karakteristik total quality management (tqm) dalam mempengaruhi

advertisement
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
KARAKTERISTIK TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM) DALAM
MEMPENGARUHI KINERJA MANAJERIAL PADA PT. X
Hadiah Fitriyah dan Lilis Cahayu Ningsih
Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Sidoarjo, Jl Raya Gelam 250 Candi - Sidoarjo,
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini menguji serta menganalisis pengaruh Total Quality Management (TQM) terhadap kinerja
manajerial. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengungkapkan bahwa variabel-variabel yang
termasuk dalam komponen Total Quality Management tersebut memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
kinerja manajemen. Sampel dipilih dengan menggunakan metode purposive sampling. Penelitian ini
menggunakan Regresi Linier Berganda dalam mengolah data. Hasil analisis menunjukkan bahwa pengaruh
yang signifikan antara TQM terhadap kinerja manajerial dengan tingkat signifikansi 5%. Hal ini dibuktikan
dengan nilai thitung untuk variabel fokus pada pelanggan (X1) sebesar 1,686, variabel obsesi terhadap kualitas
(X2) sebesar 0,977, variabel kerjasama tim (X3) -0,461, variabel perbaikan sistem berkesinambungan (X4)
sebesar 0,949, variabel pendidikan dan pelatihan (X5) sebesar -0,942, dan variabel keterlibatan dan
pemberdayaan karyawan (X6) sebesar 2,947.
Kata Kunci : fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasaama tim, perbaikan system
berkesinambungan, pendiidkan dan pelatihan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
Abstract
This research examined and analyzed the effect of Total Quality Management (TQM) on the component of
managerial performance. The objective of this study was to reveal that focus on the customer, an obsession
with quality, teamwork, continuous improvement, education and training, and variable involvement and
employee empowerment have significant effect on management performance. Samples were determined by
purposive sampling method. It was an empirical research using by regression for data analysis. The result
showed that Total Quality Management (TQM) influence managerial performance with a significance level of
5%. This is evidenced by the variable tcount to focus on the customer (X1) of 1.686, an obsession with quality
variable (X2) of 0.977, teamwork variable (X3) -0.461, continuous improvement of the system variables (X4)
of 0.949, the variable education and training (X5) of -0.942, and variable involvement and employee
empowerment (X6) of 2.947
Keywords: focus on the customer, an obsession with quality, teamwork, continuous improvement, education
and training, and variable involvement and employee empowerment
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perusahaan yang mampu menghasilkan barang atau jasa yang berkualitas kelas dunia
yang dapat memenangkan persaingan global. Perusahaan-perusahaan yang sudah ada dituntut
untuk tetap dapat bertahan agar dapat bersaing dengan perusahaan-perusahaan yang akan
bermunculan dan tetap terus memperoleh keuntungan. Kinerja manajerial merupakan sesuatu
yang harus mendapat perhatian ekstra pada era ini karena pihak eksternal perusahaan menjadi
lebih kritis dan teliti dalam menentukan perusahaan mana yang akan menjadi tempat mereka
untuk menginvestasikan dananya.Untuk dapat bertahan perusahaan harus memiliki produk
penjualan yang terbaik (Tjiptono dan Diana, 2003:1).
Total Quality Management merupakan paradigma baru dalam menjalankan bisnis, yang
berupaya untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan secara
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 169
w
.d o
o
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
.c
m
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
berkesinambungan atas kualitas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungan organisasi
(Tjiptono dan Diana, 2003:4). Terdapat sepuluh karakteristik TQM yang dapat mempengaruhi
kinerja manajer, yaitu : fokus pada pelanggan, memiliki obsesi terhadap kualitas, menggunakan
pendekatan ilmiah dalam pengambilan keputusan dan pemecahan masalah, komitmen jangka
panjang, membutuhkan kerja sama tim, memperbaiki sistem secara berkesinambungan,
menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan, memberikan kebebasan yang terkendali, memiliki
kesatuan tujuan, dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan. Sampai saat ini, Total
Quality Management dianggap paling cocok sebagai alat untuk membuat perusahaan tetap
optimis.
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara terbaik agar dapat
bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan menghasilkan kualitas yang
terbaik. Untuk menghasilkan kualitas terbaik diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan
terhadap kemampuan manusia, proses, dan lingkungan. TQM memang dianggap sebagai alat
yang dapat meningkatkan kinerja manajerial yang dibuktikan melalui penelitian yang dilakukan
oleh Zulaika (2008), namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan negatif
antara TQM dan kinerja manajerial, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Ittner dan
Lacker dimana hasilnya tidak ditemukan bukti bahwa organisasi yang mempraktekkan TQM
dapat mencapai kinerja yang tinggi (Lubis, 2005). Hal ini membuat peneliti ingin melakukan
penelitian lebih lanjut mengenai pengaruh TQM terhadap kinerja manajerial.
TINJAUAN PUSTAKA
Total Quality Management
TQM merupakan satu sistem yang saat ini mulai diterapkan oleh perusahaan-perusahaan
karena dianggap mampu mendukung kinerja manajerialnya.TQM seperti yang dikemukakan
oleh Daft (2006:543) merupakan komitmen seluruh organisasi untuk menanamkan kualitas
dalam setiap aktivitas lewat perkembangan yang berlanjutan.
Tjiptono dan Diana (2003:4) menyatakan bahwa TQM merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui
perbaikan terus menerus atas dasar produk, jasa, manusia, proses, dan lingkungannya.Definisi
lain menyatakan bahwa TQM adalah sistem manajemen untuk meningkatkan kualitas menuju
pencapaian keunggulan bersaing yang berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi (Yamit, 2005:181).
Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa TQM adalah suatu alat yang digunakan oleh
manajemen suatu perusahaan yang melibatkan seluruh personel dalam perusahaan dalam
melakukan perbaikan secara terus menurus atas produk, pelayanan, lingkungan yang
berhubungan dengan produk perusahaan, dan manajemen perusahaan melalui metode ilmiah
yang inovatif.
Prinsip dan Karakteristik TQM
Menurut Hansler dan Brunel dalam Tjiptono dan Diana (2003:14-15), terdapat empat
prinsip utama dalam TQM, yaitu :
1. Kepuasan Pelanggan
2. Respek Terhadap Setiap Orang
170
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
4. Perbaikan Berkesinambungan
Ada sepuluh karakteristik TQM yang dikembangkan oleh Goetsch dan Davis (1994) dalam
Tjiptono (2003:15-18), yaitu :
1. Fokus pada Pelanggan
2. Obsesi terhadap Kualitas
3. Pendekatan Ilmiah
4. Komitmen Jangka Panjang
5. Kerja Sama Tim
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
7. Pendidikan dan Pelatihan
8. Kebebasan yang Terkendali
9. Kesatuan Tujuan
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Manfaat TQM
Manfaat lain dari implementasi TQM yang mungkin dapat dirasakan oleh perusahaan di
masa yang akan datang adalah:
1. Membuat perusahaan sebagai pemimpin bukan sekedar pengikut.
2. Membantu terciptanya team work.
3. Membuat perusahaan lebih sensitif terhadap kebutuhan pelanggan.
4. Membuat perusahaan siap dan lebih muda beradaptasi terhadap perubahan.
5. Hubungan antara staf departemen yang berbeda lebih muda.
Manfaat tersebut didasarkan pada sistem kerja dari program TQM yang berlandaskan
pada perbaikan berkesinambungan atau berkelanjutan. Hal ini akan mengurangi berbagai
bentuk pemborosan dan meningkatkan kepuasan pelanggan. Kedua faktor tersebut pada
akhirnya akan meningkatkan keuntungan.
Faktor- faktor Penyebab Kegagalan TQM
Menurut Yamit (2005:188), faktor-faktor yang menyebabkan kegagalan TQM, yaitu:
1. Manajemen puncak tidak melihat suatu alasan untuk berubah.
2. Manajemen puncak tidak memperhatikan dan mengikutsertakan karyawan.
3. Manajemen puncak tidak bertanggung jawab terhadap program TQM dan penerapannya
didelegasikan pada pihak lain.
4. Perusahaan kehilangan minat pada program TQM akibat dari kurangnya komitmen.
5. Manajemen dan karyawan tidak sepakat pada apa yang terjadi.
6. Masalah lain yang lebih mendesak diprioritaskan.
7. Tujuan yang tidak jelas dan tidak ada target atau pengukuran kinerja.
8. Proses tidak dianalisis, sistem lemah dan prosedur tidak ditulis di atas kertas.
9. TQM membenani karyawan dan karyawan tidak menyetujui secara diam-diam, karena tidak
memahami peranan.
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 171
w
.d o
o
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
.c
m
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
Pedoman dalam Penerapan TQM
Agar penerapan TQM memperoleh keberhasilan, perusahaan harus memiliki pedoman
yang jelas dan terarah dan mengacu pada atribut efisiensi. Menurut Oakland (1994) dalam
Nursya’bani (2006:54-55) atribut efisiensi tersebut yaitu:
1. Komitmen. Komitmen untuk menyediakan produk atau layanan yang efisien dan
menguntungkan harus ditunjukkan oleh manajemen dan perusahaan.
2. Konsistensi. Perusahaan harus menyediakan produk dengan kinerja yang konsisten,
misalnya ketepatan waktu, kebersihan ruangan, kesabaran dalam memberikan pelayanan,
dan sebagainya.
3. Kompetensi. Perusahaan harus menyediakan pekerja dengan kemampuan atau kompetensi
yang unggul untuk melaksanakan tugas-tugas atau pekerjaan yang diberikan, sehingga
mendukung pencapaian sasaran perusahaan.
4. Hubungan. Perusahaan harus mampu menjalin hubungan baik dengan konsumen, karena
tujuan perusahaan adalah menyediakan produk yang sesuai dengan harapan dan keinginan
konsumen.
5. Komunikasi. Perusahaan harus mampu menjalin komunikasi yang baik dengan konsumen,
agar spesifikasi produk yang diinginkan konsumen bisa diterjemahkan dengan baik oleh
perusahaan.
6. Kredibilitas. Perusahaan harus memperoleh kepercayaan dari konsumen dan juga harus
mempercayai konsumen agar hubungan komunikasi akan terjalin dengan baik.
7. Perasaan. Perusahaan harus memiliki rasa simpati terhadap konsumen eksternal, terutama
menyangkut kebutuhan dan harapan mereka dan terhadap konsumen internal menyangkut
hak pekerja.
8. Kesopanan. Perusahaan melalui para pekerja harus menunjukkan sikap sopan kepada
konsumen, terutama pekerja yang langsung berhubungan langsung dengan konsumen.
9. Kerjasama. Perusahaan harus bisa menciptakan iklim kerjasama yang baik, antara pekerja
maupun perusahaan dengan konsumen.
10. Kemampuan. Perusahaan harus memiliki kemampuan untuk melakukan pengambilan
keputusan dan melakukan tindakan yang berkaitan dengan penyediaan produk atau
layanan.
11. Kepercayaan. Perusahaan harus memiliki rasa percaya diri bahwa perusahaan mampu
menyediakan produk atau layanan sesuai kebutuhan dan harapan konsumen. Rasa percaya
diri harus tertanam ke dalam seluruh pekerja.
