BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan teori 1. Perilaku a. Pengertian Perilaku adalah suatu kegiatan atau aktifitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktifitas masing-masing. (Notoatmodjo, 2007) Menurut Skiner (1938) seorang ahli psikologi, merumuskan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena itu perilaku ini menjadi terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skiner ini disebut teori “S-O-R” atau stimulus organisme respons. Skinner membedakan adanya dua respon. Dalam teori Skiner dibedakan adanya dua respon: 1) Respondent respons atau flexi, yakni respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eleciting stimulalation karena menimbulkan respon-respon yang relatif tetap. 11 12 2) Operant respons atau instrumental respons, yakni respon yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena mencakup respon. Menurut Notoatmodjo (2007) dilihat dari bentuk respon stimulus ini maka perilaku dapat dibedakan menjadi 2 yaitu: 1) Perilaku tertutup (covert behavior) Respon atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain. 2) Perilaku terbuka (overt behavior) Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam atau praktik (practice) yang dengan mudah diamati atau dilihat orang lain. b. Domain perilaku Meskipun perilaku adalah bentuk respon atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respon sangat tergantung pada karakteristik atau faktorfaktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor yang membedakan respon terhadap stimulus yang berbeda yang disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 13 1) Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin dan sebagainya. 2) Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang (Notoatmodjo, 2007, p. 139). Benyamin Bloom (1908) yang dikutip Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia kedalam 3 domain ranah atau kawasan yakni: kognitif (cognitive), afektif (affective), dan psikomotor (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan yakni: pengetahuan, sikap, dan praktik atau tindakan (Notoatmodjo, 2007, p. 139) c. Pengukuran perilaku Pengukuran atau cara mengamati perilaku dapat dilakukan melalui dua cara, secara langsung, yakni dengan pengamatan (obsevasi), yaitu mengamati tindakan dari subyek dalam rangka memelihara kesehatannya. Sedangkan secara tidak langsung menggunakan metode mengingat kembali (recall). Metode ini dilakukan melalui pertanyaanpertanyaan terhadap subyek tentang apa yang telah dilakukan berhubungan dengan obyek tertentu (Notoatmodjo, 2005, p.59) 14 d. Faktor-Faktor yang mempengaruhi perilaku Menurut Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003), perilaku diperilaku oleh 3 faktor utama, yaitu: 1) Faktor predisposisi (predisposing factors) Faktor-faktor ini mencakup pengetahuan dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,sistem nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat sosial ekonomi, pekerjaan, dan sebagainya. 2) Faktor pendukung (enabling factors) Faktor-faktor ini mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas kesehatan bagi masyarakat, misalnya: air bersih, tempat pembuangan sampah, tempat pembuangan tinja, ketersediaan makanan bergizi, dsb. Termasuk juga fasilitas pelayanan kesehatan seperti puskesmas, rumah sakit, poliklinik, posyandu, polindes, pos obat desa, dokter atau bidan praktek swasta, dsb. Termasuk juga dukungan sosial, baik dukungan suami maupun keluarga. 3) Faktor penguat (reinforcing factors) Faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan perilaku tokoh masyarakat (toma), tokoh agama (toma), sikap dan perilaku pada petugas kesehatan. Termasuk juga disini undang-undang peraturanperaturan baik dari pusat maupun dari pemerintah daerah yang terkait dengan kesehatan. 15 e. Perilaku kesehatan Menurut Notoatmodjo (2003), perilaku kesehatan adalah sesuatu respon (organisme) terhadap stimulus atau obyek yang berkaitan dengan sakit dan penyakit, sistem pelayanan kesehatan, makanan dan minuman, serta lingkungan. Dari batasan ini, perilaku pemeliharaan kesehatan ini terjadi dari 3 aspek: 1) Perilaku pencegahan penyakit, dan penyembuhan penyakit bila sakit, serta pemulihan kesehatan bilamana telah senbuh dari sakit. 