Anggaran” Pemerintah - Kuliah Online UNIKOM

advertisement
PERTEMUAN 10
APBN, KEBIJAKAN FISKAL
DAN UTANG LN
Arti, Tujuan dan Fungsi APBN
• Pengertian Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara adalah
suatu daftar atau penjelasan terperinci mengenai penerimaan
dan pengeluaran Negara untuk suatu jangka waktu tertentu
bisanya satu tahun.
• Tujuan APBN adalah untuk memelihara stabilitas ekonomi dan
mencegah terjadinya anggaran yang defiSit.
• Fungsi APBN adalah :
a. Fungsi alokasi
Anggaran pendapatan Negara merupakan sumber anggaran
biaya yang harus dikeluarkan oleh Negara. Dengan masuknya
sumber pendapatan ke kas Negara maka Negara atau
pemerintah dapat menggunakan pendapatan ini untuk
pembiayaan program pembangunan dan mengalokasikan
dana tersebut sesuai dengan sasaran – sasaran yang dituju.
b. Fungsi distribusi
Sumber endapatan Negara yang berasal dari rakyat
harus digunakan untuk kepentingan umum, namun
dapat juga disalurkan kembali kepada masyarakat.
Misalnya subsidi pupuk, subsidi BBM dan listrik.
c. Fungsi stabilitas
Anggaran pendapatan Negara dilaksanakan untk
mengatur perekenomian dan pemerintahan dengan
baik. Pelaksanaan anggaran sebaiknya dilaksanakan
sesuai dengan disiplin anggaran. Apabila semua yang
tercantum dalam anggaran itu tidak dilaksanakan maka
penyusunan APBN tidak ada artinya.
• PengertianAnggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN),
• adalah
rencana
keuangan
tahunan
pemerintahan negara Indonesia yang disetujui
oleh Dewan Perwakilan Rakyat. APBN berisi
daftar sistematis dan terperinci yang memuat
rencana penerimaan dan pengeluaran negara
selama satu tahun anggaran (1 Januari – 31
Desember). APBN, Perubahan APBN, dan
Pertanggungjawaban APBN setiap tahun
ditetapkan dengan Undang-Undang.
Belanja Negara ;Belanja terdiri atas dua jenis:
• Belanja Pemerintah Pusat, adalah belanja yang digunakan
untuk membiayai kegiatan pembangunan Pemerintah Pusat,
baik yang dilaksanakan di pusat maupun di daerah
(dekonsentrasi dan tugas pembantuan). Belanja Pemerintah
Pusat dapat dikelompokkan menjadi: Belanja Pegawai, Belanja
Barang, Belanja Modal, Pembiayaan Bunga Utang, Subsidi
BBM dan Subsidi Non-BBM, Belanja Hibah, Belanja Sosial
(termasuk Penanggulangan Bencana), dan Belanja Lainnya.
• Belanja Daerah, adalah belanja yang dibagi-bagi ke
Pemerintah Daerah, untuk kemudian masuk dalam
pendapatan APBD daerah yang bersangkutan. Belanja Daerah
meliputi:
– Dana Bagi Hasil
– Dana Alokasi Umum
– Dana Alokasi Khusus
– Dana Otonomi Khusus.
Pembiayaan meliputi:
• Pembiayaan Dalam Negeri, meliputi Pembiayaan
Perbankan, Privatisasi, Surat Utang Negara, serta
penyertaan modal negara.
• Pembiayaan Luar Negeri, meliputi:
– Penarikan Pinjaman Luar Negeri, terdiri atas
Pinjaman Program dan Pinjaman Proyek.
– Pembayaran Cicilan Pokok Utang Luar Negeri,
terdiri atas Jatuh Tempo dan Moratorium.
Fungsi
• Fungsi Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN)
adalah sebagai berikut:
1. Fungsi alokasi, yaitu penerimaan yang berasal dari pajak
dapat dialokasikan untuk pengeluaran yang bersifat
umum, seperti pembangunan jembatan, jalan, dan taman
umum.
2. Fungsi distribusi, yaitu pendapatan yang masuk bukan
hanya digunakan untuk kepentingan umum,tetapi juga
dapat dipindahkan untuk subsidi dan dana pensiun.