12. Kritik. Perusahaan harus bersedia menerima kritik dan masukan dari siapapun, baik dari
pekerja maupun dari pihak eksternal, terutama kritik dari konsumen.
Elemen-elemen Pengukuran TQM
Elemen-elemen dalam pengukuran TQM meliputi:
1. Fokus pada Pelanggan
Pada dasarnya semua usaha manajemen dalam TQM diarahkan pada satu tujuan
utama, yaitu terciptanya kepuasan pelanggan. Dengan adanya kepuasan pelanggan maka
akan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya (Tjiptono dan Diana, 2003:102):
1) Hubungan antara perusahaan dan para pelanggan menjadi harmonis.
172
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
2) Memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang.
3) Dapat mendorong terciptanya loyalitas pelanggan.
4) Membentuk suatu rekomendasi dari mulut ke mulut yang menguntungkan bagi
perusahaan.
5) Reputasi perusahaan menjadi baik di mata pelanggan.
6) Laba yang diperoleh dapat meningkat.
Oleh karena kepuasan pelanggan merupakan prioritas paling utama dalam TQM, maka
dalam suatu perusahaan harus memiliki fokus pada pelanggan.Fokus pada pelanggan
merupakan upaya perusahaan untuk memproduksi produk sesuai dengan keinginan
pelanggan untuk memuaskan pelanggan (Tjiptono dan Diana, 2003:109).Agar perusahaan
dapat merumuskan formula produk yang dapat memuaskan pelanggan maka harus
dilakukan observasi terhadap kebutuhan pelanggan. Hal ini dilakukan dengan cara
melakukan interaksi antara karyawan dengan pelanggan.
Karakteristik perusahaan-perusahaan yang sukses dalam membentuk fokus pada pelanggan
adalah sebagai berikut (Tjiptono dan Diana, 2003:109):
1) Visi, komitmen, dan suasana
2) Penjajaran dengan pelanggan
3) Kemauan untuk mengidentifikasi dan mengatasi permasalahan pelanggan
4) Memanfaatkan informasi dari pelanggan
5) Mendekati para pelanggan
6) Kemampuan, kesanggupan, dan pemberdayaan karyawan
7) Penyempurnaan produk dan proses secara terus menerus
2. Obsesi terhadap Kualitas
Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap dan komitmen perusahaan untuk tetap
memberikan kualitas yang terbaik pada setiap produknya yang dilakukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan baik internal maupun eksternal (Tjiptono dan Diana,
2003:158). Ada delapan dimensi kualitas yang dikembangkan Garvin dan dapat digunakan
sebagai kerangka perencanaan strategis dan analisis, terutama untuk produk manufaktur.
Dimensi tersebut adalah:
1) Kinerja karakteristik operasi pokok dari produk inti.
2) Ciri-ciri keistimewaan tambahan, yaitu karakteristik sekunder atau pelengkap.
3) Kehandalan, yaitu kemungkinan kecil akan mengalami kerusakan atau gagal pakai.
4) Kesesuaian dengan spesifikasi, yaitu sejauh mana skarakteristik desain dan operasi
memenuhi standar-standar yang telah ditetapkan sebelumnya.
5) Daya tahan, berkaitan dengan berapa lama produk tersebut dapat terus digunakan.
6) Serviceability, meliputi kecepatan, kompetensi, kenyamanan, mudah direparasi;
penanganan keluhan yang memuaskan.
7) Estetika, yaitu daya tarik produk terhadap panca indera.
8) Kualitas yang dipersepsikan, yaitu citra dan reputasi produk serta tanggung jawab
perusahaan terhadapnya.
3. Kerjasama Tim
Kerjasama tim merupakan implementasi integritas perusahaan dimana setiap orang
dalam setiap departemen pada perusahaan bersama-sama melakukan tindakan yang dapat
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 173
.d o
m
w
o
.c
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
mewujudkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan (Tjiptono dan Diana, 2003:165). Tiaptiap anggota tim harus menyamakan visi dan misinya dalam mewujudkan tujuan
perusahaan secara bersama-sama. Selain itu semua anggota harus menataati peraturan tim
yang berlaku dan melakukan pembagian tanggung jawab dan wewenang dengan secara
adil.
Terdapat 10 strategi untuk meningkatkan kinerja suatu tim dalam rangka
pencapaian tujuan organisasi (King dalam Tjiptono dan Diana, 2003:168-170). 10 strategi
tersebut yaitu:
1) Saling ketergantungan
2) Perluasan tugas
3) Penjajaran
4) Bahasa yang umum
5) Kepercayaan / respek
6) Kepemimpinan
7) Keterampilan pemecahan masalah
8) Keterampilan menangani konfrontasi / konflik
9) Penilaian / tindakan
10) Perayaan
4. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan usaha konstan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik
terhadap proses produk maupun orang yang melaksanakannya (Tjiptono dan Anastasia,
2003:262).
Persaingan global dan selalu berubahnya permintaan pelanggan merupakan alasan
perlunya
dilakukan
perbaikan
berkesinambungan.Untuk
mencapai
perbaikan
berkesinambungan, manajer senior harus secara aktif mendorong setiap orang untuk
mengidentifikasi dan menggunakan kesempatan perbaikan. Pelaksanaan perbaikan proses
berkesinambungan meliputi:
a) Penentuan masalah dan pemecahan yang memungkinkan
b) Pemilihan dan implementasi pemecahan masalah yang paling efektif dan efisien
c) Evaluasi ulang, standarisasi, dan pengulangan proses.
Lima aktivitas pokok dalam perbaikan berkesinambungan, yaitu (Tjiptono dan
Diana, 2003:266-267):
1) Komunikasi.
2) Memperbaiki masalah yang nyata / jelas.
3) Memandang ke hulu / mencari penyebab suatu masalah.