2) Perilaku peningkatan kesehatan, apabila seseorang dalam keadaan sehat. 3) Perilaku gizi (makanan) dan minuman. 2. Praktik atau tindakan a. Pengertian Suatu sikap optimis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain ada fasilitas (Notoatmodjo, 2007, p. 145) b. Praktik mempunyai beberapa tingkat : 1) Persepsi (persection) Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkatan 16 pertama. Misalnya, seseorang ibu dapat memilih makanan yang bergizi tinggi bagi anak balitanya. 2) Responsi terpimpin (guide response) Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang besar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktik tingkat dua. Misalnya, seseorang ibu dapat memasak dengan benar, mulai dari mencuci dan memotong-motongnya, lamanya memasak, menutup pancinya dan sebagainya. 3) Mekanisme (mecanisme) Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktik tingkat tiga. Misalnya, seseorang ibu yang sudah mengimunisasikan bayinya pada umur-umur tertentu, tanpa menunggu perintah atau ajakan orang lain. 4) Adopsi (Adoption) Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan dimodifikasikannya baik. tanpa Artinya mengurangi tindakan itu kebenaran sudah tindakan tersebut. Misalnya, ibu dapat memilih dan memasak makanan yang bergizi tinggi berdasarkan berdasarkan bahan-bahan yang murah dan sederhana (Notoatmodjo, 2010, p.145) Setelah seseorang mengetahui stimulus atau objek kesehatan, kemudian mengadakan penilaian atau pendapat terhadap apa yang 17 diketahui, proses selanjutnya diharapkan ia akan melaksanakan atau mempraktikkan apa yang diketahui atau disikapinya (dinilai baik). Inilah yang disebut praktik (practice) kesehatan, atau dapat juga dikatakan perilaku kesehatan (overt behavior) (Notoatnodjo, 2007, p. 125-131). Secara teori memang perubahan perilaku atau mengadopsi perilaku baru itu mengikuti tahap-tahap yang telah disebutkan diatas, yakni melalui proses perubahan : pengetahuan (knowladge), sikap (attitude), praktik (practice) atau “KAP”. Beberapa penelitian telah membuktikan hal itu, namun penelitian lainnya juga membuktikan bahwa proses tersebut tidak selalu seperti teori diatas (KAP), bahkan didalam praktik sehari-hari terjadi sebaiknya. Artinya, seseorang telah berperilaku positif, meskipun pengetahuan dan sikap masih negatif. Untuk memperoleh data praktik atau perilaku yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat juga dilakukan melalui wawancara dengan pendekatan (recall) atau mengingat kembali perilaku yang telah dilakukan oleh responden beberapa waktu yang lalu. (Notoatmodjo, 2007) c. Indikator dalam praktik kesehatan 1) Praktik (tindakan) sehubungan dengan penyakit Tindakan ini mencakup: pencegahan penyakit dan penyembuhan penyakit. 18 2) Praktik (tindakan) pemeliharaan dan peningkatan kesehatan 3) Praktik (tindakan) kesehatan lingkungan (Notoatmodjo, 2007:148) Untuk memperoleh data tentang pengetahuan dan sikap dapat dilakukan melalui wawancara terstruktur, maupun wawancara mendalam, dan “focus group discussion” (FGD) khusus untuk penelitian kualitatif. Sedangkan untuk memperoleh data praktik yang paling akurat adalah melalui pengamatan (observasi). Namun dapat dilakukan melalui wawancara melalui pendekatan “recall” atau mengingat kembali perilaku atau tindakan yang telah dilakukan oleh responden (Notoatmodjo, 2000:35) 3. Pengetahuan (Knowledge) a. Pengertian Merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukun penginderaan terhadap suatu obyek tertentu, pengetahuan terjadi melalui panca indra manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007. P.143) Proses yang didasarioleh pengetahuan kesadaran dan sikap positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng. Sebaliknya apabila perilaku tersebut tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama (Notoatmodjo,2003, p.121) 19 b. Tingkat pengetahuan Pengetahuan mempunyai 6 tingkatan sebagai berikut 1) Tahu (Know) Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu “tahu” ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang terjadi antara lain menyebutkan, menguraikan, mengidenfikasi menyatakan dan sebagainya. 