NEMATODA

advertisement
NEMATODA

CIRI-CIRI UMUM :
1.
Mempunyai saluran pencernaan dan rongga badan, rongga badan
tersebut dilapisi oleh selaput seluler sehingga disebut SPEUDOSEL
atau PSEDOSELOMA.
2.
Potongan melintangnya berbentuk bulat, tidak bersegmen dan ditutupi
oleh kutikula yang disekresi oleh lapisan hipodermis (lapisan sel yang
ada dibawahnya).

STRUKTUR ANATOMI
SISTEM INTEGUMEN, permukaan luar tubuh cacing diselubungi oleh
kutikula yang merupakan ikatan paling sedikit tersusun oleh 5 macam protein
dan dapat dibedakan menjadi 3 lapis, mulai dari permukaan secara berturutan
adalah sebagai berikut : korteks, matriks dan basal. Dibawah integumen
adalah hipodermis dan lapisan otot.

SISTEM DIGESTI, dimulai dari mulut pada ujung anterior tubuh yang
dikelilingi oleh bibir, stoma atau rongga bukal/mulut (tidak selalu ada),
esofagus, katup esofagointestina, intestinum atau mesonteron, sekum
(ada/tidak), rektum (cacing betina) dan kloaka (cacing jantan) dan anus.

SISTEM SYARAF, sejumlah ganglia dan syaraf membentuk cincin yang
mengelilingi ismus esofagus, dari cincin syaraf tersebut keluar 6 batang
syaraf menuju ke anterior dan 4 ke posterior.

SISTEM REPRODUKSI, jenis kelamin kebanyakan nematoda adalah
terpisah (uniseksual). Pada cacing jantan terdiri dari satu atau kadang-kadang
dua testis tubuler. Secara berturutan setelah testis, vas eferens, vesikulum
seminalis (sebagai tempat menyimpan sperma), vas deferens dan terakhir
kloaka. Disebelah dorsal kloaka ditemukan kantung spikulum yang biasanya
ditemukan 1atau 2 atau tidak spikula (alat untuk kopulasi).
28
Disekeliling anus ditemukan beberapa papila yang kadang-kadang
bertangkai serta susunan berbeda pada setiap jenis cacing.
Ekor cacing jantan dapat dibedakan menjadi dua tipe , yaitu yang berupa
sayap yang terbentuk dari kutikula sepanjang ekor cacing dan tidak terlalu
melebar disebut ALA CAUDAL
sedangkan yang melebar membentuk
bentukan yang disebut BURSA (berfungsi untuk memegang cacing betina
saat kopulasi).
Sistem reproduksi cacing betina terdiri dari 2 atau 1 ovarium tubuler,
berikutnya masing-masing oviduks, uterus (bagian uterus ada yang meluas
membentuk “” Reseptakulum Seminalis ” yaitu kantung sperma) , vagina dan
terakhir vulva.

SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing nematoda secara umum dapat dibagi menjadi dua :
a) secara langsung : 1. Melalui larva infektif: Ancylostoma sp.
2. Melalui telur infektif: Ascaris sp., Trichuris sp.
Telur menetas (diluar tubuh hospes) menghasilkan L1, kemudian
melewati dua kali ekdisis (ganti selubung) menjadi L2 dan L3. Stadium L3
disebut stadium infektif, karena kalau termakan oleh hospes akan
berkembang menjadi cacing dewasa. Sedangkan L1 dan L2 walaupun samasama termakan tidak akan menjadi dewasa. Ada pula L3 yang selain infektif
melalui mulut (termakan) bisa pula menembus kulit.
Telur berkembang diluar tubuh hospes, tetapi tidak menetas. Larva
infektif (L2) tetap didalam telur . infeksi melalui mulut (termakan). contoh :
Ascaris sp.
b)
secara tidak langsung : melalui hospes Intermidier (HI)
ex: Dirofilaria sp., Thelazia sp.
29
1. Telur menetas atau cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam hospes antara.
Setelah hidup bebas sebentar, misalnya Metastrongylus sp. Hospes
intermidier termakan oleh hospes definitif.
2. Telur tidak menetas dan tertelan oleh hospes antara, misalnya Thelazia sp.,
acuaria sp. Hospes antara dimakan oleh hospes definitif.
3. Cacing vivipar dan larvanya masuk kedalam darah hospes, dan dihisap oleh
hospes intermidier penghisap darah (nyamuk) tempat tumbuhnya larva
infektif. Pada waktu hospes antara menghisap darah hospes definitif, larva
infektif keluar dari probosis hospes antara menembus masuk kedalam hospes
definitif melalui kulit . misal : dirofilaria sp.
Didalam siklus hidupnya larva cacing dalam tubuh hospes dapat mengalami :
1. Migrasi
a. migrasi melalui pembuluh darah
b. migrasi melalui pembuluh limpatic
2. tidak mengalami migrasi.
30
ORDO ASCARIDIDA
GENUS : ASCARIS
Ascaris adalah jenis cacing gilig yang besar. Bibirnya mempunyai peninggian
bergigi, tetapi tidak ada interlabia atau sayap servikal. Ekor cacing jantan
berbentuk kerucut, tanpa sayap kaudal tetapi terdapat sejumlah papila.
MORPOLOGI, cacing Ascaris suum berbentuk bulat panjang, memiliki kutikula
yang tebal serta memiliki tiga buah bibir pada bagian mulutnya. Dua buah
bibirnya terletak pada bagian dorsal. Masing-masing bibir dilengkapi dengan
papillae dibagian lateral dan subventral dan dilengkapi pula dengan sederetan gigi
pada permukaan sebelah dalam. Ukuran panjang tubuh cacing jantanberkisar
antara 15-25 cm dengan diameter penampang lintang 3 mm. Sedangkan cacing
betina dapat mencapai panjang 41 cm dengan diameter penampang lintangnya 5
mm.
SIKLUS HIDUP
Dalam perkembangannya, cacing A. suum melalui dua fase perkembangan yakni
fase eksternal (diluar tubuh ternak) dan fase internal ( di dalam tubuh ternak)
Fase eksternal : dimulai sejak telur cacing Ascaris dikeluarkan bersama dengan
faeses dari dalam tubuh ternak penderita saat defikasi. Di alam luar, pada kondisi
lingkungan yang menunjang, telur akan berkembang sehingga didalam telur
terbentuk larva stadium I. Bila kondisi tetap menunjang, larva stadium I akan
menyilih menjadi larva stadium II yang bersifat infeksius (telur infektif) dan siap
menulari ternak babi apabila telur tertelan.
Fase internal dimulai saat telur yang infektif tertelan oleh hospes definitif.
Didalam usus halus, telur infektif tersebut dicerna oleh enzim pencernaan dan
terbebaslah larva stadium II. Larva II akan menembus dinding usus halus menuju
hati atau larva akan mengikuti peredaran darah vena porta menuju ke hati.
Selanjutnya larva II tersebut menembus kapsul hati dan masuk melalui sel-sel
parenkem hati untuk selanjutnya ikut peredaran darah dari hati menuju ke jantung,
31
paru-paru, dan bahkan dapat menyebar seluruh organ tubuh. Jika babi bunting
dapat terjadi infeksi prenatal. Juga larva dapat mencapai kelenjar susu, didalam
kelenjar susu, larva cacing akan bersifat dorman (tidak berkembang lebih lanjut
atau mengalami fase istirahat ) dan baru akan berkembang didalam tubuh
keturunannya (anak) bila mana sudah lahir dan penularannya melalui air susu.
