PERILAKU SUSUT PADA BETON MENGGUNAKAN ADMIXTURE SILICA FUME PADA LINGKUNGAN TIDAK TERLINDUNG Surya Bermansyah Email: [email protected] Jurusan Teknik Sipil Universitas Syiah Kuala Jl. Tengku Syeh Abdul Rauf 7, Darussalam, Banda Aceh 23111 ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengamati perilaku susut beton menggunakan Silica Fume (SF) pada lingkungan tidak lerlindung. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penambahan admixture silica fume terhadap susut beton pada lingkungan tidak terlindung. Benda uji berupa silinder standar diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, sejumlah 150 buah. Dua (2) jenis perlakuan benda uji yaitu, benda uji pembanding tanpa silica fume dan benda uji menggunakan silica fume dengan variasi 3%, 5%, 7% dan 10%. Benda uji diletakkan pada lingkungan tidak terlindung (udara terbuka dan pengaruh cuaca). Hasil pengujian menunjukan bahvva penambahan silica fume mengurangi besarnya susut yang terjadi pada beton. Hasil pengukuran akhir (56 hari) menunjukkan bahwa benda uji dengan silica fume 7% mengalami susut terbesar yaitu 0,00010. Hal ini menunjukkan bahwa penggunaan silica fume berperan penting dalam memperkecil susut pada lingkungan yang berbeda KATA KUNCI: susut, silica fume, beton ABSTRACT: The objective of this research is to investigate the shrinkage behavior of concrete using Silica Fume (SF) and its effect to the concrete shrinkage in an open environment. The test specimens include 150 cylinders with 15 cm diameter and 30 cm high. The specimens were tested in two conditions: without silica fume and with silica fume of 3%, 5%, 7% and 10%. The specimens were put in an open environment (open air). The test results show that the addition of silica fume reduces the concrete shrinkage. The final measurement (56 days) shows that specimens with silica fume of 7% have the largest shrinkage of 0,00010. This shows that the use of silica fume has an important role in decreasing shrinkage in different environment. KEYWORDS: shrinkage, silica fume, concrete PENDAHULUAN Salah satu permasalahan pada penggunaan beton adalah terjadinya penyusutan volume yang salah satu akibatnya adalah menimbulkan retak pada konstruksi beton. Susut didefinisikan secara luas sebagai pengurangan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan. Dalam pembuatan beton, bahan tambahan (admixture) merupakan bahan yang dianggap penting karena penggunaannya dapat memperbaiki dan menambah sifat beton sesuai dengan yang diinginkan. Salah satu alternatif untuk menanggulangi susut adalah penggunaan silica fume yang berasal dari mineral buatan dan merupakan bahan produksi sampingan silica murni, ferro silicon. Silica fume berbentuk bulat dan merupakan bahan yang sangat halus. Silica fume mempunyai peranan penting terhadap pengaruh mekanik beton. Secara geometrical silica fume Perilaku Susut pada Beton Menggunakan Admixture Silica Fume (Bermansyah) 1 mengisi rongga-rongga di antara bahan semen (grain of cement), dan mengakibatkan diameter pori mengecil serta total volume pori juga berkurang. ASTM C618-86 menggolongkan silica fume sebagai suatu bahan yang mengandung Si0 2 lebih besar dari 85% dan merupakan bahan yang sangat halus berbentuk bulat yang berdiameter 1/100 diameter semen (lihat Tabel 1 dan 2). Silica fume dalam jumlah tertentu dapat menggantikan jumlah semen clan sebagai pengisi di antara partikel-partikel semen. Di samping sebagai pengganti semen dan pengisi ruang pori antara parikel-partikel semen, silica fume mempunyai sifat pozolan lainnya, yaitu karena diameternya kecil clan kadar Si0 2 yang cukup tinggi (lebih besar 90%), hidratasi air dan semen