PELAJARAN 1 PENGANTAR SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM Standar Kompetensi : 1. Memahami Sejarah Kebudayaan Islam Kompetensi Dasar : 1.1. Menjelaskan pengertian kebudayaan Islam. 1.2. Menjelaskan tujuan dan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam. 1.3. Mengidentifikasi bentuk/wujud kebudayaan Islam. Indikator : 1.1.1. Menyebutkan pengertian kebudayaan Islam 1.1.2. Menunjukkan contoh kebudayaan Islam 1.2.1. Menyebutkan tujuan mempelajari sejarah kebudayaan Islam 1.2.2. Menjelaskan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam 1.3.1. Menyebutkan contoh bentuk/wujud kebudayaan Islam 1.3.2. Membandingkan bentuk/wujud kebudayaan Islam dan non Islam A. Pengertian Sejarah Kebudayaan Islam Pengertian Sejarah : Menurut bahasa, sejarah berarti riwayat atau kisah. Dalam bahasa Arab, sejarah disebut dengan tarikh, yang mengandung arti ketentuan masa atau waktu. Sebagian orang berpendapat bahwa sejarah sepadan dengan kata syajarah yang berarti pohon (kehidupan). Sedangkan menurut istilah, sejarah adalah kejadian atau peristiwa yang benar-benar terjadi di masa lampau. Pengertian Kebudayaan : Kebudayaan berasal dari bahasa Sansakerta yaitu buddhayah yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal). Budi mempunyai arti akal, kelakuan, dan norma. Sedangkan “daya” berarti hasil karya cipta manusia. Dengan demikian, kebudayaan adalah semua hasil karya, karsa dan cipta manusia di masyarakat. Istilah "kebudayaan" sering dikaitkan dengan istilah "peradaban". Perbedaannya : kebudayaan lebih banyak diwujudkan dalam bidang seni, sastra, religi dan moral, sedangkan peradaban diwujudkan dalam bidang politik, ekonomi, dan teknologi. Apabila dikaitkan dengan Islam, maka Kebudayaan Islam adalah hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada nilai-nilai ajaran Islam yang bersumber hukum dari al-Qur'an dan sunnah Nabi. Pengertian Islam : Islam berasal dari bahasa arab yaitu “Aslama-Yuslimu-Islaman” yang artinya selamat. Menurut istilah, Islam adalah agama samawi yang diturunkan Allah SWT kepada nabi Muhammad SAW sebagai petunjuk bagi manusia agar kehidupannya membawa rahmat bagi seluruh alam. Kesimpulan : Sejarah Kebudayaan Islam adalah kejadian atau peristiwa masa lampau yang berbentuk hasil karya, karsa dan cipta umat Islam yang didasarkan kepada sumber nilai-nilai Islam. Unsur Pembentuk Kebudayaan Islam Diantara unsur yang menjadi bentuk Kebudayaan Islam adalah sebagai berikut: Sistem Politik Sistem kemasyarakatan Ilmu Pengetahuan 1. Sistem Politik Sistem politik ini meliputi : a. Hukum Islam Kebudayaan Islam mencapai puncak kejayaan ketika diterapkannya hukum Islam. Di dalam Islam sumber hukum utama adalah Al Qur’an dan Hadits b. Khilafah Setelah Rosulullah saw wafat , orang-orang yang diberi tanggung jawab melaksanakan hukum islam adalah para pengendali pemerintahan. Kedudukan mereka adalah sebagai kholifah atau pengganti saw. 2. Sistem Kemasyarakatan Terbagi dalam kelompok-kelompok berikut : a. Kelompok Penguasa b. Kelompok Tokoh Agama c. Kelompok Militer d. Kelompok Cendikiawan e. Kelompok Pekerja dan Budak f. Kelompok Petani 3. Ilmu Pengetahuan Pada masa awal Perkembangan Islam, ilmu pengetahuan kurang mendapat perhatian. Ilmu Pengetahuan baru mendapat perhatian pada masa Dinasti Abbasiyah. Pada saat itu banyak buku-buku dari berbagai disiplin ilmu dan kebudayaan lain diterjemahkan kedalam bhasa Arab. Pembentuk/Pelopor Kebudayaan Islam B. Wujud / bentuk Kebudayaan Islam Bentuk atau wujud kebudayaan Islam paling tidak dapat dibedakan menjadi tiga hal, yaitu: 1. wujud ideal (gagasan) 2. wujud aktivitas 3. wujud artefak (benda) Salah satu tokoh yang dikenal sebagai sejarawan dan dijuluki Bapak Sosiologi Islam adalah Ibnu Khaldun. Tulisan-tulisan dan pemikiran Ibnu Khaldun terlahir karena studinya yang sangat dalam,pengamatan terhadap berbagai masyarakat. Ibnu Khaldun menulis sebuah buku yang berjudul Al’Ibar(Sejarah umum) yang diterbitkan di Kairo tahun 1248 M.Ibnu Khaldun juga dipandang sebagai peletak dasar ilmu sosial dan politik Islam. 1. Kebudayaan Islam yang berWujud Ideal (Gagasan) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak; tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak di alam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. Kebudayaan Islam yang berwujud ideal diantaranya : 1. Pemikiran di bidang hukum Islam muncul ilmu fiqih. 2. Pemikiran di bidang agama muncul ilmu Tasawuf dan ilmu tafsir. 3. Pemikiran di bidang sosial politik muncul sistem khilafah Islam (pemerintahan Islam) yang diprakarsai oleh Nabi Muhammad dan diteruskan oleh Khulafaurrosyidin. 4. Pemikiran di bidang ekonomi muncul peraturan zakat, pajak jizyah (pajak untuk non Muslim), pajak Kharaj (pajak bumi), peraturan ghanimah (harta rampasan perang). 