asli Danau
Toba walaupun banyak masyarakat setempat yang menyatakan ikan bilih
sebagai ikan pora-pora (Puntius binotatus) sejenis ikan yang mirip dengan ikan
bilih dan berlimpah jumlahnya di Danau Toba pada waktu silam dan
selanjutnya setelah tahun 1990-an jumlah populasinya sudah langka.
Ikan Bilih dari Danau Singkarak diintoduksi ke dalam perairan Danau
Toba melalui proses sederetan penelitian yang cukup lama oleh Pusat Riset
Perikanan Tangkap Badan Riset Kelautan dan Perikanan Departemen Kelautan
257
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
dan Perikanan. Penelitian yang dimaksud antara lain: (1) Penelitian dasar yang
mempelajari tingkah laku ikan bilih di habitat aslinya meliputi aspek makanan
dan kebiasaan makan, pertumbuhan dan reproduksi serta karakteristik habitat
yang diperlukanya untuk pencarian makanan, pemijahan dan pemeliharaan
larva (asuhan); (2) Kajian tentang karakteristik habitat, ketersediaan makanan
dan struktur populasi ikan serta relung ekologi di Danau Toba, yang bertujuan
untuk membuktikan secara ilmiah bahwa ikan bilih dapat menempati habitat
yang sesuai bagi kehidupannya, makanan alaminya tersedia dan dapat mengisi
relung ekologis yang kosong sehingga tidak berkompetisi dan merugikan jenis
ikan asli yang hidup di perairan Danau Toba; (3) Penelitian dan pengembangan
pembenihan ikan bilih yang bertujuan untuk memperoleh benih ikan bilih
secara berkelanjutan tanpa bergantung kepada benih alam. Walaupun kegiatan
pembenihan telah dilakukan tetapi benih atau calon induk ikan bilih yang
diintroduksi ke perairan Danau Toba bukan berasal dari hasil pembenihan
melainkan langsung dari Danau Singkarak.
3.5. Pertumbuhan Populasi Ikan Bilih di Danau Toba
Berdasarkan hasil menunjukkan bahwa populasi ikan bilih di Danau
Toba bertumbuh dengan pesat. Hal ini tergambar pada tahun 2005, hasil
tangkapan ikan bilih di beberapa tempat sebesar 653,6 ton atau dari total hasil
tangkapan ikan dari Danau Toba. Selanjutnya suatu perkiraaan total hasil
tangkapan pada tahun 2008 hampir tiga kali lipat lebih besar dibandingkan
pada tahun 2008. Berkembangnya populasi ikan bilih di Danau Toba dapat juga
digambarkan oleh ukuran panjang tubuhnya, yaitu pada tahun 2005, modus
panjang total ikan bilih yang tertangkap adalah 6,5 dan 12,5 dan pada tahun
2008 modus panjang totalnya adalah 13,5 cm dan 18,5 cm (Kartamihardja dan
Sarnita ,2008). Sedangkan modus panjang total ikan billih di Danau Singkarak
pada tahun 2003 adalah 6.5 cm.
Berkembangnya populasi ikan bilih di Danau Toba disebabkan oleh
beberapa faktor antara lain: (1) Karakteristik limnologis Danau Toba yang
mirip dengan Danau Singkarak; (2) Habitat pemijahan ikan bilih di Danau
Toba tersedia dan lebih luas dari pada Danau Singkarak. Beberapa daerah
pemijahan utama ikan bilih di Danau Toba terdapat di Sungai Sipangolu di
Bakara, Sungai Sipiso-piso di Tongging, Sungai Naborsahan di Ajibata; (3)
Makanan alami sebagai makanan utama ikan bilih cukup tersedia dan belum
seluruhnya dimanfaatkan oleh jenis ikan yang hidup di Danau Toba; dan (4)
Daerah pelagis dan limnetik Danau Toba jauh lebih luas.
