PSIKOLOGI SOSIAL KEBUDAYAAN DAN KEPRIBADIAN KELOMPOK 7 : FEBRIYAN ARIF DWIYANTO (1511414130) NOVIA BETTY AULIA (1511414137) UMMAHATUL MASRUHAH (1511414146) NINA YULIASWATI (1511414149) JURUSAN PSIKOLOGI FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2016 PENDAHULUAN Psikoogi sosial berfokus pada tingkah-tingkah laku sosial individu dalam situasi sosial. Tingkah laku sosial individu tersebut ternyata dapat dipelajari,baik oleh ahli-ahli bidang psikologi, antropologi, sosiologi maupun ahli-ahli psikologi sosial. Oleh karena itu, usaha mempelajari tingkah laku sosial individu dalam situasi sosial diberikan istilah yang berbeda-beda oleh ahli-ahli tersebut diatas. Pada proses belajar sosial berupaya untuk membentuk tingkah laku sosial dalam situasi sosial. Akan tetapi, pembentukan tingkah laku tersebut secara tidak langsusng karena ada proses belajar sosial yang sebenarnya yang dibentuk adalah kepribadian individu dalam situasi sosial. PEMBAHASAN A. Kepribadian 1. Teori-teori Kepribadian Menurut Charles Cofer (1972), berikut merupakan teori kepribadian: a. Type Theory Teori ini merupakan teori yang tua dan menurut Sheldon, teori ini menekankan kepribadian dalam hubungannya dengan perbedaan tubuh individu, seperti, viscerotonia (sifat-sifat khas, santai, gemar makan, dsb.), somatotania (sifat fisik, gagah, menarik, dsb.), cerebrotonia (sifat khas negatif, ragu-ragu, kurang bebas). Ada pembagian lain, seperti menurut Hans Egunch, keribadian dapat digolongkan ke dalam : Ekstroversion-introversion (seperti : antusias, pendiam) dan stable-unstable personality (seperti : teguh pendirian, mudah terpengaruh). b. Trait Theory Menurut R. B. Cattel, kepribadian individu hanya dapat dilihat dari segi variabel yang ada di dalamnya, yang semua variabel itu disebut hasil. Trait artinya sesuatu perangai yang tampak dari seseorang individu dan terwujud di dalam tingkah laku individu yang bersangkutan. R. B. Cattel membagi variabel kepribadian (trait) menjadi : 1) Surface trait, yakni perangai yang tampak yang merupakan gejala tingkah laku umum dari sesuatu masyarakat tertentu. Misalnya, orang Indonesia dipandang mempunyai kepribadian berbentuk ramah-tamah oleh orang-orang luar negeri. 2) Scurce trait, yakni pandangan yang tampak dari seseorang individu dan bersumber dari masing-masing individu, sehingga kepribadian bersifat individu. Misalnya, individu berkepribadian ambisius atau individu berkepribadian kemasyarakatan. c. Psychoanalytic Theory Sigmund Freud lebih tertarik meninju kepribadian dari tahap-tahap perkembangan kepribadian. Ia membagi kepribadian menjadi : 1) An oral personality, yakni kepribadian yang terjadi pada individu sejak kecil. misal, ketergantungan, malas, dll. 2) An annal personality, yakni kepribadian yang tampak dari individu dan berasal dari hubungan individu yang bersangkutan dengan orang tuanya. Misal, individu berkepribadian kaku dalam bertingkah laku karena orang tuanya menuntut keharusan taat pada peraturan. Pada masa dewasa kedua bentuk kepribadian di atas berpenaruh satu sama lain sehingga individu mempunyai kepribadian baru. Misalnya, individu yang malas tetapi orang tuanya memerintahkan kerja, maka individu yang bersangkutan menjadi berkurang maknanya walaupun telah menjadi pekerja keras. d. Situtional Theory Menurut Hartshorne, sesuatu situasi mempunyai pengaruh yang besar terhadap seseorang anak dan memunculkan kepribadian anak tersebut, yang terlihat pada tingkah laku yang bersangkutan. Misal, anak di rumah bertingkah laku ramah tamah karena lingkungan keluarga bersifat salah. Tetapi dalam kelompok belajar anak tersebut bertingkah laku ambisius karena situasi kelompok belajarnya bersifat kompetitif. Berdasarkan teori tersebut, kepribadian seorang individu dapat dipelajari pada sesuatu situasi, bukan pada situasi pada umumnya. 2. Asal Mula, Pengertian, dan Struktur Kepribadian Ada beberapa sudut pandang tentang asal mula dan pengertian kepribadian. a. Sudut Pandang Biologis 1) Asal Mula Kepribadian Sudut pandang biologis dikemukakan oleh Newmen, Freemen dan Halzinger. Mereka berpendapat bahwa asal mula kepribadian seseorang individu adalah dari campuran genes yang ditemukan oleh orang tua. Oleh karena itu, faktor pembawaaan sangat berpengaruh terhadap kepribadian seorang individu. Misalnya: Genes Ayah Ibu Anak Hidung - Mancung - Biasa - Setengah mancung Rambut - Keriting - Lurus - Berombak Badan - Tinggi - Pendek - Sedang Kulit - Kuning - Hitam - Sawo matang Akan tetapi, kenyataan ada yang menunjukkan kepribadian seorang anak berbeda dari kepribadian yang dimiliki oleh orang tuanya. Misalnya, ayahnya berhidung mancung, sedang ibunya berhidung biasa, sering ada anak mereka yang berhidung mancung/biasa. Dalam hubungan ini, menurut Freeman, ada genes yang paling dominan yang diturunkan oleh orang tua kepada anak. 2) Pengertian Kepribadian Secara biologis yang dimaksud kepribadian adalah temperamen yakni segala sesuatu yang dimiliki anak yang tampak dari luar secara nyata (Freeman, et-al.). selanjutnya temperamen tersebut dapat dipengaruhi oleh lingkungan walaupun pengaruh tersebut relatif kecil. 