MODUL KULIAH STRUKTUR BETON I Pertemuan ke : 3 BETON BERTULANG Oleh : Ir.H.ABDUL MAJID, DIPL.HE PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS INDO GLOBAL MANDIRI September 2016 3. BETON BERTULANG 3. 1 Beton Beton didefinisikan sebagai campuran antara sement portland atau semen hidraulik yang lain, agregat halus, agregat kasar dan air, dengan atau tanpa bahan tambahan yang membentuk massa padat. Beton Bertulang adalah beton yang ditulangi dengan luas dan jumlah tulangan yang tidak kurang dari nilai minimum yang diisyaratkan dengan atau tanpa prategang, dan direncanakan berdasarkan asumsi bahwa kedua material bekerja bersama-sama dalam menahan gaya yang bekerja. Keunggulan sifat dari masing-masing bahan dimanfaatkan untuk menahan beban secara bersama-sama atau dikatakan terjadi aksi komposit yaitu dengan kekuatan tekannya dan baja dengan kekuatan tariknya. Beton sangat mampu menahan tegangan tekan tetapi hampir tidak dapat menahan tegangan tarik (kuat tarik beton berkisar 9%-15% dari kuat tekannya). Hasil pengujian tekan benda uji beton diperlihatkan pada gambar di bawah. Nilai-nilai ’c dan ’c didapat dari hasil pengujian tekan tersebut. Tegangan tekan maksimum/ultimit σ’cu terjadi saat regangan beton Ԑ’c mencapai ± 0,002. Gambar 3.1 Diagram Tegangan-Regangan Benda Uji Beton 3.2 Baja Tulangan Hasil pengujian tarik batang baja tulangan diperlihatkan pada gambar di bawah. Pada bagian awal diagram tegangan-regangan, modulus elastisitas baja Es konstan (Es = 2,0 x 10^5 MPa = 2,0 x 10^6 kg/cm2). Kemudian terdapat bagian horisontal yang dikenal sebagai batas leleh dimana regangan bertambah sedangkan tegangan dapat dikatakan konstan. Tegangan pada kondisi ini disebut tegangan leleh baja (σy). Setelah terjadi pelelehan, kurva naik lagi melewati titik maksimum (tegangan ultimit), kemudian turun ke suatu nilai tegangan yang lebih rendah dimana batang baja akan putus. Gambar 3.2 Diagram Tegangan-Regangan Baja 3.3 Istilah dan Definisi Adapun istilah-istilah yang umum digunakan dalam analisis dan disain beton bertulang adalah sebagai berikut: Beban Kerja : beban rencana yang digunakan untuk merencanakan komponen struktur. Beban Terfaktor : beban kerja yang telah dikalikan dengan faktor beban yang sesuai. Kuat Perlu : kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang diperlukan untuk menahan beban terfaktor atau momen dan gaya dalam yang berkaitan dengan beban tersebut dalam suatu kombinasi seperti yang ditetapkan dalam tata cara ini. Kuat Nominal : kekuatan suatu komponen struktur atau penampang yang dihitung berdasarkan ketentuan atau asumsi metode perencanaan sebelum dikalikan dengan nilai faktor reduksi kekuatan yang sesuai. Kuat Rencana : kuat nominal dikalikan dengann suatu faktor reduksi kekuatan . 3.4 Jenis Beban Ketidakpastian besarnya beban yang bekerja pada komponen struktur untuk tiap jenis beban berbeda-beda sehingga besarnya pengambilan faktor-faktor beban juga berbeda-beda untuk tiap kombinasi beban yang bekerja. Jenis beban yang biasanya bekerja pada komponen struktur beton bertulang : Beban mati (dead load) / D Beban hidup (live load) / L Beban atap /A Beban hujan (rain load) /R Beban gempa (earthquake load) /E Beban angin (wind load) /W Beban tekanan tanah /H Beban tekanan fluida /F Beban struktural lainnya akibat pengaruh rangkak, susut, dan ekspansi beton atau pengaruh perubahan temperatur. 3.5 Kombinasi Beban Beban yang bekerja pada struktur atau komponen struktur merupakan kombinasi dari beban-beban di atas. Kuat perlu untuk berbagai kombinasi beban yang bekerja menurut SNI 03-2847-2002: Kuat perlu U untuk menahan beban mati D U ≥ 1,4D (1) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L, dan beban atap A atau beban hujan R U ≥ 1,2D + 1,6L + 0,5 (A atau R) (2) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L dan beban angin W harus diambil nilai terbesar dari kombinasi berikut: U ≥ 1,2D + 1,0L ± 1,6W + 0,5 (A atau R) (3) atau U ≥ 0,9D ± 1,6W (4) Tetapi nilai-nilai ini tidak boleh kurang dari persamaan (2) Kuat perlu U untuk menahan beban mati D, beban hidup L dan beban geMPa E harus diambil nilai terbesar dari kombinasi berikut: U ≥ 1,2D + 1,0L ± 1,0E (5) atau U ≥ 0,9D ± 1,0E (6) Tetapi nilai-nilai ini tidak boleh kurang dari persamaan (2) Kuat perlu U yang menahan beban tambahan akibat tekanan tanah H, maka persamaan (2), (4) dan (6) ditambahkan dengan 1,6H U ≥ 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) + 1,6H (7) U ≥ 0,9D ± 1,6W + 1,6H (8) U ≥ 0,9D ± 1,0E + 1,6H (9) Kuat perlu U yang menahan beban tambahan akibat tekanan fluida F U ≥ 1,4 (D + F) (10) U ≥ 1,2D + 1,6L + 0,5(A atau R) + 1,2F (11) Kuat perlu U yang menahan beban tambahan akibat pengaruh struktural, T U ≥ 1,2 (D + T) + 1,6L + 0,5(A atau R) 3.6 Faktor Reduksi Kekuatan (Ø) Faktor digunakan untuk mengantisipasi ketidakpastian kekuatan bahan terhadap pembebanan. Beberapa ketentuan faktor reduksi kekuatan menurut SNI 03-2847-2002 (Pasal 11.3) sebagai berikut : Tabel 3.6 Faktor Reduksi Kekuatan Lentur, tanpa beban aksial Aksial tarik dan aksial tarik dengan lentur Aksial tekan dan aksial tekan dengan lentur - dengan tulangan spiral - dengan tulangan sengkang biasa Untuk aksial tekan yang rendah, nilai boleh ditingkatkan dari 0,65 menjadi 0,80 Geser dan torsi - penahan gempa kuat - hubungan balok-kolom - tumpuan pada beton - daerah pengangkeran pasca tarik - komponen struktur pratarik menahan lentur tanpa aksial Lentur, tekan, geser dan tumpuan pada beton polos struktural 3.7 Elemen Elemen Struktur Beton Bertulang Gambar 7.8 Elemen-Elemen Struktur Beton Bertulang 0,80 0,80 0,70 0,65 0,75 0,55 0,80 0,65 0,85 0,55 Pelat Lantai Pelat lantai merupakan elemen struktur yang berfungsi mendukung atau menerima beban mati dan beban hidup yang ada diatasnya secara langsung. Balok Balok adalah bagian struktur yang fungsinya menahan beban-beban yang bekerja pada pelat lantai, dinding diatasnya dan berat balok sendiri yang kemudian diteruskan ke kolom. Balok ini terdiri dari balok induk dan balok anak. Kolom Kolom adalah bagian struktur yang fungsinya menahan gaya aksial dan momen lentur akibat berat sendiri, beban balok dan berat kolom diatasnya. Kolom menerima beban dari balok yang kemudian diteruskan menuju pondasi. Secara sederhana kolom terdiri dari dua jenis yaitu kolom utama dan kolom praktis. Kolom utama adalah kolom yang fungsi utamanya menyanggah beban utama yang berada di atasnya, sedangkan kolom praktis adalah kolom yang berfungsi membantu kolom utama dan juga sebagai pengikat agar dinding tetap stabil. Pondasi Pondasi adalah struktur bagian bawah yang berhubungan langsung dengan tanah, atau bagian dari konstruksi bangunan yang terletak di bawah permukaan tanah yang mempunyai fungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah keras. Balok ikat / Sloof/ Tie Beam Tie beam merupakan balok yang terletak atau bertumpu pada permukaan tanah yang berfungsi sebagai pengikat antar pondasi, dan juga untuk meratakan beban yang diterima oleh masing-masing pondasi, hal ini untuk menghindari terjadinya (differential settlement) pada salah satu pondasi. Dinding Geser / Shear wall Dinding geser merupakan suatu dinding struktural yang dirancang mampu untuk menahan kombinasi dari gaya geser, momen dan gaya aksial akibat adanya beban oleh gempa bumi. Dinding geser berupa dinding dengan beton bertulang yang biasanya digunakan pada dinding lift pada gedung tinggi, namun demikian dinding struktur jenis ini dapat juga digunakan pada dinding-dinding yang memerlukan kekauan dan ketahanan khusus (ketahanan terhadap tekanan air tanah). Dinding geser memiliki beberapa fungsi antara lain: memperkokoh gedung, meredam goncangan akibat gempa, mengurangi biaya perawatan gedung, daya pikul beban di sekitar dinding mampu ditingkatkan, melindungi bangunan dari tekanan air tanah. 3.8. Prinsip hitungan beton bertulang Hitungan struktur beton bertulang pada dasarnya meliputi 2 buah hitungan, yaitu hitungan yang berkaitan dengan gaya luar dan hitungan yang berkaitan dengan gaya dalam. Pada hitungan dari gaya luar, maka harus disertai dengan faktor keamanan yang disebut faktor beban sehingga diperoleh kuat perlu Ru.Sedangkan pada hitungan dari gaya dalam, maka disertai dengan faktor aman yang disebut faktor reduksi kekuatan sehingga diperoleh kuat rencana Rr = Rn * faktor reduksi, selanjutnya agar struktur dapat memikul beban dari luar yang bekerja pada struktur tersebut, maka harus dipenuhi syarat bahwa kuat rencana Rr minimal harus sama dengan kuat perlu Ru. Prinsip hitungan struktur beton bertulang yang menyangkut gaya luar dan gaya dalam tersebut secara jelas dapat dilukiskan dalam bentuk skematis, seperti gambar berikut :