5. Pemikiran di bidang ilmu pengetahuan muncul ilmu sejarah, filsafat, kedokteran, ilmu bahasa dan lain-lain. Di antara tokoh-tokoh yang berperan adalah: 1. Imam Syafi'i, Imam Hanafi, Imam Hambali, Imam Maliki (bidang ilmu fiqih). 2. Umar bin Khattab (bidang administrasi negara dan pemerintahan Islam), 3. Ibnu Sina dan Ibnu Rusyd (bidang filsafat), 4. Ibnu Khaldun (bidang sejarah yang sering disebut dengan "bapak sosiologi Islam"). 2. Kebudayaan Islam yang berwujud Aktivitas Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. Sifatnya konkret, terjadi dalam kehidupan sehari-hari, dan dapat diamati dan didokumentasikan. Contoh kebudayaan Islam yang berwujud aktivitas atau tindakan di antaranya adalah: 1. pemberlakuan hukum Islam seperti potong tangan bagi pencuri dan hukum razam bagi pezina. 2. penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa resmi pemerintahan Islam pada masa Dinasti Umayyah (masa khalifah Abdul Malik bin Marwan) memunculkan gerakan ilmu pengetahuan dan penterjemahan ilmu-ilmu yang berbahasa Persia dan Yunani ke dalam bahasa Arab. Gerakan ilmu pengetahuan mencapai puncaknya pada masa Dinasti Abbasiyah, di mana kota Baghdad dan Iskandariyah menjadi pusat ilmu pengetahuan ketika itu. 3. Kebudayaan Islam Yang Berwujud Artefak (Benda) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret diantara ketiga wujud kebudayaan. Contoh kebudayaan Islam yang berbentuk hasil karya di antaranya: seni ukiran kaligrafi yang terdapat di masjid-masjid, arsitektur-arsitektur masjid dan lain sebagainya. Catatan : Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia. C. Tujuan Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam Mengetahui lintasan peristiwa, waktu dan kejadian yang berhubungan dengan kebudayaan Islam Mengetahui tempat-tempat bersejarah dan para tokoh yang berjasa dalam perkembangan Islam. Memahami bentuk peninggalan bersejarah dalam kebudayaan Islam dari satu periode ke periode berikutnya. D. Manfaat Mempelajari Sejarah Kebudayaan Islam Menumbuhkan rasa cinta kepada kebudayaan Islam yang merupakan buah karya kaum muslimin masa lalu. memahami berbagai hasil pemikiran dan hasil karya para ulama untuk diteladani dalam kehidupan s ehari-hari. Membangun kesadaran generasi muslim akan tanggung jawab terhadap kemajuan dunia Islam. Memberikan pelajaran kepada generasi muslim dari setiap kejadian untuk mencontoh/meneladani dari perjuangan para tokoh di masa lalu guna perbaikan dari dalam diri sendiri,masyarakat,lingkungan negerinya serta demi Islam pada masa yang akan datang. Memupuk semangat dan motivasi untuk meningkatkan prestasi yang telah diraih umat terdahulu. E. Contoh Kebudayaan Islam Di bidang Seni : Syair, Kaligafi, Hikayat, Suluk, Babad, Tari Saman, tari Zapin. Di bidang Fisik : Masjid, Istana, Keraton, Di Bidang Pertunjukan : Sekaten, Wayang, Hadrah, Qasidah, Di bidang Tradisi : Aqiqah, Khitanan, Halal Bihalal, Sadranan, Berzanzi, F. Evaluasi Jawablah Pertanyaan Berikut ini ! 1. Jelaskan pengertian sejarah secara bahasa ! 2. Apakah yang dimaksud dengan kebudayaan Islam ? 3. Sebutkan beberapa contoh bentuk kebudayaan Islam ! 4. Jelaskan perbedaan kebudayaan dengan peradaban ! 5. Sebutkan manfaat mempelajari sejarah kebudayaan Islam ! PELAJARAN 2 SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MEKAH Standar Kompetensi : 2. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW Periode Mekkah. Kompetensi Dasar : 2.1. Mendeskripsikan misi Nabi Muham-mad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pembawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masyarakat 2.2. Mengambil hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmat bagi alam semesta, pem-bawa kedamaian, kesejahteraan, dan kemajuan masya-rakat di kaitkan dengan perkemba-ngan kondisi sekarang 2.3. Meneladani perjuangan Nabi dan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekkah Indikator : 2.1.1. Menjelaskan misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin 2.1.2. Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah 2.1.3. Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW di Mekkah 2.2.1. Menjelaskan hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW sebagai rahmatan lil ‘alamin 2.2.2. Menyebutkan hikmah yang dapat diambil dari misi Nabi Muhammad SAW di Mekkah 2.2.3. Menjelaskan keterkaitan misi dakwah Nabi Muhammad saw dengan perkembangan dakwah sekarang 2.3.1. Menjelaskan keladanan dari perjuangan Nabi dalam menghadapi masyarakat Mekkah 2.3.2. Menjelaskan keladanan dari perjuangan para Sahabat dalam menghadapi masyarakat Mekkah 2.3.3. Menjelaskan keterkaitan perjuangan Nabi dengan para sahabatnya A. Keadaan Masyarakat Arab Sebelum Islam Jazirah Arab atau semenanjung Arabia adalah daerah yang berbentuk memanjang dan tidak parallelogram. Di sebelah utara berbatasan dengan Palestina dan padang Syam, di sebelah