akan menghasilkan Ca(OH)2 bahan yang mudah larut dalam air. Kalsium hidroksida Ca(OH)2 ini bereaksi dengan silica fume (Si02) yang membentuk kalsium silikat hidrat, dimana C-S-H dalam hal ini akan mempengaruhi kekerasan beton. Ca(OH)2 + Si0 2 -> x CaO + y Si0 2 + H 2 0 Tabel 1. Komposisi silica fume Kadar kiuiia oksida Silica (Si02) Alumina (A1203) Besi (Fe2Oj) Magnesium (MgO) Sulfat (S0 4 ) Hiking pijar Alkali (Na20) (K 2 0) Berat (%) Sika Fume* Subakti(1990) 94.3 85 - 98 0,2 - 0,6 1.1 0 , 3 - 1,0 0.3 0,3 - 3,5 0.7 0,0 0.0 0,0 2.60 0 , 8 - 1,8 0.2 1,5-3,5 0.1 *PT.Sika Nusa Pratama label 2. Sifat-sifat fisik silica fume Sifat fisik Warna Berat jenis Berat volume Kehalusan Diameter Subakti(1990) Putih, abu-abu gelap 2200 kg/m1 250-300 kg/m3 20.000 m2/kg 0.1|j.m Sika Fume* Putih, abu-abu gelap 2000 kg/m1 200-300 kg/m3 20.000-40.000irf/kg 0,1 urn *PT. Sika Nusa Pratama Menurut Neville (1999), keuntungan dari silica fume antara lain adalah mengurangi perembesan dan meningkatkan kohesi campuran. Lebih jauh lagi, kegunaan silica fume adalah untuk memproduksi beton dengan kekuatan awal tinggi. Efek-efek yang menguntungkan dari silica fume lidak hanya terbatas pada sifat pozolannya. Ada juga pengaruh fisik dari kemampuan partikel silica fume yang halus untuk menempati dalam ruang yang sangat rapat dengan partikel agregat, yaitu pada bidang pemisah agregat dengan adonan semen. Daerah ini diketahui sebagai sumber kelemahan pada beton yang merupakan penyebab timbulnya efek dinding yang mencegah bersatunya semen portland dengan permukaan agregat. Bagian inilah yang akan diisi oleh partikel-partikel dari silica 2 Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, Januari 2005:1-12 fume yang sangat halus sehingga tidak ada lagi air yang terperangkap di dalam partikel agregat kasar. Sehingga sifat penyerap dalam daerah bidang pemisah lebih kecil apabila dibandingkan dengan campuran yang tidak mengandung silica fume. Rangkak dan susut adalah deformasi yang tergantung dari waktu. Meskipun rangkak terpisah dari susut namun keduanya berhubungan, karena terjadi bersamaan dan memberikan pengaruh yang sama. Beton bersifat elastis hanya di bawah pembebanan yang singkat, dan karena pertambahan deformasi sesuai dengan waktu, maka sifat efektif dari beton adalah sama dengan sifat bahan yang tidak elastis. Rangkak adalah salah satu sifat dari beton yang mana mengalami deformasi yang menerus menurut waktu di bawah beban yang dipikul pada satu satuan tegangan dalam batas elastis yang diperbolehkan, sedangkan susut adalah pengurangan volume yang tidak berhubungan dengan pembebanan. Salah satu sifat fisik beton muda adalah terjadinya susut yang penyebabnya bermacam-macam (Suhud, 1997), salah satunya adalah apabila beton kehilangan kelembaban karena penguapan maka beton akan menyusut. Susut pada beton ini tidak dapat dihilangkan, yang dapat dilakukan hanya menguranginya. Diantaranya dengan mengurangi air pencampur atau dengan istilah lainnya makin kecil perbandingan berat air terhadap berat semen (w/c), maka susut semakin kecil, dengan batasan bahwa beton masih dapat dikerjakan (workable). Salah satu faktor penting dari susut adalah keadaan atau kelembaban relatif tempat di mana beton disimpan. Sifat memuai ketika diletakan pada kondisi basah dan menyusut ketika kondisi kering dengan perubahan kelembaban ditunjukkan dengan perubahan kelembaban pada beton dan menyebabkan kemungkinan lain dari kuat tekan yaitu mengakibatkan kelelahan beton yang mengurangi keawetan beton (Shetty, 2002). Penyusutan beton diperoleh dari data pengukuran atau dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut (Park dan Paulay): Esh = Eshu St S|, S(h Ss Sf Sc Sc (1) di mana: £.siui = regangan penyusutan ultimit St = koefisien berdasarkan waktu Sh = koefisien kelengasan relatif Stn = koefisien ketebalan minimum benda Ss = koefisien slump beton Sf = koefisien kehalusan Se = koefisien kandungan udara Sc = faktor kandungan semen Untuk regangan susut digunakan rumusan sebagai berikut: Perilaku Susut pada Beton Menggunakan Admixture Silica Fume (Bermansyah) 3 di mana : AHsh = besarnya pengurangan tinggi (mm) H = tinggi mula-mula (mm) esh = regangan susut METODE PENELITIAN Material yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah: semen portland, agregat halus, agregat kasar, air, dan silica fume. Semen yang digunakan adalah semen portland tipe I produksi PT. Semen Andalas Indonesia (PT. SAI). Agregat kasar yang digunakan adalah kerikil lolos sanngan diameter 25,4 mm. Agregat halus yang digunakan adalah pasir kasar dan pasir halus yang berasal dari Sungai Krueng Aceh. Air yang digunakan berasal dari Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan Fakultas Teknik, Universitas Syiah Kuala, Banda Aceh yang dianggap telah memenuhi syarat sebagai air pencampur beton. Bahan admixture silica fume yang digunakan dalam penelitian ini adalah Sika Fume produk PT. Sika Indonesia. Pemakaian silica fume (sika fume) dalam campuran beton sebanyak 3%-10% dari berat semen. Perencanaan campuran beton (mix design) didasarkan pada metode American Concrete Institute (ACI) 211.4R-93. Faktor air semen (FAS) untuk rancangan campuran beton ini adalah 0,4; slump rencana 75-100 mm dan ukuran agregat kasar maksimum adalah lolos saringan 25,4 mm. Pada campuran beton yang menggunakan admixture silica fume, terjadi pengurangan jumlah semen sebanyak 3%, 5%, 7%, dan 10% dan air untuk mempertahankan FAS 0,4. Tabel 3. Variasi penibualan benda uji dan jumlah benda uji Lingkungan beton Terlindung Tidak terlindung Silica Fume (%) 0* 3 5 7 10 0* 3 5 7 10 7 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Umur benda 28 14 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 uji 56 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 90 3 3 3 3 3 3 3 3 3 3 Jumlah benda uji 15 15 15 15 15 15 15 15 15 15 150 * Benda Uji Pembunding Benda uji yang digunakan adalah silinder dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm, terdiri atas benda uji pembanding dan benda uji dengan silica fume. Jumlah benda uji pembanding sebanyak 15 buah dan benda uji mengandung silica fume sebanyak 60 buah, masing-masing dibuat 15 benda uji untuk persentase silica fume 3%, 5%, 7%, dan 10 %. Untuk setiap pengujian kekuatan tekan sebanyak 4 Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, Januari 2005:1-12 tiga buah benda uji, sehingga setiap perlakuan ada tiga data. Pengujian kekuatan tekan dilakukan pada umur 7, 14, 28, dan 56 hari. Tabel variasi pembuatan benda uji dan jumlah benda uji dapat dilihat pada Tabel 3. Pengujian kekuatan tekan dilakukan dengan memberi beban terpusat dari hydraulic jack kapasitas 100 ton yang disalurkan melalui load cell tipe CLP 100 B berkapasitas 1 MN. Pembebanan dinaikkan secara bertahap menggunakan hydraulic hand pump bertekanan 700 kg/cm . Pembacaan data kuat tekan menggunakan TDS-302 (portable data logger). Pembacaan beban maksimum dilakukan pada saat turunnya angka pembebanan dan diikuti dengan retak atau hancurnya benda uji seperti yang ditunjukkan pada Gambar 1. Gambar 1. Pengujian kekuatan tekan benda uji Gambar 2. Pengujian susut beton pada lingkungan lidak terlindung Perilaku Susut pada Beton Menggunakan Admixture Silica Fume (Bermansyah) S Pengujian susut dilakukan dengan membaca jarum penury uk pada dial gauge setiap