KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL Kejahatan di bidang

advertisement
KEJAHATAN DI BIDANG PASAR MODAL
Kejahatan di bidang pasar modal adalah kejahatan yang khas dilakukan oleh pelaku pasar
modal dalam kegiatan pasar modal. Pemerintah Indonesia melalui Bapepam berupaya keras
untuk mengatasi dan mencegah kejahatan di bidang pasar modal dengan berbagai cara, antara
lain dengan menertibkan dan membina pelaku pasar modal sebagai tindakan preventif, dan
menuntaskan kejahatan di bidang pasar modal sebagai tindakan represif. Tugas yang diemban
Bapepam sangat berat, oleh karena itu Bapepam diberi kewenangan untuk melakukan
penyelidikan, pemeriksaan, penyidikan, sampai meneruskan penuntutan kepada kejaksaan atas
dugaan terjadinya kejahatan. Untuk kasus pelanggaran, Bapepam memiliki kewenangan
melakukan
pemeriksaan,
penyidikan,
sampai
pemberian
sanksi
administratif.
Pedoman melakukan kegiatan di bidang pasar modal diatur dalam Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-undang tersebut menggantikan Undang-Undang
Nomor 15 Tahun 1952 yang menetapkan berlakunya Undang-Undang Darurat Nomor 13 Tahun
1951 sebagai Undang-Undang. Undang-Undang Darurat tersebut diganti karena materinya
sangat sumir dan sudah tidak sesuai dengan kebutuhan pengembangan pasar modal dewasa ini.
Persoalan terjadinya kejahatan dan pelanggaran di pasar modal diasumsikan berdasarkan
beberapa alasan, antara lain: kesalahan pelaku, kelemahan aparat yang mencakup integritas dan
profesionalisme, serta kelemahan peraturan. Bapepam berkewajiban untuk selalu melakukan
penelaahan hukum yang menyangkut perlindungan dan penegakan hukum yang semakin penting.
Dikatakan penting karena, lembaga pasar modal merupakan lembaga kepercayaan, yaitu sebagai
lembaga perantara (intermediary) yang menghubungkan kepentingan pemakai dana dan para
pemilik dana. Dengan demikian perangkat perundang-undangan yang mengatur mengenai pasar
modal diharapkan dapat memberi kontribusi positif bagi penegakan hukum di dalam memberi
jaminan dan kepastian hukum kepada pelaku pasar modal.
Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah menggariskan jenis-jenis tindak pidana dibidang
pasar modal, seperti penipuan, manipulasi pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain
menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan penjara/kurungan bagi para pelaku dengan
jumlah atau waktu yang bervariasi. Tindak pidana dibidang pasar modal memiliki karekteristik
yang khas, yaitu barang yang menjadi obyek adalah informasi, selain itu pelaku tindak pidana
tidak mengandalkan kemampuan fisik, tetapi kemampuan untuk memahami dan membaca situasi
pasar untuk kepentingan pribadi. Pembuktian tindak pidana pasar modal juga sangat sulit, namun
akibat yang ditimbulkan dapat fatal dan luas. Jenis-jenis tindak pidana yang dikenal dibidang
pasar modal, antara lain:
1. Penipuan
Penipuan menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 90 huruf c, adalah: membuat
pernyataan tidak benar mengenai fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar
pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan
dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri
atau pihak lain atau dengan tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
Larangan tersebut ditujukan kepada semua pihak yang terlibat dalam perdagangan efek,
bahkan turut serta melakukan penipuan pun tak lepas dari jerat pasal ini. Dalam Kitab UndangUndang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan, disebutkan bahwa penipuan adalah
tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan cara:
(1) Melawan hukum;
(2) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(3) Tipu muslihat;
(4) Rangkaian kebohongan;
(5) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya memberi utang
atau menghapuskan piutang.