4) Mendokumentasikan kemajuan dan masalah.
5) Memantau perubahan.
5. Pendidikan dan Pelatihan
Pendidikan berbeda dengan pelatihan.Pelatihan bersifat spesifik, praktis, dan
segera.Spesifik dalam arti pelatihan berhubungan secara spesifik dengan pekerjaan yang
dilakukan. Sedangkan yang dimaksud praktis dan segera adalah bahwa apa yang sudah
dilatihkan dapat diaplikasikan dengan segera sehingga materi yang diberikan harus bersifat
174
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
praktis. Pelatihan merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan lebih bersifat filosofis dan
teoritis. Meskipun demikian, pendidikan dan pelatihan memiliki tujuan yang sama, yaitu
pembelajaran.
Terdapat lima faktor penyebab diperlukannya pendidikan dan pelatihan menurut
Tjiptono dan Diana (2003:213-214), yaitu:
1) Kualitas angkatan kerja yang ada
Angkatan kerja terdiri dari orang-orang yang berharap untuk memiliki pekerjaan.
Pekerjaan-pekerjaan baru dipenuhi dari angkatan kerja. Oleh karena itu kualitas
angkatan kerja merupakan hal yang penting.Angkatan kerja yang berkualitas tinggi
adalah kelompok yang mengenyam pendidikan dengan baik dan memiliki keterampilan
intelektual dasar seperti membaca, menulis, berpikir, mendengarkan, berbicara, dan
memecahkan masalah.
2) Persaingan global
Agar perusahaan dapat memenangkan persaingan di dalam pasar global yang ketat,
maka perusahaan harus mampu menghasilkan produk yang lebih baik dan lebih murah
daripada pesaingnya. Untuk itu diperlukan senjata yang ampuh untuk menghadapi
persaingan agar tetap memiliki dominasi.Senjata tersebut adalah pendidikan dan
pelatihan.
3) Perubahan yang cepat dan terus menerus
Di dunia ini tidak ada satu hal yang tidak berubah, kecuali perubahan itu sendiri.
Perubahan terjadi dengan cepat dan berlangsung terus menerus. Pengetahuan dan
keterampilan yang masih baru hari ini mungkin besok pagi sudah menjadi usang. Hal
yang semacam itulah yang membuat pendidikan dan pelatihan di rasa penting dalam
suatu perusahaan.
4) Masalah-masalah alih teknologi
Alih teknologi adalah perpindahan atau transfer teknologi dari satu objek ke objek yang
lain. Ada dua tahap dalam proses alih teknologi. Tahap pertama adalah komersialisasi
teknologi baru yang dikembangkan di laboratorium riset atau oleh penemu individual.
Tahap ini merupakan pengembangan bisnis dan tidak melibatkan pelatihan. Tahap
kedua dari proses tersebut adalah difusi teknologi yang memerlukan pelatihan. Difusi
teknologi adalah proses pemindahan teknologi yang baru dikomersialkan ke dunia kerja
untuk meningkatkan produktivitas, kulitas, dan daya saing.
5) Perubahan keadaan demografi
Perubahan keadaan demografi menyebabkan pelatihan menjadi semakin penting
dewasa ini. Oleh karena kerja sama tim merupakan unsur pokok dari TQM, maka
pelatihan dibutuhkan untuk melatih karyawan yang berbeda latar belakangnya agar
dapat bekerja bersama secara harmonis. Untuk mengatasi perbedaan budaya, sosial, dan
jenis kelamin dibutuhkan pelatihan, komitmen, dan perhatian.
Pelatihan karyawan memberikan manfaat sebagai berikut menurut Tjiptono dan Diana
(2003:215):
a) Mengurangi kesalahan produksi
b) Meningkatkan produktivitas
c) Meningkatkan / memperbaiki kualitas
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 175
.d o
m
w
o
.c
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
d) Respon yang lebih baik terhadap perubahan
e) Kerja sama tim yang lebih baik
f) Menunjukkan komitmen manajemen terhadap kualitas
6. Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan proses yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengikutsertakan karyawannya dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan (Tjiptono dan Anastasia, 2009:128). Selain itu, perusahaan memberikan
kebebasan kepada karyawan untuk mengeksplorasi diri dengan melakukan hal-hal baru
yang dapat memperbaiki perusahaan ke arah yang lebih baik.
Tujuan pelibatan dan pemberdayaan adalah untuk meningkatkan kemampuan
organisasi untuk memberikan nilai lebih terhadap pelanggan (customer value). Dasar
pemikiran diadakan pelibatan dan pemberdayaan karyawan adalah bahwasanya hal ini
merupakan cara terbaik untuk mengarahkan kreativitas dan inisiatif dari para karyawan
terbaik ke arah peningkatan daya saing perusahaan.
Pelibatan dan pemberdayaan karyawan akan berarti apabila hal tersebut merupakan
suatu usaha sistemik yang dilakukan untuk membantu organisasi guna meningkatkan nilai
yang akan diberikan kepada pelanggan. Kesalahan umum yang harus dihindari pada saat
mengimplementasikan pelibatan dan pemberdayaan karyawan antara lain sebagai berikut
(Tjiptono dan Diana, 2003:135):
a) Memulai kegiatan tanpa adanya strategi sistemik.
b) Memulai kegiatan tanpa adanya kepemimpinan yang aktif dari manajemen.
c) Rencana dan harapan yang tidak realistis.
d) Mengharapkan pelibatan akan ada akhirnya.