hari pada waktu yang sama. Data pengamatan yang dilakukan adalah pembacaan penyusutan dengan dial gauge, suhu dengan termometer, dan kelembaban udara dengan hygrometer. Pemeriksaan dilakukan 1x24 jam dengan asumsi pengujian rangkak ASTM C.512-87 (seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2). HASIL DAN PEMBAHASAN Pemeriksaan Agregat dan Rancangan Campuran Beton Tabel 4 menunjukkan pemeriksaaan sifat fisis agregat pembentuk beton. Rancangan campuran beton dilakukan berdasarkan metode ACI 211.4R-93 dengan slump rencana (75-100) mm. Hasil perhitungan rancangan campuran beton untuk masing-masing seri campuran yang menghasilkan komposisi material untuk 1 m" beton diperlihatkan pada Tabel 5. Tabel 4. Pemeriksaan sifat fisis agregat pembentuk beton Pemeriksaan material Pasir Halus Berat jenis kering oven Berat jenis kering permukaan Absorbsi Berat volume Fineness modulus Kandungan bahan organik Pasir Kasar Berat jenis kering oven Berat jenis kering permukaan Absorbsi Berat volume Fineness modulus Kerikil Berat jenis kering oven Berat jenis kering permukaan Absorbsi Berat volume Fineness modulus Hasil penelitian 2,406 2,549 5,941 % 1,364 kg/1 2,002 Kuning muda 2,940 3,009 2,323 % 1,825 kg/1 4,332 2,641 2,685 1,685 % 1,686 kg/1 7,004 Tabel 5. Raneangan eampuran uiiluk 1 m3 beton Material Kerikil P. Halus P. Kasar Semen Air SF 6 0% 1264,500 205,059 187,490 503,968 201,587 - Berat material (kg) dengan variasi silica fume 7% 3% 5% 1264,500 1264,500 1264,500 252,789 236,645 244,716 177,070 183,110 189,149 478,770 468,690 488,849 195,540 191,508 187,476 15,119 25,198 35,278 Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, Januari 2005:1-12 10 % 1264,500 264,896 198,209 453,571 181,428 50,397 Komposisi masing-masing material untuk satu kali pengecoran disesuaikan dengan jumlah benda uji yang dibuat dan kapasitas molen. Pada penelitian ini dilakukan 5 kali pengecoran, masing-masing pengecoran menghasilkan 15 buah benda uji silinder standar dengan diameter 15 cm dan tinggi 30 cm. Hasil pemeriksaan slump didapat nilai slump rata-rata yang diperoleh sebesar 8,24 cm, sesuai dengan nilai slump yang direncanakan, yaitu antara 7,5-10 cm. Kandungan udara dalam mortar rata-rata sebesar 1,26 % memenuhi pernyataan Orchard (1979), yaitu antara 0,5%-2,5%. Pengujian Kekuatan Tekan Beton dan Analisa Data Pengujian kekuatan tekan dilakukan pada saat benda uji mencapai umur yang direncanakan sesuai perencanaan pada Tabel 3. Data hasil pengujian kekuatan tekan beton disajikan pada Tabel 6. Tabel 6. Data hasil pengujian kekuatan tekan benda uji U m u r Benda Uji 7 hari 14 hari 28 hari 56 hari Kuat tekan (kg/em2) SF0% SF3% SF5% 203,822 209,483 191,366 237,792 209,483 188,840 278,556 243,454 247,983 422,364 401,145 422,375 183,253 204,954 180,042 207,835 202,689 201,557 232,130 271,762 276,292 292,504 339,703 307,079 198,896 223,486 234,653 237,792 273,583 227,948 185,704 190,234 185,597 318,188 304,600 329,512 SF7% SF 10% 177,666 183,253 184,370 194,427 240,714 206,718 277,114 ^29,066 243,454 271,762 310,262 311,394 135,881 180,042 158,795 177,666 185,704 215,346 227,601 223,071 186,837 296,109 305,732 273,762 Dari data perencanaan dan data hasil pengujian, dapat dilihat bahwa perencanaan campuran (mix design) dengan metode ACI 211.4R-93 pada kuat tekan rencana (f c) pada 56 hari sebesar 450 kg/cm2 dicapai rata-rata = 415,295 kg/cm2 (seri tanpa silica fume), yaitu sebesar 92,288% mutu perencanaan. Di mana nilai sini masih memenuhi lebih dari 80% mutu perencanaan. Hasil dari perhitungan standar deviasi memperlihatkan bahwa terjadinya perbedaan klasifikasi menurut Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (1971), Neville (1999), dan Shetty (2002). Berdasarkan Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik (1971), mutu pekerjaan diklasifikasikan baik sekali untuk semua variasi benda uji. Menurut Neville (1999), 75% diklasifikasikan sempurna, atau 15% diklasifikasikan baik dan 10% diklasifikasikan sedang. Sedangkan menurut Shetty (2002), mutu pekerjaan masuk dalam ketelitian laboratorium untuk semua variasi benda uji. Pengujian Susut Beton Pengujian susut beton dilakukan selama 56 hari, dari rencana semula 90 hari. Hal ini dilakukan karena pada beberapa seri (0%, 3%, dan 5%) tidak terjadi lagi Perilaku Susut pada Beton Menggunakan Admixture Silica Fume (Bermansyah) / penambahan susut pada benda uji, sampai benda uji berumur 56 hari. Pada seri 7% dan 10% relatif tidak berubah dan diasumsikan stabil pada kondisi relatif ini. Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penambahan silica fume berpengaruh terhadap susut beton. Penambahan silica fume akan mengurangi besarnya susut yang terjadi pada beton. Sesuai dengan sifat silica fume itu sendiri yang akan mengisi pori-pori dari beton dan itu akan mengakibatkan beton semakin padat. Grafik susut rata-rata diperlihatkan pada Gambar 3. Gambar 3. Grafik susut rata-rata benda uji lingkungan tidak terlindung Pada Gambar 3 terlihat bahwa benda uji pembanding tanpa silica fume mengalami susut yang besar dibandingkan dengan benda uji dengan silica fume. Semakin banyak jumlah silica fume yang digunakan maka susut semakin kecil. Pada benda uji dengan silica fume 10% beton tidak mengalami susut tetapi cenderung mengembang. Hal ini menunjukkan bahwa silica fume berperan penting dalam beton sebagai pengisi pori-pori dari beton yang akan memperkecil susut. Pada umur awal pengukuran yaitu hari ke-1 sampai ke-11 terjadi susut yang relatif sama besarnya untuk benda uji pembanding tanpa silica fume, benda uji dengan silica fume 3%, 5%, dan 7%, sedangkan benda uji dengan silica fume 10% cenderung mengembang. Pada umur awal pengukuran terjadi perubahan susut yang besar setiap harinya, misalnya pada benda uji pembanding tanpa silica fume, perubahan susut hari ke-1 dengan hari ke-2 mencapai 0,00003 yaitu dari 0 menjadi 0,00003. Pada umur-umur selanjutnya, hari ke-46 dengan hari ke-47 perubahan susut mulai mengecil berkisar 0,0001 dari 0,00073 menjadi 0,00074. Hal ini dipengaruhi oleh suhu dan kelembaban udara tempat benda uji diletakkan, dan pengaruh cuaca yang berbeda setiap harinya. Sesuai dengan yang dikemukakan oleh Lin dan Burns (1996), yaitu laju susut sangat tergantung pada keadaan cuaca. Kelembaban yang tinggi akan mengurangi susut dan kelembaban yang rendah akan menambah susut. Shetty (2002), juga menjelaskan bahwa faktor penting yang mengakibatkan susut adalah keadaan kering dan kelembaban dari atmosfir tempat beton diletakkan. Bila beton diletakkan pada kelembaban 100 % 8 Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, Januari 2005:1-12 pada jangka waktu tertentu tidak akan terjadi susut, bahkan cenderung akan memuai. Pada umur 51 hari besarnya susut relatif stabil pada seri 0%, 3%, dan 5%, dan pada akhir pengukuran terlihat bahwa silica fume mempunyai pengaruh yang besar pada beton karena benda uji pembanding tanpa silica fume mengalami susut yang lebih besar dibandingkan dengan benda uji lainnya. Pada Gambar 4 dapat dilihat perbandingan berat beton pada umur 28 hari. : .8 oo 2.7 00 m X 2.6 00 2.5 00 2.400 2.100 2 2 00 2.I 00 P e r s e n t a s e Silica Fume (%) Gambar 4. Perbandingan berat benda uji Hngkungan tidak terlindung Lingkungan Terlindung Hasil penelitian memperlihatkan bahwa penambahan silica fume berpengaruh terhadap