Drh. Maxs U.E. Sanam, M.Sc. drh. Hembang MP Erysipelothrix adalah bagian dari kelompok bakteri batang Gram positif (sangat mirip dengan Listeria) Patogen penting pada babi, menyebabkan penyakit unik “Diamond Skin Disease” (Penyakit kulit berlian). Gejala kelainan pada kulit akibat penyakit sistemik dan kuman menyebabkan septisemia ( pada kasus lain disertai dengan sindrom endokarditis dan arthritis). Penyakit dapat menyerang species lain (misalnya anjing), manusia, dan mamalia laut). Infeksi mungkin sulit diatasi/diobati dan kadang membutuhkan terapi dosis tinggi dan dalam waktu yang relatif lama. Species Erysipelothrix yang memiliki dampak veteriner, hospes target, dan penyakit yang ditimbulkan Species Hospes Penyakit E. rhusiopathiae++++ Babi (domba, anjing, kucing, kalkun, mamalia laut, orang) Ada 4 sindroma: septisemia, Lesi pada kult yang ditemukan di seluruh tubuh, arthritis, endokarditis vegetatif. E. tonsillarum++ Anjing septisemia, endokarditis (arthritis) Jumlah tanda + menandai tingkat kerentanan/keseriusan infeksi genus pada species hewan bersangkutan. Erysipelothrix bakteri gram positif, ukuran kecil, bentuk batang Bentuknya teratur (reguler), - tidak seperti kuman2 diptheroids dan actinomycetes, yang bervariasi dalam bentuk sehingga disebut “irregular” fakultatif anaerobik, namun menyukai lingkungan dengan 5-10% CO2, non-motile, non-spora 2 species yang memiliki kepentingan veteriner: Erysipelothrix rhusiopathiae Erysipelothrix tonsillarum Koloni E. rhusiopathiae dalam agar darah (http://microblog.me.uk/387) Erysipelothrix dapat diisolasi dari beragam lingkungan (misalnya kolam WC, abatoar, tanah, maupun ikan air tawar/air laut. Sifat saprofitiknya masih dipertanyakan. Kuman ini juga sudah pernah diisolasi dari saluran pencernaan dan membrana mukosa dari berbagia mamalia dan burung, dan dapat diisolasi dari tonsil babi yang tampak sehat Babi dianggap sebagai reservoar utama Erysipelothrix. Penularan terutama terjadi melalui ingesti bahan-bahan terkontaminasi (tanah, air, tepung ikan, dsb) atau setelah kontak dengan babi terinfeksi Infeksi luka dan gigitan arthropoda juga dapat menjadi rute infeksi alternatif I) Faktor Virulensi a) Neuraminidase Strain-strain E. Rhusiopathiae bervariasi di dalam virulensinya, menghasilkan neuraminidase dalam jumlah banyak; enzym ini dianggap sebagai faktor virulensi penting bagi infeksi sepsi akut Enzim ini memotong asam sialic yang terdapat pada permukaan sel, menyebabkan kerusakan vaskuler dan pembentukan trombus hialin Antibodi terhadap neuraminidase dilaporkan protektif terhadap infeksi eksperimental/buatan pada mencit b) Kapsula Beberapa strain memiliki kapsula yang berperan penting dalam mecegah terjadinya fagositosis oleh sel hospes II) Pathogenesis infeksi Erysipelothrix Ada 4 sindrom utama yang diamati pada E. rhusiopathiae pada hewan domestik : Septicaemia/septisemia Lesi kulit yang bersifat umum/menyeluruh arthritis Endokarditis vegetatif Erysipelothrix secara reguler menginvasi aliran darah; terjadinya atau tidak serta tipe penyakit yang teramati sangat bergantung kepada virulensi strain dan status imunitas hospes Bentuk-bentuk 4 sindrom tsb di atas dapat terjadi secara terpisah, berurutan ataupun bersama-sama dalam kelompok hewan terserang. 