JENIS - JENIS ALAT DAN OBAT KONTRASEPSI 1. IUD (Intra Uterine Devices) Alat kontrasepsi yang dimasukkan kedalam liang vagina wanita untuk mencegah kehamilan. Cara Kerja Mencegah Kehamilan : Ada beberapa teori yang menjelaskan cara kerja IUD yaitu : Meningkatkan gerarakan saluran telur, sehingga pada waktu blastokista sampai ke rahim, endometrium belum siap menerima nidasi dari hasil konspsi (blastokista) Menimbulkan reaksi jaringan sehingga terjadi serbukan sel darah putih yang akan melarutkan blastokista. Lilitan logam akan menyebabkan anti fertilasi atau pembuahan. Kegagalan untuk Mencegah Kehamilan : Dari seratus pengguna alat kontrasepsi IUD kurang lebih 0,5% yang gagal untuk mencegah kehamilan. Dapat Diberikan Kepada Wanita Menyusui : Alat kontrasepsi ini sangat baik bagi wanita yang sedang menyusui dengan kata lain tidak mempengaruhi air susu. Provaider sebaiknya mengikuti standard prosedur pemasangan setelah melahirkan. Kembali Kesuburan : Segera setelah alat kontrasepsi ini dicabut, dan tidak terjadi infeksi maka kesuburan akan segera kembali seperti semula. Pemberian Ulangan : Pada jenis-jenis tertentu pada IUD mempunyai aturan pemberian ulangan yaitu antara 3 s/d 10 tahun tergantung dari jenis IUD nya. Efek Samping : Keluar darah dari vagina berupa bercak-bercak perdarahan (spooting), apabila pendarahan terus menerus disebut metoragia. Dapat timbul bila pemasangan dilakukan pada saat mulut rahim tertutup. Kadang-kadang ditemukan keputihan yang bertambah banyak. Disamping itu pada saat berhubungan (senggama) terjadi expulsi (IUD bergeser dari posisi) sebagian atau seluruhnya. Komplikasi : Resikoanemia menjadi meningkat apabila terjadi pendarahan terus menerus. Disamping itu resiko terjadi PID (Pelvic Inflamation Diseases) meningkat, khususnya empat bulan setelah insersi dan dapat menjadi infertile. Kadangkadang IUD dapat menembus uterus (perforasi) tetapi hal ini jarang sekali terjadi. Tempat Pelayanan : Pelayanan pemasangan dan pencabutan IUD dapat diberikan di Rumah Sakit Pemerintah, di Rumah Sakit dan Klinik Swasta, Dokter Bidan Praktek Swasta (DBS) dan Puskesmas. Hal-hal yang perlu Diperhatikan Pada Saat Pemasangan: IUD sebaiknya dipasang langsung setelah melahirkan oleh tenaga medis (terlatih) atau enam minggu setelah melahirkan. Pemasangan yang baik dan steril akan mengurangi efek samping atau komplikasi, selain itu perlu dijelaskan apabila klien mengalami gejala pendarahan menstruasi yang panjang dan tanda-tanda infeksi mereka harus control IUD nya setelah pemasangan. 2. MOP (Vasektomi) Dilakukan melalui operasi kecil untuk dilakukan pengikatan atau pemutusan saluran sperma/vas deferens sehingga sel mani atau sperma tidak dikeluarkan pada saat hubungan seks sedangkan cairan mani tetap ada. Kegagalan Mencegah Kehamilan pada Tahun-Tahun Pertama: Klien vasektomi gagal mencegah kehamilan kurang lebih sebesar 0,1-0,2% Efek Terhadap Wanita Menyusui : Tidak mempengaruhi proses menyusui. Kembali Kesuburan : Operasi vasektomi ini adalah operasi permanen walaupun dapat dilakukan operasi micro surgery vas deferent dapat disambung kembali namun keberhasilan untuk hamil masih ditentukan oleh faktor lain. Efek Samping dan Komplikasi : Walaupun operasi ini kecil, kadang-kadang menimbulkan rasa nyeri, atau terjadi pendarahan setelah operasi (hematoma) yang ditimbulkan akibat beban yang terlalu berat dan duduk terlalu lama serta infeksi pada kulit scrotum apabila operasinya tidak sesuai dengan prosedur. Disamping itu efek samping lainnya granuloma sperma, karena pada kedua ujung vas deferent timbul benjolan kenyal