Terkait dengan pengertian KUHP tentang penipuan, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
juga memberikan beberapa spesifikasi mengenai pengertian penipuan, yaitu terbatas dalam
kegiatan perdagangan efek yang meliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan/atau penjualan
efek yang terjadi dalam rangka penawaran umum, atau terjadi di bursa efek maupun diluar bursa
atas efek emiten atau perusahaan publik. Mengenai pengertian tipu muslihat atau rangkaian
kebohongan sebagaimana ditentukan dalam KUHP, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995
menegaskan bahwa hal tersebut termasuk membuat pernyataan yang tidak benar mengenai fakta
material atau tidak mengungkapkan fakta yang material.
2. Manipulasi Pasar
Manipulasi pasar menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 Pasal 91 adalah, tindakan
yang dilakukan oleh setiap pihak secara langsung maupun tidak dengan maksud untuk
menciptakan gambaran semu atau menyesatkan mengenai perdagangan, keadaan pasar, atau
harga efek di bursa efek. Otoritas pasar modal mengantisipasi setiap pihak yang memiliki
kapasitas dan kapabilitas dalam hal modal dan teknologi atau sarana yang kemungkinan bisa
melakukan penggambaran sedemikian rupa sehingga pasar memahami dan merespon gambaran
tersebut sebagai suatu hal yang benar. Beberapa pola manipulasi pasar, antara lain:
(1) Menyebarkan informasi palsu mengenai emiten dengan tujuan mempengaruhi harga efek
perusahaan yang dimaksud di bursa efek (false information). Misalnya, suatu pihak menyebarkan
rumor bahwa emiten A akan segera dilikuidasi, pasar merespon kemudian harga efeknya jatuh
tajam di bursa;
(2) Menyebarkan informasi yang menyesatkan atau tidak lengkap (misinformation). Misalnya,
suatu pihak menyebarkan rumor bahwa emiten B tidak termasuk perusahaan yang akan
dilikuidasi oleh pemerintah, padahal emiten B termasuk
yang diambil alih oleh
pemerintah. Harga efek di pasar modal sangat sensitif terhadap suatu peristiwa dan informasi
yang berkaitan, baik secara langsung maupun tidak dengan efek tersebut. Informasi merupakan
pedoman pokok para pemodal untuk mengambil keputusan terhadap suatu efek. Jika informasi
tersebut tidak dilindungi oleh hukum sebagai informasi yang benar, bagaimana kegiatan
perdaganyan pasar modal bisa berjalan? Informasi yang dihembuskan oleh pihak tertentu dapat
menimbulkan dampak pada pasar, akibatnya harga efek bisa naik atau turun. Begitu telah ada
konfirmasi bahwa informasi itu benar, maka gejolak pasar akan berhenti dan berjalan normal
kembali.
Transaksi yang dapat menimbulkan gambaran semu adalah transaksi efek yang tidak
mengakibatkan perubahan kepemilikan atau penawaran jual/beli efek pada harga tertentu dimana
pihak tertentu telah bersekongkol dengan pihak lain yang melakukan penawaran jual/beli efek
yang sama pada harga yang kurang lebih sama. Motif dari manipulasi pasar antara lain untuk
meningkatkan, menurunkan, atau mempertahankan harga efek. Dalam praktik perdagangan efek
internasional dikenal beberapa kegiatan yang dapat digolongkan sebagai manipulasi pasar, yaitu:
(1) Marking the Close Marking the close adalah, merekayasa harga permintaan atau penawaran efek
pada saat atau mendekati penutupan perdagangan dengan tujuan membentuk harga efek atau
harga pembukaan yang lebih tinggi pada hari berikutnya.
(2) Painting the Tape
Painting the tape adalah, kegiatan perdagangan antara rekening efek satu dengan rekening efek
lain yang masih berada dalam penguasaan satu pihak atau memiliki keterkaitan sedemikian rupa
sehingga tercipta perdagangan semu. Pada dasarnya painting the tape mirip dengan marking the
close, namun dapat dilakukan setiap saat.
(3) Pembentukan harga berkaitan dengan merger, konsolidasi, atau akuisisi
Pasal 55 Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1995 tentang Perseroan Terbatas menentukan bahwa,
pemegang saham yang tidak menyetujui rencana merger, konsolidasi, atau akuisisi berhak
meminta kepada perseroan untuk membeli saham dengan harga yang wajar. Pemegang saham
dapat memanfaatkan ketentuan ini untuk kepentingan pribadi melalui tindakan manipulasi pasar.