3. Fungsi stabilisasi, yaitu Anggaran Pendapatan Belanja
Negara (APBN) berfungsi sebagai pedoman agar
pendapatan dan pengeluaran keunagn negara teratur
sesuai dengan di terapkan.Jika pemndapatan dipakai
sesuai dengan yang di terapkan, Anggaran Pendapatan
Belanja Negara (APBN) berfungsi sebagai stabilisator.
Komponen-komponen APBN yaitu:
1. Penerimaan Negara dan Hibah, yang meliputi
penerimaan pajak, penerimaan bukan pajak, dan
hibah.
2. Pengeluaran/Belanja Negara, yang digunakan untuk
keperluan penyelenggaraan tugas pemerintahan
pusat dan pelaksanaan perimbangan keuangan antara
pemerintah pusat dan daerah.
3. Pembiayaan Defisit (Pembiayaan Anggaran), yaitu
setiap penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun
tahun-tahun anggaran berikutnya.
Tujuan-tujuan Penyusunan APBN yaitu:
1. Meningkatkan produksi nasional dan pertumbuha
ekonomi
2. Meningkatkan kesempatan kerja dan mengurangi
pengangangguran
3. Menstabilkan harga barang- barang
Fungsi-fungsi APBN
1. Fungsi otorisasi,
2. Fungsi perencanaan,
3. Fungsi pengawasan,
4. Fungsi alokasi,
5. Fungsi distribusi, dan
6. Fungsi stabilisasi
Jenis-jenis Anggaran
1. Anggaran defisit: bila jumlah penerimaan
negara lebih kecil daripada jumlah
belanja/pengeluaran negara
2. Anggaran surplus: bila jumlah penerimaan
negara lebih besar daripada jumlah
belanja/pengeluaran negara
3. Anggaran
berimbang:
bila
jumlah
penerimaan negara sama dengan jumlah
belanja/pengeluaran negara
Kebijakan Fiskal
• Adalah kebijakan ekonomi makro yang implementasinya melalui
penyusunan “anggaran” pemerintah (APBN di Indonesia).
• Secara garis besar terdiri 3 pos utama pada sisi pengeluaran
“anggaran”;
1. Belanja barang dan jasa (G),
2. Gaji pegawai (W),
3. Transfer payment/subsisi (Tr).
Sedangkan pada sisi pendapatan terdiri 4 pos yang penting, yaitu:
1. Penerimaan pajak (Tx),
2. Kredit likuiditas bank sentral (U),
3. Pinjaman/obligasi dalam negeri (B),
4. Pinjaman/hutang luar negeri (F)
Masing-masing pos mempunyai pengaruh yang berbeda terhadap
perekonomian.
• Tujuan kebijakan fiskal adalah kestabilan
ekonomi yang lebih mantap artinya tetap
mempertahankan laju pertumbuhan ekonomi
yang layak tanpa adanya pengangguran yang
berarti atau adanya ketidakstabilan hargaharga umum. Dengan kata lain,
• tujuan kebijakan fiskal adalah pendapatan
nasional riil terus meningkat pada laju yang
dimungkinkan oleh perubahan teknologi dan
tersedianya faktor-faktor produksi dengan
tetap mempertahankan kestabilan hargaharga umum (Sumarmoko, 1992).
Perhitungan
• Kebijakan fiskal tercermin pada volume APBN yang
dijalankan pemerintah, karena APBN memuat rincian
seluruh penerimaan dan pengeluaran pemerintah.
Dengan demikian APBN dipakai oleh pemerintah
sebagai alat stabilisasi ekonomi. Anggaran yang tidak
seimbang akan bisa berpengaruh terhadap pendaptan
nasional. Perubahan pendapatan nasional (tingkat
penghasilan) akan ditentukan oleh besarnya angka
multplier (angka pengganda). Angka pengganda
ditentukan oleh besarnya marginal propensity to
consume investasi (I) dan konsumsi ( C ) adalah 1/(1MPC), sedangkan untuk lump-sum tax (Tx) dan
pembayaran transfer (Tr) adalah MPC/(1-MPC).