susut beton pada lingkungan terlindung. Penambahan silica fume dapat mengurangi susut yang terjadi pada beton. Grafik hasil regangan susut rata-rata diperlihatkan pada Gambar 5. g D,M>Dl I S -O.Dt-t-l •• tl MUM III - H I Gambar 5. Susut rata-rata benda uji lingkungan terlindung Perilaku Susut pada Beton Menggunakan Admixture Silica Fume (Bermansyah) 9 Dari Gambar 5 terlihat bahwa pada awal pengukuran, benda uji SF 0% memperlihatkan susut yang relatif stabil. Tetapi pada hari ke 5 hingga ke 6 menunjukkan perubahan regangan susut yang besar dari 0,000032 hingga 0,000130. Hal ini dipengaruhi oleh perbedaan suhu dari 31°C turun menjadi 29°C dan perbedaan kelembaban dari 77% hingga 82% dan mulai stabil kembali pada hari ke 7 hingga hari ke 56 yang mencapai regangan susut tertinggi sebesar 0,000385. Pada benda uji SF 3%, hari ke 1 hingga hari ke 3 tidak mengalami susut, tetapi mengembang sekitar 0,000027 yang dipengaruhi oleh usia beton yang baru mengeras. Benda uji mulai menyusut pada hari ke 4 dengan regangan susut sebesar 0,000025. Pada umur pengukuran ke 39 hingga 40, benda uji ini mengalami perubahan susut yang besar sekitar 0,000108 sampai 0,000130 yang dipengaruhi oleh perubahan suhu dari 31°C sampai 29°C dengan kelembaban 75% dan 70%. Benda uji ini pada akhir pengukuran mencapai regangan susut sebesar 0,000133. Benda uji SF 5% memperlihatkan laju susut yang cenderung stabil, sama seperti benda uji SF 3%. Pada hari ke 15 dan ke 16 menunjukkan perubahan susut yang besar sekitar 0,000052 hingga 0,000083. Pada hari ke 56 benda uji mengalami susut sebesar 0,000188. Sedangkan benda uji dengan silica fume 3% dan 5% relatif memperlihatkan susut yang cenderung stabil, di mana terjadi perubahan susut yang hampir sama. Tetapi pada benda uji dengan silica fume 3% mengalami pengembangan pada umur ke-1 hingga ke-3 sebesar 0,000027 dan mulai menyusut pada umur pengukuran ke-4. Benda uji silica fume 3% tidak mengalami perubahan susut yang besar dan hanya mencapai 0,000133. Benda uji dengan silica fume 5% mencapai perubahan susut sebesar 0,000197. Benda uji SF 3% dan SF 5% memperlihatkan regangan susut yang relatif kecil yaitu tidak melebihi dari 0,0002, sedangkan benda uji SF 7% diantara 0,0002 sampai 0,0003, dan benda uji SF 10% serta SF 0% memperlihatkan susut yang besar yaitu melebihi dari 0,0003. Dari Gambar 5 dapat dilihat bahwa benda uji pembanding (SF 0%) mengalami susut paling besar mencapai 0,000385 dan diikuti benda uji SF 10% sebesar 0,000333, benda uji SF 7% sebesar 0,000275, benda uji SF 5% sebesar 0,000188 serta benda uji SF 3% sebesar 0,000133 yang merupakan benda uji yang mengalami susut terkecil. Terlihat bahwa silica fume mempunyai pengaruh yang besar pada beton karena benda uji pembanding mengalami susut yang lebih besar dibandingkan dengan benda uji lainnya. Semakin sedikit jumlah silica fume yang dipakai semakin kecil susut yang terjadi. Perbandingan berat beton dapat dilihat pada Gambar 6. 10 Jumal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, Januari 2005:1-12 5:5 683 CSJ CM CM 3 h~ 0 CM IN P e r s e n t a s e Silica Fume (%) Gambar 6. Perbandingan berat benda uji lingkungan terlindung Teoritis Park Paulay Rumusan Park dan Paulay tentang susut yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti waktu, kelembaban relatif, ketebalan benda uji, slump, kehalusan (jumlah agregat halus), kandungan udara dan faktor kandungan semen, perlu diperhatikan kembali bila digunakan pada kasus lingkungan tidak terlindung. Data penelitian ini bila dibandingkan dengan rumusan Park dan Paulay akan diperoleh suatu nilai korelasi. Di mana nilai regangan susut hasil pengukuran dan nilai