2) Memahami (Comprehention) Memahami artinya sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan benar tentang obyek yang diketahui, dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap obyek atau materi terus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap suatu obyek yang dipelajari. 3) Aplikasi (Application) Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi ataupun kondisi real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan 20 hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. 4) Analisis (Analysis) Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau komponen-komponen, tetapi masih didalam struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis dapat dilihat dari pengguna kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. 5) Sintesis (Syntesis) Sintesis menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya dapat menyusun, dapat meringkas, dapat merencanakan dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada. 6) Evaluasi (Evaluation) Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau obyek. Penilaian-penilaian ini didasarkan pada suatu kriteria yang ditemukan sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. (Notoatmodjo, 2007) 21 c. Cara mengukur pengetahuan Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan memberikan seperangkat alat tes/kuesioner tentang obyek pengetahuan yang mau diukur. Selanjutnya dilakukan penilaian dimana setiap jawaban yang benar dari masing-masing pertanyaan diberi nilai 1 jika salah diberi nilai 0 (Notoatmodjo, 2003) Selanjutnya pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu : 1) Baik : hasil presentasi 76%-100% 2) Cukup : hasil presentasi 56-75% 3) Hasil presentasi : hasil presentasi > 56% (A. Wawan dan dewi M, 2010) d. Proses adaptasi perilaku Dari pengalaman dan penelitian, terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) yang dikutip Notoatmodjo (2007: 121) mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), yakni: 1) Awareness (kesadaran) Subjek tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus (objek) terlebih dahulu 22 2) Interest (tertarik) Dimana subjek mulai tertarik terhadap stimulus yang sudah diketahui dan dipahami terlebih dahulu 3) Evaluation Menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus yang sudah dilakukan serta pengaruh terhadap dirinya 4) Trial Dimana subjek mulai mencoba untuk melakukan perilaku baru yang sudah diketahui dan dipahami terlebih dahulu 5) Adaption Dimana subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus e. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut Notoatmodjo (2003) adalah: 1) Faktor internal a) Umur Umur merupakan variabel yang selalu diperhatikan dalam penelitian-penelitian epidemiologi yang merupakan salah satu hal yang mempengaruhi pengetahuan. Umur adalah lamanya hidup seseorang dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Semakin tinggi umur seseorang, maka semakin bertambah pula ilmu atau pengetahuan yang dimiliki karena pengetahuan 23 seseorang diperoleh dari pengalaman sendiri maupun pengalaman yang diperoleh dari orang lain. b) Pendidikan Pendidikan merupakan proses menumbuh kembangkan seluruh kemampuan dan perilaku manusia melalui pengetahuan, sehingga dalam pendidikan perlu dipertimbangkan umur (proses perkembangan klien) dan hubungan dengan proses belajar. Tingkat pendidikan juga merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi persepsi seseorang atau lebih mudah menerima ide-ide dan teknologi. Pendidikan meliputi peranan penting dalam menentukan kualitas manusia dianggap akan memperoleh pengetahuan implikasinya. Semakin tinggi pendidikan, hidup manusia akan membuahkan pengetahuan yang baik yang menjadikan hidup yang berkualitas. c) Pekerjaan Bekerja pada umumnya merupakan kegiatan yang menyita waktu. Bekerja bagi ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga. 