1. Septicaemia Septisemia akut dapat menyebabkan kematian hewan. Namun hewan yang terinfeksi dengan strain kurang virulen, kumannya terlokalisir di dalam kulit, sendi, atau jantung menimbulkan infeksi kronis Terlokalisirnya bakteri tsb akan menentukan bentuk kronis mana yang akan teramati secara klinis 2. Bentuk Kulit Imunitas sebagian (partial immunity) dari hospes dan virulensi yang rendah, hanya timbulkan lesi kulit bersifat lokal yang kebanyakan teramati pada babi. Lesi-lesi tsb mungkin timbul sebagai akibat adanya pembentukan trombus menyusul reaksi imun kompleks (reaksi Arthus) 3. Arthritis Terlokalisirnya E. rhusiopathiae pada persendian babi mulanya bersifat artritis akut dan kemudian kronis dengan eksudasi fibrin serta pembentukan pannus Kerusakan pada kartilago artikularis adalah merupakan respon imunologik persisten terhadap antigen bakterial yang berada di dalam jaringan sinovial; kondrosit ( chondrocytes) yang bertanggung jawab terhadap perubahan persendian kronis tsb dan bukan karena keberadaan bakteri di tempat tsb. 4. Endokartiditis valvularis Diinisiasi oleh adanya emboli bakteri yang menyumbat valvula (katup) jantung Selanjutnya, Inflamasi (peradangan) vaskuler menghasilkan perubahan-perubahan kronis dan kerusakan katup jantung Nama penyakit yang ditimbulkan oleh Erysipelothrix disebut “erysipelas” Babi adalah species yang paling banyak diserang dan paling parah penderitaannya. Namun, sejumlah species lain juga dilaporkan dapat terinfeksi: domba, kalkun, anjing, kucing, mamalia laut, dan manusia 1. Babi Babi umur kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 tahun adalah kelompok paling peka Kekebalan pasif (anak babi kurang dari 3 bulan) dan kekebalan aktif (untuk babi lebih dari 3 tahun) mungkin menjadi jawaban terhadap adanya fenomena kepekaan yang berhubungan dengan umur tsb. Faktor predisposisi meliputi stres lingkungan, perubahan pakan, kelelahan, dan aflatoksikosis subklinis 4 sindrom tsb sebelumnya dapat diamati pada species ini: a) Septicaemia akut Sindrom ini paling banyak diamati pada babi dan jarang pada species lain Infeksi erysipelas akut pada babi menunjukkan: hemoragi pada serosa lambung, otot-otot jantung dan tulang, serta korteks ginjal Kongesti pada paru-paru, liver, limpa, kulit, dan kantong kemih juga dapat diamati Hemoragi terjadi karena kerusakan vaskuler karena adanya mikrotrombi, dan infiltrasi sel-sel mononuklear pada berbagai kasus. Secara klinis, babi terlihat demam, anoreksia, depresi, muntah, berdiri kaku dan menolak untuk berjalan. Terkadang, induk mengalami abortus akibat adanya infeksi tsb Jika tidak diobati, mortalitas penyakit sangat tinggi 1. Babi Babi umur kurang dari 3 bulan dan lebih dari 3 tahun adalah kelompok paling peka Kekebalan pasif (anak babi kurang dari 3 bulan) dan kekebalan aktif (untuk babi lebih dari 3 tahun) mungkin menjadi jawaban terhadap adanya fenomena kepekaan yang berhubungan dengan umur tsb. Faktor predisposisi meliputi stres lingkungan, perubahan pakan, kelelahan, dan aflatoksikosis subklinis 4 sindrom tsb sebelumnya dapat diamati pada species ini: b) Penyakit Kulit – “Diamond Skin Disease” Lesi-lesi kulit dapat diamati pada bentuk spetisemik akut dan terlihat sebagai lesi-lesi urtikarial, yang dapat terpalpasi/teraba (oleh karena lesi tersebut timbul) sebelum nyata terlihat/visible. Jika tampak, lesi berwarna pink, atau pada kasus yang parah ungu, terutama di bagian abdomen, paha, telinga dan ekor Pada kasus yang parah, kulit mengalami nekrosis dan mengelupas. Pada yang kurang parah, lesi terbatas pada kulit namun mungkin disertai dengan sedikit demam. Lesi-lesi kulit ini memiliki banyak sisi (mirip intan) dan berwarna merah hingga ungu – oleh karena itu dinamakan “diamond skin disease” Lesi akan berlanjut menjadi nekrosis atau