Meningkatnya kelimpahan fitoplankton di perairan Danau Toba dapat
menyebabkan pertumbuhan populasi ikan bilih. Kelimpahan fitoplankton
tersebut disebabkan oleh meningkatnya kesuburan perairan Danau Toba akibat
adanya pemasukan unsur hara dari kegiatan budidaya ikan intensif di KJA dan
dari limbah domestik, hotel serta limbah pertanian dan peternakan di sekitar
kawasan Danau Toba. Kartamihardja dan Sarnita (2008) meyatakan bahwa
258
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
sehubungan adanya peningkatan kesuburan perairan akibat meningkatnya
unsur hara kepadatan fitoplankton di Danau Toba sebagai makanan ikan bilih
dari sekitar 8000 sel per liter tahun 1996 menjadi 41.000 sel per liter pada
tahun 2003. Selanjutnya kelimpahan ferifiton yang meningkat juga dapat
mendukung pertumbuhan ikan bilih di perairan Danau Toba (Kartamihardja
dan Sarnita,2008).
Meningkatnya detritus dan zooplanton juga dapat mendukung
pertumbuhan populasi ikan bilih di Danau Toba. Konsentrasi detritus
meningkat di perairan Danau Toba disebabkan oleh meningkatnya pemakian
pakan di kegiatan budidaya ikan dengan sistem KJA, limbah pertanian,
peternakan, domestik dan hotel di kawasan Danau Toba (Panjaitan, 2008).
3.6. Pengelolaan Perikanan Ikan Bilih Berkelanjutan di Danau Toba
Ada beberapa strategi yang sangat perlu dilakukan agar industri
perikanan ikan bilih dapat berkelanjutan di perairan Danau Toba seperti
dipaparkan secara mendetail di bawah ini.
1. Penentuan zona perlindungan terhadap daerah pemijahan ikan bilih, yaitu
di muara-muara sungai yang tidak diperbolehkan menangkap ikan dan
memotong ataupun jalur ruaya pemijahan ikan bilih. Di sekitar pemijahan
juga ada larangan untuk membuang limbah.
2. Penetapan peraturan pengelolaaan perikanan berupa Peraturan Daerah. .
Kajian untuk penentuan alat tangkap termasuk mata ukuran jaring yang
digunakan untuk menangkap ikan bilih di Danau Toba sangat perlu
dilakukan. Selanjutnya hasil kajian yang dimaksud harus ditindak lanjuti
dengan pengaturannya berupa Peraturan Daerah. Pada Peraturan Daerah
juga mengatur total tangkapan, ukuran ikan yang tertangkap, jumlah dan
jenis alat tangkap, jumlah trip penangkapan, daerah penangkapan dan
pemasaran. Hal ini sangat penting untuk pencapaian perikanan ikan bilih
berkelanjutan. Sebagai contoh langkahnya jumlah populasi ikan bilih di
Danau Singkarak pada saat sekarang ini adalah akibat tidak adanya
peraturan yang mengatur alat tangkap yang digunakan pada masa lalu.
3. Pengembangan pasca panen dan diversifikasi teknologi pengolahan ikan
bilih. Sampai sekarang pengolahan hasil penangkapan ikan bilih masih
sangat sederhana sehingga pemasarannya belum sesuai dengan yang
diharapkan. Dengan adanya diversifikasi pengolahan ikan bilih maka dapat
diharapkan ikan bilih menjadi produk eksport ke Malaysia atau ke negara
yang lain sehingga pendapatan masyarakat dapat meningkat.
4. Perlu dilakukan pembentukan kelompok nelayan yang bertujuan untuk
meningkatkan kapasitas dan kapabilitas nelayan dalam pengelolaan
perikanan.Sebagai contoh pemasaran ikan bilih dapat berkembang dengan
baik melalui pemberdayaan kelompok nelayan.
5. Walaupun introduksi dan pengembangan ikan bilih ke perairan Danau
Toba layak dilakukan, yaitu berdasarkan serentetan penelitian dalam
259
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
waktu yang cukup panjang, tetapi kajian tentang daya dukung perairan
Danau Toba terhadap populasi ikan bilih sangat perlu dilakukan.