dan nyeri. Hal - hal yang Perlu Diperhatikan : Tenaga dokter yang berwenang memberikan vasektomi harus terlatih. Melakukan vasektomi harus sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan dengan memperhatikan prosedur asepsis dengan baik. Tempat pelayanan vasektomi harus diberikan di Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit/Klinik Swasta dan Puskesmas. Klien setelah operasi apabila ingin berhubungan suami-isteri harus menggunakan back up (kondom) minimal 20 kali hubungan agar terbebas air maninya dari sel sperma. Klien setelah operasi dianjurkan agar selalu menjaga kebersihan. 3. MOW (Tubektomi) Suatu operasi kecil yang dilakukan dengan cara memptong atau mengikat saluran indung telur sehingga sperma dan sel telur tidak bias ketemu. Operasi ini ada beberapa macam cara antara lain adalah Kuldoskopik, Kolpotomi, Posterior, Laparoskopi dan Minilaparatomi. Cara yang sering dipakai di Indonesia adalah Laparaskopi dan Minilaparatomi. Cara Kerja Dalam Mencegah Kehamilan : Sel telur tidak dapat dibuahi oleh sperma. Kegagalan Tahun Pertama Menggunakan MOW : Kegagalan dengan cara MOW ini kurang lebih 0,5% Baik untuk Wanita yang Sedang Menyusui : Operasi yang dilakukan ini tidak mengganggu proses menyusui. Kembali Kesuburan : Operasi ini adalah cara kontrasepsi permanent, walaupun saluran indung telur dapat dihubungkan kembali melalui operasi mikro, tetapi keberhasilan untuk hamil tidak dapat dipastikan. Efek Samping : Operasi yang dilakukan dapat menimbulkan rasa nyeri pada saat operasi dan kadang-kadang timbul infeksi karena prosedur yang salah. Komplikasi : Komplikasi sangat jarang, kadang-kadang terjadi pendarahan dari dinding perut atau melsosalping, cidera rongga perut (perforasi rahim, usus tersayat, perlukaan kandung kencing), infeksi luka atau jaringan panggul. Perhatian Khusus : Untuk klien harus melalui prosedur konseling yang baik dan memenuhi persyaratan sukarela sebagai klien. Tempat pelayanan operasi tubektomi harus memenuhi standar pelayanan. Operasi dilakukan oleh dokter yang terlatih. 4. IMPLANT Salah satu jenis alat kontrasepsi yang berupa susuk, yang yang terbuat dari sejenis karet silastik yang berisi hormone, dipasang pada lengan atas melalui tindakan operasi kecil. Cara Pemasangan : Petugas kesehatan (dokter/bidan) harus mengikuti pelatihan dengan baik, agar cara pemasangan atau pencabutan dapat dilakukan sesuai dengan prosedur yang telah ditentukan. Apabila akan melakukan pemasangan implant klien harus diyakini tidak dalam keadaan hamil. Cara Kerja Dalam Mencegah Kehamilan : Dengan menghentikan proses ovulusi dan mengentalkan lender leher rahim sehingga menghambat masuknya sperma. Kegagalan untuk Mencegah Kehamilan : Kegagalan pemakaian pada kontrasepsi ini pada tahun pertama sekitar 0,1%. Pemberian Ulangan : Pemberian ulangan atau penggantian dilakukan sekali dalam lima tahun. Wanita Menyusui : Cara kontrasepsi ini tidak dianjurkan kepada wanita yang sedang menyusui, apabila cara ini dipilih sebaiknya diberikan enam minggu setelah melahirkan. Kembalinya Kesuburan : Kesuburan akan kembali terjadi setelah kurang lebih satu tahun alat kontrasepsi implant dilepas atau dicabut. Efek Samping : Kadang-kadang pada saat pemasangan akan terasa nyeri. Selain itu ditemukan haid yang tidak teratur, sakit kepala, kadang-kadang terjadi spotting atau anemia karena perdarahan yang kronis. Komplikasi : Dari beberapa studi tidak dijumpai komplikasi berat pada pemakai implant. Yang mungkin terjadi hanya infeksi pada bekas pemasangan (abses). Tempat Pelayanan : Pelayanan untuk pemasangan dan pencabutan implant harus dilakukan di Rumah Sakit Pemerintah, Rumah Sakit/Klinik Swasta, Puskesmas yang memiliki tenaga dokter/bidan terlatih. Sebelum dan sesudah pelayanan petugas harus menginformasikan hal-hal penting tentang implant, termasuk informasi tenggang waktu kapan seharusnya klien melakukan kunjungan ulang. 