2) Faktor Eksternal a) Faktor lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 24 b) Sosial budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. f. Cara memperoleh pengetahuan 1) Cara tradisional a) Cara coba salah (Trial dan Error) Cara coba-coba ini dilakukan dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan apabila kemungkinan tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang lain. b) Cara kekuasaan atau otoritas Prinsip ini adalah orang lain menerima pendapat yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas, tanpa terlebih dahulu menguji atau membuktikan kebenarannya, baik berdasarkan fakta empiris ataupun berdasarkan penalaran sendiri. c) Pengalaman pribadi Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa yang lalu. d) Melalui jalan pikiran Dalam memperoleh kebenaran pengetahuan manusia telah menggunakan jalan pikirannya, baik melalui induksi maupun deduksi. 25 2) Cara modern Cara baru dalam memperoleh pengetahuan pada dewasa ini lebih sistematis, logis, dan ilmiah. Cara ini disebut metode penelitian ilmiah, atau metodelogi penelitian (Notoatmodjo, 2007) 4. Sikap (attitude) a. Pengertian Sikap merupakan reaksi atau respon seseorang yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau obyek. Manifestasi sikap itu tidak dapat langsung dilihat tetapi hanya dapat menafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup, sikap secara nyata menunjukkan konotasi adanya kesesuaian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial (Notoatmodjo, 2007) Sikap merupakan evaluasi umum yang dibuat manusia terhadap dirinya sendiri, orang lain, obyek atau isu. (Pretty,1986 dalam Azwar, 2005) b. Komponen pokok sikap Sikap mempunyai 3 komponen pokok, yaitu: 1) Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu obyek artinya, bagaimana keyakinan dan pendapat atau pemikiran seseorang terhadap obyek. 26 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu obyek, artinya bagaimana penilaian (terkandung didalamnya faktor emosi) orang terhadap obyek. 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave), artinya sikap merupakan komponen yang mendahului tindakan atau perilaku terbuka. Sikap adalah ancang-ancang untuk berperilaku terbuka (Notoatmodjo, 2007) c. Tingkatan sikap Sikap terdiri dari berbagai tingkatan yakni (Notoatmodjo,2007: 144): 1) Menerima (receiving) Menerima di artikan bahwa orang (subyek) mau dan mengerjakan dan memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek) 2) Merespon (responding) Memberikan jawaban apabila ditanya, menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi sikap karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan. Lepas pekerjaan itu benar atau salah adalah berarti orang itu menerima ide tersebut. 3) Menghargai (valuing) Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan dengan orang lain terhadap suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga, misalnya seseorang mengajak ibu yang lain (tetangga, saudaranya, dsb) untuk menimbang anaknya ke 27 posyandu atau mendiskusikan tentang gizi adalah suatu bukti bahwa si ibu telah mempunyai sikap positif terhadap gizi anak. 4) Bertanggung jawab (responsible) Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko adalah segala yang mempunyai sikap yang paling tinggi. Misalnya seorang ibu mau menjadi akseptor KB, meskipun mendapatkan tantangan dari mertua atau orang tuanya sendiri. (Wawan dan Dewi, 2010) d. Ciri-ciri sikap Ciri-ciri sikap menurut purwanto (1998) adalah: 1) Sikap bukan dilakukan sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan itu dalam hubungan dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat. 2) Sikap dapat berubah-ubah karena itu sikap dapat dipelajari dan sikap dapat berubah pada orang-orang bila terhadap keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang lain. 3) Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari/berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentuyang dirumuskan dengan jelas. 4) Obyek sikap itu merupakan suatu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. 