Didalam paru-paru larva stadium II berkembang menjadi larva III, kemudian
keluar dari kapiler alveoli paru-paru menuju bronchioli, bronchi dan selanjutnyake
trachea, pharing (iritasi terjadi proses batuk) akhirnya larva III tertelan dan
sampailah kembali ke dalam usus halus. Di dalam usus halus larva III menyilih
menjadi larva IV dan menyilih untuk menjadi larva V (dewasa).
Cacing betina dewasa dapat menghasilkan telur sebanyak 200.000 butir per har,
dan diduga bahwa seekor cacing A. suum betina dewasa selama hidupnya dapat
menghasilkan telur sebanyak 27 milyard butir. Telur berukuran 50-80 X 40-60
mikron, berdinding tebal, berwarna kuning kecoklatan serta pada bagian luarnya
dilapisi oleh lapisan albumin yang tidak rata sehingga membentuk tonjolan yang
bergerigi (ciri khas dari genus Ascaris ).
HOSPES
DEFINITIF
DAN
PREDILEKSI,
berparasit
pada
babi
dan
predeleksinya didalam usus halus.
GENUS : PARASCARIS
Merupakan cacing nematodadengan tubuh yang tebal dan bahkan lebih besar dari
Ascaris. Ketiga bibir tampak jelas dipisahkan oleh alur horizontal menjadi bagian
anterior dan posterior. Ujung posterior cacing jantan membulat atau berbentuk
kerucut tumpul dengan sayap kaudal kecil. Tidak ada gubernakulum.
SPESIES, Parascaris equorum, berpredeleksi di dalam usus halus kuda
termasuk zebra dan equidae. Cacing jantan panjangnya 15 – 28 cm dan
diameternya 3-6 mm, spikulanya sama besar dengan panjang 2 – 2,5 mm. Cacing
betina panjangnya 18 – 50 cm dengan diameter mencapai 8 mm. Vulva terletak 1/
32
4 anterior tubuh, telurnya berbentuk agak bulat dengan diameter 9-10 mikron,
kulit tebal berbintik-bintik halus.
SIKLUS HIDUP, sama dengan A. suum.
GENUS : TOXOCARA
Dikenal 3 spesies penting yaitu : Toxocara canis, T. cati
dan T.
Vitulorum
1. Toxocara canis, berpredeleksi dalam usus halus anjing dan rubah, lebih
besar dari Toxascaris leonina. Cacing jantan panjangnya mencapai 10 cm dan
yang betina 18 cm. Telurnya berbentuk agak bulat berukuran 85-90X75
mikron dengan dinding tebal dan berbintik-bintik halus.
2. Toxocara cati, berpredeleksi didalam usus halus kucing. Morfologinya
hampir sama dengan T. canis, cacing jantan panjangnya 3 – 7 cm,
spikulumnya tidak sama besar dan bersayap. Cacing betina panjangnya 4-12
cm. Telur berukuran 65 – 75 mikron.
3. Toxocara vitolurum, berpredeleksi didalam usus halus sapi, kerbau,
domba dan kambing. Bibirnya lebar pada pangkalnya dan semakin keujung
menyempit. Cacing jantan panjangnya mencapai 25 cm dengan diameter 5
mm. Ujung posteriornya meruncing dan sering disebut berujung paku. Cacing
betina panjangnya 30 cm dengan diameter 6 mm. Vulva cacing terletak 1/8
ujung anterior tubuh. Telurnya berukuran 75-95 X 60 – 75 mikron. SIKLUS
HIDUP, sama dengan A. suum
GENUS : TOXASCARIS
Cacing dari genus ini hampir sama dengan Toxocara sp., perbedaannya bibir
lobulus anterior terpisah oleh sebuah alur yang dalam dan lobulus tersebut
melebar dan pada ujungnya berlobus dua.
SPESIES, Toxascaris leonina, berpredeleksi didalam usus halus anjing,
kucing, rubah dan berbagai filidae. Ujung anterior cacing dewasa membengkok ke
33
dorsal, cacing jantang panjangnya 2 – 7 cm dengan diameter1,5 – 2 mm.
Sedangkan cacing betina panjangnya 2 – 10 cm, vulvanya berada 1/3 anterior
tubuh. Telur mempunyai kulit yang tebal dan halus dengan ukuran 5 – 85 X 60 –
75 mikron.
SIKLUS HIDUP, larva II infektif menetas didalam usus halus, kemudian masuk
kedalam mukosa usus untuk beberapa saat dan akhirnya kembali lagi kedalam
usus dan mengalami perkembangan lebih lanjut menjadi dewasa.
GENUS : OXYURIS
SPESIES : O. equi., dijumpai didalam usus besar dari bangsa kuda di seluruh
dunia. Cacing jantan Panjang 9 – 12 mm dan betina sampai 150 mm.
MORPOLOGI, Oesofagus sempit ditengah. Yang jantan mempunyai spikulum
120 – 150 mikron. Ekor memiliki 2 pasang papilla besar dan beberapa papilla
kecil. Cacing betina muda berwarna hampir putih, agak melengkung dan memiliki
ekor pendek dengna ujung membulat runcing. Cacing berwarna keabuan atau
kecoklatan dengan ekor langsing. Telur bulat panjang, agak mendatar pada
ujungnya dengan sumbat pada satu ujungnya. Ukuran telur 90 X 42 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing betina dan betina muda hidup di caecum dan colon crasum. Setelah
pembuahan, betina yang dewasa kelamin mengembara ke rectum dan merayap ke
luar melalui anus. Telur dilepaskan dalam gerombolan-gerombolan di kulit daerah
perianal. Perkembangan telur cepat dan menjadi stadium infektif dalam 3-5 hari.
Telur infektif dapat mencapai daerah perianal dan menetas disitu, namun biasanya
telur-telur terjatuh ditanah. Pada keadaan lembab telur dapat hidup dalam
beberapa minggu, tetapi pada kondisi kurang menunjang telur akan mati. Infeksi
terjadi karena menelan telur infektif. Larva infektif terbebas di dalam usus halus
dan larva stadium III akan dijumpai didalam mukosa cryptus dari colon dan
caecum. Larva stadium 4 akan dijumpai sekitar 8 – 10 hari setelah menelan telur.
Dewasa kelamin akan dicapai sekitar 4-5 bulan setelah infeksi.
34
GENUS : ASCARIDIA
SPESIES : Ascaridia galli, A. columbae, A. dissimilis yang predeleksinya di
dalam usus halus ternak unggas seperti ayam, mentog, kalkun, itik dan berbagai
burung liar di seluruh dunia.
MORFOLOGI : Ascaridia galli merupakan cacing berbentuk silinder, berukuran
paling besar pada unggas. Cacingberwarna putih kekuning-kuningan, memiliki
tiga buah bibir yang berukuran sama, esofagus berbentuk alat pemukul dan tidak
dijumpai adanya bulbus posterior.
Cacing jantan panjangnya 5-6 cm dan ekornya mempunyai alae kecil yang
dilengkapi dengan sepuluh pasang papillae yang sebagian besar pendek dan tebal.
