Document

advertisement
ISSN: 2805-2754
KETELADANAN RASULULLAH
(Prespektif Sosial Politik)
(Telaah Pustaka)
Oleh
Daryanto*)
*)Dosen Tetap Akademi Keperawatan Mamba’ul ‘Ulum Surakarta
ABSTRAK
Pemikiran politik merupakan produk perdebatan besar yang berfokus pada masalah religi
politik tentang Imamah dan kekhalifahan. Madinah adalah tempat yang dipilih nabi Muhammad
Saw untuk menetap setelah teraniaya di Makkah, pada awal tahun pertama terjadi sedikit
kontroversi mengenai siapa yang pantas mengendalikan kekuatan politik. Dalam teori dan praktek,
nabi menempati posisi yang unik, sebagai pemimpin dan sumber spiritual uandang-undang
Ketuhanan, namun sekaligus juga pemimpin pemerintahan Islam yang pertama. Kerangka kerja
konstitusional pemerintahan ini terungkap dalam dokumen terkenal yang disebut “Konstitusi
Madinah atau Piagam Madinah”.
Dalam dokumen tersebut terdapat langkah pertama dan amat penting bagi terwujudnya
sebuah badan pemerintahan Islam atau Ummah. Menurut piagam itu, konsep suku tentang
pertalian darah digantikan dengan ikatan iman yanga bersifat ideologis. Piagam ini juga
menyuguhkan landasan bagi prinsip saling menghormati dan menghargai antar orang-orang Islam
dan orang-orang yang mengikuti, bergabung dengan dan berjuang bersama mereka. Mereka yang
dimaksud dalam pembukuan itu adalah masyarakat Yahudi Madinah.
Ketika berumur enam tahun ditinggal oleh ibunya kemudian hidup bersama kakeknya,
Abdul Muntholib. Dua tahun kemudian kakeknya juga meninggal, dan kemudian diasuh oleh
pamanya, Abu Talib, seorang saudagar. Rasa kehilangan dalam masa-masa permulaan inilah
yang membuatnya menjadi orang yang perenung dan sensitif. Dia selalu menekankan perlunya
keramahan terutama pada anak-anak yatim, wanita-wanita, kaum lemah dalam masyarakat. Ketika
remaja dia mengembala kambing di padang pasir. Sebuah insiden dalam kehidupan awalanya
menggambarkan bagaimana sikap dia berhadapan dengan perselisian.
Politik dan negara Islam sudah dimulai dirintis di Makkah, tetapi implementasi praksisnya
baru dilakukan di Madinah melalui manufer politik dengan cara mengirim surat ke negara-negara
yang berdaulat, seperti Romawi dan Kisra Persia. Di samping itu, beliau segera mengatur urusan
negara Islam dan menggariskan politik dalam negeri dan luar negeri. Pada tingkat dataran dalam
negeri terdapat kabilah-kabilah yang berbeda dan kelompok-kelompok yang saling bertikai, serta
agama yang berlainan. Kemudian beliau membuat undang-undang pertama di negera ini yang
mengataur kehidupan masyarakat bernegara yang sangat monumental dalam sejarah , yaitu
mempersaudarakan antara orang-orang Muhajirin dan Anshor.
Dengan hikmah dan kepintarannya seperti itu, Rasulullah telah membuktikan keberhasilan
mencanangkan sendi masyarakat yang baru. Tentu saja fenomena ini memberikan pengaruh
yanag sangat besar, yang kemudian bisa dirasakan oleh semua anggota masyarakat. Sementara
itu belia juga mengajari, mendidik, membimbing, mensucikan jiwa manusia, menuntun mereka
pada akhlaq yang baik, menanamkan adap kasih sayang. Persaudaraan, kemuliaan, ibadah dan
ketaatan.
Kata Kunci : Keteladanan, Rasulullah dan Sosial Politik
48
JKèm-U, Vol. VI, No. 17, 2014:48-53
A. Pendahuluan
Beberapa mil dari Mekkah ada
sebuah gunung yang suram dan
menakutkan, disebut juga hiro’ yang
menjulang tegak di atas bumi. Gunung
tersebut memiliki permukaan yang curam
dan bergigi menghadap ke arah Mekkah. Di
puncaknya ada tempat ketinggian yang
berbahaya dan ada sebuah gua. Di sinilah
ada peristiwa yang yang luar biasa terjadi
pada abad ke-7. Peristiwa tersebut berpusat
pada Muhammad Ibnu Abdullah (anak dari
Abdullah), yang biasa mengasingkan diri dari
hiro’ bermeditasi selama Ramadhan.