timur berbatasan dengan Hira, Dijla (Tigris), Furat (Euphrates) dan Teluk Persia, di sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan Teluk Aden, sedangkan di sebelah barat Laut Merah. Jadi, dari sebelah barat dan selatan daerah ini dikelilingi lautan, dari utara padang sahara dan dari timur padang sahara dan Teluk Persia. Secara umum, keadaan wilayah di Jazirah Arab adalah tandus, sehingga hal ini melindunginya dari penjajahan dan penyebaran agama. Wilayah yang dianggap cukup subur adalah daerah Yaman yang terletak di sebelah selatan. Jazirah Arab diapit oleh dua kekaisaran besar yang berada di sebelah utara, yaitu kekaisaran Persia yang beragama Majusi (penyembah api) dengan kitab sucinya Zend Avesta dan kekaisaran Romawi yang beragama Nasrani/kristen dengan kitab sucinya Injil. Kehidupan penduduk Arab pada masa itu rata-rata hidup nomaden (suka berpindahpindah dan mengembara). Selain itu, kehidupan mereka dibentuk berdasarkan kabilah (suku). Kabilah ini dibentuk oleh kelompok-kelompok keluarga atas dasar pertalian darah (nasab), perkawinan dan sumpah setia. Setiap kabilah dipimpin oleh seorang Syaikh yang dipilih dari seorang anggota tertua melalui musyawarah. Secara garis besar, ada dua macam penduduk yang hidup di Arab ketika itu, yaitu: Penduduk kota, rata-rata pedagang dengan dua kota terkenalnya yaitu Mekkah dan Madinah. Penduduk desa (badui), rata-rata petani, peternak dan penggembala. Masa kehidupan masyarakat Arab sebelum Islam dinamakan masa Jahiliyah (masa kebodohan). Disebut Jahiliyah bukan karena tidak berilmu, tetapi karena penduduknya kebanyakan suka berbuat kejahatan, suka berperang, membunuh, melecehkan wanita, melakukan takhayul, menyembah berhala dan lain-lain. Perbuatan-perbuatan itu adalah contoh kebudayaan arab Jahiliyah yang buruk. Akan tetapi ada beberapa kebudayaan Arab jahiliyah yang baik, di antaranya di bidang kesusastraan (seni), di mana masyarakat Arab suka sekali membuat karya-karya syair (puisi) dan para penyair pada waktu itu dianggap orang yang mempunyai kedudukan tinggi. B. Misi Nabi Muhammad SAW Sebagai Rahmatan Lil ‘Alamin 1. Kelahiran Nabi Muhammad Muhammad SAW dilahirkan di kota Mekkah (Hijaz) pada tanggal 12 Rabiul Awwal tahun Gajah atau bertepatan tanggal 20 April 571 Masehi. Beliau wafat pada hari senin tanggal 12 Rabi'ul Awwal tahun 11 H bertepatan dengan 8 Juni 632 M. Beliau merupakan keturunan suku Quraisy, suku bangsawan yang sangat berpengaruh di Arab. Ayahnya bernama Abdullah bin Abdul Muthalib yang wafat ketika beliau masih berada dalam kandungan ibunya, Siti Aminah. Sedangkan ibunya wafat ketika beliau berumur 6 tahun. Kemudian beliau diasuh oleh kakeknya, Abdul Muthalib selama dua tahun dan oleh pamannya, Abu Thalib. 2. Kerosulan Muhammad Pada usia 25 tahun, beliau menikah dengan Khadijah, seorang janda kaya yang berusia 40 tahun. Kemudian selang beberapa lama beliau mendapat gelar al-Amin (orang yang dapat dipercaya), gelar ini diberikan karena beliau berhasil mengatasi perselisihan para pemuka suku Quraisy dalam peletakkan Hajar Aswad (batu hitam yang suci) di dinding Ka’bah. Pada usia 40 tahun, beliau sering datang ke Gua Hira yang terletak di perbukitan Jabal Nur untuk bertahanuts atau melakukan pemusatan jiwa dan merenungi keadaan masyarakat arab yang masih Jahiliyah. Pada malam 17 Ramadhan tahun 610 M. ketika sedang bertahanuts, datanglah Malaikat Jibril menyampaikan wahyu pertama, yaitu alQuran Surat al-‘Alaq ayat 1-5: }{ إقرأ باسم ربك الذي خلق {} خلق اإلنسان من علق {} إقرأ وربك األكرم {} الذي علم بالقلم علم اإلنسان ما لم يعلم Artiya; ” Bacalah Atas Nama Tuhanmu Yang Telah Menjadikan Makhluk. Dia Telah Menjadikan Menusia Dari Segumpal Darah. Bacalah ! Tuhan Engkaualah Yang Amat Pemurah. Yang Mengajar Manusia Dengan Pena. Dia Mengajar Manusia Apa-apa Yang Belum Diketahui. ( Qs. Al-alaq; 1 – 5 ) Dengan turunya wahyu yang pertama manandakan bahwa Allah SWT telah mengangkat Muhammad sebagai Nabi dan Rasul Nya. Setelah menerima wahyu yang pertama Nabi Muhammad SAW tidak langsung bergerak untuk berda’wah. Nabi Muhammad saw. dalam kondisi bingung, takut dan gemetar yang akhirnya ditenangkan oleh istri beliau yaitu Siti Khadijah. Kemudian setelah itu, turun wahyu yang kedua yaitu surat al-Mudatsir ayat 1 – 7. Dengan turunnya wahyu yang kedua ini maka beliau memulai dakwah dengan cara sembunyi-sembunyi Sasaran dakwahnya terbatas pada orang-orang dekat disekitar beliau . Yang mula-mula menerima dakwah beliau adalah Siti Khodijah( istrinya) Ali bin Abi Talib (anak pamannya),Abu Bakar (sahabat nya), dan Zaed bin Harisah (pembantunya). 