regangan susut hasil menurut rumusan Park dan Paulay dikorelasikan untuk menghitung regangan susut pada lingkungan tidak terlindung dengan berbagai persentase silica fume yang digunakan. Nilai korelasi disajikan pada Tabel 7. Tabel 7. Nilai korelasi untuk berbagai persentase silica fume \ ;u i;»si benda uji SF0% SF 3% SF 5% SF7% SF 10% Nilai korelasi 1,730-7,574 0,951 -6,241 1,306-4,208 0,864-2,837 0,798 - 4,400 KESIMPULAN Dari hasil penelitian dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut: 1. Penambahan admixture silica fume berpengaruh terhadap susut yang terjadi pada beton. Semakin besar persentase penambahan silica fume akan semakin kecil susut beton yang terjadi . 2. Penambahan silica fume untuk mengurangi susut pada lingkungan tidak terlindung pada penelitian ini dibatasi sampai 7%, karena untuk penambahan silica fume 10% tidak mengalami susut tetapi cenderung mengembang. 3. Penambahan admixture silica fume juga berpengaruh pada berat beton. Semakin banyak silica fume yang digunakan akan semakin ringan beton tersebut. Hal ini disebabkan oleh terjadinya pengurangan jumlah semen dan berat butiran silica fume lebih ringan dari semen. Perilaku Susut pada Beton Menggunakan Admixture Silica Fume (Bermansyah) 11 4. Nilai korelasi dari berbagai persentase silica fume pada lingkungan tidak terlindung dapat digunakan untuk prediksi susut menggunakan rumus Park dan Paulay. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Pimpinan Fakultas dan Pimpinan Laboratorium Konstruksi dan Bahan Bangunan atas ijin melaksanakan penelitian ini. Terima kasih juga penulis sampaikan pada program TPSDP yang membantu pendanaan melalui program Student Research Grant dan kepada Ressa Yusvellia yang telah menyelesaikan penelitian ini. REFERENSI American Concrete Institute. (1993). "Guide for Selecting Proportions for High-Strength Concrete with Portland Cement and Fly Ash", ACI Committee 211.4R, American Concrete Institute, Detroit, Michigan. ASTM. (1995). "Concrete and Aggregates", Annual Book of American Society for Testing and Materials Standard, New York. Balendran, R.V, et al. (2002). "Strength and Durability Performance of HPC Incorporating Pozzolans at Elevated Temperatures", Structural Survey, 20(4), Research Grant Council, Hongkong. Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Lisirik. (1971). "Peraturan Beton Bertulang Indonesia 1971 NI-2", Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik, Jakarta. Murdock, L. J., dan K. M. Brook. (1999). "Bahan dan Praktek Beton", Edisi Keempat, Terjemahan Hindarko, S., Erlangga, Jakarta. Neville, A.M. (1999). "Properties of Concrete", 4lh ed., Longman, England. Orchard, D. F. (1979). "Concrete Technology", 4 n ed., Applied Science Publisher Ltd., London. Park, R. dan T. Paulay. (1975). "Reinforced Concrete Structures", John Wiley & Sons, New York. Rahman, I. A. (1993). "Hubungan Kekuatan dan Faktor Air Semen Beton", Universitas Syiah Kuala, Darussalam, Banda Aceh. Slietty, M. S. (2002). "Concrete Technology Theory and Practice", S. Chand & Company, Ram Nagar, New Delhi. Subakli, A. (1990). "Teknologi Beton dalam Praktek", Jurusan Teknik Sipil FTSP-ITS, Instilut Teknologi Sepuluh November Surabaya, Surabaya. Suhud, H. R. (1997). "Pengaruh Diskontinuitas Gradasi Butiran lerhadap Beberapa Sifat Beton", Jurnal Teknik Sipil 1TB, 4(3), Departemen Teknik Sipil, Inslitut Teknologi Bandung, Bandung. Troxell. (1968). "Compositions and Properties of Concrete", McGraw Hill Book Company. Wang, C.K., dan C. G Salmon. (1986). "Desain Beton Bertulang Jilid I", Terjemahan: Hariandja, B., Erlangga, Jakarta. 12 Jurnal Teknik Sipil, Vol. 2, No. 1, Januari 2005:1-12