3) Struktur Kepribadian Menurut Hipacrates struktur kepribadian dapat dibedakan menjadi: a) Sanguince, yakni temperamen yang tampak pada individu yang berupa riang, suka bicara, ambisi. b) Melancholik, yakni temperamen yang tampak pada individu seperti pemurung, rendah diri, serba takut. c) Charelic, yakni temperamen yang tampak pada individu seperti kasus, meledak-ledak tingkahnya, menentang. d) Phlegmatic, yakni temeramen yang tampak pada individu seperti: ramah tamah, tenang, setia. b. Sudut Pandang Sosial-Psikologis 1) Kepribadian Ahli-ahli yang memberi sumbangan pada sudut pandang sosial-psikologi seperti Murphy Gardner dan Kurt Lewin sepakat bahwa kepribadian individu tidak hanya berasal dari faktor pembawaan. Murphy Gardner berpendapat: The totality aspect of personality as a working concept, we shall get nowhere if we try to study heredity-invironmental relationsheps in regard to personality as a whole. (Aspek kepribadian secara totalitas sebagai konsep kerja, di mana kita akan memperoleh di mana pun apabila kita mencoba mempelajari hubungan timbal balik antara pembawaan dan lingkungan dalam arti memandang kepribadian sebagai satu keseluruhan). Ia mencontohkan aspek pembawaan seperti kebiasaan, emosi, keinginan, keyakinan dan aspek lingkungan seperti: nilai, norma, dsb. Kedua aspek tersebut menentukan kepribadian dari individu dan hal ini tampak pada tingkah laku individu yang bersangkutan. Misal, suatu keluarga yang mempunyai norma bertingkah laku ramah, akan membuat anak dari keluarga tersebut menjadi suka bergauldi mana pembawaan anak tersebut sebenarnya pendiam. 2) Pengertian Kepribadian Dari asal mula kepribadian tersebut maka Kurt Lewin mendefinisikan kepribadian: … referens to the local integrated pattern of an individual’s characteristic and enveronment. (Kepribadian berhubungan dengan keseluruhan pertautan polapola karakteristik individu dan lingkungan). Kepribadian ini dapat berupa tingkah laku sosial, persepsi sosial dan motivasi kecakapan dan kepandaian yang merupakan hasil pencampuran apa yang dimiliki individu dan pengaruh lingkungan. Dengan pengertian di atas, kepribadian terbentuk dari suatu proses sejak individu tersebut dilahirkan sampai meninggal dunia. Dalam hubungan ini Mac Iver dan Charles Page mengungkapkan pengertian kepribadian sebagai: the total organized aggregate of psychological process and states pertaining to the individual, artinya kepribadian sebagai keseluruhan proses psikis yang terorganisisr keberadaannya berkenaan pada individu. Jadi kepribadian tersebut berupa proses kejiwaan yang terusmenerus terbentuk di dalam kehidupan individu melalui pengalaman-pengalaman dan kepribadian ini menentukan keberadaan individu dalam sesuatu situasi. Misal, individu yang mempunyai pengalaman yang banyak, ia mudah menyesuaikan diri pada situasi. Selanjutnya kepribadian memang sebagai sarana penyesuaian diri yang terwujud di dalam bentuk tingkah laku. Dalam hal ini, Theodore M. Newcomb berpendapat kepribadian adalah: the individual’s organizasition of predisposition to behavior, including predisposition to both directive and expensive behavior. (Kepribadian adalah organisasi kemudahan individu untuk bertingkah laku, baik penentuan tujuan maupun perwujudan dari tingkah laku). Jelaslah bahwa kepribadian tersebut memudahkan individu menetapkan dan bertingkah laku di dalam sesuatu situasi yang sedang ia hadapi. Misalnya, individu yang berada dalam lingkungan keluarga malas ia telah menetapkan untuk hormat pada orang tua, berbicara dengan segera dan baik, segera membantu bila dimintai bantuan, dan sebagainya. 3) Struktur Kepribadian Dari sudut pandang sosial-psikologis, struktur kepribadian dapat diterngkan sebagai berikut: a) Menurut Gordon Allport, et-al Gordon Allport, et-al menggambarkan struktur kepribadian ke dalam tiga aspek. 1) Temperamen Menurut Gordon Allport, temperamen ini berbeda dengan temperamen dari sudut pandan biologis dari kepribadian. Ia menyatakan: the more anchred a disposition is in native constitutional soil the more likely it is so be spoken of as temperament. (Penyebaran kecenderungan yang berlebihan adalah pembawaan yang menciptakan kejelekan, lebih tampak, pengebutan temperamen). Temperamen berkaitan dengan bagaimana individu bertingkah laku dan bukan apa yang dilakukan. Contohnya: energik, lambat, berhati-hati, cepat bereaksi, dsb. Temperamen tersebut berupa pembawaan dan sangat menentukan tingkah laku serta kurang dapat dipengaruhi oleh lingkungan sosial. Menurut Robach, temperament as a basic quality of psychological and emotion of individu (temperamen sebagai kualitas dasar kejiwaan dan perasaan individu). Bagaimanapun temperamen sangat mempengaruhi kulitas tingkah laku individu. 