Pada tahun 610 M, ketika dia
berumur kira-kira 40 tahun, dia mendengar
suara Malaikat Jibril (Gabriel). Malaikat itu
memeritahkanya membacakan beberapa
ayat-ayat suci al-Qur’an. Al Qur’an telah
diwahyukan; dunia untuk selanjutnya akan
mengenal sosok Muhammad sebagai nabi
agama Islam atau penutup para nabi-nabi.
Setiap kali umat Islam berbicara atau
menulis nama nabi Muhammad, biasanya
menambahkan, “semoga damai dan rahmat
Allah atasnya” (peace be upon him) atau
terjemahan arabnya “Sallahu ‘alaihi
wasallam” yang biasa disingkat ‘Saw’.
(Akbar,2013:2)
Nabi Muhammad adalah anggota
bani Hashim, salah satu klan dari suku
Quraisy terkuat yang mendominasi Mekkah,
pusat perdagangan utama di Jazirah Arab.
Mekkah adalah sebuah daerah yang terdiri
dari padang pasir dan gunung, di mana suku
Badui
menjadi
pengembara
dan
penggembala menempuh kehidupan yang
sulit. Kebiasan sosial mereka mencerminkan
situasi ekologis yang dalam arti sosiologigis
membantu membentuk mereka. Keluarga
besar atau klan adalah inti masyarakat.
Beberapa klan membentuk suatu suku.
Masing-masing suku dipimpin oleh seorang
kepala yang primus interpares, yang terbaik
di antara yang sederajat. Dia dipilh melalui
konsesus di antara teman-teman sebaya.
Aturan suku menyerap dalama masyarakat.
(Akbar,S Ahmed, 2003:22)
Secara umum dan mencermati
perjalan sejarah bisa merupakan hal yang
penting, karena dari masa lalu kita bisa
melihat masa kini dan memprediksi masa
depan. Dan barangkali ini merupakan salah
satu kebenaran dari klaim sejarawan bahwa
“history is the mother of all knowledge”.
Secara khusus bagi umat Islam
melihat sejarah adalah suatu aktifitas yang
berlandasakan nash “Maka apakah mereka
tidak berjalan di muka bumi, lalu mereka
memperhatikan bagaimana akibat orangorang sebelum mereka” (Q.S;40:82).
Pemikiran politik Islam pada
umumnya merupakan produk perdebatan
besar yang berfokus pada masalah religi
politik tentang Imamah dan Kekholifahan. Di
Madinah adalah tempat yang dipilih Nabi
Muhammad Saw untkmenetap setelah
teraniyaya di Mekkah, dimana pada masa
tahun pertama terdapat sedikit kontroversi
mengenai siapa yag pantas mengendalikan
kekuatan politik. Dalam teori dan praktek,
Nabi menempati posisi yang unik yakni
sebagai pemimpin dan sumber spiritual
undang-undang
Ketuhanan,
namun
sekaligus pemimpin pemerintahan Islam
yang pertama. Kerangka kerja konstitusional
pemerintahan ini terungkap dalam sebuah
dokumen terkenal yang disebut “Konstitusi
Madinah” atau “Piagam Madinah”.
Dalam dokumen tersebut terdapat
langkah pertama dan amat penting bagi
terwujudnya sebuah badan pemerintahan
Islam atau Ummah. Menurut piagam itu,
konsep suku tentang pertalian darah
digantikan dengan ikatan iman yang bersifat
ideologis. Piagam ini juga menyuguhkan
landasan bagi saling menghormati dan
menghargai antar orang-orang Islam dan
orang-orang yang mengikutinya, bergabung
dengan dan, berjuang bersama dengan
mereka. Mereka yang dimaksud dalam
pembukuan piagam itu adalah masyarakat
Yahudi madinah.(Kholid Ibarahim,1998:3).