28 5) Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan, sifat alamiah yang membedakan sikap dan kecakapan- kecakapan/pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang. Pernyataan sikap yang berisi hal-hal yang negatif mengenai obyek sikap yang bersifat tidak mendukung maupun kontra terhadap obyek sikap. Pertanyaan seperti ini disebut dengan pertanyaan yang tidak favorable. Suatu skala sikap sedapat mungkin diusahakan agar terdiri atas pernyataan favorable dan tidak favorable dalam jumlah yang seimbang. Dengan demikian pernyataan disajikan tidak semua positif dan semua negatif yang seolah-olah isi skala memihak/mendukung sama sekali obyek sikap (Azwar, 2005) e. Sifat sikap Sikap dapat pula bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif menurut purwanto (1998): 1) Sikap positif kecenderungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan objek tertentu. 2) Sikap negatif terhadap kecenderungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai objek tertentu. f. Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap Faktor-faktor yang mempengaruhi sikap keluarga terhadap obyek sikap antara lain: 29 a) Pengalaman pribadi Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan faktor emosional. b) Pengaruh orang lain yang dianggap penting Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting. Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut. c) Pengaruh kebudayaan Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengarah sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota memberi corak masyarakatnya, pengalaman karena kebudayaanlah individu-individu yang masyarakat asuhannya. d) Media massa Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainya, berita yang seharusnya faktual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap sikap penulisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya. 30 e) Lembaga pendidikan dan lembaga agama Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan sistem kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap. f) Faktor emosional Kadang kala, suatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk. g. Pengukur sikap Pengukuran sikap dapat dilakukan secara langsung dan tidak langsung dan tidak langsung. Secara langsung dapat ditanyakan bagaimana pendapat atau pertanyaan responden terhadap suatu obyek. Misalnya, bagaimana pendapat responden tentang kegiatan posyandu, atau juga dapat dilakukan dengan cara memberikan pendapat dengan menggunakan setuju atau tidak setuju terhadap pernyataan-pernyataan obyek tertentu, dengan menggunakan skala likert (Notoatmodjo, 2005:57) Skala likert merupakan metode sederhana dibandingkan dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 poin disederhanakan menjadi 2 kelompok yaitu favorable dan unfavoruble sedangkan item yang netral tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, likert menggunakan teknik konstruksi test 31 yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan agreement dan disagreement untuk masing-masing item dalam skala yang skala yang terdiri dari 5 poin (sangat setuju, setuju, ragu-ragu, tidak setuju, sangat tidak setuju). Semua item yang favorable kemudian diubah nilainya dalam angka sangat setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat tidak setuju nilainya 5. (Wawan dan Dewi, 2010:39-40). 5. Keluarga Berencana a. Pengertian Definisi keluarga berencana menurut WHO (World Health Organisation) Expert Commite 1970 adalah tindakan yang membantu individu atau pasangan suami isteri untuk : 1) Mendapatkan objektif-objektif tertentu 2) Menghindari kelahiran yang tidak diinginkan 3) Mendapatkan kelahiran yang memang di inginkan 4) Mengatur interval diantara kehamilan 5) Mengontrol waktu saat kelahiran dalam hubungan dengan umur suami isteri. 