5. SUNTIK Kontrasepsi suntikan adalah hormone yang diberikan secara suntikan/injeksi untuk mencegah terjadinya kehamilan. Adapun jenis suntikan hormon ini ada yang terdiri atas satu hormone, dan ada pula yang terdiri atas dua hormon sebagai contoh jenis suntikan yang terdiri satu hormone adalah Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristerat. Sedangkan yang terdiri dari atas dua hormone adalah Cyclofem dan Megsyna. Cara Kerja Suntikan untuk Mencegah Kehamilan : Untuk suntikan cyclofem cara kerjanya adalah menghentikan terjadinya ovalusi disamping menghentikan cairan mukus pada leher rahim. Untuk suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristerat cara kerjanya hampir sama. Kegagalan Mencegah Kehamilan : Kegagalan pada tahun pertama pengunaan Cyclofem adalah sebesar0,3%, sedangkan pada suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristerat kegagalannya adalah 0,4%. Penyuntikan Ulangan : Untuk Depo ProverA, Depo Depo Progestin dan Depo Geston atau suntikan kombinasi, suntikan ulangan diberikan setiap tiga bulan sekali. Sedangkan untuk Noristerat suntikan ulangan dilakukan setiap dua bulan sekali dan untuk Cyclofem dilakukan suntikan ulangan dilakukan satu bulan sekali. Penggunaan Baik Bagi Wanita yang Sedang Menyusui : Pengunaan kontrasepsi suntikan sebaiknya tidak diberikan kepada ibu yang sedang menyusui, apabila ingin menggunakan suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristerat hendaknya diberikan enam minggu setelah persalinan. Efek Samping : Efek samping dari dari suntikan Cyclofem yang sering ditemukan adalah ; mual, berat badan bertambah, sakit kepala, pusing-pusing dan kadang-kadang gejala tersebut hilang setelah beberapa bulan atau setelah suntikan dihentikan. Sedang efek samping dari suntikan Depo Provera, Depo Progestin, Depo Geston dan Noristeat yang sering dijumpai adalah ; mensturasi tidak teratur, masa mensturasi akan lebih lama, terjadi bercak perdarahan bahkan mungkin menjadi anemia pada beberapa klien. Komplikasi : Komplikasi yang mungkin terjadi adalah infeksi bekas suntikan dan pendarahan yang banyak. Tempat Pelayanan : Suntikan KB dapat diperoleh di Rumah Sakit Pemerintah, Puskesmas, Rumah Sakit/Klinik Swasta, Dokter Bidan Praktek Swasta (DBS). Pemberian suntikan KB harus dilakukan oleh tenaga medis (dokter/bidan) yang bertugas pada tempattempat pelayanan tersebut diatas. Sebelum dan sesudah pelayanan petugas harus menginformasikan hal-hal penting tentang kontrasepsi tersebut termasuk kapan waktu untuk mendapat suntikan ulangan. 6. PIL Tablet yang mengandung hormon estrogen dan progesterone sintetik disebut Pil Kombinasi dan yang hanya mengandung progesterone sintetik saja disebut Mini Pil atau Pil Progestin. Cara Kerja Pil untuk Mencegah Kehamilan : Yaitu dengan memproduksi lender yang berlebihan pada cervical (leher rahim), sehingga mempersulit masuknya sperma kedalam rahim, disamping itu kadangkadang bekerja mencegah kehamilan dengan cara tidak terjadinya ovulasi (pematangan sel telur). Kegagalan Dalam Mencegah Kehamilan : Pada pengguna kontrasepsi Pil kemungkinan kegagalan terjadi 0,1 s/d 8% pada 100 pengguna pada tahun pertama. Kemungkinan untuk Wanita Menyesuai : Bagi wanita yang sedang menyusui, pil baru boleh digunakan