Namun sering muncul pertanyaan:
Apakah dalam Islam benar-benar terdapat
sistem politik? Apa Landasan ideologi ini?
Apa dasar dan prisip yang digunakan?
Selanjutnya pembahasan ini lebih
menitikberatkan pada persoalan-persoalan
politik, sebagai implementasi wahyu sebagai
Keteladanan Rasulullah .........................................................
49
landasan awal dalam menyikapi persoalan
yang muncul ketika itu.
B. Kehidupan Sosial Rasulullah Saw
Lebih dari tokoh religius terdahulu –
Isa, Musa atau Ibrahim - Nabi Muhammad
menjalani hidupnya dalam terang cahaya
sejarah. Dia bukan tokoh mitologis maupun
tokoh setengah dewa, tetapi manusia yang
hidup seperti kebayakan orang lainnya.
Keberhasilan, kegembiraan, kesakitan,
kelemahlembutan, simpati, rasa kasihan –
kemanusiaannya
akan
membantu
menjelaskan mengapa bagi umat Muslim dia
benar-benar Isan Kamil, pribadi yang
sempurna.
Pada masa muda nabi Muhammad,
agama berarti banyak dewa-dewi, sering
dipuja melalui pohon-pohon dan batu-batu.
Selagi aturan-aturan suku mendorong
gagasan
muruwwa,
persaudaraan
persukuan, yang merupakan pemujaan
terhadap heroisme kesukuan, perlakuan
terhadaap wanita buruk sekali. Pembunuhan
terhadapa wanita adalah hal yang biasa.
Masyarakat di amabang anarkis dan
kekacauan. Periode ini terkenal sebagai
Jahiliyyah atau zaman kebodohan.
Nabi Muhammad lahir pada hari
senin pagi, tanggal 9 Rabi’ul Awwal,
permulaan dari peristiwa gajah, dan empat
puluh tahun setelah kekuasaan Kisra
Anusyirwan, atau bertepatan dengan tanggal
20 atau 22 bulan april tahun 571 M di
Mekkah. Ayahnya telah meninggal beberapa
minggu sebelumnya. Karena sudah menjadi
kebiasaan bagi bayi-bayi yang baru lahir
disusui oleh ibu angkat, mula-mula nabi
Muhammad diasuh oleh seorang wanita
Badui, Halimah. Hubungan ini telah
memberikan tempat istimewa bagi Halimah
dalam kasih sayang dan cerita rakyat
muslim. (Syaikh Muham Ali, 200:75)
Ibu Muhammad meninggal ketika
dia berumur enam tahun dan kemudian dia
hidup denga kakeknya, Abdul Muntholib.
Hanya dua tahun kemudian kakeknya juga
meninggal dunia, dan kemudian diiasuh oleh
pamannya, Abu Talib, seorang saudagar.
Rasa kehilangan dalam masa-masa
50
permulaan inilah yang membuatnya menjadi
perenung dan sensitif. Dia selalu
menekankan perlunya keramahan terutama
terhadap anak-anak yatim, wanita-wanita,
kaum lemah di dalam masyarakat. Ketika
remaja dia mengembala kambing di padang
pasir. Sebuah insiden dalam kehidupan
awalnya mengungkapkan bagaimana sikap
dia berhadapan dengan perselisihan. Para
peziarah berkumpul untuk mengagumi batu
hitam yang disimpan di dalam Ka’bah,
tempat suci yang dijaga oleh kaum Quraisy.
Orang-orang saat itu percata bahwa batu
hitam tersebut datang dari surga dan
merupakan suatu tanda ketuhanan. Setelah
kedatangan Islam, Ka’bah yang merupakan
bangunan sederhana yang berbentuk kubus,
sekarang ditutupi dengan kain berwarna
hitam dan berlapis emas, akan dianggap
oleh umat Islam sebagai rumah Tuhan
pertama di bumi ini, dibangun oleh nabi
Adam dan kemudian dibangun kembali oleh
Ibarahim dan anak laki-lakinya Islmail. Tapi
kemudian orang-orang Arab dijadikan
sebagai tempat berhala dan memuja
berhala-berhala tersebut.
Pada suatu tahun, hujan lebat telah
merusak dinding Ka’bah. Diperlukan banyak
perbaikan dan empat suku utama di Mekkah
berbagi kerja. Pekerjaan tersebut berhasil
tanpa suatu halangan sampai waktu untuk
menempatkan
kembali batu hitam.