Mempunyai sucker (batil isap ) precloaka dan berbentuk bundar dengan tepi
cutikuler yang tebal. Spikulum tidak sama besarnya, tetapi sama panjang
berukuran 1-2,4 mm dan tidak ada gubernakulum.
Cacing betina dewasa berukuran 7,2 – 11,6 cm, bagian ekornya memipih
kebagian ujung, sedangkan lubang kelamin terletak lebih kearah depan
(pertengahan tubuh).
Telur cacing A. galli berbentuk oval dengan dinding yang halus, licin,
tidak bersegmen dan belum berkembang saat dikeluarkan. Telur cacing berukuran
73 – 92 X 45-57 mikron. Cacing betina dewasa mengeluarkan telur sebanyak
250.000 butir setiap hari.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar bersama tinja hospes definitif terinfeksi pada saat defikasi. Di
alam luar telur akan mengalami perkembangan yaitu di dalam telur akan terbentuk
larva, telur infeksius (telur dengan larva stadium II) akan dicapai setelah kira-kira
10 hari dan sangat tahan terhadap pengaruh luar, dan bahkan dapat bertahan
selama tiga bulan pada tempat yang
teduh tetapi cepat terbunuh dalam
kekeringan, kepanasan dan terkena sinar matahari langsung.
35
Unggas terinfeksi bila makan/minum yang tercemar telur infektif atau
termakannya cacing tanah yang sebelumnya menelan telur cacing infektif,
transmisi dapat terjadi secara mekanik langsung ke dalam usus hospes definif.
Setelah telur infeksius tertelan, didalam saluran pencernaan hospes definitif ,
karena pengaruh enzem pencernaan telur akan menetas dan terbebaslah larva
stadium II. Setelah menetas, larva II akan menetapdidalam lumen usus selama 8
hari dan mengalami ekdisis ( menyilih) menjadi larva III, setelah itu larva III akan
masuk kedalam mukosa usus halus sampai  hari ke-17 menyilih menjadi larva IV
dan akhirnya masuk ke lumen usus dan menjadi dewasa ( 6-8 minggu ).
GENUS : HETERAKIS
Spesies yang penting adalah heterakis gallinarum, dijumpai didalam caecum dari
ternak unggas, bebek, mentog, angsa dan bangsa burung.
Cacing jantan berukuran panjang 7-13 mm. Cacing betina 10-15 mm. Memiliki
alae lateralis yang besar, dengan esofagusbulbus yang kuat. Ekor cacing jantan
diperlengkapi alae yang besar, sebuah sucker precloaca yang menonjol dan
membulat serta 12 pasang papillae. Spikula tidak sama, yang kanan langsing 2
mm, yang kiri memiliki sayap lebar 0,65 –0,7 mm. Vulva ditengah-tengah tubuh
cacing betina. Telur berdinding tebal, halus dengan ukuran 65-80 u X 35 – 46
mikron.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing keluar bersama tinja saat defikasi, kemudian telur cacing diluar
tubuh hospes berkembang menjadi stadium II yang infektif setelah 14 hari (270
C), tetapi perkembangan biasanya lebih lama sampai beberapa minggu pada suhu
yang lebih rendah. Telur sangat tahan terhadap kondisi lingkungan dan tahan
sampai berbulan-bulan.
Bila hospes menelan telur infektif, larva menetas dalam usus halus setelah
1-2 jam. Sekitar 4 hari kemudian cacing-cacing muda tersebut berada dalam
mukosa caecum dan dapat merusak kelenjar disitu. Didalam kelenjar larva
stadium II berada selama 2-5 hari sebelum melanjutkan perkembangan di dalam
36
lumen. Pada 6 hari setelah infeksi menyilih menjadi stadium III, kemudia pada
hari ke-10 menyilih menjadi stadium IV dan pada hari ke-15 menjadi dewasa.
Periode prepaten adalah 24-30 hari setelah infeksi.
Cacing tanah dapat membantu sebagai reservoir (inang paretenik), dimana
dalam tubuh cacing tanah parasit berada sebagai larva stadium II. Infeksi terjadi
karena memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium II.
ORDO RABDITIDA
GENUS : STRONGYLOIDES
Cacing ini disebut cacing benang, terdapat bentuk bebas di alam dan bentuk
parasitik
didalam
intestinum
vertebrata.
Bentuk
parasitik
adalah
PARTHENOGENETIK dan telur dapat berkembang diluar tubuh hospes,
langsung menjadi larva infektif yang bersifat parasitik atau dapat menjadi
bentuk larva bebas yang jantan dan betina. Cacing ini esofagus panjang dan
bentuk selindris, vulva terletak pada bagian pertengahan tubuh posterior, ekor
pendek dan telur telah berembrio.
Bentuk bebas : adanya cacing jantan dan betina dengan esofagus rabditiform,
ujung posterior cacing betina meruncing ke ujung vulva terletak di
pertengahan tubuh.
Bentuk parasitik : esofagus filariform tanpa bulbus posterior, larva infektif dari
generasi parasitik mampu menembus kulit dan ikut aliran darah.
SIKLUS HIDUP
Terjadi bentuk parasitik sempurna dan non parasitik sempurna dan terjadi
kombinasi dari kedua bentuk. Betina parthenogenetik dijumpai terbenam di dalam
mukosa usus halus. Bentuk ini memproduksi telur transparan berdinding tipis
yang dikeluarkan bersama tinja. (kecuali S. stercoralis, telur ini menetas didalam
tinja dan larva stadium I dijumpai didalam tinja).
37
Larva stadium I dapat berkembang langsung menjadi larva stadium 3 yang
infektif (siklus Homogenik), atau berkembang menjadi bentuk jantan dan
betina
bebas
yang
akan
dapat
memproduksi
larva
infektif
(siklus
heterogenik). Bila kondisi lingkungan menunjang siklus heterogenik yang
dominant dan bila tidak menunjang siklus homogenik yang dominant.
Pada siklus heterogenik larva stadium I ditransformasikan secara cepat
sehingga dalam 48 jam terbentuk cacing jantan dan betina bebas yang dewasa
kelamin. Melalui kopulasi, betina bebas memproduksi telur yang akan menetas
dalam beberapa jam dan kemudian mengalami metamorposa menjadi larva
infektif. Hanya satu generasi larva yang diproduksi oleh betina bebas.
Pada siklus homogenik larva stadium I cepat mengalami perubahan
menjadi larva III (infektif) yakni sekitar 24 jam pada suhu 27 0C. infeksi pada
hospes vertebrata terjadi dengan menembus kulit, tetapi dapat juga secara oral dan
menembus mukosa mulut/esofagus dan dibawa bersama darah ke paru-paru,
memecah alveoli – bronchiole – bronchus – trachea – pharing dan tertelan.
Periode prepaten 5 – 7 hari. Infeksi prenatal terjadi pada S. ransomi, pada babi dan
S. papillosus pada sapi. Dan juga melalui air susu.
ORDO : STRONGYLIDA
GENUS : STRONGYLUS
Terdapat capsulla buccalis bentuk globoid yang berkembang sempurna pada
dinding dorsal. Tetapi anterior capsulla buccalis biasanya memiliki alat kutikuler
berbentuk daun yang disebut corona radiata. Terdapat corona radiata external
pada lubang mulut dan corona radiata internal pada dinding sebelah dalam
capsulla buccalis. Bursa pada cacing jantan berkembang sempurna dan kuat yang
memiliki cabang-cabang (alur) yang tipik didalamnya.