“Anggaran” Pemerintah
• Pengeluaran total “anggaran” (APBN di Indonesia)
selalu sama dengan penerimaan totalnya. Dalam
pengertian akuntansi ini “Anggaran” selalu seimbang
(anggaran berimbang). Dalam pengertian ekonomi
“anggaran” bisa defisit, surplus atau berimbang.
• Ada tiga pengertian yang berbeda mengenai arti defisit,
surplus dan “anggaran” berimbang.
1. Penerimaan pajak (Tx) dapat menutup seluruh
pengeluaran (G + W + Tr), apabila G + W + Tr > Tx maka
“anggaran” defisit dan bila G + W + Tr < Tx maka
“anggaran” surplus selanjutnya G + W + Tr = Tx maka
“anggaran” berimbang.
2. Defisit “anggaran” apabila G + W + Tr > Tx + B,
surplus “anggaran” apabila G + W + R < T + B dan
berimbang bila G + W + R = T + B.
3. “Anggaran” defisit bilamana U > 0, “anggaran”
surplus bila U < 0 dan berimbang bila U = 0. pada
pengertian ini menunjukkan ada tidaknya
pencetakan uang baru untuk membiayai “Anggaran”.
Pengaruh struktur “anggaran” terhadap
perekonomian
• Pengaruh dan perubahan masing-masing pos
terhadap perekonomian dapat dibedakan
menjadi 2, yaitu;
1. “Pengaruh putaran pertama: pengaruh awal dari
kebijakan tersebut terhadap permintaan agregat.”
(Z)
2. “Pengaruh putaran akhir: pengaruh dari kebijakan
tersebut apabila kita menelusurinya sampai
perekonomian mencapai keseimbangan umum yang
baru.
“Pengaruh Putaran Pertama”
•
•
Pada “putaran pertama” setiap rupiah perubahan G akan mengubah Z sebesar 1/(1
– MPC) rupiah dan setiap rupiah perubahan W dan R akan mengubah Z sebesar
MPC/(1 – MPC) rupiah. Karena MPC < 1, maka pengaruh putaran pertama setiap
rupiah ∆G adalah lebih besar daripada setiap rupiah ∆W atau ∆R.
Pada “putaran pertama” setiap rupiah ∆T mengubah Z sebesar
– MPC/(1 – MPC) rupiah. Pajak dapat dianggap sebagai transfer payments negatif.
Pos-pos lain pada sisi penerimaan mempunyai pengaruh utama pada pasar uang
dan melalui ini akan berpengaruh terhadap permintaan agregat (Z).
– Kredit dari bank sentral mempunyai pengaruh yang inflasioner:
+ ∆U
- ∆H
+ ∆Ms
- ∆i
+ ∆I
+ ∆Z.
– Obligasi dari masyarakat dalam negeri mempunyai pengaruh yang deflasioner:
+ ∆B
- ∆H
- ∆Ms
+ ∆i
- ∆Z.
– Obligasi luar negeri mempunyai dua pengaruh, keduanya bersifat deflasioner:
+ ∆F
- ∆H
- ∆Ms
+ ∆i
- ∆I
- ∆Z dan pengaruh kedua
secara langsung yang menurunkan Z karena adanya aliran barang dari luar
negeri memenuhi sebagian dari permintaan dalam negeri tersebut.
“Pengaruh Akhir”
• Setiap rupiah perubahan dari Z pada putaran pertama (yang disebabkan
oleh perubahan pos “anggaran” manapun) akan mempunyai pengaruh
akhir yang sama terhadap perekonomian, karena akan melewati proses
keseimbangan umum yang sama. Jadi pengaruh akhir dari setiap rupiah
perubahan masing-masing pos “anggaran” berbeda satu sama lain
karena perbedaan “pengaruh putaran pertama”nya terhadap Z.
• Pengaruh Netto dari suatu kombinasi dari perubahan pos-pos
“anggaran” bisa diperkirakan dengan jalan menjumlah pengaruh dari
masing-masing pos.
• Seperti halnya dengan kebijakan moneter, ada kemungkinan bahwa
suatu kebijakan fiskal mempunyai pengaruh langsung penawaran
agregat (yaitu, menggeser kurva penawaran agregat). Pengaruh “sisi
penawaran” (supply side) ini belum mempunyai teori makro yang
mantap.
Download