sembuh, menimbulkan sedikit jejas pada kulit Mortalitas jarang terjadi pada bentuk kasus ini GAMBAR: Babi dengan Diamond skin disease. Ini adalah manisfestasi kulit dari penyakit sistemik; kuman awalnya menyebabkan septisemia dan kemudian terlokalisir di dalam kulit. Di samping itu, sebagaian dari lesi ini merupakan mekanisme respon yang dimediasi oleh sistem imun. Peradangan pada kulit. Perhatikan kongesti pada pembuluh darah, infiltrasi sel-sel mononuklear, dan penimbunan jaringan ikat Kongesti MN cells Jar ikat Endokarditis Valvularis akibat infeksi E. rhusiopathiae a) Arthritis synovitis akut biasanya berlanjut menjadi kelainan artikularis kronis, meskipun secara klinis bentuk kronis dapat diamati tanpa tanda infeksi akut sebelumnya Bentuk penyakit ini banyak teramati pada hewan tua Membrana synovial mengalami hiperplasia dan terinfiltrasi dengan sel-sel mononuklear dan akan terlihat sebagai fibrosis periartikular berat. Penyebaran jaringan granulasi di atas permukaan artikular, dan erosi kartilago artikularis bisa juga terjadi (“pannus formation”) ankylosis persendian akan terbentuk sebagai akibat dari proses sebelumnya Tanda-tanda klinis meliputi kepincangan, kekakuan berjalan, dan pembesaran persendian yang terserang b) Endokarditis Pada endokarditis valvular, katup mitral adalah yang paling banyak terserang; di sini akan terbentuk lesi vegetatif berukuran besar akibat adanya penimbunan fibrin dan proliferasi jaringan ikat emboli dapat menyebabkan infark pada limpa dan ginjal Secara klinis, akan tampak gejala-gejala kelainanan jantung ataupun kematian mendadak Pannus formation in the joint of a pig chronically infected with E. rhusiopathiae Persendian babi yang mengalami arthritis akibat infeksi Erysipelothrix rhusiopathiae. Perhatikan: Pembentukan pannus (Penyebaran jaringan granulasi) 2. Domba Polyarthritis adalah gejala yang paling banyak ditemui pada infeksi Erysipelothrix pada domba Pintu masuk (point of entry) diduga melalui umbilikus atau luka akibat kastrasi, potong ekor, cukur bulu, ataupun dipping (rendam) Hewan terserang mengalami kekakuan gerak, dan pembengkakan sendi Domba mungkin mengalami kesulitan untuk berdiri ataupun duduk Infeksi kutan pernah juga diamati pasca-dipping pada domba Pneumonia pernah dilaporkan 3. Anjing Semua isolat Erysipelothrix adalah E. tonsillarum (meski awalnya diidentifikasi sebagai E. rhusiopathiae) Pada anjing, septisemia dan endokarditis paling banyak diamati, meski arthritis juga dilaporkan Tanda-tanda klinis: Demam intermiten (selang-seling), dan suara detak jantung abnormal (murmur) 4. Kalkun Infeksi Erysipelothrix pada unggas, terutama kalkun, biasanya teramati sebagai septisemia Kalkun jantan biasanya terinfeksi melalui luka akibat berkelahi Sedangkan, betina dapat terinfeksi melalui inseminasi dengan semen terkontaminasi Kalkun menunjukkan kulit yang sianotik (kebiruan), sayap terkulai dan akhirnya mati Pial (snood) yang membengkak dan sianotik, jika ada, dianggap sebagai patognomonik (tanda paling menciri/khas) Tingkat mortalitas berkisar 2-25% Manifestasi kronis pada kalkun meliputi endokarditis vegetatif dan arthritis Kalkun dengan endokarditis tampak lesu dan lemah atau mati tanpa menunjukkan gejala sakit Species unggas lain yang sudah dilaporkan terserang kuman erysipelothrix antara lain ayam, bebek, emu, nuri, pheasants dan burung merak. Koleksi sampel Spesimen dikumpulkan dari organ yang sesuai gejala klinis (misalnya persendian) Biakan darah dari beberapa hewan terserang sangat berguna untuk mendiagnosa