(4) Cornering the Market
Cornering the market adalah, membeli efek dalam jumlah yang besar sehingga dapat menguasai
atau menyudutkan pasar. Praktiknya dapat dilakukan dengan short selling, yaitu menjual efek
dimana pihak penjual belum memiliki efeknya. Hal ini dapat dilakukan karena bursa efek
menetapkan jangka waktu penyelesaian transaksi T+3 (penjual wajib menyerahkan efeknya pada
hari ke-3 setelah transaksi). Jika penjual gagal menyerahkan efek pada T+3, maka yang
bersangkutan harus membeli efek tersebut di pasar tunai yang biasanya lebih mahal dari harga di
pasar regular. Pelaku dapat mengambil keuntungan dari situasi tersebut dengan melakukan
cornering the market, yaitu membeli dalam jumlah besar efek tertentu dan menahannya sehingga
akan banyak penjual yang mengalami gagal serah efek dan terpaksa membeli di pasar tunai yang
sudah dikuasai oleh pelaku.
(5) Pools
Pools merupakan penghimpunan dana dalam jumlah besar oleh sekelompok investor dimana
dana tersebut dikelola oleh broker atau seseorang yang memahami kondisi pasar. Manager dari
pools tersebut membeli saham suatu perusahaan dan menjualnya kepada anggota kelompok
investor tersebut untuk mendorong frekuansi jual-beli efek sehingga dapat meningkatkan harga
efek tersebut.
(6) Wash Sales
Order beli dan jual antara anggota asosiasi dilakukan pada saat yang sama dimana tidak terjadi
perubahan kepemilikan manfaat atas efek. Manipulasi tersebut dilakukan dengan maksud bahwa
mereka membuat gambaran dari aktivitas pasar dimana tidak terjadi penjualan atau pembelian
yang sesungguhnya.
(7) Perdagangan Orang Dalam (Insider Trading)
Pelaku perdagangan orang dalam dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu: pihak pertama yang
mengemban kepercayaan secara langsung maupun tidak dari emiten atau perusahaan publik atau
disebut juga pihak yang berada dalam fiduciary position, dan pihak kedua yang menerima
informasi orang dalam dari pihak pertama (disebut juga tippees).
Pihak yang termasuk golongan pertama, antara lain: komisaris, direktur, pegawai, pemegang
saham utama emiten atau perusahaan publik, orang perseorangan yang karena kedudukan atau
profesi atau hubungan usahanya dengan emiten memungkinkan orang tersebut memperoleh
informasi orang dalam.
Kemungkinan terjadinya perdagangan dengan menggunakan informasi orang dalam dapat
dideteksi dari ada atau tidaknya orang dalam yang melakukan transaksi atas efek perusahaan
dimana yang bersangkutan menjadi orang dalam. Selain itu dapat pula dideteksi dari adanya
peningkatan harga dan volume perdagangan efek sebelum diumumkanya informasi material
kepada publik terkait dengan terjadinya peningkatan atau penurunan perdagangan yang tidak
wajar. Perdagangan orang dalam memiliki beberapa unsur, antara lain:
a. Adanya perdagangan efek;
b. Dilakukan oleh orang dalam perusahaan;
c. Adanya inside information;
d. Informasi itu belum diungkap dan dibuka untuk umum;
e. Perdagangan dimotivasi oleh informasi itu;
f. Bertujuan untuk mendapatkan keuntungan.
Kasus perdagangan orang dalam diidentikkan dengan kasus pencurian, bedanya bila pada
pencurian konvensional yang menjadi obyek adalah materi milik orang lain, maka pada
perdagangan orang dalam obyek pencurian tetap milik orang lain tapi dengan menggunakan
informasi yang seharusnya milik umum, sehingga pelaku memperoleh keuntungan dari
tindakannya. Pada pencurian konvensional yang menderita kerugian adalah pihak pemilik
barang, sedangkan pada kasus perdagangan orang dalam, yang menderita kerugian begitu banyak
dan luas, mulai dari lawan transaksi hingga kepada pudarnya kewibawaan regulator dan
kredibilitas pasar modal. Kalau kredibilitas pudar, maka kepercayaan masyarakat terhadap pasar
modal juga akan pudar.