Kinerja Manajerial
Kinerja dapat diartikan sebagai penentuan secara periodik efektivitas operasional suatu
perusahaan, bagian dari perusahaan dan karyawannya, berdasarkan sasaran, standar, dan
kriteria yang ditetapkan sebelumnya (Sari, 2009:26). Menurut Donnelly, dkk dalam Sari
(2009:26), kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta
kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan
usaha-usaha para anggota organisasi dan penggunaan sumber daya organisasi lainnya agar
mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan (James dalam Handoko, 2001:8). Perencanaan
berarti para manajer memikirkan kegiatan-kegiatan mereka sebelum dilaksanakan.
Pengorganisasian berarti para manajer mengkoordinasikan sumber daya-sumber daya manusia
dan material organisasi. Pengarahan berarti para manajer mengarahkan, memimpin dan
mempengaruhi para bawahan. Dan Pengawasan berarti para manajer berupaya untuk menjamin
bahwa organisasi bergerak ke arah tujuan-tujuannya. Sedangkan manajer adalah orang yang
menerapkan manajemen dalam mengemban tugas yang diterimanya guna mencapai tujuan
perusahaan untuk menghasilkan laba (Sari, 2009:27).
Menurut Mahoney dan Carroll dalam Sari (2009:27), yang dimaksud dengan kinerja
manjerial adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial
antara lain: perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan
176
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
representasi. Kinerja manajerial diartikan sebagai salahsatu faktor penting dalam perusahaan,
karena denganmeningkatnya kinerja manajerial diharapkan akandapat meningkatkan kinerja
perusahaan (Widarsono, 2007:4). Kinerja personel dalam Laksana (2009:11-12) meliputi 8
dimensi yaitu:
1. Perencanaan, dalam arti kemampuan untuk menentukan tujuan, kebijakan dan
tindakan/pelaksanaan, penjadwalan kerja, penganggaran, merancang prosedur, dan
pemrograman.
2. Investigasi, yaitu kemampuan mengumpulkan dan menyampaikan informasi untuk catatan,
laporan dan rekening, mengukur hasil, menentukan persediaan, dan analisis pekerjaan.
3. Pengkoordinasian, yaitu kemampuan melakukan tukar menukar informasi dengan orang
lain di bagian organisasi yang lain untuk mengkaitkan dan menyesuaikan program,
memberitahu bagian lain, dan hubungan dengan manajer lain.
4. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk menilai dan mengukur proposal, kinerja yang diamati
atau dilaporkan, penilaian pegawai, penilaian catatan hasil, penilaian laporan keuangan,
pemeriksaan produk.
5. Pengawasan (supervisi), yaitu kemampuan untuk mengarahkan, memimpin dan
mengembangkan bawahan, membimbing, melatih dan menjelaskan peraturan kerja pada
bawahan, memberikan tugas pekerjaan dan menangani bawahan.
6. Pengaturan staff (staffing), yaitu kemampuan untuk mempertahankan angkatan kerja
dibagian anda, merekrut, mewawancarai dan memilih pegawai baru, menempatkan,
mempromosikan dan mutasi pegawai.
7. Negosiasi, yaitu kemampuan dalam melakukan pembelian, penjualan atau melakkan kontrak
untuk barang dan jasa, menghubungi pemasok, tawar menawar dengan wakil penjual, tawar
menawar secara kelompok.
8. Perwakilan (representatif), yaitu kemampuan dalam menghadiri pertemuan-pertemuan
dengan perusahaan lain, pertemuan perkumpulan bisnis, pidato untuk acara-acara
kemasyarakatan, pendekatan kemasyarakatan, mempromosikan tujuan umum perusahaan.
Kinerja manajerial yang diperoleh manajer juga merupakansalah satu faktor yang dapat
dipakai untukmeningkatkan keefektifan perusahaan. Kinerja manjerial yang baik akan
menghasilkan keefektivitasan yang berujung pada perolehan keuntungan bagi perusahaan.
Kinerja manajerial yang stabil bahkan meningkat akan menambah kepercayaan investor
terhadap perusahaan.
Hubungan TQM dengan Kinerja Manajerial
Dalam praktiknya TQM sangat berpengaruh terhadap kinerja manajerial suatu
perusahaan. Semakin meningkatnya TQM maka akan berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial karena di dalam unsur – unsur TQM diantaranya fokus pada pelanggan, obsesi
terhadap kualitas, pendekatan ilmiah, komitmen jangka panjang, kerja sama tim, perbaikan
sistem secara berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, kebebasan yang terkendali,
kesatuan tujuan dan adanya keterlibatan dan pemberdayaan karyawan, jika semua unsur itu
dilaksanakan secara harmonis maka tujuan perusahaan mendapatkan laba akan tercapai
sehingga dapat dilihat bahwa kinerja manajerial perusahaan berjalan dengan baik (Tjiptono dan
Diana, 2003:15).
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 177
.d o
m
w
o
.c
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
Penelitian Sebelumnya
Zulaika (2008), meneliti tentang Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja
Manajemen pada PP Lonsum Indonesia, Tbk. Peneliti mengambil sampel 30 orang manajer pada
perusahaan. Model analisis yang digunakan adalah regresi berganda. Pengujian kualitas data
yang digunakan adalah uji reliabilitas dan validitas data.Sedangkan uji asumsi klasik yang
digunakan adalah uji normalitas, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas.Pengujian
hipotesis yang digunakan adalah uji signifikan simultan (uji-F) dan uji signifikan parsial (ujit).Hasil analisis data menunjukkan bahwa TQM berpengaruh terhadap kinerja manajemen
secara simultan.Tetapi jika dilihat secara parsial, variabel fokus pada pelanggan serta
pendidikan dan pelatihan tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja manajemen.
Anggaperma (2010), meneliti tentang Pengaruh Total Quality Management Terhadap
Kinerja Keuangan Pada PT. Sipatex Putri Lestari Bandung. Model analisis data yang digunakan
adalah regresi linier berganda, korelasi pearson product moment, dan koefisien determinasi.