Strongylus equinus, dijumpai didalam sekum dan colon bangsa kuda ,
termasuk zebra. Warna cacing abu-abu hitam. Kadang-kadang kemerahan karena
darah dalam saluran pencernaan yang tampak. Cacing jantan panjangnya 26-35
38
mm, yang betina 38-47 mm, dengan penampang 2 mm. Capsulla buccalis oval
dan memiliki corona radiata external dan internal. Pada pangkal dari capsula
buccalis terdapat gigi dorsal yang besar dan dua gigi subventral yang lebih kecil.
Cacing jantan memiliki dua spikula. Vulva dari cacing betina terletak sekitar 1214 mm dari bagian posterior tubuh.
Bentuk telur oval, dinding tipis dan telah mengalami awal segmentasi pada saat
dilepaskan dari tubuh, ukuran telur 70 – 85 u X 40-75 mikron.
Spesies lain : S. edentatus, S. vulgaris, S. asini.
SIKLUS HIDUP
Telur –telur keluar bersama tinja dan telah mengalami awal segmentasi.
Dinding telur tipis, terdiri dari lapisan dinding sebelah luar yang terdiri dari bahan
chitin dan membrana vitellinus di dalamnya. Pada suhu 26 C terbentuk larva
stadium I dalam waktu 20-24 jam yang menetas dari telur dan menjadi larva
stadium bebas. Setelah menetas, larva berada pada stadium I, yaitu bentuk
rhabditiform. Makanan larva adalah bakteri , kemudian terus bertumbuh dan
menyilih menjadi larva stadium II. Bentuk rhabditiform esofagus berkurang,
kemudian tumbuh menjadi larva yang kutikulanya masih tetap berasal dari
stadium sebelumnya dan bersifat infeksius. Larva stadium infeksius tidak makan
bakteri
dari alam sekitarnya, tetapi memperoleh makanannya dari granula
makanan yang tersimpan didalam sel-sel intestinum.
Larva infeksius tidak aktif masuk kedalam tubuh hospes, tetapi tertelan bersama
makanan.
Larva stadium infeksius bersifat :
1. geotrofik negatif : selalu merayap keatas ke daun-daun rumput dan
lain-lain.
2. Phototropic pada sinar lemah, tapi takut pada sinar kuat, sehingga larva
merayap naik pada pagi hari dan sore hari atau pada cuaca mendung.
3. Migrasi terjadi lebih aktif pada keadaan panas dibanding dingin.
39
Kemampuan hidup larva pada pasture tergantung pada kondisi lingkungan yaitu,
kelembaban, suhu dan sinar matahari. Karena persedian makanan terbatas, kondisi
yang mendukung pergerakan maka larva lebih cepat mati. Pada musim panas,
larva tidak dapat hidup lebih dari 3 bulan, tetapi pada musim dingin dapat hidup
setahun atau lebih.
Infeksi terjadi karena memakan larva infeksius dan perkembangan larva
stadium infektifselanjutnya yaitu pelepasan dan pergantian kulit yang terjadi
didalam usus halus hospes.
Pada Strongylus equinus, larva yang telah berganti kulit, menembus masuk
mukosa sekum dan kolon dan masuk ke sub serosa untuk membentuk nodule
disitu. Sebelas hari setelah infeksi, terbentuk larva didalam nodule. Larva stadium
4 migrasi ke rongga peritonium, terus ke hati yang berlangsung selama 6-8
minggu. Antara 2-4 bulan setelah infeksi, larva meninggalkan hati melalui
ligamentum hepatika dan pergi ke rongga peritonium melalui pankreas. Setelah
118 hari dari saat infeksi, terbentuk larva stadium 5 dan menuju ke sekum dan
kolon. Periode prepaten adalah 260 hari.
GENUS : HAEMONCHUS
MORFOLOGI :
Cacing Haemonchus contortus merupakan cacing lambung
yang besar, sehingga disebut juga cacing ” Barberpole” , cacing lambung berpilin
atau cacing kawat pada ruminansia. Cacing H. contortus berpredeleksi didalam
abomasum kambing, sapi, kambing dan ruminansia lain.
Cacing jantan panjangnya 10-20 mm diameter 400 mikron, berwarna
merah terang serta memiliki spikula dan bursa. Bursanya ditemukan di bagian
posterior tubuh tersusun oleh dua lobus lateral yang simetris dan satu lobus dorsal
yang tidak simetris, sehingga membentuk percabangan seperti huruf
Y dan
berwarna mengkilat.
Cacing betina mempunyai ukuran lebih panjang dari cacing jantan yaitu
18-30 mm dengan diameter 500 mikron, nampak adanya anyaman-anyaman yang
membentuk spiral antara organ genital (Ovarium) yang berwarna putih dengan
40
usus yang berwarna merah karena penuh berisi darah, sehingga akan nampak
berwarna merah puti secara berselang seling. Mempunyai ” Flaf anterior” yang
menutupi permukaan vulva yang umumnya besar dan menonjol. Cacing betina
dewasa mampu bertelur sebanyak 5.000 – 10.000 butir setiap hari.
Telur
berbentuk lonjong dan berukuran 70-85 X 41 –48 mikron yang pada saat keluar
bersama tinja, perkembangan telur telah mengalami stadium morula (didalam
telur telah mengandung 16-32 sel).
SIKLUS HIDUP
Telur cacing dikeluarkan bersama faeses dari hewan penderita ke alam
bebas, setelah 24 jam pada lingkungan yang mendukung (suhu dan kelembaban)
akan segera menetas dan terbebaslah larva stadium I. Pada kondisi yang tetap
mendukung larva I akan ekdisis menjadi larva II, kemudian akan menjadi larva III
yang infektif. Larva III akan merayap keatas daun atau rumput-rumputan serta
dapat bertahan hidup untuk beberapa minggu – bulan jika kondisi tetap
menunjang.
Jika larva infektif dimakan hospes definitif melalui rumput yang tercemar,
maka selanjutnya menyilih menjadi larva IV dan menempel pada mukosa
abomasum untuk menghisap darah. Larva IV akan mengalami penyilihan yang
terakhir menjadi cacing muda yang berpredeleksi didalam abomasum serta
menghisap darah. Cacing betina sudah dapat bertelur dalam waktu 18 – 21 hari
setelah infeksi.
Spesies lain :
1. H. placei , berpredeksi didalam lambung sapi, tetapi juga menginfeksi domba
dan ruminansia lain. Morfologi sangat mirip dengan H. contortus hanya
spikulum cacing jantan lebih panjang dengan kait-kait terminal panjang juga,
sedang cuping vulva cacing betina bentuknya mengecil seperti bintil.
2. H. similis, menginfeksi lambung sapi dan kadang-kadang domba.
GENUS : OESOPHAGUSTOMUM
41
MORFOLOGI, Cacing ini memiliki capsula buccalis silindris dan sempit.
Memiliki corona radiata. Mempunyai bursa terdiri 3 lobi dan ada spikula.
Merupakan parasit pada caecum dan colon pada ternak sapi, kambing, domba,
babi dan kera. Sering disebut cacing nodular, sebab larva cacing membentuk
nodular pada intestinum.
O. columbionum : dijumpai pada colon domba, kambing, unta. Cacing
jantan Panjang 12-16,5 mm. Dan betina sekitar 15-21,5 mm, dengan penampang
sekitar 0,45 mm. Ukuran telur berkisar 73-39 U X 34-45 mikron.