6) Menentukan jumlah anak dalam keluarga (Hanafi, 2004, p.26) b. Macam-macam kontrasepsi 1) Metode sederhana a) Tanpa alat 32 (1) KB alamiah Yaitu : metode kalender (ogino-knaus), metode suhu badan basal (termal), metode lendir serviks (billings), metode simpto-Termal (2) Coitus interruptus. b) Dengan alat (1) Mekanis (Barrier) Yaitu : kondom pria, barier intra-vaginal (seperti diafragma, kap serviks, spons, kondom wanita) (2) Kimiawi Yaitu : spermisid (seperti vaginal cream, vaginal foam, vaginal jelly, vaginal suppositoria, vaginal tablet, vaginal soluble film) 2) Metode modern a) Kontrasepsi hormonal (1) Per-oral Yaitu : pil oral kombinasi (POK), mini-pil, morning-after pill. (2) Injeksi atau suntikan (DMPA, NET-EN) (3) Sub-kutis (implant) (4) Intra uterine devices (IUD, AKDR) (5) Kontrasepsi mantap (MOW, MOP) (Hanafi, 2004, p.42) 33 6. Kontrasepsi suntik a. Pengertian kontrasepsi suntik Kontrasepsi suntik adalah alat kontrasepsi yang disuntikkan kedalam tubuh dalam jangka waktu tertentu kemudian masuk kedalam pembuluh darah diserap sedikit demi sedikit oleh tubuh yang berguna untuk mencegah kemungkinan timbulnya kehamilan ( Baziad, 2002). b. Macam-macam kontrasepsi suntik 1) Golongan progestin a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntik yang hanya mengandung progestin, yaitu : (1) Depo provera (Depo Medroxyprogesterone Asetat) yang mengandung 150 mg depo medroxyprogesteron asetat, yang diberikan setiap 3 bulan dengan disuntik secara intramuskular. (2) Depo Noristerat (Depo Noretisteron Enantat) mengandung 200 mg norethindrone enanthate, yang diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuskular (Saifudin, 2006, p.MK-41). b) Cara kerja (1) Mencegah ovulasi (2) Mengentalkan lendir serviks kemampuan penetrasi sperma sehingga menurunkan 34 (3) Perubahan pada endometrium sehingga implantasi terganggu (4) Menghambat transportasi garnet oleh tuba. (Saifudin, 2006). c) Efektivitas Kontrasepsi suntik progestin memiliki efektifitas tinggi yaitu 0,3 kehamilan per 100 perempuan pertahun, asal penyuntikannya dilakukan secara teratur sesuai jadwal yang telah ditentukan (Saifudin, 2006) d) Keuntungan (1) Sangat efektif (2) Pencegahan kehamilan jangka panjang (3) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri (4) Tidak mengandung esterogen sehingga tidak berdampak serius terhadap penyakit jantung, dan gangguan pembekuan darah (5) Tidak memiliki pengaruh terhadap ASI (6) Klien tidak perlu menyimpan pil (7) Dapat digunakan oleh perempuan > 35 tahun sampai perimenopause (8) Membantu mencegah kanker endometrium dan kehamilan ektopik 35 (9) Menurunkan kejadian penyakit jinak payudara (10) Mencegah beberapa penyebab penyakit radang panggul (11) Menurunkan krisis anemia bulan sabit (sickle cell). e) Keterbatasan (1) Sering ditemukan gangguan haid (2) Klien sangat bergantung pada tempat sarana pelayanan kesehatan (harus kembali untuk suntikan) (3) Tidak dapat dihentikan sewaktu-waktu sebelum suntikan berikutnya (4) Permasalahan berat badan merupakan efek samping tersering (5) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis b, maupun HIV (6) Terlambatnya kesuburan setelah penghentian pemakaian (7) Terlambatnya kembalinya kesuburan bukan karena terjadinya kerusakan/kelainan pada organ melainkan karena belum habisnya pelepasan obat suntikan (8) Terjadinya perubahan pada lipid serum pada gangguan jangka panjang (9) Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan pada vagina, menurunkan libido, sakit kepala, nervositas, dan jerawat 36 f) Efek samping (1) Ganguan haid (ini yang paling sering terjadi) (a) Amenorea yaitu tidak datang haid selama setiap bulan selama menggunakan alat kontrasepsi. (b) Spotting yaitu bercak-bercak perdarahan diluar haid yang terjadi selama menggunakan kontrasepsi suntik (c) Metroragia yaitu perdarahan yang jumlahnya berlebihan (2) Sakit kepala Rasa putar/sakit kepala yang dapat terjadi pada satu sisi, kedua sisi, atau keseluruhan dari bagian kepala. Ini biasanya bersifat sementara dan akan hilang setelah suntik pertama dan kedua. (3) Berat badan yang bertambah Berat badan bertambah beberapa kilo gram dalam beberapa bulan setelah menggunakan alat kontrasepsi suntik. (4) Keputihan Adanya cairan putih yang keluar berlebihan dari jalan lahir dan terasa mengganggu (jarang terjadi) (5) Pada system kardiovaskuler efeknya sangat sedikit, mungkin ada sedikit peninggian pada kadar