3. Dakwah Pada Masa Awal Dakwah secara sembunyi-sembunyi. Dakwah ini dilakukan selama kurang lebih tiga tahun dan berhasil mengislamkan: 1.Khadijah (istri Nabi) 2. Abu Bakar (sahabat dekat Nabi) 3. Ali bin Abi Thalib (sepupu Nabi) 4. Zaid bin Haritsah (budak yang dipelihara Nabi), 5. Bilal bin Rabah (seorang budak kulit hitam) 6. Utsman bin Affan 7. Zubair bin Awwam 8. Sa'ad bi abi Waqash 9.Talhah bin Ubaidillah 10.Abdurrahman bin Auf 11.Arqam bin Abil Arqam dan lain-lain. (Orang-orang yang disebutkan di atas disebut Assabiqunal Awwalun (orang-orang yang pertama masuk Islam). Dakwah secara terang-terangan. Dakwah ini dilakukan selama sepuluh tahun setelah turun Al-Qur’an surat al-Hijr ayat: 94 ()فاصدع بما تؤمر واعرض عن المشركين Dengan semangat tinggi dan pantang mundur, langkah pertama yang dilakukan Nabi dalam berdakwah dengan cara terang-terangan adalah mengumpulkan warga kota Mekkah di bukit Shofa. Di antara orang-orang yang hadir adalah Abu Lahab, Abu Jahal, dan Umar bin Khattab. Setelah semua berkumpul, Nabi mulai berdakwah, tetapi Nabi malah dicemooh dan dilempari. Bahkan Abu Lahab mencaci-maki dan melempari beliau dengan batu. Akhirnya pertemuan itu berakhir dengan kekacauan. Meskipun demikian, dakwah dengan cara ini telah memberikan hasil dengan bertambahnya jumlah pemeluk Islam dari golongan lemah seperti wanita, budak, pekerja dan orang-orang miskin 4. Hambatan-hambatan Dakwah Nabi Di Mekkah Banyaknya tokoh bangsawan kafir Quraisy yang menolak, menentang dan mengancam Nabi seperti Abu Lahab, Abu Jahal dan Abu Sofyan. Penentangan ini dilakukan oleh mereka dengan alasan: 1. Nabi yang keturunan Bani Hasyim dianggap akan menundukkan dan menguasai otoritas politik dan ekonomi bangsa Arab yang saat itu dipegang oleh Bani Abdi Syam 2. Kekhawatiran akan hilangnya sistem kasta di kehidupan sosial masyarakat Arab. Dalam hal ini derajat dan kehormatan para bangsawan Arab Quraisy merasa terancam dalam hal kekuasaan, wibawa dan pengaruh di masyarakat. 3. Nabi akan menghilangkan tradisi yang sudah diwarisi secara turun temurun dari nenek moyang mereka. Adanya bujukan dari pamannya Abu Thalib (pelindung Nabi) agar menghentikan dakwah. Bujukan ini dilakukan pamannya karena ia didesak oleh para tokoh kafir Quraisy untuk menghentikan kegiatan Nabi dalam berdakwah. Namun demikian, bujukan ini tidak berhasil karena keteguhan Nabi dalam berdakwah. Banyaknya para pengikut Nabi yang disiksa karena masuk Islam, seperti Bilal bin Rabah, Zubair bin Awwam dan Abu Bakar, sehingga Nabi sempat memerintahkan beberapa sahabatnya untuk hijrah ke Habasyah (Ethiopia). Adanya pemboikotan kaum kafir Quraisy yaitu: 1)tidak mau berbicara dengan orang Islam, 2)tidak mau jual beli dengan orang Islam, 3)dan tidak mau menikah dengan orang Islam. Pemboikotan ini berjalan selama 3 ( tiga ) tahun lamanya, dan berhenti pemboikotan ini setelah papan pengumuman yang dipasang di Ka’bah habis dimakan rayap. Selain itu beberapa orang Quraisy juga mempunyai perasaan tidak tega melihat akibat pemboikotan tersebut. Contoh Penderitaan Yang Dialami Umat Islam (Sahabat Bilal) Ketika Mereka Menyatakan dan memepertahankan Keislaman sehingga mereka disiksa oleh orangorang Kafir 5. Misi Dakwah Nabi Di Mekkah Misi dakwah Nabi selama berada di Mekkah, intinya, adalah mengajak masyarakat untuk menjadi rahmatan lil ‘alamin. Di antara misi dakwah tersebut adalah: 1. Mengajak masyarakat agar menyembah hanya kepada Allah SWT semata (tauhid) dan menyuruh mereka meninggalkan menyembah berhala. 2. Mengajarkan adanya hari kiamat, yang mana setiap manusia akan diminta pertanggungjawaban selama mereka hidup di dunia. 3. Mengajak masyarakat berbuat baik dan berakhlak terpuji dan melarang berbuat kejahatan dan kerusakan. 4. Mengajak masyarakat untuk menegakkan keadilan dan persamaan derajat antara lakilaki dan perempuan. 6. Ibrah/Hikmah Dakwah Nabi Di Mekkah kepribadian Nabi yang mempunyai sifat sidik (selalu benar), amanah (dapat dipercaya), Tabligh (berani menyampaikan) dan fatonah (cerdas). Tidak pernah menyerah dalam berdakwah, walaupun banyak ancaman yang dihadapi Berani berkorban harta benda dan nyawa. Dalam berdakwah, selalu menggunakan siasat atau cara yang baik dan bertahap. Tahap pertama dengan sembunyi-sembunyi guna menyusun kekuatan dan tahap kedua dengan terang-terangan (terbuka). 7. Hal-hal Yang Perlu Diteladani Dari Perjuangan Dakwah Nabi Di Mekkah Menampilkan sikap terpuji sebagaimana yang telah dilakukan Nabi dengan sifatsifatnya. Dalam melakukan segala sesuatu harus mempunyai perencanaan yang matang, sungguh-sungguh, tidak gampang menyerah dan selalu berdoa agar hasilnya dapat memuaskan Berani berkorban dan bertanggungjawab. Berdakwah secara terbuka pada saat kedudukan makin menguat Melukan hijrah untuk menyusun kekuatan Menyandarkan keberhasilan kepada Alloh swt. PELAJARAN 3 SEJARAH NABI MUHAMMAD SAW PERIODE MADINAH Standar Kompetensi : 3. Memahami Sejarah Nabi Muhammad SAW Periode Madinah Kompetensi Dasar : 3.1. Mendeskripsikan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan 3.2. Mengambil hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat melalui kegiatan ekonomi dan perdagangan di kaitkan dengan perkembangan kondisi sekarang 3.3. Meneladani semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah Indikator : 3.1.1. Menceritakan sejarah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah 3.1.2. Mengidentifikasi cara dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah 3.1.3. Mengidentifikasi keberhasilan dakwah Nabi Muhammad SAW dalam membangun perekonomian masyarakat Madinah 3.2.1. Menjelaskan hikmah dari misi Nabi Muhammad SAW dalam membangun masyarakat Madinah 3.2.2. Menjelaskan keterkaitan misi dakwah Nabi Muhammad SAW di Madinah dengan perkembangan dakwah sekarang 3.3.1. Menjelaskan semangat perjuangan Nabi di Madinah 3.3.2. Menjelaskan semangat perjuangan para Sahabat di Madinah 3.3.3. Menunjukkan semangat perjuangan Nabi dan para Sahabat di Madinah A. Madinah Sebelum Kedatangan Islam Sebelum Islam datang, kota Madinah bernama kota Yatsrib. Penduduknya terdiri dari dua golongan besar yang sering bertikai dan berperang, yaitu: 1. Golongan bangsa Yahudi yang terdiri dari : a.Bani Qainuqa b.Bani Quraizah c.Bani Nazir 2. Golongan bangsa Arab yang terdiri dari suku Aus dan Khazraj. Kota Yatsrib termasuk daerah subur dan pusat pertanian serta merupakan jalur perdagangan ramai yang menghubungkan antara Yaman di selatan dan Syiria di Utara. Proses Masuknya agama Islam ke Madinah dan Hijrahnya Nabi ke Madinah Ketika Nabi masih berada di Mekkah, banyak dari penduduk Yatsrib sering melaksanakan Ibadah Haji ke kota Mekkah. Kesempatan ini digunakan oleh Nabi untuk mengajak penduduk Yatsrib yang datang ke Mekkah untuk masuk Islam Akhirnya, setiap orang Yatsrib yang datang ke Mekkah menyatakan masuk Islam. Bahkan, pada tahun 621 M Nabi menemui rombongan haji dari Yatsrib yang berjumlah 12 orang di bukit aqabah dan melakukan perjanjian. Perjanjian ini disebut “Perjanjian Aqabah I” yang isinya: 1. Penduduk Yatsrib akan setia melindungi Nabi 2. Rela berkorban harta dan jiwa 3. Tidak akan menyekutukan Allah 4. Tidak membunuh dan berdusta 5. bersedia membantu menyebarkan Islam Pada tahun 622 M, sebanyak 73 orang Yatsrib pergi Haji ke Mekkah dan memohon agar Nabi bersedia memberi nasehat-nasehat agama untuk orang-orang di Yatsrib. Dari sini maka lahirlah “perjanjian aqabah II” untuk menjamin keselamatan dan kelanjutan dakwah Nabi. Akhirnya, masih pada tahun 622 M, Nabi dan para sahabatnya yang berasal dari Mekkah berhijrah (pindah) ke Yatsrib dan mengganti kota Yatsrib menjadi kota Madinah atau madinatul Munawaroh (kota yang bercahaya) atau juga madinatun nabi (kota Nabi). Alasan Nabi Dan Para Sahabatnya Hijrah Ke Yatsrib Atau Madinah Penduduk Kafir Quraisy kota Mekkah yang ditempati Nabi makin gencar melakukan ancaman dan siksaan Penduduk Madinah memiliki budi pekerti dan akhlak yang baik Madinah merupakan daerah terdekat dari Mekkah dan ayah Nabi dimakamkan di sana. Proses penyambutan Nabi di Madinah : Sesampainya di Madinah, Nabi dan para sahabatnya disambut dengan gembira dan suka cita oleh penduduk Madinah, khususnya oleh suku Aus dan Khazraj dengan mengucapkan sholawat di sepanjang jalan yang dilalui Nabi dan para sahabat. Akhirnya Nabi memberi gelar kepada penduduk Madinah dengan sebutan kaum “Anshor” (penolong). Sedangkan penduduk Mekkah yang datang ke Madinah diberi gelar kaum “Muhajirin” (pendatang). B. Usaha-usaha Yang Dilakukan Rosululloh Setelah Berada Di Madinah 1. Mendirikan Masjid Masjid yang pertama kali didirikan oleh Nabi di Madinah adalah Masjid Nabawi. Masjid ini dibangun di atas tanah yang dibeli Nabi dari dua orang miskin bernama Sahl bin Amr dan Suhail bin Amr. Pendirian masjid ini dimaksudkan selain sebagai pusat Ibadah dan dakwah Islam, namun juga berperan sebagai tempat bermusyawarah kaum Muslimin, tempat untuk mempersatukan kaum Muslimin, bahkan dijadikan sebagai pusat pemerintahan. Di salah satu penjuru masjid disediakan tempat tinggal untuk orang-orang miskin yang tidak mempunyai tempat tinggal, mereka dinamai Ahlus-Suffah. Selanjutnya, dimulailah pembangunan jalan raya di sekitar masjid, sehingga lamakelamaan tempat itu menjadi pusat kota dan pemukiman serta perniagaan. Pesatnya pembangunan di sekitar masjid Nabawi menyebabkan banyak pendatang dari luar Madinah. 2. Mempersaudarakan Kaum Muhajirin dan Anshor Cara ini dilakukan Nabi untuk mengokohkan persatuan Umat Islam di Madinah. Persaudaraan ini didasarkan atas persaudaraan seagama dan bukan atas dasar kesukuan. Sebagai contoh, Nabi mempersaudarakan Hamzah bin Abdul Muthalib dengan Zaid bekas budaknya, Abu Bakar bersaudara dengan Kharija bin Zaid, dan Umar bin Khattab bersaudara dengan 'Itban bin Malik Al-Khazraji. Kaum Muhajirin kemudian banyak yang menjadi pedagang dan petani. Di antaranya Abdurrahman bin Auf menjadi pedagang, sedangkan Umar bin Khottob dan Ali bin Abi Tholib menjadi petani. 