B. KASUS REKSA DANA PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS
Terdakwa Herman Ramli bersama dua Direksi PT Sarijaya Permana Sekuritas dianggap
penuntut umum telah melakukan tindak pidana penggelapan/penipuan, dan pencucian uang.
Akibat ulah ketiga terdakwa, 13.074 nasabah menderita kerugian sebesar Rp. 235,6 milyar.
Berawal dari perbuatan Herman yang secara bertahap memerintahkan stafnya, Setya Ananda,
untuk mencari nasabah nominee pada tahun 2002. Sampai tahun 2008, sudah terhimpun 17
nasabah nominee yang sebagian besar adalah pegawai grup perusahaan Sarijaya. Kemudian,
dibukakanlah ketujuhbelas nasabah nominee ini rekening. Rekening itu digunakan Herman untuk
melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Namun, karena dana dalam rekening 17
nasabah nominee ini tidak mencukupi untuk melakukan transaksi, maka Herman meminta Lanny
Setiono (stafnya) untuk menaikkan batas transaksi atau Trading Available (TA). Lalu, Lanny
menindak-lanjutinya dengan memerintahkan bagian informasi dan teknologi (IT) untuk
memproses kenaikan TA 17 nasabah nominee tersebut. Tapi, untuk menaikkan TA, sebelumnya
harus mendapat persetujuan dari para direksi Sarijaya, yaitu Teguh, Zulfian, dan Yusuf Ramli,
Direktur Utama Sarijaya. Walau mengetahui dana yang terdapat pada rekening ketujubelas
nasabah nominee tidak mencukupi, para direksi tetap memberikan persetujuan untuk menaikkan
TA. Sehingga, Herman dapat melakukan transaksi jual/beli saham di bursa efek. Padahal,
transaksi yang dilakukan Herman, tanpa sepengetahuan atau order dari para nasabah. Selama
kurang lebih enam tahun, Herman melakukan transaksi jual/beli saham dengan menggunakan
rekening ketujuhbelas nasabah nominee. Dan untuk membayar transaksi itu, Herman medebet
dana 13074 nasabah yang tersimpan di main account Sarijaya
Apabila diakumulasikan, pemilik 60 persen saham perusahaan sekuritas (Sarijaya) ini telah
mempergunakan dana sekitar Rp214,4 miliar, termasuk di dalamnya modal perusahaan sebesar
Rp5,77 miliar. Oleh karena itu, Herman dianggap telah melakukan tindak pidana
penggelapan/penipuan, dan pencucian uang yang merugikan 13074 nasabah Sarijaya sekitar
Rp235,6 miliar.
Mabes Polri dan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK)
mempunyai pendapat yang berbeda untuk kasus ini. Polri menyatakan kasus Sarijaya masuk
dalam ranah pasar modal, dan perlu ditindak sesuai dengan UU Pasar Modal.
Sedangkan Bapepam-LK menganggap kasus ini bukan pelanggaran pasar modal, melainkan
kategori pidana umum, yakni penggelapan dan pencucian uang.
C. ANALISA HUKUM ATAS KASUS PT. SARIJAYA PERMANA SEKURITAS
Dari Kasus diatas maka adapun fakta hukum yang bisa disimpulkan yakni :
1. Adanya 17 Rekenening Fiktif yang terdapat di PT. Sarijaya Permana Sekuritas
2. 17 Rekenaing Fiktif itu dibuka oleh Herman Ramli sebagai Komisaris PT Sarijaya Permana
Sekuritas dan sebagai pemegang saham terbesar
3. Dana yang dimasukan dalam 17 rekening fiktif itu berasal dari dana nasabah PT Sarijaya
Permana Sekuritas dengan cara mendebet 13074 rekening nasabah
4. Adanya perintah dari Herman Ramli kepada stafnya untuk menaikkan batas transaksi agar bisa
melakukan transaksi
5.