insulin dan penurunan HDL kolesterol (Hartanto, 2004, p.169) 37 g) Indikasi (1) Usia reproduksi (2) Setelah melahirkan dan tidak menyusui (3) Menghendaki kontrasepsi jangka panjang (4) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai (5) Perokok (kontraindikasi pada suntik kombinasi) (6) Setelah abortus atau keguguran (7) Telah banyak anak tetapi belum menghendaki tubektomi (8) Sering lupa menggunakan pil kontrasepsi (9) Tidak dapat menggunakan kontrasepsi ber-esterogen h) Kontraindikasi (1) Hamil atau dicurigai hamil (2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya (3) Tidak dapat menerima terjadinya ganguan haid, terutama amenorea (4) Menderita kanker payudara atau riwayat kanker payudara dan diabetes dengan komplikasi i) Waktu mulai menggunakan kontrasepsi progestin (1) Setiap saat selama siklus haid, asal ibu tersebut tidak hamil (2) Mulai hari pertama sampai hari ke-7 siklus haid (3) Pada ibu yang tidak haid, injeksi pertama dapat diberikan setiap saat, asalkan saja ibu tersebut tidak hamil. 38 (4) Ibu yang menggunakan kontrasepsi hormonal lain dan ingin mengganti dengan kontrasepsi suntikan. (5) Bila ibu sedang menggunakan jenis kontrasepsi lain dan ingin menggantinya dengan jenis kontrasepsi suntikan yang lain lagi, kontrasepsi suntikan yang diberikan dimulai pada saat jadwal kontrasepsi suntikan yang sebelumnya (6) Ibu yang menggunakan kontrasepsi nonhormonal dan ingin menggantinya dengan kontrasepsi hormonal yang diberikan dapat segera diberikan, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan pemberiannya tidak perlu menunggu haid berikutnya datang. Bila ibu disuntikkan hari ke 7 haid, ibu tersebut selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual. (7) Ibu ingin mengganti AKDR dengan kontrasepsi hormonal. Suntikan pertama dapat diberikan pada hari pertana sampai hari ke 7 siklus haid, atau dapat diberikan setiap saat setelah hari ke 7 siklus haid, asal saja yakin ibu tersebut tidak hamil. (8) Ibu tidak haid atau ibu dengan perdarahan teratur. Suntikan pertama dapat diberikan setiap saat, asal saja ibu tersebut tidak hamil, dan selama 7 hari setelah suntikan tidak boleh melakukan hubungan seksual 39 j) Cara penggunaan kontrasepsi suntik (1) Kontrasepsi DMPA diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik intramuscular dalam daerah pantat. Apabila suntikan diberikan didaerah terlalu dangkal, penyuntikan kontrasepsi suntikan akan lambat dan tidak bekerja segera da efektifif. Suntikan diberikan setiap 90 hari. Pemberian kontrasepsi suntikan Noristerat untuk 3 injeksi berikutnya diberikan setiap 8 minggu. Mulai dengan injeksi kelima diberikan setiap 12 minggu. (2) Bersihkan kulit yang akan disuntik dengan kapas alkohol yang dibasahi oleh alkohol 60-90%. Biarkan kulit kering sebelum disuntik. Setelah kulit kering lalu disuntik. (3) Kocok dengan baik, hindarkan terjadinya gelembunggelembung udara. 2) Golongan suntik kombinasi a) Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang mengandung kombinasi antara progesterin dan esterogen, yaitu: (1) Cyclofem berisi 25 mg DMPA dan 5 mg Estradiol sipionat yang diberikan setiap bulan dengan cara penyuntikan intramuscular. 40 (2) Kombinasi 50 mg noretindrone enantat dan 5 mg estradiol Valerat yang diberikan setiap bulan (Saifudin, 2006, p.MK-34) b) Cara kerja (1) Menekan ovulasi (2) Membuat lendir servick menjadi kental sehingga penetrasi sperma terganggu (3) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi terganggu (4) Menghambat transportasi gamet oleh tuba c) Efektifitas Sangat efektif (0,1 -0,4 kehamilan per 100 perempuan ) selama tahun pertama penggunaan. d) Keuntungan kontrasepsi (1) Resiko terhadap kesehatan kecil (2) Tidak berpengaruh pada hubungan suami isteri (3) Tidak diperlukan pemeriksaan dalam (4) Jangka panjang (5) Efek samping sangat kecil (6) Klien tidak perlu menyimpan obat suntik. e) Keuntungan non kontrasepsi (1) Mengurangi jumlah perdarahan (2) Mengurangi nyeri saat haid 41 (3) Mencegah anemia (4) Khasiat pencegahan terhadap kanker ovarium dan kanker endometrium (5) Mengurangi penyakit