3. Membuat perjanjian damai antara Kaum Muslimin dan Kaum Yahudi Perjanjian damai ini dilakukan untuk menciptakan rasa damai dan tenteram bagi masyarakat Madinah, baik yang Muslim atau yang bukan Muslim. Dari sini maka Nabi membuat peraturan-peraturan yang disebut dengan “Piagam Madinah” yang isinya antara lain: 1. Kaum Muslim dan Yahudi akan hidup berdampingan dan bebas menjalankan agamanya masing-masing. 2. Apabila salah satu pihak diperangi musuh, maka yang lain wajib membantu. 3. Apabila terjadi perselisihan antara keduanya, penyelesaian diserahkan kepada Nabi Muhammad SAW selaku pemimpin tertinggi di Madinah. 4. Dalam Piagam Madinah tersebut terdapat beberapa asas, yaitu: asas kebebasan beragama, asas persamaan, asas keadilan, asas perdamaian dan asas musyawarah. 4. Meletakkan Dasar-dasar Pemerintahan, Ekonomi dan Kemasyarakatan Dalam bidang pemerintahan diterapkan prinsip musyawarah (demokrasi), yaitu dalam memutuskan masalah harus bermusyawarah terlebih dahulu. Dalam bidang ekonomi diterapkan asas koperasi, yaitu tiap-tiap Muslim harus saling membantu. Dalam kehidupan bermasyarakat diterapkan asas keadilan, harus saling tolong menolong, menghargai persamaan hak dan kewajiban sesama Muslim, tidak ada perbedaan pangkat, harta dan keturunan, harus mengasihi dan memelihara anak yatim, menyantuni janda-janda. Dengan demikian, maka berdirilah kota Madinah sebagai kota terbesar di Jazirah Arab dengan kemegahan yang ditampilkannya. Pada masa ini, masyarakat Muslim berkembang menjadi masyarakat besar dan menjadi pusat untuk kegiatan perekonomian, perdagangan dan pertanian. C. Perjuangan Nabi Muhammad SAW Dan Para Sahabat Di Madinah Sejak hijrah ke Madinah, selama kurang lebih 10 tahun, Nabi dan para sahabatnya berdakwah kepada penduduk Madinah tanpa mengenal lelah, dan tidak pernah putus asa. Kebanyakan penduduk Madinah, terutama suku Aus dan Khazraj, menerima dakwah Nabi tersebut. Akan tetapi, dalam perjalanan dakwahnya, Nabi menemui rintangan, khususnya dari orang-orang Yahudi yang tidak senang dengan keberhasilannya. Salah seorang Yahudi Munafik yang tidak senang adalah Abdullah bin Ubay. Ia selalu melaporkan kegiatan Nabi di Madinah kepada kaum kafir Quraisy di Mekkah, sehingga pada masa-masa kemudian terjadilah banyak peperangan dengan kaum kafir Quraisy Mekkah. Beberapa Peperangan Yang Terjadi Ketika Nabi Berada Di Madinah : 1. Perang Badar Perang ini terjadi di dekat sumber mata air milik seorang bernama Badar pada tanggal 17 Ramadhan tahun 2 H bertepatan 5 Januari 623 M. Dalam perang ini pasukan Islam hanya berjumlah 313 orang yang dipimpin oleh Nabi Muhammad SAW, sedangkan pihak kafir Quraisy berjumlah 1000 orang yang dipimpin oleh Abu Sufyan. Perang ini dimenangkan oleh umat Islam dengan korban tewas sebanyak 14 orang Muslim dan 70 orang kafir termasuk Abu Jahal. 2. Perang Uhud Perang ini berlangsung pada bulan Sya’ban tahun 3 H bertepatan bulan Januari 625 M di sebuah perbukitan bernama Uhud. Pasukan Islam pimpinan Nabi pada awalnya berjumlah 1000 orang, tetapi 300 orang membelot karena hasutan Abdullah bin Ubay. Sedangkan pasukan kafir Quraisy berjumlah 3000 orang yang dipimpin Abu Sufyan dan istrinya Hindun. Perang ini pada awalnya hampir dimenangkan oleh umat Islam, tetapi karena pasukan Islam meninggalkan posisi perang untuk mengambil harta rampasan perang (ghanimah), akhirnya pasukan Islam mengalami kekalahan. Bahkan Hamzah bin Abdul Mutholib (paman Nabi) terbunuh dan isi tubuhnya dikoyak-koyak oleh Hindun. Korban meninggal dari pihak umat Islam adalah 70 orang, sedangkan kafir Quraisy berjumlah 23 orang. 3. Perang Khandaq Perang terjadi di sebelah utara Madinah pada bulan Syawal 5 H atau Maret 627 M. Perang Khandaq ini disebut juga perang Ahzab. Dalam perang ini, pasukan musuh berjumlah 10.000 orang yang dipimpin Abu Sufyan, sedangkan pasukan Islam hanya berjumlah 3000 orang pimpinan Nabi dan Ali bin Abi Tholib. Atas usul dari Salman Al-Farisi (orang Persia), pasukan Islam membuat parit mengelilingi perbatasan kota Madinah. Akibat adanya parit ini, pasukan kafir Quraisy mengalami kekalahan. Selain tiga perang di atas, ada beberapa peperangan lagi yang terjadi antara umat Islam dengan kaum kafir yaitu: 1. Perang Khaibar 2. Perang Mu’tah 3. Perang Tabuk. Di Samping Peperangan, Nabi Dan Para Sahabatnya Juga Melakukan beberapa usaha dan berhasil dengan baik Dalam Menghadapi Kaum Kafir, Yaitu: 1. Mengadakan Perjanjian Hudaibiyah dengan orang-orang Kafir Qurays di Mekkah. Perjanjian ini berlangsung pada bulan Zulkaidah tahun 6 H atau 628 M di daerah Hudaibiyah. Asal mula terjadinya perjanjian ini adalah adanya keinginan kaum Muhajirin untuk beribadah haji dan menengok saudara mereka di Mekkah yang selama enam tahun tidak bertemu. Akan tetapi keinginan ini dihalangi oleh kaum Kafir Quraisy. Maka Nabi pun berangkat dengan kaum Muhajirin untuk pergi ke Mekkah, sesampainya di Hudaibiyah dicegatlah Nabi dan para pengikutnya oleh kaum Quraisy. Dari sinilah kemudian lahirlah perjanjian Hudaibiyah. Isi Perjanjian Hudaibiyah : 1. Umat Islam dan kaum kafir Quraisy tidak boleh saling serang selama 10 tahun. 