O. radiatum : dijumpai didalam colon sapi, kerbau dan zebu. Cacing jantan
panjang 14-17mm dan betina 16-22 mm.
O. dentatum : dijumpai di dalam usus besar babi.
SIKLUS HIDUP
Telur keluar bersama tinja hospes . di luar tubuh perkembangan stadium
bebas sama dengan Strongylus sp. Stadium infektif dicapai pada kondisi optimum
dalam waktu 6-7 hari. Setelah ditelan larva infektif mengalami pergantian kulit
dalam usus halus dan sehari setelah infeksi larva menembus dinding usus yakni
pylorus sampai ke rectum. Kondisi selanjutnya terjadi didalam muskularis mukosa
yaitu 4-5 hari setelah infeksi dan larva tumbuh sampai sekitar 1,5 –2,5 mm setelah
5-7 hari, larva kembali masuk kedalam lumen intestinum dan migrasi kecolon.
Disitu mengalami ekdisis ke empat dan berubah menjadi cacing dewasa. Telur
tampak pertama pada tinja penderita setelah 41 hari infeksi. Sebagian larva dapat
tinggal menetap dalam mukosa dalam waktu yang lebih lama pada anak domba.
GENUS : STEPHUNURUS
MORFOLOGI
Cacing in memilki capsul bukalis berbentuk cawan, berisi gigi-gigi. Spesies yang
penting yaitu Stephurus dentatus yang merupakan cacing ginjal pada babi.
Dijumpai didalam jaringan lemak perirenal, Pars pelvina dari ginjal dan dinding
42
ureter. Kadang-kadang sebagai parasit eratika pada hati dan alat-alat abdomen
lainnya serta alat-alat di rongga thorak. Parasit ini tersebar di wilayah tropis dan
sub tropis. Cacing jantan panjangnya 20-30 mm, cacing betina 30-45 mm. Yang
betina 2 mm lebarnya. Capsula bukalis berbentuk cawan dengan dinding tebal
dengan 6 gigi tebal pada dasarnya. Bursa pada jantan kecil dengan alur yang
pendek. Kedua buah spikula sama panjang. Vulva terletak dekat dengan anus.
Telur berbentuk elips berdinding tipis dengan ukuran 90-120 u X 43-70 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa biasanya hidup berkumpul didalam atau dekat ginjal di tempat
[perhubungan dengan ureter dan telur dikeluarkan bersama urine hospes. Pada
stadium ini embrio didalam telur terdiri sekitar 32-64 sel. Perkembangan larva
stadium preinfektif sama dengan Strongylus sp. Pada suhu optimal 26 C, telur
menetas setelah 24-36 hari dan larva mencapai stadium infektif 4 hari setelah
mengalami dua kali ekdisis.
Infeksi terjadi per-os atau melalui kulit. Cacing tanah dapat bertindak
sebagai pembawa penyakit. Larva infektif dapat berkumpul dalam masa
emoebocyte dari cacing tanah dan dapat hidup disini selama beberapa minggu
atau bulan. Kulit pembungkus larva infektif segera akan lepas setelah infeksi dan
ecdisis ketiga terjadi setelah 72 jam kemudian, yaitu pada dinding lambung atau
kulit atau otot-otot abdominal setelah infeksi perkutan.
Dari kedua jalan infeksi, larva menuju ke hati. Bila infeksi per oral melalui
pembuluh darah porta dan dicapai sekitar 3 hari, dan bila perkutan melalui paruparu dan sistem sirkulasi dalam 40 hari. Dari hati mengembara dibawah kapsul
hati dan menembus kapsul hati mencapai rongga peritonium. Kemudian mencapai
jaringan perirenal dan menembus dinding ureter, serta membentuk cyste yang
melanjut menghubungkan diri dengan ureter.
GENUS : BONUSTOMUM
MORFOLOGI
43
Merupakan cacing kait yang dijumpai didalam usus halus domba, kambing, sapi
dan kerbau diseluruh dunia. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal,
sehingga capsula bukalis membuka kearah antero dorsal dan memiliki sepasang
papan chitine pada tepi ventral. Di dekat dasarnya terdapat sepasang gigi sub
ventral yang kecil. Tidak mempunyai gigi dorsal didalam capsula bukalis. Bursa
berkembang dengan baik dan memiliki lobus dorsalis yang asimetris. Ujung telur
tumpul membulat dan sel-sel embrional tampak sebagai granula yang berwarna
gelap.
SPESIES : B. trigonocephalum dijumpai didalam usus halus domba dan kambing
B. phlebotomum dijumpai didalam usus halus sapi.
SIKLUS HIDUP
Perkembangan telur sama seperti Strongylus sp. Infeksi terjadi melalui makanan
atau minuman yang tercemar larva infektif (larva stadium 3) dan dapat juga
melalui kulit. Setelah infeksi melalui kulit, larva melanjut mengikuti peredaran
darah menuju ke paru-paru dan disini terjadi ekdisis yang ketiga. Larva stadium
keempat, memiliki capsula bukalis dan mencapai usus halus setelah 11 hari.
Periode prepaten 30-56 hari.
Larva infektif tidak tahan terhadap kering. Infeksi umumnya dijumpai didalam
pasture yang terus menerus basah.
GENUS : SYNGAMUS
MORFOLOGI
Speies yang penting Syngamus trachea, dijumpai di dalam trachea mentog, ayam,
bebek, angsa dan berbagai burung diseluruh dunia. Berwarna merah tua dan selalu
berada dalam keadaan kopulasi. Cacing jantan panjang 2-6 mm, yang betina 5-20
mm. Lubang mulut lebar, tanpa corona radiata. Capsula bucalis bentuk cawan
berisi 6-10 gigi-gigi kecil pada dasarnya. Bursa cacing jantan memiliki alur
pendek dan kuat. Telur ukurannya 70-100 U X 43-48 mikron, memiliki
operculum tebal pada kedua ujung.
44
SIKLUS HIDUP
Telur cacing pada umumnya dibatukkan keatas dan ditelan masuk alat
pencernaan, kemudian keluar tubuh bersama tinja. Larva infeksius terbentuk
didalam telur setelah keluar dari dalam tubuh. Pada kondisi optimal yaitu
kelembaban tinggi dan suhu optimal dibutuhkan waktu 3 hari, pada kondisi
lapangan dibutuhkan waktu 1 sampai 2 minggu. Didalam telur larva ekdisis dua
kali dan larva infektif dapat menetas dari telur, namun pada umumnya infeksi
terjadi dengan menelan telur yang mengandung larva infektif. Larva yang menetas
dapat tertelan oleh cacing tanah, siput, kumbang, kutu dan arthropoda lainnya dan
mengkista disitu. Arthropoda dan cacing tanah dapat sebagai inang paratenik.
Larva yang menetas dari telur, didalam usus akan menembus dinding usus,
ikut aliran darah sampai ke paru-paru, dicapai selama 6 jam. Ecdisis berikut
terjadi 3 hari setelah infeksi . ecdisis terakhir terjadi hari keempat atau kelima dan
cacing muda migrasi dari alveoli ke bronchioli yang lebih besar dan copulasi
disini. Trachea dicapai setelah 7 hari dan periode prepaten 17 – 20 hari setelah
infeksi.