Pengujian hipotesis menggunakan menggunakan Uji-T. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
besarnya pengaruh Total Quality Management terhadap kinerja keuangan sebesar 43,43%.
Pengukuran TQM didasarkan pada Costumer Acquisition.Hasil uji hipotesis menunjukkan adanya
pengaruh yang signifikan antara TQM terhadap kinerja keuangan.
Namun ada beberapa penelitian yang menunjukkan hubungan negatif antara TQM dan
kinerja manajerial, salah satunya penelitian yang dilakukan oleh Ittner dan Lacker dimana
hasilnya tidak ditemukan bukti bahwa organisasi yang mempraktekkan TQM dapat mencapai
kinerja yang tinggi (Lubis, 2005)
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini adalah
H1: Fokus pada pelanggan berpen:garuh positif terhadap kinerja manajerial.
H2: Obsesi terhadap kualitas berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
H3: Kerjasama tim berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
H4: Perbaikan secara berkesinambungan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
H5: Pendidikan dan pelatihan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
H6: Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial
H7: Fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan secara
berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan secara simultan berpengaruh positif terhadap kinerja manajerial.
METODE PENELITIAN
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh karyawan yang ada di PT. X yang berjumlah
205 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sampling. Adapun kriterianya yaitu, sampel merupakan karyawan PT. X yang berada diposisi
Kepala Sub Bagian beserta bawahannya yang berjumlah 50 orang.
178
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
Definisi Operasional Variabel
Dalam penelitian ini yang menjadi variabel independent adalah fokus pada pelanggan,
obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem secara berkesinambungan, kebebasan
yang terkendali, serta keterlibatan dan pemberdayaan karyawan.
a. Fokus pada pelanggan (X 1)
Fokus pada pelanggan merupakan upaya perusahaan untuk memproduksi produk
sesuai dengan keinginan pelanggan untuk memuaskan pelanggan.Variabel fokus pada
pelanggan diukur dengan menggunakan 10 item pertanyaan yang menggambarkan peran
pelanggan dalam proses penjualan, pemahaman karyawan tentang produk yang paling
bernilai, pemberian informasi untuk pelanggan guna pengembangan produk, sistem untuk
menyelesaikan masalah pelanggan, pengajuhan keluhan pelanggan, pengumpulan informasi
dari pelanggan, kebutuhan yang lebih diutamakan, pemberian sumber daya untuk
karyawan, penggunaan masukan atau saran dari pelanggan, perbaikan terhadap teknologi,
proses, produk. Teknik skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5.
b. Obsesi terhadap kualitas (X2)
Obsesi terhadap kualitas merupakan sikap dan komitmen perusahaan untuk tetap
memberikan kualitas yang terbaik pada setiap produknya yang dilakukan hanya untuk
memenuhi kebutuhan pelanggan baik internal maupun eksternal.Variabel obsesi terhadap
pelanggan diukur dengan menggunakan 10 pertanyaan yang menggambarkan umpan balik
dari pelanggan, pelanggan sebagai asset dalam jangka panjang, bantuan konsultan luar,
standar kualitas yang diperkenalkan, pengevaluasian kualitas produk, perhatian terhadap
kualitas, penyediaan sumber daya yang cukup, usaha untuk memahami harapan pelanggan,
mendukung dan mempromosikan standar kualitas. Teknik skala pengukuran yang
digunakan adalah skala likert 5.
c. Kerjasama tim (X3)
Kerjasama tim merupakan implementasi integritas perusahaan dimana setiap orang
dalam setiap departemen pada perusahaan bersama-sama melakukan tindakan yang dapat
mewujudkan tujuan yang ingin dicapai perusahaan. Variabel kerjasama tim diukur dengan
menggunakan 7 pertanyaan yang menggambarkan tentang pertemuan kelompok secara
teratur, pembicaraan tentang konflik dan ketidak setujuan, peran kepemimpinan dilakukan
secara bergantian, pencarian cara untuk kontribusi produk akhir, kepuasan menjadi
anggota tim, pemberian dan penerimaan umpan balik, kerjasama antar departemen. Teknik
skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5.
d. Perbaikan sistem secara berkesinambungan (X4)
Perbaikan sistem secara berkesinambungan merupakan usaha konstan yang
dilakukan oleh perusahaan untuk mengubah dan membuat sesuatu menjadi lebih baik.
Variabel perbaikan sistem secara berkesinambungan diukur dengan menggunakan 5
pertanyaan yang menggambarkan tentang analisa terhadap permintaan pelanggan, umpan
balik pelanggan, penilaian terhadap pesaing, perbaikan carakerja. Teknik skala pengukuran
yang digunakan adalah skala likert 5.
e. Pendidikan dan Pelatihan (X 5)
Pendidikan dan pelatihan merupakan proses pembelajaran yang diadakan
perusahaan untuk memperbaiki kualitas manajemen perusahaan. Variabel ini diukur
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 179
.d o
m
w
o
.c
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
dengan menggunakan 7 pertanyaan yang menggambarkan bahwasanya kunci keunggulan
dalam bersaing pada dasarnya yaitu mengadakan pendidikan dan pelatihan karena hal ini
dinilai bisa mengembangkan ide-ide baru. Teknik skala pengukuran yang digunakan adalah
skala likert 5.
f. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X 6)
Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan merupakan proses yang dilakukan oleh
perusahaan untuk mengikutsertakan karyawannya dalam setiap kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan. Variabel ini menggambarkan tentang arti pekerjaan pada diri
karyawan.Teknik skala pengukuran yang digunakan adalah skala likert 5.