Kemudian terjadilah perbedaan yang
merefleksikan
kekhasan
masyarakat
kesukuan dan pikiran-pikiranya tentang
penghargan. Suku yang mana yang akan
mendapat kehormatan meletakkan batu
tersebut di tempatnya.
Jika masalah tersebut tidak
dipecahkan secara damai, dapat memicu
perang suku. Untuk mencegah ini terjadi
seorang lelaki tua mengajukan ususlan.
Merek akan menyerahkan peretolongan para
dewa-dewa; orang pertama yang pertama
kali berjalan melalui gerbang kuil esok
harinya akan diminta memecahkan
perselisihan tersebut. Orang pertama
tersebut adalah Muhammad. Ketika masih
seorang laki-laki muda nabi Muhammad
terkenal dan dihormati dengan kejujuranya –
JKèm-U, Vol. VI, No. 17, 2014:48-53
di mana dia dipanggil al –Amin, “orang yang
terpercaya”. Solusinya terhadap persoalan
tersebut ternyata sederhana. Ia mengambil
sebuah jubah, dia membentangkannya di
tanah. Batu hitam tersebut diletakkan di atas
jubah tersebut kemudian pemimpinpemimpin dari masing-masing suku
memegang empat sudut jubah tersebut.
Dengan memegang kuat-kuat, mereka
mengangkat batu tersebut dan kemudian
nabi
Muhammad
memasangnya
ditempatnya. (Mahmed, 2003:73)
Pada sisi yang lain, ada hal yang
menimbulkan kritikan dari orang-orang yang
tidak suka terhadap Islam dan nabi
Muhammad, yakni tentang pernikahan
beliau. Pernikahan tersebut sering disebut di
abad pertengahan sebagai bukti keadaan
hawa nafsu Nabi yang berkobar. Di Eropa
hal tersebut membantu menciptakan image
yang kuat berhubungan dengan spiritualitas
dan ketertapaan Jesus yang tidak pernah
menikah. Tapi justru manakala diteliti secara
jeli terhadap pernikahan itu akan
menghilangkan tuduhan tersebut. Nabi
Muhammad menikahi Khotijah, sebagaimana
kita tahu lebih tua 15 tahun, dan menempuh
kehidupan monogami yang bahagia
dipandang dari berbagai aspek hingga
kematiannya pada tahun 619. Tidak ada
tanda-tanda perilakua yang tidak patut
selama periode ini.
Nabi Muhammad melakukan dua
belas
pernikahan
setelah
Khatijah.
Kebanyakan istri-istrinya berumur 40 dan 50
tahun, bercerai, lebih dari sekali, dan
mempunyai keturunan dari suami-suami
sebelumnya ketika nabi menikahi mereka.
C. Tinjauan Politik Periode Makkah
Politik atau siyasah bukan perkara
baru dalam khasanah Islam. Politik lahir
bersamaan dengan dimulainya pembelaan
dan penyebaran Islam, baik pada periode
Mekkah maupun Madinah. Rasulullah dan
para sahabat telah mempraktikkan kehidupa
bernegara secara sesungguhnya dalam
rangka pemeliharaan agama, baik yang
berkaitan dengan kehidupan akhirat maupun
dunia karena Islam secara sitematik tidak
memisahkan kedua dimensi ini. Haya saja,
titik tekan antara yang satu dengan yang
lainnya tidaklah sama. Setelah Rasulullah
wafat, politik bergulir bagaikan bola salju,
terus membesar,
sehingga banyak
persoalan politik yang menimbulkan korba
dari kalangan sahabat, Usman bin Affan dan
Ali bin Abi Thalib adalah beberapa di
antaranya. Fikih siyasah adalah persoalan
fikih yang muncul paling awal dalam
kehidupan politik dari zaman ke zaman.
Dengan demikian, siyasah atau politik
sungguh sudah berurat berakar sejak tradisi
Islam klasik.