GENUS
: ANCYLOSTOMA
MORFOLOGI
Cacing Ancylostoma sp. Juga dikenal dengan cacing tambang. Cacing
dewasa berukuran relatif kecil, berbentuk silinder, kaku, berwarna putih kelabu
atau kemerahan tergantung banyaknya darah yang ada didalam saluran
pencernaannya. Ujung anterior cacing melengkung kearah dorsal dan celah mulut
mengarah ke antero dorsal. Capsul buccalisnya dalam dengan 1-3 pasang gigi
pada tepinya dan lancet segitiga ” Trianguler ” atau gigi dorsal yang berada
didalamnya.
45
Cacing jantan berukuran panjang 9-12 mm, mempunyai alat kelamin
tunggal, dimana bursa cacing jantan mempunyai kerangka yang bentuknya
sempurna dan sepasang spikulum sama besar yang panjangnya sekitar 0,9 mm,
terdapat gubernakulum bermuara pada kloaka yang terletak pada bursa tersebut.
Testis terdapat hanya satu, berbentuk seperti tubulus yang dimulai kira-kira
disebelah anterior dari kelenjar air mani yang berjalan ke anterior sampai sebatas
kelenjar cervicalis anterior, kemudian berbalik kebelakang membentuk saluran
yang berkelok-kelok sampai dipertengahan tubuh cacingdan kemudian tubulus
melebar membentuk vesicula seminalis. Saluran reproduksi ini kemudian
dilanjutkan dengan duktus ejakulatorius. Ada sepasang spikula yang juga
bermuara pada kloaka berfungsi untuk mengarahkan pancaran air mani kedalam
saluran reproduksi cacing betina, sedangkan bursa kopulatrik berfungsi untuk
memegang tubuh cacing betina pada saat kopulasi.
Cacing betina berukuran panjang 15-18 mm, alat kelaminnya berpasangan,
dimana vulvanya terletak kira-kira di 1/3 posterior tubuhnya. Uterus dan ovarium
cacing betina mempunyai bentuk yang berkelak-kelok dan dilanjutkan dengan
oviduct. Sel telur yang dibuahi akan mengalami perkembangan dengan jalan
pembelahan sel, selanjutnya akan dikeluarkan dari tubuh cacing setelah memiliki
2-8 selbersama tinja saat defikasi. Telur cacing berbentuk ovoid dengan ujung
membulat atau tumpul, terbungkus dari dinding telur yang tipis dengan ukuran 5675 X 34-47 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing Ancylostoma sp. Mengeluarkan telur bersama feses saat defikasi,
pada lingkungan yang mendukung (suhu 23 – 30 0C tanah berpasir dan basah,
kelembaban tinggi).didalam telur akan terbentuk larva I. Setelah 12-36 jam, telur
yang mengandung larva I akan segera menetas dan terbebaslah larva I yang
mempunyai bentuk esofagus yang rhabditiform berukuran 275 mikron serta
memanfaatkan sisa organik dan bakteri sebagai bahan makanan.
Larva I akan segera memasuki fase lethargi (istirahat) dan selanjutnya menyilih
menjadi larva II yang esofagusnya sudah kelihatan lebih langsing, setelah 5-8 hari
46
akan mengalami penyilihan lagi dan menjadi larva III (infektif) dengan esofagus
filariform. Baik larva II dan larva III sumber makanan sama dengan Larva I.
Cara penularan cacing ini dengan larva infektif melalui :
1. Per –oral. Infeksi terjadi karena tertelannya larva III bersama makanan atau
minuman. Setelah berada didalam saluran pencernaan, larva III akan segera
memasuki kelenjar lambung atau krypta liberkun dan setelah 3 hari larva III
akan mengalami penyilihan menjadi IV dan kembali bermigrasi ke lumen
usus. Setelah beberapa hari larva IV akan mengalami penyilihan sekali lagi
dan berkembang menjadi cacing muda.
2. Per-kutan (penetrasi kulit), larva infektif (L3) yang aktif akan menembus kulit
atau mukosa rongga mulut, selanjutnya bersama aliran darah mencapai
jantung dan selanjutnya masuk ke paru-paru. Di dalam paru-paru sebagian
besar larva 3 akan tertahan kapiler paru-paru, selanjutnya menembus kapiler
dan masuk ke dalam alveoli. setelah berada di alveoli larva 3 menyilih
menjadi larva 4, selanjutnya bermigrasi ke bronchiolus, bronchus, trachea,
pharing dan akhirnya karena batuk larva 4 tertelan dan sampai di usus halus.
Di dalam usus halus mengalami ekdisis menjadi cacing muda. Cacing dewasa
akan ditemukan setelah 17 hari setelah infeksi.
3. Pre-natal. Pada hospes definif bunting infeksi terjadi karena larva 3 yang
berada pada aliran darah dapat melehati placenta dan akhirnya menginfeksi
foetus. Larva 3 akan mengalami fase istirahat didalam usus foetus sampai
dilahirkan. Setelah anak lahir larva 3 baru melanjutkan perkembangannya
menjadi cacing dewasa.
4. Laktogenik. Infeksi pada anak terjadi karena anak menyusu pada induknyadan
larva yang berada di dalam kelenjar susuakan keluar bersama air susu.
Perkembangan selanjutnya akan terjadi didalam usus anaknya.
Beberapa spesies cacing Ancylostoma yang menginfeksi anjing antara lain : A.
caninum, A. braziliense dan A. ceylanicum. Adapun identifikasi cacing
tambang dapat dilakukan berdasarkan perbedaan morfologi (ukuran cacing,
47
susunan gigi (alat pemotong) pada kapsul bukalis dan panjang spikulum pada
bursa cacing jantan ) dan ukuran telur cacing.
Ada beberapa spesies lain :
1. A. tubaeforme, predeleksi pada usus halus kucing.
2. A. duodenale, berparasit pada manusia.
GENUS : METASTRONGYLUS
MORFOLOGI
Cacing ini merupakan cacing paru-paru pada babi. Terdapat dua bibir lateral
berlobus tiga dan tersebar adalah lobus yang ditengah. Kapsul bukal sangat kecil,
dengan spikula pada yang jantan panjang dan lembut, dengan sayap garis
melintang. Ekor berbentuk kerucut. Vulva dekat dengan anus. Uterus paralel.
Cacing ini oviparosa. Cacing jantan panjang 11-26mm dan cacing betina 28-60
mm. Telur berukuran 45-57 X 38-41 mikron dan telur berembrio ketika
dikeluarkan.
Spesies yang penting : M. apri, M. salmi yang predeleksi pada trakea, bonki dan
bronkiola pada babi.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup cacing ini secara tidak langsung yaitu melalui induk semang
antara. Telur dikeluarkan pada bronkhus dan bronkhiolus, dibatukkan kemudian
ditelan dan dikelurkan bersama tinja. Telur ini harus dimakan cacing tanah untuk
perkembangan lebih lanjut. Cacing tanah yang dapat berperan sebagai hospes
intermidier antara lain : Allobophora chloritica, Denroboena rubida, Eisenia
austriaca, E. foitida dan Lumbricus terrestris. Babi terinfeksi dengan jalan
memakan cacing tanah yang mengandung larva stadium 3, kemudian larva
dibebaskan didalam usus halus babi, menembus usus halus menuju limfaglandula
mesenterika melalui sistem limfe. Di tempat tersebut larva menyilih menyilih
menjadi larva stadium 4, kemudian melalui sistem limfa dan peredaran darah
menuju jantung dan paru-paru, menyilih menjadi stadium dewasa.