2) Trait Murphy mengartikan trait: .. as anything by means of which person may be dislingueshed from another. (Trait sebagai sesuatu yang dengan hal itu seseorang dapat dibedakan dengan yang lain). Misalnya, ingin menguasai (dominan), mudah bergaul, rasa hormat yang tinggi, congkak, dan sebagainya. Lebih terperinci Steigner memberi pemgertian yang spesifik tentang trait sebagai berikut: ... as generalized tendency to valuate situation in a predictable manner and to act accordingly. (Trait adalah kecenderungan menilai situasi yang terorganisir dengan cara-cara yang ditafsirkan dan bertingkah laku yang sesuai dengan cara-cara itu). Misal, individu yang ambisius maka di mana pun dan kapan pun ia ingin menguasai individu lain. Berbeda dengan temperamen, trait berhubungan dengan cara-cara yang digunakan individu dan isi/nilai tingkah laku individu yang bersangkutan. Akan tetapi, trait dapat diubah oleh pengaruh lingkungan individu tersebut. Misal: individu yang ambisius dapat berubah saat yang bersangkutan makin dewasa. Trait menurut David Krech dan Richard Cratchfield berisi: a) Role disposition, yakni kecenderungan bertingkah laku (berperan) individu di dalam hubungan antar individu lain. Misal : inisiatif, dominan, berdiri sendiri. b) Sociometic disposition, yakni kecenderungan individu untuk bereaksi di dalam hubungan dengan cara yang disukai satu sama lain. Misal : menjadi anggota kelompok teman yang memiliki hobi/kesenangan sama. c) Expressive disposition, yakni kecenderungan bertingkah laku sesuai dengan fungsinya di dalam hubungan antar individu. Misal: seseorang pemimpin dapat mengambil inisiatif menghubungi anggota-anggotanya. Abraham Maslow mengungkapkan ciir-ciri tarit sebagai berikut: a) Stability, artinya kecenderungan beretingkah laku pada seseorang bersifat tetap. Misal : ia senang belajar dengan si A saja. b) Vasivercess, artinya kecenderungan bertingkah laku yang mengisi/menembus tingkah laku sosial individu lain sehingga individu lain dapat dibatasi tingkah lakunya. Misal : memimpin diskusi. c) Constency, artinya kecenderungan bertingkah laku yang mempunyai tingkat kestabilan sesuai dengan situasinya. Misal: orang yan mempunyai rasa hormat, tetapi ia dapat marah karena situasinya. d) Pattering, artinya kecenderungan bertingkah laku yang telah menjadi pola pada seseorang. Misal: bila si A yang datang, dipastikan dia ingin meminjam catatan kuliah. 3) Attitude (sikap) Theodore M. Newcomb berpenapat bahwa sikap: ... is one’s tendency of morning towards people, and object as compliant, such as a process how affection, approval, welcomed, etc. (Sikap adalah suatu kecenderungan berbuat ke arah orang dan objek sebagai sesuatu pelaksanaan seperti menunjukkan seseorang pengahargaan, mempersilahkan dan sebagainya. Pengertian tersebut mengandung makna bahwa sikap individu mengawal semua tingkah laku yang dikerjakan individu yang bersangkutan dan sikap tersebut berada dalam diri individu secara rapi dan terarah. Lebih lanjut S. Stansfeld Sargent menjelaskan dengan terperinci bahwa sikap adalah: ... a tendency to react favorably or unfavorably towards person, object or situation. (Sikap adalah kecenderungan berbuat atau berekasi secara senang atau tidak senang terhadap orangorang, objek atau situasi). S. Stansfeld menunjukkan bahwa sikap ditandai oleh senang atau tidak senang bertingkah laku kepada sesuatu atau seseorang. Misal, anak senang belajar kelompok dengan si A, B, dan C, tetapi ia tidak senang kepada si D. Sikap mempunyai hubungan yang erat dengan kepentingan atau nilai yang dimiliki individu dan sifatnya lebih laten dibanding dengan trait. Oleh karena itu, sikap berhubungan erat dengan bagaimana individu akan bertingkah laku sesuai dengan situasinya. Misal, orang dewasa pasti berbuat jujur pada siapa pun. Tetapi ia dapat berbuat tidak jujur saat rumahnya dimasuki permapok. Ketika ia ditanya oleh polisi, individu tersebut berbuat jujur lagi. Peninjauan lebih lanjut terhadap sikap, bahwa sikap mempunyai ciri-ciri tertentu. Menurut W. A. Gerungan, sikap mempunyai ciri-ciri: a) Sikap bukan dibawa sejak lahir, melainkan terbentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan individu tersebut. b) Sikap itu dapat berubah-ubah. c) Sikap itu tidka berdiri sendiri, tetapi mempunyai hubungan dengan sesuatu objek. d) Objek sikap dapt berupa kumpulan objek. e) Sikap itu mempunyai segi motivasi dan segi perasaan. Menurut Theodore M. Newcomb, ciri-ciri sikap: a) Sikap itu mempunyai arah, artinya sikap itu mempunyai tujuan tertentu ke mana tingkah laku diarahkan. b) Sikap mempunyai derajat perasaan, artinya sikap itu dapat ditandai oleh tingkah laku senang atau tidak senang. Sedangkan David Kreach dan Richard Crudchfield memberi ciri sikap sebagai berikut: a) Valance Sikap mempunyai derajat tertentu, dimana sikap itu dilahirkan. Misal: si A menghormati kepada orang tuanya lebih tinggi dibanding si A mengjormati temannya. b) Multiplicity Sikap mempunyai ciri ganda, yakni sikap pada saat tertentu dapat diubah sesuai tujuan atau situasinya. Misal : si A menghormati si B karena si B memberi pinjaman uang kepada si A. Tetapi bila hutang tersebut sudah lunas si A akan menghormati secara wajar. Seperti disebutkan di atas, sikap itu diperoleh dalam perkembangan individu. Dalam hubungan ini sikap tersebut dapat dibentuk dan diubah melalui: Menurut David Kreach dan Richard Crudchfield sikap dapat dibentuk dan diubah melalui: a) ... and as additional information tends to change the individual’s informasi attitude.