Adanya
persetujuan
dari
direksi
untuk
menaikkan
batas
tarnsaksi
tersebut
Permasalahan yang muncul dalam kasus PT Sarjaya Permana Sekuritas ini yakni bahwa oleh
BAPEPAM-LK dianggap sebagai kejahatan Pidana Umum dan bukan kajahatan pasar modal
sehingga kasus ini diserahkan kepada pihak kepolisian untuk melakukan penyidikan. Dari
kenyataan diatas maka alangkah baiknya jika permasalahan PT Sarijaya Permana Sekuritas ini
coba kami tinjau dari sudut pandang Undang-Undang Pasar Modal khususnya yang menyangkut
Kejahatan Pasar Modal.
Seperti diutarakan sebelumnya bahwa Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 telah
menggariskan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar modal, seperti penipuan, manipulasi
pasar, dan perdagangan orang dalam. Selain menetapkan jenis-jenis tindak pidana dibidang pasar
modal, Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 juga menetapkan sanksi pidana denda dan
penjara/kurungan bagi para pelaku dengan jumlah atau waktu yang bervariasi.
Dari beberapa jenis kejahatan pasar modal sebagaimana diutarakan diatas maka jika kita
hubungkan dengan kasus yang dialami oleh PT Sarijaya Permana Sekuritas maka akan lebih
mengarah ke kejahatan pasar moda yang berupa penipuan sebagaimana diatur dalam pasal 90
Undang-Undang nomor 8 Tahun 1995 yang isinya atara lain :
Dalam kegiatan perdagangan Efek, setiap Pihak dilarang secara langsung atau tidak langsung:
a. menipu atau mengelabui Pihak lain dengan menggunakan sarana dan atau cara apa pun;
b. turut serta menipu atau mengelabui Pihak lain; dan
c. membuat pernyataan tidak benar mengenai fakta yang material atau tidak mengungkapkan
fakta yang material agar pernyataan yang dibuat tidak menyesatkan mengenai keadaan yang
terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk menguntungkan atau menghindarkan
kerugian untuk diri sendiri atau Pihak lain atau dengan tujuan mempengaruhi Pihak lain untuk
membeli atau menjual Efek. Namun seperti kita ketahui dalam sistem pembuktian pidana maka
suatu kejahatn atau tindak pidana dapat terbukti jika memenuhi unsur-unsur pidana selain itu
mengingat jika dikaji maka pasal ini merupakan delik materiil maka perlu untuk dijelaskan
unsur-unsur pidana ang terkandung dalam pasal 90 tersebut. Menurut hemat kami maka ada
beberpa unsur dalam pasal 90 diatas yakni :
1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek
Dalam penjelasan pasal 90 dikatakan bahwa yang dimaksud dengan “kegiatan perdagangan
Efek” dalam Pasal ini adalah kegiatan yangmeliputi kegiatan penawaran, pembelian, dan atau
penjualan Efek yang terjadi dalam rangkaPenawaran Umum, atau terjadi di Bursa Efek, maupun
kegiatan penawaran, pembelian dan ataupenjualan Efek di luar Bursa Efek atas Efek Emiten atau
Perusahaan Publik
2. Unsur Setiap Pihak
Yang dimaksud dengan pihak dalam undang-undang pasar modal khususnya pasal 1 angka 23
yakni orang perseorangan, perusahaan usaha bersama, asosiasi atau keompok terorganisasi.
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP) Pasal 378 tentang penipuan,
disebutkan bahwa penipuan adalah tindakan untuk menguntungkan diri sendiri atau orang lain
dengan cara:
(6) Melawan hukum;
(7) Memakai nama palsu atau martabat palsu;
(8) Tipu muslihat;
(9) Rangkaian kebohongan;
(10) Membujuk orang lain untuk menyerahkan barang sesuatu kepadanya atau supaya
memberi utang atau menghapuskan piutang.