48
GENUS : DYCTYOCAULUS
MORFOLOGI
Dyctiocaulus viviparus merupakan cacing paru pada sapi. Predeleksinya pada
trakea, bronki dan bronkiola pada sapi, zebu, unta dan berbagai ruminansia.
Terdapat 4 bibir, yang dorsal dan ventral agak sedikit lebih besar dibanding yang
lateral. Kapsul bukal sangat kecil dan terdapat cincin tebal, keras disekeliling
bagian posterior. Spikula sama besar, pendek dan kuat. Vulva cacing betina dekat
dengan pertengahan tubuh dan uterus arahnya berlawanan. Cacing jantan panjang
17-50 mm, dengan telur berukuran 82-88 X 33-38 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa berada didalam paru-paru kemudian mereka mengeluarkan
telurnya. Beberapa telur menetas, kemudian telur/larva dibatukkan sehingga dapat
tertelan dan keluar melalui tinja atau lendir dari hidung atau mulut. Larva
menyilih menjadi larva stadium 3 infektif yang berselubung. Larva termakan oleh
sapi bersama makanan/rumput kemudian larva ini menuju limfoglandula
mesenterika menyilih menjadi stadium keempat dan kemudian melalui pembuluh
darah menuju paru-paru dan menjadi dewasa. Periode prepaten 3-8 minggu.
ORDO SPIRURIDA
GENUS : DIROFILARIA
49
MORFOLOGI
Cacing Dirofilaria immitis merupakan cacing jantung pada anjing yang
berpredeleksi pada ventrikel kanan jantung, arteri pulmonalis dan vena cava.
Hewan yang peka dari cacing ini anjing, kucing, serigala dan rubah. Infeksi pada
manusia juga pernah dilaporkan.
Cacing jantan berbentuk langsing, berwarna putih dan berukuran
panjang12-20 cm dengan diameter 0,7 –0,9 mm. Ujung posterior cacing jantan
berbentuk kumparan spiral dan ekornya memiliki 4-6 pasang papilla ovoid,
dimana satu pasang papilla terdapat pot kloakal, 2 pasang papilla berbentuk jari
terdapat pada bagian lateral dan posterior dari lubang kloaka dan 3-4 pasang
papilla berbentuk kerucut terdapat didekat ujung ekornya. Spikula kiri berukuran
0,324-0,375 mm, sedangkan yang sebelah kanan berukuran 0,19-0,229 mm dan
tidak memiliki gubernakulum.
Cacing betina berbentuk langsing berwarna putih berukuran panjang 25-30
cm dengan diameter  1 mm. Vulva cacing betina tempatnya persis dibelakang
ujung esofagus. Cacing Dirofilaria immitis dapat menghisap makanan lewat mulut
(peroral) dan juga lewat kutikula (trans kutikular) dan sering ditemukan adanya
eritrosit didalam saluran pencernaannya.
Larva cacing (mikrofilaria) berukuran 286 –300 X 6,1 –7,2 mikron dan bagian
yang lebih pipih dibagian anterior, mikrofilaria menghisap sari-sari makanan
berupa glukosa dan asam amino (uresil, uredin dan adenosin) lewat kutikulanya.
SIKLUS HIDUP
Cacing betina dewasa mengeluarkan mikrofilaria kedalam aliran darah.
Mikrofilaria akan aktif selama 1-3 tahun, akan tetapi tidak mengalami
perkembangan lebih lanjut, sampai terhisap oleh hospes intermidier (HI) yaitu
berbagai jenis nyamuk (Aedes aegypti, Aedes sollicitans, culex salinarius). Pada
saat hospes definitif digigit oleh hospes intermidier, mikrofilaria akan ikut
terhisap bersama darah , kemudian berkembang menjadi larva II pada tubulus
malphigi HI selama 10-11 hari. Pada hari ke-11 larva II bermigrasi menuju
probosis melewati thorak serta mengalami penyilihan menjadi larva III yang
50
bersifat infektif. Pada saat HI menghisap darah hospes definitif, maka larva III
akan ikut bermigrasi kedalam tubuh hospes. Larva III selanjutnya akan
berpredeleksi didalam jaringan subkutan, sub-serosa atau fascia intermuskuler
serta mengalami 2 kali menyilih yaitu pada hari ke-9 - ke-12 dan pada hari ke-16
– ke-17 semenjak infeksi dan masih dibutuhkan waktu selama 2-3 bulan lagi
untuk menjadi dewasa, sehingga mikrofilaria pertama akan muncul pada aliran
darah tepi 6 bulan setelah infeksi.
Spesies lain : Dirofilaria repens, berpredeleksi pada jaringan ikat anjing, kucing
Dirofilaria tenuis, berpredeleksi pada jaringan sub kutan racoon.
GENUS : HABRONEMA
MORFOLOGI
Habronema muscae merupakan cacing lambung pada kuda dan
sebangsanya. Cacing ini kecil berwarna putih , buccal kapsul berkembang baik
dan bentuk ekor cacing jantan berupa kumparan. Vulva cacing betina dekat
dengan pertengahan tubuh. Panjang cacing jantan 22 mm dan betina 35 mm. Telur
kecil dan berembrio ketika dikeluarkan. Ukuran telur 40 – 50 X 10-12 mikron.
SIKLUS HIDUP
Cacing dewasa hidup pada lambung dan telur keluarbersama feses saat
defikasi atau dapat menetads dalam usus, kemudian ditelan oleh hospes
intermidier dari larva lalat (musca dan stomoxys ) dan parasit berkembang
menjadi larva 3 stadium infektif. Larva akan berpindah ke probosis dari lalat dan
menginfeksi host ketika lalat makan pada luka sekitar mulut atau lalat terjatuh
pada minuman dan makanan. Larva menjadi dewasa dan bermigrasi ke lambung.
Periode prepaten 2 bulan.
GENUS : THELAZIA
MORFOLOGI
Thelazia sp. Merupakan cacing berwarna putih yang jantan memiliki 14 pasang
papilla prekloaka dan 3 pasang papilla kloaka. Panjang tubuh yang jantan 7-13
51
mm, yang betina adalah 12-18 mm dan bersifat ovovivipar (bertelur dan
mengeluarkan larva). Cacing tidak memiliki memiliki bibir, tetapi tepi anterior
rongga mulut terbalik keluar dan terbagi menjadi 6 lekukan (feston). Ekor cacing
jantan tumpul dan membelok, sedangkan spikulumnya tidak sama panjang.
Cacing Thelazia rodisii dan T. gulosa berpredeleksi didalam kantung
konjungtiva dan saluran air mata sapi , domba, kambing dan kerbau.
SIKLUS HIDUP
Siklus hidup Thelasia sp. Adalah tidak langsung yaitu memerlukan induk semang
antara lalat musca larvipara dan musca confexifrons. Lalat ini tercemar oleh
larva saat menghisap air mata sapi penderita. Larva ini kemudian masuk kedalam
perut lalat, menembus folikel ovarium lalat, disini larva berkembang menjadi
larva 2 dengan panjang badan 3,6 –4 mm. Selanjutnya berkembang menjadi larva
3 yang merupakan larva infektif. Perkembangan dalam tubuh lalat memerlukan
waktu 15-20 hari. Larva 3 selanjutnya meninggalkan folikel ovarium menuju
bagian mulut lalat dan akhirnya pindah kepada induk semang definitif dan cacing
dewasa akan timbul dalam waktu 20-25 hari.