(seperti bertujuan untuk penambahan mengubah sikap individu). b) The attitude of th eindividual formed as he interact with other person (sikap individu dibentuk seperti ia berhubungan dnegan orang lain). c) It is some time possible to push people into changing their attitude ... (ini kadang-kadang memungkinkan menekan orang-orang untuk mengubah sikap mereka). Menurut W. A. Gerungan, pembentukan perubahan sikap dapat ditempuh melalui: dan a) Interaksi sosial di dalam dan di luar kelompok ini, melalui alat-alat komunikas seperti surat kabar, radio, televisi, dan lainnya. b) Faktor intern di dalam pribadi manusia seperti minat, perhatian dan daya pilihnya, serta harapan individu yang menjadi tujuan akhirnya. Menurut David G. Kreach, et-al, ada beberapa teori yang dapat menjelaskan tentang pembentukan dan perubahan sikap. Teori-teori tersebut adalah: a) Teori belajar dari Carl Hooland Teori ini menjelaskan bahwa sikap dapat dipelajari dnegan cara yang sama seperti belajar pada umumnya, seperti melalui perolehan informasi dan fakta-fakta. Pembentukan dan perubahan sikap tersebut berlangsung melalui proses asosiasi (hubungan) pergaulan kembali dan imitasi. Contoh : melalui proses asosiasi, guru menerangkan kepada siswa bahwa pencopet sering beroperasi di bus kota. Pada saaat siswa tersebut naik bus kota bersama ibunya, ia khawatir akan dicopet. b) Teori insentif dari Greenvald and Edward Teori insentif menjelaskan bahwa pembentukan sikap sebagai proses menimbang baik-buruknya berbagai kemungkinan posisi individu dan kemudian individu mengambil alternatif yang terbaik. Misal : ajakan seseorang kepada temannya untuk ikut datang ke pesta, maka teman tersebut memikirkan aspek positifnya yakni senang buat dirinya dan aspek negatifnya yakni tidak baik menurut orang tuanya. Di sinilah si teman tadi harus mengambil sikap yang tepat, baik bagi dirinya maupun bagi orang tuanya, misalnya datang ke pesta tetapi hanya sebentar. Sikap terbaik yang diambil individu pada suatu situasi di mana individu berada tergantung pada : a) Nilai-nilai yang ada b) Harapan-harapan individu c) Pikiran individu yang bersangkutan Faktor-faktor yang menentukan pengambilan sikap tersebut, memunculkan dua subteori insentif, yakni: a) Teori respon kognitif dari Greenwald b) Teori nilai ekspektasi dari Edward b) Menurut Sigmund Freud Sigmund Freud menjelaskan bahwa struktur kepribadian terdiri dari: 1) Das Es/The Id Yamg dimaksud Das Es/The Id adalah sumber dari segala sumber energi, yakni impuls-impuls yang berada dari kebutuhan bilogis individu. Das Es merupakan aspek biologis dari kepribadian. Prinsip kerjanya adalah prinsip kenikmatan (pleasure principle), yaitu mencari keenakan dan menghindari ketidakenakan. Dengan prinsip kerja ini, the id merupakan sesuatu yang tidak disadari sehingga the id menimbulkan tingkah-tingkah laku: a) Gerakan reflek seperti bersin, berkedip, dan sebagainya. b) Proses primer, yakni gerakan yang tidak disertai perhitungan seperti begitu lapar dan melihat makanan kemudia terus dimakan c) Gerakan yang lepas kontrol seperti amoral. The id tidak mengenal dunia nyata (realitas) sehingga kepribadian membentuk sruktur baru untuk menghubungkan the id dengan dunia nyata. Struktur inilah disebut Das Ich/The Ego. 2) Das Ich/The Ego Yang dimaksud the ego adalah aspek kepribadian yang bersifat dinamis, yang berisi sikap, nilai, keyakinan dan tujuan yang menjadikan individu dekat dan dihargai di dalam kehidupannya. Prinsip kerja the ego adalah memperoleh keenakan dan menghindari ketidakenakan, tetapi dalam bentuk dan cara yang sesuai dengan kondisi dunia riil, sesuai apa yang ada. Prinsip kerja the ego telah menggunakan dasar proses berpikir dari individu yang bersangkutan. Jadi, the ego telah menggunakan logika yakni menerapkan proses persepsi dan proses kognisi. Oleh karena ini, the ego merupakan aspek psikologis dari kepribadian guna berhubungan dengan dunia luar secara realistik. Akan tetapi, the ego sering kali menimbulkan tingkah laku yang dapat melanggar norma-norma sosial di dalam kehidupan individu yang bersangkutan. Misal, individu yang memiliki uang, kemudian ia membeli apa yang menjadi kebutuhan dirinya, tanpa memikirkan kebutuhan lain-lain yang belum terpikirkan individu tersebut. Dalam mencegah pelanggaran-pelangaran yang terjadi atau mungkin terjadi, kepribadian menciptakan struktur kepribadian yang ketiga yakni Das Ueber Ich/The Superego. 