Dan variable dependent dalam penelitian ini adalah kinerja manajerial. Kinerja manajerial
adalah kinerja para individu anggota organisasi dalam kegiatan-kegiatan manajerial antara lain:
perencanaan, investigasi, koordinasi, supervise, pengaturan staf, negosiasi, dan representasi
(Mahoney dan Carroll dalam Sari, 2009:27). Kinerja manajerial diukur dengan menggunakan
enam item pernyataan yang menggambarkan tingkat kinerja manajerial dalam perencanaan,
pengorganisasian, evaluasi, pengawasan, pemilihan staff (staffing). Teknik skala pengukuran
yang digunakan adalah skala likert 5.
Jenis dan Sumber Data
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kualitatif dan data kuantitatif.
Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder,
dikatakan primer karena data diperoleh dengan menyebarkan kuesioner kepada karyawan yang
berada diposisi kepala sub bagian beserta bawahannya yang menjadi sampel penelitian. Data
sekunder merupakan sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung
melalui media perantara atau diperoleh dan dicatat oleh pihak lain.
Teknik Analisis Data
Teknik analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda yaitu
persamaan regresi yang menghubungkan antara dua atau lebih variabel independent (variabel
bebas) dengan satu variabel dependen (variabel terikat) (Pratiwi dan Musdholifah, 2009:32).
HASIL DAN PEMBAHASAN
Uji Validitas
Pengujian validitas digunakan untuk menguji butir-butir pertanyaan yang ada dalam
satu kuesioner, apakah isi dan butir pertanyaan yang ada dalam suatu kuesioner sudah valid.
Suatu kuesioner dikatakan valid apabila nilai signifikannya 0,05 yang berarti pertanyaan
dalam kuesioner tersebut mampu untuk mengungkapkan apa yang ingin diukur.
Uji Reliabilitas
Dalam pengujian reliabilitas dalam penelitian ini menggunakan rumus alpha cronbach.
Bila alpha > 0,5 maka instrumen yang digunakan adalah reliabel, (Sugiyono,2009).
Dari uji reliabilitas, variabel fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2),
kerjasama tim (X3), perbaikan sistem berkesinambungan (X 4), pendidikan dan pelatihan (X5),
180
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6), dan kinerja manajerial (Y) dinyatakan
reliabel karena alpha cronbach > 0,5.
Uji Hipotesis
Analisis Regresi Linier Berganda
Model regresi berganda dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh variabel
fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X 2), kerjasama tim (X3), perbaikan sistem
berkesinambungan (X 4), pendidikan dan pelatihan (X5), keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan (X6) terhadap variabel dependen kinerja manajerial (Y).
Y = 1.773 + 0.299 + 0.390 + -0.089 + 0.200 + -0.185 + 0.268 + e
a) Konstanta sebesar 1.773 artinya jika variabel fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap
kualitas (X 2), kerjasama tim (X 3), perbaikan secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan
pelatihan (X5), keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X 6) bernilai nol, maka nilai
kinerja manajerial akan sebesar 1.773.
a) Variabel X1 sebesar 0.299 berarti fokus pada pelanggan berpengaruh positif terhadap kinerja
manajerial. Jika fokus pada pelanggan meningkat 1%, maka akan menaikkan 1 satuan
kinerja manjerial sebesar 0.299% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau = 0.
b) Variabel X 2 sebesar 0.390 berarti obsesi terhadap kualitas berpengaruh positif terhadap
kinerja manajerial. Jika obsesi terhadap kualitas meningkat 1%, maka akan menaikkan 1
satuan kinerja manjerial sebesar 0.390% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau = 0.
c) Variabel X 3 sebesar -0.089 berarti kerjasama tim berpengaruh negatif terhadap kinerja
manajerial. Jika kerjasama tim meningkat 1%, maka akan menaikkan 1 satuan kinerja
manjerial sebesar -0.089% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau = 0.
d) Variabel X4 sebesar 0.200 berarti perbaikan secara berkesinambungan berpengaruh positif
terhadap kinerja manajerial. Jika perbaikan sistem berkesinambungan meningkat 1%, maka
akan menaikkan kinerja manjerial sebesar 0.200% dengan asumsi variabel lainnya tetap
atau = 0.
e) Variabel X5 sebesar -0.185 berarti pendidikan dan pelatihan berpengaruh negatif terhadap
kinerja manajerial. Jika pendidikan dan pelatihan meningkat 1%, maka akan menaikkan
kinerja manjerial sebesar -0.185% dengan asumsi variabel lainnya tetap atau = 0.
f) Variabel X 6 sebesar 0.268 berarti keterlibatan dan pemberdayaan karyawan berpengaruh
positif terhadap kinerja manajerial. Jika keterlibatan dan pemberdayaan karyawan
meningkat 1%, maka akan menaikkan 1 satuan kinerja manjerial sebesar 0.268% dengan
asumsi variabel lainnya tetap atau = 0.
Uji Parsial (Uji t)
Hasil uji t dalam penelitian ini adalah :
a. Fokus pada pelanggan (X1), diperoleh nilai thitung (1,686) < ttabel (2,024) dengan signifikansi t
sebesar 0,101 > 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa variable fokus pada pelanggan
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
b. Obsesi terhadap kualitas (X2), diperoleh nilai thitung (0,977) < ttabel (2,024) dengan signifikansi t
sebesar 0,335 > 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa variable obsesi terhadap kualitas
berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 181
.d o
m
w
o
.c
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
c. Kerjasama tim (X3), diperoleh nilai thitung (-0,461) < ttabel (2,024) dengan signifikansi t sebesar
0,648 > 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa variable kerjasama tim berpengaruh secara
signifikan terhadap kinerja manajerial.
d. Perbaikan sistem berkesinambungan (X4), diperoleh nilai thitung (0,949) < ttabel (2,024) dengan
signifikansi t sebesar 0,349 > 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa variable kerjasama
tim berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
e. Pendidikan dan pelatihan (X5), diperoleh nilai thitung (-0,942) < ttabel (2,024) dengan
signifikansi t sebesar 0,353 > 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa variable kerjasama
tim berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
f. Keterlibatan dan pemberdayaan karyawan (X6), diperoleh nilai thitung (2,947) > ttabel (2,024)
dengan signifikansi t sebesar 0,006 > 0,05, maka hal ini menunjukkan bahwa variable
kerjasama tim berpengaruh secara signifikan terhadap kinerja manajerial.