payudara jinak dan kista ovarium (6) Mencegah kehamilan ektopik (7) Melindungi klien dari jenis-jenis tertentu penyakit radang panggul (8) Pada keadaan tertentu dapat diberikan pada perempuan usia perimenopause f) Kerugian (1) Terjadi perubahan pola haid, seperti tidak teratur, perdarahan bercak/spotting, atau perdarahan sela sampai 10 hari. (2) Mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan, dan keluha seperti ini akan hilang setelah suntikan kedua atau ketiga. (3) Ketergantungan klien terhadappelayanan kesehatan. Klien harus kembali setiap 30 hari untuk mendapat suntikan. (4) Efektivitasnya berkurang bila digunakan dengan obat-obat epilepsi (feniton dan berbiturat) dan obat tuberkolosis (Rifampisin) (5) Dapat terjadi efek samping yang serius, seperti serangan jantung, stroke, bekuan darah pada paru dan otak, dan kemungkinan timbulnya tumor hati. 42 (6) Penambahan berat badan. (7) Tidak menjamin perlindungan terhadap penularan infeksi menular seksual, hepatitis B virus, atau infeksi virus HIV. (8) Kemungkinan terlambatnya pemulihan kesuburan setelah penghentian pemakaian. g) Indikasi (1) Usia reproduksi (2) Telah memiliki anak, ataupun yang belum mempunyai anak (3) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektivitas yang tinggi (4) Menyusui ASI pascapersalinan > 6 bulan (5) Pasca persalinan dan tidak menyusui (6) Anemia (7) Nyeri haid hebat (8) Haid teratur (9) Riwayat kehamilan ektopik (10)Sering lupa menggunakan pil h) Kontraindikasi (1) Hamil atau diduga hamil (2) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan (3) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya (4) Penyakit hati akut (virus hepatitis) 43 (5) Usia > 35 tahun yang merokok (6) Riwayat penyakit jantung, darah tinggi dan stroke i) Waktu mulai menggunakan suntikan kombinasi (1) Suntikan pertama diberikan dalam waktu 7 hari siklus haid (2) Bila pasca persalinan > 6 bulan, menyusui, serta telah mendapat haid, maka, maka suntikan pertama diberikan pada siklus haid hari ke 1 dan 7 (3) Bila pasca persalinan 3 minggu dan tidak menyusui suntikan kombinasi dapat di berikan (4) Pasca keguguran suntikan kombinasi dapat segera diberikan atau dalam waktu 7 hari. j) Cara penggunaan Suntikan kombinasi diberikan setiap bulan dengan suntikan intramuscular dalam. Klien diminta datang setiap 4 minggu. Suntikan ulang dapat diberikan 7 hari lebih awal, dengan kemungkinan terjadi gangguan perdarahan. Dapat juga diberikan setelah 7 hari jadual yang telah ditentukan, asal saja diyakini ibu tersebut tidak hamil. Tidak dibenarkan melakukan hubungan seksual selama 7 hari atau menggunakan kontrasepsi yang lain untuk 7 hari saja. 44 B. Kerangka teori Berdasarkan tinjauan pustaka, maka dapat digambarkan kerangka teori sebagai berikut Faktor Predisposisi : Predisposing Factors : karakteristik a. Peran sosial budaya b. Pendidikan c. Pengetahuan* d. sikap * e. ekonomi Faktor Pemungkin : Enabling Factors : a. Ketersediaan fasilitas dan petugas kesehatan b. Keterjangkauan pelayanan kesehatann c. Kebijakan pemerintah di bidang kesehatan Perilaku kesehatan Faktor Penguat : Reinforcing Factors : a. Keluarga ( Suami ) b. Tokoh masyarakat c. Pengambil keputusan Gambar 2.1 Skema Kerangka Teori Sumber : Green, W. 1991. Health promotion Planning An Educational and Environmental Approach. Second Edition. Columbia: Mayfield Publishing Company. Keterangan : (*) yang diteliti 45 C. Kerangka konsep Berdasarkan tujuan penelitian dan kerangka teori tersebut, maka disusun kerangka konsep dalam penelitian ini sebagai berikut: Variabel bebas Variabel terikat Pengetahuan ibu Praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik Sikap ibu Gambar 2.2 Kerangka Konsep D. Hipotesis Hipotesis merupakan suatu jawaban sementara dari pertanyaan penelitian, yang berfungsi untuk menentukan kearah pembuktian (Notoatmodjo, 2010). Hipotesis dalam penelitian ini adalah: Ha 1) Adakah hubungan antara pengetahuan dengan praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik. 2) Adakah hubungan antara sikap dengan praktik ibu dalam menggunakan alat kontrasepsi suntik