3) Das Uber Ich/The Superego Yang dimaksud the superego adalah aspek kepribadian yang bersifat moral yang berisi norma-norma sosial, nilainilai sosial, dan tata cara yang telah tertanam dalam psikis individu. Prinsip kerja the superego adalah idealistis daripada realistis yakni menentukan tingkah laku yang sesuai dengan masyarakat di mana individu itu hidup. Jadi, the superego merupakan aspek sosiologis dari kepribadian dan menumbuhkan tingkah laku yang sesuai dengan moral masyarakat. Cara kerja the superego adalah: a) Merintangi impuls-impuls dan es, sehingga tingkah laku yang dihasilkan menjadi disadari. b) Mendorong das ich untuk mengejar hal – hal yang bersifat moralistik sehingga tingkah laku individu tidak melanggar norma, aturan atau kebiasaan masyarakat. c) Mengejar kesempurnaan dalam bertingkah laku melalu penambahan pengalaman hidup sehari – hari. Cara kerja the superego tidak terpengaruh oleh waktu dan tempat, tidak mempunyai sensor diri serta mempunyai energi sendiri. Oleh karena itu, the superego dapat bertentangan dengan the ego untuk mencari kesenangan. The superego berusaha memperoleh kesempurnaan tingkah laku sesuai dengan tempat dan waktu serta kondisi masyarakat dan tugas ini merupakan tugas berat bagi individu. Pembentukan superego melalui proses sosialisasi/belajar sosial yakni proses penerimaan norma – norma, aturan,kebiasaan, dan keyakinan masyarakat oleh individu. The superego mempunyai energi yang apabila berlebih dapat menimbulkan tingkah laku yang merugikan individu, seperti individu merasa ragu – ragu, takut, atau terkekang. Tetapi, the supeego mempunyai nilai positif yang besar dalam tingkah laku individu dibanding dengan nilai negatifnya. B. Kebudayaan Psikologi sosial sangat tertarik untuk mempelajari kebudayaan dalam hubungannya dengan pembentukan kepribadian individu. Menurut para ahli Psikologi Sosial, individu menciptakan kebudayaan masyarakat dimana individu berada, akan tetapi kebudayaan sangat mempengaruhi kepribadian individu sebagai anggota suatu masyarakat pendukung kebudayaan tersebut. 1. Pengertian Kebudayaan Pengertian kebudayaan dalam lingkungan Psikologi Sosial banyak memperoleh sumbangan dari ahli – ahli Antropologi dimana diantara mereka juga dimasukan kedalam kelompok ahli – ahli Psikologi Sosial, mereka antara lain adalah: a. Ralp Linto, kebudayaan adalah sebagai keseluruhan jumlah pola tingkah laku, sikap dan nilai yang dibagikan dan dipindahkan oleh anggota masyarakat pemberi kebudayaan tersebut. b. A.L. Krocber, kebudayaan adalah kumpulan reaksi motorik kebiasaan, cara – cara, ide – ide dan nilai serta tingkah laku yang dipelajari dan ditutunkan oleh mereka. Termasuk kebudayaan pemerintahan, gereja dan keluarga serta kebiasaan hukum. c. David Krech dan Richard Crutchfield, kebudayaan sebagai sekumpulan keyakinan, nilai, norma, dan batasan – batasan dimana ahli- ahli anthropologi menemukan guna menerangkan tingkah – tingkah laku yang umum yang dapat diamati. d. Taylor, kebudayaan sebagai totalitas dari keseluruhan yang mencakup moral, keyakinan, hukum, kesenian, kebiasaan dan keahlian lain individu. Beberapa definisi kebudayaan tersebut dapat dikatakan merupakan penemuan dari para ahli dalam memberi pengertian kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksudkan adalah: a. Kebudayaan merupakan gejala kemanusiaan, artinya tidak mungkin ada kebudayaan tanpa manusia atau tidak mungkin manusia yang tidak mempunyai kebudayaan. Kebudayaan dan manusia tidak bisa dipisahkan satu sama lain. Ternyata, manusia menciptakan kebiasaan, norma, nilai yang menjadi isi kebudayaan dan manusia juga memilih segala sesuatu yang telah ditentukan oleh kebudayaan masyarakatnya. Misal: manusia menerima tentu dengan rasa hormat b. Kebudayaan akan ikut serta menciptakan manusia, artinya kebudayaan yang dibuat manusia, menyebabkan manusia tunduk pada kebudayaan tersebut. Misal: manusia mempunyai sifat gotong royong. c. Kebudayaan adalah alat untuk memenuhi kebutuhan dan memperbaiki kehidupan manusia agar memberikan faedah/manfaat bagi manusia. Manusia memiliki sifat bertindak secara efektif dibandingkan tindakan yang telah lalu. Misal: manusia menciptakan kursi sofa untuk duduk beristirahat. d. Kebudayaan adalah alat untuk mempertahankan hidup manusia, artinya kebudayaan selalu berkembang dan kehidupan manusia sangat memerlukan tersebut. Misalnya: manusia mengikuti perkembangan mode pakaian. e. Dalam perkembangan kebudayaan kadang – kadang terjadi lompatan untuk menyesuaikan dengan keadaan seluruhnya, akan tetapi, lompatan demikian tidaklah jelek untuk kehidupan manusia. Misalnya: adanya televisi, kalkulator, komputer, telepon seluler, menyebutkan orang dapat mengikuti teknologi mutakhir. Kebudayaan tersebut selalu diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya dengan mengalami perubahan yang ada pada umumnya secara lambat. Kebudayaan tersebut pasti memiliki pengaruh pada pembentukan kepribadian individu sejak kecil sampai tua. Kebudayaan itu pun menjadi bekal dan alat untuk bertingkah laku individu dimana ia berada sehingga individu tersebut dapat mempertahankan hidup dan berkembang dalam kehidupan. Individu yang memiliki kebudayaan yang berbeda dengan kebudayaan masyarakat dimana ia berada, maka ia akan mempelajari dan memasukkan aspek – aspek kebudayaan masyarakat yang berbeda kedalam kepribadiaannya sehingga ia dapat hidup dalam kebudayaan masyarakat yang berbeda tersebut. Dalam hubungan ini aspek kebudayaan lama yang dimiliki akan tetap hidup dalam kepribadiannya dalam keadaan terpendam, sehingga bila ia kembali hidup dalam masyarakat lama, ia tetap dapat bertingkah laku sesuai kebudayaan lama tersebut. 2. Aspek Kebudayaan Seperti yang dikemukakan diatas, kebudayaan sesuatu generasi akan selalu diwariskan dan dipelajari oleh generasi berikutnya sehingga kebudayaan tersebut tetap hidup dalam masyarakat walaupun generasi pencipta kebudayaan telah dinanti generasi berikutnya. Apa yang diwariskan dan dipelajari dari suatu kebudayaan, oleh Muzofir Sherif disebut warisan sosial (social heritage). Keberadaan warisan sosial adalah bersifat bebas dari kehidupan individu anggota masyarakat, tetapi warisan sosial mempunyai pengaruh yang besar dalam perkembangan kehidupan individu terutama dalam rangka pembentukan kepribadian individu tersebut. Menurut Muzafer Sherif, warisan sosial berisi norma – norma sosial (social norm) yakni norma sosial mengungkap diterimanya aturan, kebiasaan, sikap, nilai, dan ukuran lain yang didapatkan didalam tiap kelompoksosial yang dibangun atau dibuat. Norma sosial dapat diperoleh dari individu dengan cara mempelajari kebudayaan masyarakat individu yang bersangkutan sejak kecil atau individu berada dalam kebudayaan masyarakat yang berbeda dengan kebudayaan masyarakatnya sendiri melalui proses interaksi sosial oleh individu lain. Aspek kebudayaan, yang dikenal dengan warisan sosial (social heritage) atau juga norma – norma sosial (social norm) dapat berupa: a. Rule/aturan Glas Aver dan Page berpendapat bahwa yang dimaksud aturan adalah sesuatu untuk melaksanakanaktivitas kehidupan masyarakat seperti aturan membagi peralatan atau aturan makan atau aturan tingkah laku dasar jenis kelamin. Rule (aturan) dapat dibagi menjadi: 1) Legal rule (aturan resmi) yakni suatu bentuk penekanan dalam arti luas dimana sangsinya tidak bisa dihindarkan melalui mengorbankan anggota si pelanggar. 2) The rule of association (aturan kumpulan) yakni sesuatu untuk menjaga kondisi nyata dan kegagalan harus dipatuhi anggota termasuk kehilangan keanggotaan atau acuan pribadi dapat berupa penyerangan dari anggota lain. b. Custom/kebiasaan Mac Iver dan Page memberi pengertian Custom/kebiasaan adalah prosedur kelompok yang diciptakan berulang, tanpa menampakkan ketentuan, tanpa mengangkat kekuasaan untuk menerangkannya, untuk mempratikkan dan untuk menjaganya. Kebiasaan merupakan aturan sosial yang bersifat spontan dan diperlancar dengan adanya penerimaan umum. Kebiasaan ambisius dilengkapi dengan hukum karena: 1) Memerlukan lembaga khusus. Kebiasaan biasanya lemah dalam keharusan dalam rangka memperoleh kebenaran secara hukum. 2) Memerlukan penyesuaian secara cepat untuk mengubah keadaan. Kebiasaan merupakan cara mengarahkan yang bersifat tua/lama untuk memperoleh situasi baru. 3) Memerlukan lembaga sendiri. Kebiasaan perlu ada lembaga sendiri yang menangani kebiasaan tersebut guna menjamin kelangsungan kebiasaan tersebut hidup masyarakat. 4) Menentukan penjagaan apabila kebiasaan diciptakan. Kebiasaan tumbuh subur pada organisasi yang kekuasaannya lemah sehingga kebiasaan harus tetap dijaga pada organisasi yang kuat kekuasaannya melalui lembaga peradilan. c. Attitude/sikap Lihat uraian tentang sikap pada bagian depan d. Values/Nilai – nilai Menurut Nernon dan Gordon Allport, nilai adalah menunjukkan dimana lingkup usaha pokok sangat penting bagi individu. Oleh karena itu, Spranger menyebut nilai adalah sebagai keinginan. Spranger membagi – bagi nilai/values menjadi: 1) Nilai teoritis, 2) Nilai ekonomis, 3) Nilai keindahan, 4) Nilai politis, 5) Nilai sosial, 6) Nilai agama. Menurut Muzafer Sherif, values merupakan standard keadilan dan tingkah laku yang dapat diterima masyarakat serta dilaksanakan pada proses interaksi sosial. e. Standard lain/Ukuran lain Beberapa ahli Sosiologi dan Psikologi Sosial mengungkapkan standard/ukuran lain tersebut adalah: 1) Belief/Keyakinan David Krech dan Richard Crutchfield menjelaskan keyakinan adalah berlangsungnya pengaturan persepsi/gambaran dan kognisi/pikiran tentang sejumlah aspek dunia individu. Singkatnya keyakinan (belief) individu benda dalam pikiran tersebut tentang individu lain. Keyakinan individu berisi