Selain pengertian penipuan dalam pasal 378 KUHP, adapun oleh beberapa ahli yang
memberikan pendapatnya bahwa yang dimaksud dengan penipuan di bidang pasar modal yakni
sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf c yakni membuat pernyataan tidak benar mengenai
fakta material atau tidak mengungkapkan fakta material agar pernyataan yang dibuat tidak
menyesatkan mengenai keadaan yang terjadi pada saat pernyataan dibuat dengan maksud untuk
menguntungkan atau menghindarkan kerugian untuk diri sendiri atau pihak lain atau dengan
tujuan memengaruhi pihak lain untuk membeli atau menjual efek.
4. Unsur dengan menggunakan cara atau sarana apapun
Cara yang dimaksudkan jalan untuk melakukan sesuatu sedangkan sarana yang dimaksudkan
yakni segala sesuatu yg dapat dipakai sbg alat dl mencapai maksud atau tujuan Dari unsur-unsur
pidana sebagaimana dimaksud dalam pasal 90 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 maka akan
kita analisa lebih lanjut dihubungkan dengan fakta hukum yang terdapat dalam kasus PT Sarijaya
Permana Sekuritas yakni :
1. Unsur Kegiatan Perdagangan Efek
Unsur kegiatan perdagangan efek yang terjadi dalam kasus PT Sarijaya Permana Sekuritas
yakni Tindakan Herman Remli sebagai komsaris PT Sarijaya Permana Sekuritas yang
melakukan transaksi efek baik penjualan maupun pembelian efek dengan menggunakan dana
nasabah yang didebet dalam 17 rekening fiktif. Dengan demikian unsur kegiatan perdagangan
efek telah terbukti
2. Unsur setiap pihak
Unsur setiap pihak yang dimaksudkan dalam kasus ini yakni Herman Ramli sebagai orang
perorangan. dengan demikian unsur setiap pihak telah terbukti
3. Unsur menipu atau mengelabui pihak lain
Unsur menipu atau mengelabui pihak lain yakni membuat pernyataan tidak benar mengenai
fakta material yang berupa 17 rekening fiktif dan melakukan transaksi saham untuk dengan
tujuan mendapatkan keuntungan. Pihak-pihak lain yang ditipu yakni BAPEPAM-LK sebagai
pengawas maupun Para SRO dan pihak nasabah sendiri yang dananya telah didebet pada 17
Rekening Fiktif tersebut. Dengan demikian nsur menipu atau mengelabui pihak lain telah
terbukti.
4. Unsur menggunakan cara atau sarana apapun
Adapun cara yang digunakan Herman Ramli untuk melakukan tindak pidana pasar modal ini
yakni dengan membuka 17 rekening fiktif dan mendebet dana 13074 rekening nasabah PT
sarijaya permana sekuritas dan menaikkan batas transaksi untuk dapat melakukan transaksi
sebagaimana mestinya.
Selain itu Herman Ramli juga menggunakan sarana yakni memanfaatkan jabatannya sebagai
komisaris dan pemegang saham terbesar pada PT. Sarijaya Permana Sekuritas untuk
memerintahkan stafnya menaikkan batas transaksi dan meminta direksi untuk menyetujui
penaikkan batas transaksi tersebut. Dengan demikian unsur menggunakan cara atau sarana
apapun telah terbukti.
Sebagai salah satu bentuk konkretisasi dari peran Bapepam sebagai lembaga pengawas adalah
kewenangan Bapepam untuk melakukan pemeriksaan. Yakni pemeriksaan terhadap setiap pihak
yang diduga melakukan atau terlibat dalam pelanggaran terhadap UUPM. Dalam kasus PT.
Sarijaya Permana Sekuritas indikasi kejahatan yang dilakukan oleh komisaris Herman Ramli
sehingga peran bapepam harus diawali dengan melakukan tindakan pemeriksaan berupa meminta
konfirmasi dari pihak pihak terkait yag diduga melakukan pelanggaran terhadap undang-undang
pasar modal dan peraturan pelaksananya selanjutnya dari tahap itu dilanjutkan ke tahap
berikutnya yakni penyidikan, jika berkas penyidikan telah lengkap maka bisa dilimpahkan
kepada kejaksaan untuk melakukan penuntutan.
Di ambil dari blog : http://saifuddinumar.blogspot.com/2012/04/makalah-tentang-kejahatandi-pasar.html
Download