Selanjutnya monitoring dan evaluasi terhadap total tangkapan, ukuran ikan
yang tertangkap, jumlah dan jenis alat tangkap, jumlah trip penangkapan,
daerah penangkapan dan pemasaran sangat perlu juga dilakukan.
4. KESIMPULAN
Introduksi ikan bilih dari Danau Singkarak ke Danau Toba dilakukan
melalui proses sejumlah penelitian oleh Pusat Riset Perikanan Tangkap Badan
Riset Kelautan dan Perikanan, Departemen Kelautan dan Perikanan.
Berdasarkan hasil sejumlah penelitian tentang eko-biologi, dan
monitoring pertumbuhan populasi yang sangat cepat serta kontribusi hasil
penangkapan ikan bilih terhadap pendapatan para nelayan maka perikanan
ikan bilih layak dikembangkan di Perairan Danau Toba. Selanjutnya
pengelolaan perikanan ikan bilih yang berkelanjutan sangat diperlukan, yaitu
melalui beberapa strategi seperti dipaparkan sebelumnya.
Keberadaan populasi ikan bilih dapat mengontrol peningkatan
populasi fitoplankton dan zooplakton serta peningkatan bahan organik akibat
kegiatan budidaya ikan intensif di KJA dan dari limbah domestik, hotel serta
limbah pertanian dan peternakan di sekitar kawasan Danau Toba.
DAFTAR PUSTAKA
Cowx, I.G.1994. Stocking strategy. Fisheries Management and Ecology. (1) :
15 -30
Kartamihardja, E.S. dan K.Purnomo. 2006. Penyelamatan Populasi Ikan Bilih
ke Habitatnya yang Baru di Danau Toba. Demersal. Dari Laut untuk
Oembangunan. Edisi Maret 2006
Kartamihardja, E.S. dan Sarnita, A.S. 2008. Populasi Ikan Bilih di Danau
Toba: Keberhasilan Introduksi Ikan Implikasi Pengelolaaan dan
Prospek Masa Depan. Pusat Riset Perikanan Tangkap. Badan Riset
Kelautan dan Perikanan. Departemen Kelautan Dan Perikanan.
Krismono, A.S.N. dan Sarnita, A.S. 2004. Kualitas Air di Beberapa Daerah
Danau Toba dan Kesesuaiannya untuk Suaka Perikanan. Jurnal
Penelitian Perikanan Indonesia Volume 7 hal 11 - 20
Panjaitan, P.2008. Dampak Budidaya Ikan Sistem Jala Apung Terhadap
Ekosistem Perairan Danau Toba. Fakultas Peternakan Universitas
HKBP Nommensen. Medan.
260
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
Panjaitan, P.2009. Kajian Potensi Pencemaran Keramba Jaring Apung PT.
Aquafarm Nusantara di Ekosistem Perairan Danau Toba. Visi. Majalah
Ilmiah Universitas HKBP Nommensen. Volume 17 ( 3) Oktober 2009
hal 290-300.
Sarnita, A.S. 1986. Introduction and stocking of fish in lakes and reservoirs in
South East Asian Countries, with special reference to Indonesia. IPFC
Expert Consultation on Inland Fisheries of the Larger Island. Bangkok, 4
– 9 August 1986.12 pp
Syandri, H.1996. Aspek reproduksi ikan bilih, Mystacoleucus padangensis
Bleeker dan kemungkinan pembenihannya di Danau Singkarak. Disertasi
Program Pascasarjana IPB. 122 hal.
261
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
KAJIAN BIO-EKOLOGI POPULASI IKAN
BILIH
DI PERAIRAN DANAU TOBA
Oleh: Ir.Pohan Panjaitan, MS, PhD
262
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN 2010
263
_____________
ISSN 0853-0203
VISI (2010) 18 (2) 254-261
264
_____________
ISSN 0853-0203
Download