pengetahuan, pendapat, dan kepercayaan tentang individu, benda atau situasi yang dihadapi individu yang bersangkutan. Fungsi keyakinan/belief adalah: a. Keyakinan berfungsi untuk mencari makna/arti dari individu, benda dan situasi. b. Keyakinan berfungsi menjamin kebutuhan individu guna mencapai tujuan yang diinginkan. Karakteristik keyakinan/belief adalah: a. Keyakinan mempunyai objek sebagai sasaran yang tepat berupa individu, benda atau situasi. b. Keyakinan itu mempunyai struktur, artinya keyakinan individu terhadap objeknya dapat berbeda tergantung pada tempat dan situasi objek itu berada. Jadi keyakinan individu ada yang kuat dan lemah, ada yang penting dan tidak penting. c. Keyakinan itu mempunyai kebenaran yang sangat tergantung dari pengetahuan dan kemampuan berfikir individu. 2) Law/Hukum Kingsly Davis memberi pengertian law/hukum adalah sesuatu yang tidak ditentukan secara formal tetapi diputuskan dan dipaksakan secara formal. Hukum diangkat dari aturan – aturan yang diputuskan oleh lembaga/institusi menjadi hukum. Fungsi hukum menurut Kingsly Davis: a) Memberikan keseimbangan terhadap kedudukan sesuatu hal/individu secara jelas. b) Memberikan penyesuaian terhadap perubahan keadaan ke arah keadaan yang dinginkan. c) Memberikan pengaturan terhadap individu atau benda – benda yang ada dalam kehidupan. d) Memberikan penjagaan terhadap langkah perubahan sosial secara umum. e) Memberi penjagaan kepada masyarakat untuk ikut serta dalam perubahan. 3) Etiquatte/Etiket Menurut Kingsly Davis, etiket adalah sesuatu yang dikaitkan dengan pemilihan bentuk yang banyak untuk mengerjakan sesuatu. Dengan etiket maka: a. Ada kesepian individu untuk bertingkah laku. b. Seseorang dapat diidentifikasi/dikenali. c. Dapat digunakan memilih pilihan. d. Dapat ditentukan sopan/tidaknya sesuatu tingkah laku. C. Pengaruh Sosial Lain dalam Kepribadian Ahli-ahli Psikologi Sosial berpendapat bahwa pola-pola kebudayaan dimana seorang individu hidup, mempunyai pengaruh yang fundamental terhadap kepribadiannya dan tingkah laku sosialnya. Namun, diluar polapola kebudayaan ada juga faktor-faktor social lain yang juga berpengaruh terhadap kepribadian dan tingkah laku social individu. Faktor social yang dimaksud adalah rumah, sekolah, masyarakat, socio-ekonomi dan status kesukuan. 1. Rumah/Home Ahli-ahli sosiologi, psikologi, antropologi kriminologi dan psikologi social berpendapat bahwa : “Pengalaman awal keluarga bagi anak adalah pengaruh social yang sangat penting didalam keseluruhan aliran perkembangan anak”. Dalam keluarga, anak mulai mengenal dunia pertama yang memberi pengalaman berharga, inilah pembentukan kepribadian dan menjadi alasan bagi kepribadian anak selanjutnya. Ini dimaksudkan bahwa dalam keluarga, setiap anggota keluarga (ayah, ibu, kakak, adik) mempunyai kepribadian sendiri dan saling berinteraksi. Anak harus membentuk kepribadian sendiri atas dasar penguatan pada kepribadian-kepribadian anggota keluarga tersebut. Misal : dalam keluarga yang hidup rukun, anak akan menanamkan sifat rukun ini didalam kepribadiannya sehingga anak mampu hidup rukun dengan teman-temannya. 2. Sekolah/School Para ahli sosiologi, antropologi, psikologi sependapat bahwa pendidikan meningkatkan proses perkembangan intelek, perasaan dan social yang sudah dimulai dari rumah. Dengan kata lain, sekolah ikut berperan aktif dalam rangka pembentukan kepribadian dengan jalan anak mempelajari kebiasaan, sikap individu lain, pengalaman baru dan kecakapan-kecakapan yang dibutuhkan. Sekolah mempunyai peran penting tentang belajar social pada anak, peran yang dimaksud adalah : a. Mengoreksi sikap dan tingkah laku social anak yang kurang baik, yang berkembang dalam keluarga. Contohnya : anak bersikap dan bertingkah laku malas, sikap dan tingkah laku malas diperbaiki melalui pemberian tugas rumah oleh guru. b. Menumbuhkan sikap dan tingkah laku social baru untuk menghadapi kehidupannya dimasa yang akan datang. Contohnya : anak diberi tugas memimpin kerja kelompok, jadi dimasa yang akan datang jika anak memimpin suatu kegiatan dia tidak merasa kaget dan bingung. c. Mengembangkan mental anak dalam arti akademis melalui proses belajar disekolah. Contoh : anak cakap dalam membaca, matematika dan lain sebagainya. 