GENUS : OXYSPIRURA
MORFOLOGI
Cacing Oxyspirura mansoni berpredeleksi pada membrana nictitan dari bangsa
unggas. Tidak terdapat bibir, ekor yang jantan melengkung. Mempunyai 4 pasang
papil dan 2 pasang setelah kloaka. Vulva terletak bagian posterior dari badan dan
ukuran telur 50 –65 X 45 mikron. Panjang cacing jantan 10-16 mm dan betina 1219 mm.
SIKLUS HIDUP
Telur cacing dikeluarkan melalui feses, kemudian telur ini akan termakan oleh
coro (Pycnoscelus surinemensis). Apabila hospes intermidier ini termakan oleh
unggas maka larva infektif akan keluar dan mengembara dari esofagus, paring dan
52
ductus lacrimalis dari mata. Larva dapat ditemukan pada mata 20 menit setelah
coro infekti termakan.
GENUS : ACUARIA
Host
: Unggas
Habitat
: empedal, proventrikulus dan esofagus
Spesies
: A. hamulosa ------- empedal
A. spiralis --------- proventrikulus dan esofagus
MORFOLOGI
Mulutnya mempunyai dua pseudolabia lateral, terdapat empat kordon yang
membentuk bukit yang berjalan ke posterior tidak membalik kedepan. Ujung
posterior jantan bergulung, vulva terletak sepertiga posterior tubuh. Ukuran telur
40-45 X 24-75 mikron. Panjang jantan 10-14 mm dan betina 16-29 mm.
SIKLUS HIDUP
Telur dikeluarkan bersama tinja dan tertelan oleh hospes intermidier (A. hamulosa
----- belalang (melanoplus) dan A. spiralis ------- Isopoda)
larva akan
berkembang dalam hospes intermidier. Host terinfeksi bila memakan host
intermidier infektif.
ORDO ENOPLIDA
53
GENUS : TRICHINELLA
HOST
: Babi , tikus, manusia dan mamalia lain (peka), sapi, domba dan
kambing (kurang peka). Larva cacing akan mengkista pada
urat daging bergaris melintang.
HABITAT
:
Cacing dewasa pada usus halus sedangkan larvanya pada urat
daging
SPESIES
: Trichinella spiralis
MORFOLOGI
Cacing dewasa kecil , tetapi sering muncul dalam jumlah besar, larva cacing
menyebabkan efek yang serius dengan mengkista pada urat daging. Cacing betina
panjangnya 1,4 –1,6 mm dan jantan 3-4 mm, ukuran telur 40 x 30 mikron, telur
akan menetas dalam uterus cacing betina (viviparosa). Larva ditemukan dalam
kista mikroskopis pada urat daging bergaris melintang . yang jantan mempunyai
anus yang ditonjolkan dan sembulan berbentuk kerucut disetiap sisi. Tidak
mempunyai spikulum dan selubung. Vulva terletak pertengahan esofagus.
SIKLUS HIDUP
Apabila kista yang infektif termakan oleh induk semang, maka daging
yang mengandung kista tercerna oleh pengaruh enzim pencernaan dan larva
cacing akan terbebas. Larva akan masuk kedalam usus halus dan menjadi dewasa
kelamin.. kemudian cacing jantan dan betina kawin , setelah kawin dacacing
jantan segera mati. Cacing betina akan menembus kedalam mukosa usus melalui
glandula liberkhun kedalam ruang limfe, disini cacing betina bertelur dan menetas
didalam saluran uterus dari cacing. Larva yang dihasilkan masuk saluran limpe,
menembus ductus thoracicus, vena cava superior kiri dan kanan jantung,
kemudian keperedaran darah yang disebarkan keseluruh tubuh. Penyebaran larva
54
terutama pada urat daging bergaris melintang dan selanjutnya berkembang pada
otot maseter, diafragma, inter costae, lidah, larinx dan mata. Kadang-kadang
ditemukan pada hati, pankreas dan ginjal. Larva tumbuh sampai berukuran
panjang 0,8 – 1 mm dan diameter 30 mikron (16 hari). Dinding kiste terbentuk
setelah 3 bulan dan mulai melingkar dalam kista yang dibentuk oleh jaringan
sekitarnya. Otot disekitar mengalami degenerasi dan pengapuran setelah 6-9
bulan, tetapi larva dalam kista tetap hidup untuk beberapa tahun (sampai 11
tahun). Kista akan tumbuh menjadi cacing dewasa dalam usus induk semang
berikutnya bila termakan oleh induk semang tersebut. Daur hidup cacing ini
tertutup.
GENUS : TRICHURIS
HOST
: sapi, domba, kambing, babi dan anjing
HABITAT
: Caecum
SPESIES
:
-
T. ovis pada caecum kambing dan domba
-
T. discolor pada caecum dari sapi
-
T. vulvis pada anjing
-
T. suis pada babi
-
T. trichiura pada manusia
MORFOLOGI
Cacing ini disebut dengan cacing cambuk dengan salah satu satu ujung
tebal dan ujung lainnya panjang dan tipis. Bagian anterior panjang dan tipis kirakira dua kali bagian posterior, ujung posterior cacing jantan bergulung kedorsal
dalam bentuk spiral. Vulva terletak antara batas anterior dan posterior. Cacing
55
jantan panjangnya 30-80 mm dan betina 35 – 75 mm, telur mempunyai kulit tebal
kecoklatan dengan dua sumbat dikedua ujungnya. Ukukran telur 50-80 x 21-42 u.
SIKLUS HIDUP
Penularan terjadi secara langsung melalui telur infektif (L2), telur sangat
resisten, perkembangan didalam induk semang berlangsung didalam lumen usus
dan massa prepaten 2-3 bulan. Cacing ini melekat pada caecum
GENUS : CAPILLARIA
Host
: mamalia dan unggas
Habitat
: tergantung spesies
Siklus hidup : secara langsung melalui telur infektif dan tidak langsung melalui
hospes
intermidier.
Spesies pada mamalia :
1. C. bovis pada usus halus dari sapi, domba dan kambing yang
penularannya secara langsung.
2. C. aerophila pada trachea dan bronchi anjing dan kucing dengan
penularan secara langsung.
3. C. plica pada kandung kemih, ginjal anjing dan kucing, penularan
melalui hospes intermidier cacing tanah.
4. C. plica pada hati dan ginjal tikus dan kelinci ( langsung ).
Spesies pada unggas :
1. C. caudinflata dan C. columbae pada usus halus ------- cacing tanah
(HI)
2. C. annulata pada tombolok dan esofagus ----------- cacing tanah
56
3. C. contorta pada tombolok dan esofagus ---------- langsung.
MORFOLOGI
Mirip dengan Trichuris, tetapi ramping keseluruhan. Tubuhnya kapiler dan
mempunyai mulut sederhana. Vulva cacing betina dekat dengan ujung esofagus.
Kadang cacing ini mempunyai sebuah spikulum yang selalau ada selubungnya.
Panjang cacing jantan 11 – 15 mm, betina 10-25 mm. Telur ini mempunyai dua
sumbat pada kedua ujungnya dan ukuran telur 43-70 X 21-30 mikron.
Download