2. Nabi dan pengikutnya tidak diperkenankan beribadah haji pada tahun ini. 3. Kaum Muslim wajib mengembalikan orang Mekkah yang menjadi pengikut Nabi di Madinah, sedangkan kaum kafir Quraisy tidak wajib mengembalikan orang Madinah yang menjadi pengikut mereka. 4. Setiap orang diberi kbebasan untuk memilih menjadi pengikut Nabi atau kaum Kafir Quraisy. 2. Fathul Makkah (penaklukan kota Mekkah) Fathu Makkah terjadi pada bulan Ramadhan tahun 8 H atau Januari 630 M. Sebab utama terjadinya fathu Makkah adalah kaum Kafir Quraisy melanggar perjanjian Hudaibiyah dan menyerang kaum Muslim yang ada di Mekkah. Penaklukkan kota Mekkah yang dilakukan Nabi dan pengikutnya itu tanpa ada pertumpahan darah dan peperangan, sehingga penduduk kota Mekkah pun banyak yang masuk Islam termasuk pemimpin kafir Quraisy Abu Sufyan ikut masuk Islam. Saat itulah turun Qur’an Surat An Nashr ayat 1-5 Ketika terjadi fathul Makkah ini, Nabi berpidato di hadapan masyarakat yang isinya : 1. Barang Siapa yang menutup pintu rumahnya, rapat- rapat maka ia aman. 2. Barang siapa yang masuk ke Masjdil Haram, maka ia aman. 3. Barang siapa yang memasuki rumah Abu Sufyan, maka ia aman. D. Hikmah Dan Teladan Dari Misi Nabi Muhammad Saw Dalam Membangun Masyarakat Madinah Melakukan hijrah (pindah) ke tempat yang dianggap lebih memberi harapan untuk mengembangkan masyarakat Islam yang lebih maju merupakan suatu kemestian yang harus dilakukan. Nabi melakukan Hijrah ke Madinah adalah untuk menyusun kekuatan dan menarik banyak pengikut agar dakwah Islam berjalan sesuai yang diharapkan dan masyarakat Islam semakin kokoh. Dari hijrah ini, Nabi berhasil membangun masyarakat Islam menuju pada kemajuan, kesejahteraan, dan kedamaian, baik di bidang sosial, ekonomi maupun politik. Keberhasilan yang telah dicapai ini memerlukan perjuangan yang panjang dan kadang harus dilakukan dengan cara kekerasan (jihad atau berperang). Hikmah Dan Teladan Yang Dapat Diambil Dan Ditiru Dari Perjuangan Nabi Di Madinah Tersebut Di Antaranya Adalah: 1. Ketabahan dalam menerima cobaan Nabi Muhammad SAW dan para sahabat melakukan hijrah ke Madinah merupakan akibat dari kekejaman kaum kafir Quraisy terhadap kaum Muslimin. Mereka pergi berhijrah dengan meninggalkan segala yang ada di Mekkah, antara lain sanak famili, harta benda dan juga kampung halaman. Rasa berat pada diri kaum Muslimin meninggalkan kampung halaman ternyata sirna oleh keimanan mereka yang kuat dan kecintaan yang tulus terhadap Nabi Muhammad SAW. Mereka tabah dan ikhlas dalam menerima cobaan ini. Oleh karena itu, apapun keadaannya, situasinya apakah senang atau susah, iman harus senantiasa melekat di hati kita. 2. Cerdas dalam mengambil keputusan Nabi Muhammad SAW adalah orang yang memiliki kecerdasan y luar biasa dalam mengambil keputusan dan tindakan. Hal itu terbukti ketika beliau mampu menyatukan kaum Muhajirin dan Anshar menjadi satu saudara. Persaudaraan ini menjadikan masyarakat Muslim Madinah semakin berkembang dan kuat serta mampu menjadi bangsa yang besar dan bersatu dibawah bendera Islam, sehingga dalam tempo yang relatif singkat masyarakat Muslim Madinah dikagumi oleh bangsa lainnya. Dalam bidang ekonomi dan perdagangan, Nabi Muhammad SAW menerapkan asas koperasi, yakni menganjurkan kaum Muslim di Madinah agar memperhatikan nasib saudaranya, tidak serakah dan tidak mempraktekkan sistem riba dalam transaksi perdagangan. Bahkan, dalam menunaikan haji yang terakhir atau disebut dengan Haji Wada tahun 10 H (631 M) Nabi menyampaikan khotbahnya yang sangat bersejarah antara lain berisi: 1. larangan untuk riba dan menganiaya. 2. Perintah untuk memperlakukan istri dengan baik. 3. Persamaan dan persaudaraan antar manusia harus ditegakkan. 3. Gigih dan istiqamah dalam berjuang Nabi Muhammad SAW dan para sahabatnya mendapatkan perlawanan dan tekanan yang sangat berat dari kaum kafir Quraisy Mekkah dan orang-orang Yahudidalam mensyi’arkan dakwah Islam di Madinah. Bahkan, ada beberapa peperangan yang dilalui Nabi Muhammad SAW dan para sahabat seperti perang Badar, Uhud dan Khandaq, ketika mereka berada di Madinah. Meskipun kaum Muslim di Madinah masih sangat minim dan kekuatan mereka tidak seimbang dibanding kekuatan kaum kafir Quraisy yang begitu besar, baik dalam hal jumlah tentara maupun persenjataan, namun semangat juang mempertahankan agama dan dakwah Islam tetap kokoh tak tergoyahkan dalam jiwa-jiwa mereka. Akhirnya kaum Muslim di Madinah mampu mengimbangi kekuatan kaum kafir di Mekkad dan orang-orang Yahudi di Madinah. E. Hubungan Antara Misi Nabi Muhammad Di Madinah Dengan Perkembangan Masyarakat Islam Masa Sekarang Keterkaitan antara misi dakwah Nabi Muhammad SAW dengan perkembangan masyarakat Islam sekarang dapat kita lihat dari beberapa aspek, antara lain : 1. aspek politik pemerintahan. 