3. Masyarakat/ Community Masyarakat merupakan dunia ketiga yang dialami oleh si anak dan merupakan masa paling lama bagi anak di dalam kehidupannya sampai si anak orang dewasa, bahkan menjadi orang tua. Pada masa ini pula anak lebih banyak lagi menerima pengaruh dari luar dan pengaruh-pengaruh dari masyarakat ikut menentukan apakah anak menjadi orang-orang yang baik sesuai dengan tuntutan superego yang dimiliki atau menjadi jelek karena ia akan menuruti tuntutan das es dan egonya saja. Di dalam masyarakat, faktor tetangga dan perkumpulan anak/remaja sangat berperan aktif sebagai faktor-faktor pengaruh yang datang dari masyarakat di mana anak itu hidup. S.Stanfeld Sargent mengungkapkan : tetangga dan perkumpulan dalam masyarakat adalah faktor-faktor tang paling penting yang menyebabkan tingkah laku sosial anak yang baik atau tidak. Pernyataan di atas, juga menunjukan faktor hubungan sosial (interaksi sosial yang terjadi di masyarakat, tetangga, dan perkumpulan pemuda) mempunyai pengaruh penting dalam rangka pembentukn sosial. Hal ini dapat dimaklumi karena didalam interaksi sosial itulah anak-anak akan menemukan norma-norma sosial dan kemudian mereka masukan di dalamkepribadian yang pada gilirannya merka wujudkan dalam bentuk tingkah laku sosial. Pembentukan kepribadian melalui masyarakat mempunyai makna lebih mendalam daripada pembentukan kepribadian melalui keluarga dan sekolah serta kebudayaan. Inilah kepribadian yang diharapkan dimiliki oleh setiap individu sehingga individu dapat hidup di tengah-tengah masyarakatnya. Kepribaidian individu yang demikian, oleh Ralp Linton dasr pola umum kepribadian pada anggota masyarakat yang menjdi menyatu dengan dasr pada kepribadian individu. Inilah inti dari pembentukan kepribadian melalui masyarakat pada setiap individu. 4. Status Sosial Ekonomi/ Socio-economic Status Status sosial ekonomi juga mempunyai pengaruh terhadap pembentukan kepribadian anak di mana pengaruh sosial ekonomi tersebut bersifat buruk/sullen. Pengaruh sosial ekonomi berkisar pada keadaan lahiriah dan dan juga keadaan yang bersifat rohaniah. Keadaan yang bersifat lahiriah seperti kaya, miskin, pemimpin, orang-orang berpengaruh, sedang keadaan yang bersifat rohaniah seperti berpendidikan, ahli, pekerjaan. Status sosial ekonomi membatasi dan mempengaruhi anak di dalam kontak/hubungan sosial. Dengan kata lain, status sosial ekonomi berpengaruh di dalam pembentukan kepribadian anak memlalui interaksi sosial, seperti sikap, minat, nilai, dan kbiasaan anak tersebut. Status soisial ekonomi anak berasal dari status sosial ekonomi yang telah dimiliki sebelum lahir. 5. Status Kesukuan/ Etnic Status Status kesukuan ini muncul karena ada kelompok-kelompok orang tertentu yang hidup terpisah sebagai minoritas dan mempunyai perbedaanperbedaan dengan sekitarnya. Perbedaan-perbedaan status kesukuan dari kelompok-kelompok minoritas dengan sekitarnya, membawa dampak pada pertumbuhan kepribadian individu-individu dari kelompok minoritas tersebut. C.S. Johnson menunjukan orang-orang Negro yang berdiam di pedesaan selatan Amerika Serikat, mempunyai pertumbuhan kepribadian yang tidak menyenangkan dalam kerangka pola kebudayaan Amerika. Hal ini terlihat dari kenyataan sebagai berikut : a. Orang-orang Negro mempunyai hubungan yang kaku dengan orang-orang kulit putih. b. Orang-orang Negro mengambil kompensasi dengan menunjukan rasa bangga sebagai Suku Negro. c. Orang-orang Negro selalu menunjukan tingkah laku penyerarangan terhadap suku lain. d. Orang-orang Negro sangat konsisten ketaatannya terhadap status sosialnya. Keadaan tersebut diatas selalu turun temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya sehingga perbedaan itu tetap saja ada/ tidak bisa hilang. Suthelanad mengemukakan kondisi perbedaan banyakberagam di dalam perbedaan wilayah, meraka banyak/beragam sesuai dengan kelas sosial dan mereka sering banyak berpengaruh perbedaan kepribadian. Perbedaan inilah yang menimbulkan kesukuaan sebagai ukuran sosiologis, sedangkan secara fisik perbedaan itu terlihat jelas. Anggota masing-masing suku selalu menyebarkan perbedaan tradisi dan kebudayaan secara turun-temurun dari satu generasi ke generasi berikutnya sebagai salah satu ciri khas suatu suku. Kedudukan status kesukuan di dalam stuktur sosial ditandai oleh beberapa faktor/hal dari suku tersebut, antara lain : a. Besarnya suku. Suku yang kecil, akan selalu menjadi kelompok minoritas dan hal ini semakin mempertajam perbedaan dengan suku lain. Akibatnya pada suku tersebut selalu timbul prasangka dan diskriminasi dari suku lain yang lebih besar. b. Perbedaan psikologis. Anggota –anggota suku minoritas yang lahir belakangan akan dihinggapi perasaan yang kurang baik, seperti antisipasi terhadap suku lain. Keadaan ini memunculkan stereotype bagi anggota suku tersebut, yakni gambaran yang bersifat negatif dari ciri-ciri yang dimiliki oleh orang/kelompok tertentu. c. Perbedaan kebudayaan. Perbedaan dari kebudayaan suatu suku bangsa menjadi dasar penilaian terhadap suku yang bersangkutan. Dari hasil pemikiran yang sepihak inilah, sering menimbulkan konflik yang bersifat konstasi/berkepanjangan. d. Perbedaan nilai. Nilai-nilai yang dianut sesuatu suku bangsa, dapat menjadi sumber perbedaan trhadap suku bangsa lain. Nlai-nilai itu dapat berhubungan dengan baik-buruk, benar-salah, keharusan, karangan, dan sebagainya. Nilai-nilai sangat berpengaruh terhadap kehidupan individu dan berdampak pada tingkah laku individu yang bersangkutan. DAFTAR PUSTAKA Santosa, S. (2010). Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: PT Refika Aditama.