Uji Simultan (Uji F)
Hasil uji F diketahui nilai Fhitung sebesar 4,602 > Ftabel 2,034 yang berarti H o ditolak dan Ha
diterima. Signifikansi sebesar 0,002 < 0,05 yang berarti bahwa fokus pada pelanggan, obsesi
terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, dan
keterlibatan pemberdayaan karyawan secara bersama-sama berpengaruh terhadap kinerja
manajerial.
Koefisien Regresi
Berdasarkan output model summary besarnya adjusted R2 0.357 atau 35,7% yang berarti
bahwa variabel terikat kinerja manajerial (Y) hanya sebesar 35,7% dapat dijelaskan oleh
variabel fokus pada pelanggan (X1), obsesi terhadap kualitas (X2), kerjasama tim (X 3), perbaikan
secara berkesinambungan (X4), pendidikan dan pelatihan (X 5), keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan (X6) dan sisanya 64,3% dijelaskan oleh variabel yang tidak dimasukkan dalam model.
SIMPULAN
Berdasarkan hasil pengujian dan pembahasan sebagaimana telah disajikan pada bagian
sebelumnya, maka dapat disimpulkan :
1. Berdasarkan hasil pengujian dengan regresi linier berganda diketahui bahwa secara statistik
terbukti Total Quality Management secara signifikan berpengaruh terhadap kinerja
manajerial.
2. Bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang artinya bahwa Total Quality Management secara
signifikan berpengaruh terhadap kinerja manajerial, dengan nilai Fhitung sebesar 4,602 > Ftabel
2,034 dengan nilai signifikansi F sebesar 0,002 < 0,05 yang berarti bahwa fokus pada
pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan sistem berkesinambungan,
pendidikan dan pelatihan, keterlibatan dan pemberdayaan karyawan secara bersama-sama
berpengaruh terhadap kinerja manajerial.
3. Bahwa variabel fokus pada pelanggan, obsesi terhadap kualitas, kerjasama tim, perbaikan
sistem berkesinambungan, pendidikan dan pelatihan, keterlibatan dan pemberdayaan
karyawan berpengaruh terhadap kinerja manajerial baik secara parsial maupun simultan.
182
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
DAFTAR PUSTAKA
Daft, Richard L. 2006. Manajemen. Edisi 6. Penerbit Salemba Empat, Jakarta.
Ghozali, 2001. Aplikasi Analisis Multivarriate dengan Program SPSS. Edisi 11, Badan Penerbit
Universitas Diponegoro, Semarang.
Handoko, T. Hani, Dr, M.B.A. 2001. Manajemen. Edisi 2. Penerbit BPFE, Yogyakarta.
Laksana, Gilang. 2009. Pengaruh Total Quality Management, Sistem Pengukuran Kinerja dan
Sistem Penghargaan Terhadap Kinerja Manajerial. Skripsi tidak diterbitkan. FE UNAIR.
Surabaya.
Purnama, Nursya’bani. 2006. Manajemen Kualitas Perspektif Global. Cetakan Pertama. Edisi
Pertama. Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
Sari, Dewi Maya. 2009. Pengaruh Total Quality Management Terhadap Kinerja Manajerial pada
PT. Super Andalas Steel. Skripsi tidak diterbitkan. FE-USU MEDAN. Medan.
Sugiyono, Prof. Dr. 2008. Metode Penelitian Bisnis (Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D).
Cetakan kesebelas. Penerbit Alfabeta, Bandung.
Sujianto, Agus Eko, SE.,MM. 2009. Aplikasi Statistik dengan SPSS 16.0. Cetakan Pertama. Penerbit
PT. Prestasi Pustakaraya, Jakarta.
Tjiptono, Fandy dan Diana, Anastasia. 2005. Total quality Management. Edisi 5. Penerbit Andi,
Yogyakarta.
Wahyu Ariani, Dorothea, SE. M. T. 2003. Manajemen Kualitas Pendekatan Sisi Kualitatif. Penerbit
Ghalia, Indonesia.
Widarsono, Agus. 2007. Pengaruh Kualitas Informasi Manajemen Terhadap Kinerja Manajerial.
Jurnal Akuntansi FE Unsil, (online), Vol. 2, No. 2, (http://agusw77.files.wordpress.com/
2009/09/kim.pdf, diakses 10 januari 2012).
Yamit, Zulian, Drs, M. Si. 2005. Manajemen Kualitas Produk dan Jasa. Edisi Pertama, Cetakan
Keempat. Penerbit Ekonisia, Yogyakarta.
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
| 183
w
.d o
o
Karakteristik Total Quality Management (TQM) dalam…
.c
m
C
m
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
F -X C h a n ge
F -X C h a n ge
c u -tr a c k
N
y
bu
to
k
lic
Prosiding Call for Paper 2013 : Bidang Akuntansi
184
|
FAKULTAS EKONOMI Universitas Muhammadiyah Sidoarjo
.d o
o
.c
m
C
m
w
o
.d o
w
w
w
w
w
C
lic
k
to
bu
y
N
O
W
!
PD
O
W
!
PD
c u -tr a c k
.c
Download