2. aspek sosial kemasyarakatan. 3. aspek ekonomi. 1. Aspek Politik Pemerintahan Nabi Muhammad SAW selain menjadi pemimpin agama, beliau juga menjadi pemimpin pemerintahan. Dalam kepemimpinannya, beliau mengedepankan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi dan keluarganya. Selain itu, beliau juga menggunakan sistem musyawarah atau demokrasi dan berlaku adil dalam memutuskan suatu perkara di masyarakat dengan tidak membedakan golongan, suku bahkan perbedaan agama. Sistem musyawarah atau demokrasi ini selanjutnya banyak dipakai oleh berbagai negara, termasuk oleh negara kita Indonesia. Sebagai contoh negara kita memberlakukan kebebasan berpendapat, menghargai dan toleran terhadap semua agama yang dianut oleh masyarakat. Akan tetapi, apabila kita lihat kenyataan sekarang ini banyak di antara para pemimpin negara, terutama negara berpenduduk mayoritas Muslim, tidak mampu melaksanakan sistem musyawarah secara maksimal sebagaimana yang dilakukan Nabi Muhammad SAW di Madinah. Mereka masih tergantung pada kepentingan pribadi dan golongan sehingga banyak terjadi gejolak di masyarakat. Kenyataan ini membuktikan bahwa para pemimpin Muslim di berbagai negara kurang memahami dan kurang meneladani sifat dan sikap kepemimpinan Nabi dalam membangun masyarakat. 2. Aspek Sosial Kemasyarakatan. Penduduk Muslim Madinah pada masa kepemimpinan Nabi Muhammad SAW memiliki rasa persaudaraan dan persatuan yang kuat. Mereka tidak membedakan antara kaum Muhajirin dan kaum Anshar, bahkan tidak membeda-bedakan rasa persatuan dengan penganut agama lain. Rasa persaudaraan sesama Muslim di Madinah tercermin dalam kehidupan sehar-hari, di antara mereka tidak ada perselisihan ataupun permusuhan. Jika ada salah satu warga Muslim yang sakit, maka Muslim lain menjenguknya. Begitu juga jika ada Muslim yang tidak mampu mencukupi kebutuhan sehari-hari, maka Muslim lain yang mampu membantunya dengan penuh rasa ikhlas. Selain itu, budaya silaturahmi merupakan kebiasaan yang tertanam dalam warna kehidupan penduduk Muslim Madinah Apabila dikaitkan dengan kehidupan masyarakat Muslim sekarang ini, khususnya di Indonesia, dapat kita jumpai berbagai tradisi yang mencerminkan kebudayaan yang berkembang pada masa Nabi Muhammad di Madinah, Seperti : 1.Tradisi silaturahmi. 2.Tradisi gotong royong dalam membangun sarana ibadah atau masjid. 3.Tradisi menjenguk orang sakit dan membantu orang yang terkena musibah. 3. Aspek Ekonomi. Pada tahun-tahun awal, pemerintahan Islam di Madinah hampir tidak memiliki sumber memasukan ataupun pengeluaran. Seluruh tugas pemerintahan dilaksanakan kaum muslimin secara bergotong royong dan sukarela. Mereka memperoleh pendapatan dari bebagai sumber yang tidak terikat. Akan tetapi ketika masyarakat Muslim Madinah sudah tentram dan kuat, maka pada waktu itu kewajiban membayar zakat dan pajak mulai dijalankan sebagai sumber pendapatan negara. Pajak pada masa itu dipungut semata berdasarkan standar cukup atau berdasarkan kadar kebutuhan negara. Dalam memajukan ekonomi masyarakat di Madinah, Rasulullah menerapkan sistem koperasi. Sistem ekonomi ini dimaksudkan untuk membantu penduduk Muslim di Madinah yang miskin dan lemah. Masyarakat Muslim Madinah yang rata-rata berprofesi sebagai pedagang dan petani sangat antusias dan menerima dengan senang hati ajakan Nabi Muhammad SAW tersebut. Akhirnya para pedagang dan petani Muslim dengan kesadaran sendiri mau mengeluarkan zakat dan pajak demi terwujudnya masyarakat Madinah yang maju secara ekonomi. Di samping ajakan untuk membayar zakat dan pajak, Nabi Muhammad SAW juga melarang masyarakat Muslim Madinah melakukan praktek riba dan penipuan dalam melakukan kegiatan ekonomi. Apabila dikaitkan dengan perkembangan masyarakat Muslim sekarang, ajakan-ajakan Nabi Muhammad SAW di bidang ekonomi tersebut ternyata masih berjalan dan dapat kita jumpai di berbagai negara berpenduduk mayoritas Muslim. Sebagai contoh, kewajiban membayar zakat, khususnya zakat fitrah, masih rutin dilakukan oleh sebagian besar masyarakat Muslim. Akan tetapi, banyak juga kita jumpai di masyarakat Muslim sekarang yang masih mempraktekkan sistem riba dalam kegiatan ekonomi, khususnya perdagangan. Banyak di antara para pedagang yang terlalu tinggi mengambil keuntungan sehingga merugikan pembeli. Perilaku-perilaku yang tidak sesuai dengan ajaran Al-Qur’an dan ajaran sunnah Nabi ini membuktikan bahwa masih banyak orang-orang Muslim sekarang yang tidak mengenal perilaku dan akhlak Nabi Muhammad SAW.