setelah 6 (enam) bulan persalinan karena dapat mengurangi Air Susu Ibu (ASI) Kembali Subur Setelah Penggunaan Pil Dihentikan : Kesuburan kembali setelah beberapa bulan setelah penghentian minum pil. Hal yang Penting Bagi Klien yang Akan Menggunakan Pil: Pil dapat dapat dipergunakan jika pada klien tidak ditemukan keadaan seperti; sedang minum obat (rifampin, barbiturate, fenotoin, fenibutason), hamil atau sedang dicurigai hamil, penyakit kardio vaskuler/jantung, penyakit hati, diabetis, tromboflebitis atau tromboembolik, diketahui atau dicurigai menderita kanker payudara, dan riwayat epilepsy atau migraine. Efek Samping : Penggunaan Pil KB pada sebagian wanita dapat menimbulkan efek samping, antara lain enek/mual, berat badan bertambah, sakit kepala (berkunang-kunang) perubahan warna kulit dan efek samping ini dapat timbul berbulan-bulan. Tempat Pelayanan : Pil KB dapat diperoleh diberbagai tempat pelayanan KB seperti Rumah Sakit Pemerintah, Puskesmas, Rumah Sakit/Klinik Swasta, Dokter /Bidan Praktek Swasta dan Pembantu Pembina Keluarga Berencana Tingkat RW/RT (untuk pil ulangan). Karena pemberian pil KB tidak memerlukan keahlian khusus dari petugas kesehatan, akan tetapi petugas harus dapat memberikan informasi kepada klien mengenai efek samping yang akan timbul/terjadi dalam penggunaan kontrasepsi pil. 7. Tisu KB (Spermatisida) Alat kontrasepsi yang mengandung zat spermatisida (Alkilpenoksi, polietoksi, ethano) dalam kemasan tissue yang dimasukkan kedalam vagina sebelum mengadakan hubungan (senggama). Efektifitas : Selama kurang lebih empat jam setelah dipakai/dipergunakan, apabila dibutuhkan lagi dapat dimasukkan satu lembar tissue lagi. Sedangkan efektifitas dalam mencegah terjadinya kehamilan 6-26%. Efek Samping : Kemungkinan akan terjadi gatal-gatal, iritasi dinding vagina dan meningkatnya pengeluaran cairan pada vagina. 8. Metode Alamiah 1. 2. Pantang berkala Pantang berkala adalah suatu cara kontrasepsi dengan tidak melakukan sanggama pada masa subur seorang wanita yaitu sekitar waktu terjadinya ovulasi. Masa ovulasi adalah suatu masa terjadinya kematangan sel telur seseorang menurut aturan siklus menstruasi, tergantung dari menstruasi yang panjang atau pendek. Untuk mengetahui masa ovulasi atau masa subur dengan cara : - Pengukuran Suhu Basal Tubuh Pada saat masa subur/ovulasi, akan terjadi peningkatan suhu tubuh sekitar 0,20,5C. Pasangan sebaiknya jangan melakukan hubungan suami-isteri, pada saat naiknya tempratur tubuh sampai dengan tiga hari sesudahnya. - Melihat Cairan Lendir dari Vagina (Metoda Billing) Metoda billing adalah suatu metode dengan tidak melakukan hubungan suamiisteri pada saat ovulasi dengan cara mengukur kental atau cairnya lender vagina. - Perhitungan Kalender Methode ini lebih mudah dilakukan oleh wanita yang siklus menstruasinya tetap. Perhitungan dilakukan dengan cara perhitungan tertentu, sehingga pasangan dapat mengetahui tanggal-tanggal mana harus menghindari hubungan suamiisteri. Pengukuran suhu basal dan methoda billing hanya dapat digunakan bila wanita dalam keadaan sehat seperti bebas dari penyakit yang menimbulkan demam juga penyakit kelamin, untuk menjamin akurasinya. Coitus Interuptus (A’zal) atau sanggama terputus Sanggama terputus adalah suatu cara kontrasepsi dengan mencabut penis sebelum mencapai orgasme atau keluarnya sperma dari penis. 3. Asi Ekslusif atau Methode Amoenorrhoe Laktasai (LAM) Methode mencegah kesuburan pada ibu yang habis melahirkan dengan menyusui bayi selama enam bulan terus menerus secara ekslusif (tidak memberikan makanan dan minuman selain ASI).