septisemi atau endokarditis Alternatif, sampel nekropsi dapat digunakan untuk isolasi dan diagnosa infeksi – sampel berupa liver, limpa, ginjal, jantung, dan jaringan sinovial Isolasi kuman dari lesi kulit juga dimungkinkan Pada kasus kronis, biakan dari sendi atau katup jantung sering kali kurang memberikan hasil positif Pemeriksaan langsung Pewarnaan gram terhadap sampel yang dikoleksi akan mengungkapkan adanya bentuk bakteri batang pendek, gram positif, yang uniform (seragam bentuknya). Namun, hasil yang negatif tidak serta merta disimpulkan sebagai negatif infeksi E. Rhusiopathiae Gambar: Pewarnaan gram E. rhusiopathiae. Perhatikan ukuran kuman yang sangat pendek! Kultur/Biakan Kuman akan tumbuh pada media-media rutin (Blood agar) jika diinkubasi pada suhu 370C dan 10% CO2 Alternatif lain, ditumbuhkan pada media mengandung aminoglycosida dan vancomycin sebagai media selektif terutama pada sampel yang terkontaminasi Koloni yang tumbuh dalam 24 jam bersifat non hemolitik dan berukuran sangat kecil Identifikasi Kuman sangat menyerupai Listeria spp. Namun, fakta bahwa kuman adalah non-motil dan katalase negatif akan membantu membedakannya dari Listeria. Erysipelothrix peka terhadap sejumlah antibiotika, namun penicillin adalah obat pilihan Sebaliknya, kuman resisten terhadap antibiotika golongan aminoglycosida dand sulfonamida. Kadang resisten terhadap golongan makrolida treatment dengan penicillin sekurang-kurangnya 5 hari adalah efektif terhadap infeksi akut penyakit pada babi Tetrasiklin dan tylosin dapat menjadi alternatif, namun beberapa tetrasiklin dan makrolida telah dilaporkan resisten Mikroorganisma sangat resisten terhadap kekeringan dan bertahan hidup dalam waktu lama (dalam biakan kaldu bertahan hidup 17 tahun) Tahan terhadap kadar garam tinggi, pengasaman, dan pengasapan, dan dapat bertahan hidup 6 bulan di dalam feses babi, cadaver pada suhu dingin Akan tetapi, kuman terbunuh oleh panas uap Sanitasi yang baik dan nutrisi yang baik akan bermanfaat mencegah wabah pada babi dan kalkun Karkas terinfeksi harus dimusnahkan dalam cara yang tepat, hewan pengganti harus diisolasi setidaknya 30 hari sebelum dimasukkan ke dalam kelompoknya yang baru. Pada kalkun, penicillin adalah obat pilihan, dapat diberikan melalu air minum untuk pencegahan/profilaksis Vaksinasi direkomendasi bagi babi dan kalkun di daerah yang memiliki riwayat erysipelas sebelumnya Vaksin atenuasi hidup dan bakterin telah dipergunakan untuk vaksinasi babi dan kalkun Manusia dapat terinfeksi dengan E. rhusiopathiae, dengan sebutan “erysipeloid”, suatu infeksi terbatas pada kulit, biasanya pada tangan Jangan kacaukan ini dengan penyakit manusia “erysipelas” yang adalah infeksi streptococcal (dikarenakan adanya lesi-lesi pada kulit berwarna pink/merah) Sebagaian besar kasus infeksi pada orang terkait dengan pekerjaan orang bersangkutan, karena itu peternak babi, dokter hewan yang mengurus babi, nelayan, pekerja abatoar, pejagal, atau pemburu babi adalah orang-orang yang berisiko Kuman masuk biasanya melalui luka abrasi di kulit, dan setelah 1-5 hari masa inkubasi akan terbentuk lesi erythematous yang sakit di daerah tersebut. Biasanya lesi akan terisolir (1-3 minggu) akan tetapi, infeksi berat seperti endokarditis, septisemia dan arthritis juga sudah pernah dilaporkan Anjing yang terinfeksi nampaknya tidak merupakan ancaman bagi aspek kesmavet GAMBAR: Jari & bibir pasien yang menderita erysipelas. Infeksi ini mungkin dperoleh saat menangkap hewan terinfeksi atau bersentuhan dengan mamalia laut