Politik dan negara Islam sudah
dirintis semenjak di Mekkah, tetapi
implementasi persisnya baru dilakukan di
Madinah melalui manufer politik dengan cara
mengirim surat ke negara-negara lain yang
berdaulat, seperti Romawi dan Kisra Persia,
bahkan dengan mengirim utusan yang
dibarengi oleh para sahabat yang Hijrah
untuk pertama kalinya ke Habasyah, yaitu
pada tahu ke-5 H. (Anshori,1995:135).
Keberadaan Rasulullah di Mekkah belum
menampilkan dirinya sebagai kepala negara
yang utuh karena memang pada saat itu
belum mempunyai daerah teritorial yang
jelas, pemerintahan yang tetap dan rakyat
yang menggambarkan sebagai suatu
pemerintahan.
D. Tinjauan Politik Periode Madinah
Langkah pertama yang dilakukan
Rasulullah Saw adalah membangun Masjid.
Tepat di tempat menderunya unta itulah
beliau memerintahkan untuk membangun
masjid. Kemudian beliau membeli tanah
tersebut dari dua anak yatim yang menjadi
pemilikya. Belia terjun langsung dalam
pembagunan masjid itu, memindahkan bata
dan bebatuan, seraya bersabda, “Ya Allah,
tidak ada kehidupa yang lebih baik kecuali
kehidupa akhirat. Maka ampunilah orangorang Ashor dan Muhajirin”. Masjid saat itu
buka sekedar tempat sholat semata, tapi
juga merupakan sekolahan bagi orang-orang
Muslim untuk meerima pengajar Islam da
bimbingaanya, sebagai balai pertemuan dan
tempat untuk mempersatukan berbagai
Keteladanan Rasulullah .........................................................
51
unsur kekabilahan dan sisa-sisa pengaruh
perselisihan semasa Jahiliyyah, sebagai
tempat untuk mengatur segala urusan dan
sekaligus sebagai gedung parlemen pusat
informasi dan bermusyawaroh di mana kaum
muslimin mengadakan pembicaraan tentang
berbagai
hal.
Tempat
mempelajari
persoalan-persoalan sosial, ekonomi, dan
politik yang mereka sedang hadapi dalam
menjalankan roda pemerintahan. Pada masa
awal hijrah itu juga disyariatkan adzan,
sebuah seru yang menggema di angkasa,
lima kali setiap harinya, yang suaranya
memenuhi pelosok. Kisah mimpi Abdullah
bin Zaid bin Abdi Robbah tentang adzan ini
sudah cukup dikenal. (hajar Asqalany hal.15)
Di samping itu, setelah Rasulullah
menginjakkan kaki di Madinah, beliau segera
mengatur urusan negara Islam dan
menggariskan politik dalam negeri dan luar
negeri. Pada tingkat dataran dalam negeri
terdapat kabilah-kabilah yang berbeda dan
kelompok-kelompok yang saling bertikai,
serta agama yang berlainan. Di sana
terdapat golongan Aus dan Khuzraj yang
sebagiannya adalah orang-orang muslim, di
samping ada orang-orang munafik. Selain itu
di sana juga terdapat suku-suku Yahudi,
utamanya Yahudi Bani Qunaiqa, Bani
Nadzir, dan Bani Quraizhah, juga terdapat
sekelompok orang-orang musyrik.
Negara
Islam
dimulai
dan
memperoleh kematangannya di Madinah. Di
kota inilah Rasulullah menampilkan dirinya
sebagai seorang pemimpin negara, memiliki
pemerintahan yang mandiri dan negara yang
berdaulat sehingga dapat memerintah
seluruh rakyat Madinah, baik muslim
maupun non muslim, serta mengadakan
hubungan internastional.
Pada masa pemerintahan ini,
Rasulullah mulai menegaskan pelaksaan
hukum, baik pidana maupun perdata
sehingga rakyat merasa tenang dan
tenteram karena dilindungi hak-haknya. Saat
itu telah dibuat undang-undang pertama di
negara itu yang mengatur kehidupan
masyarakat bernegara yang sangat
monumental dalam sejarah, yaitu usaha
mempersaudarakan antara oarang-orang
52
Muhajirin dan Anshor yang terkenal dengan
piagam Madinah. (Abdurahman,2002:5)
Ibnu
Qoyyim
menuturkan,
“Kemudian Rasulullah mempersaudarakan
antara orang-orang Muhajirin dan Anshor di
rumah Anas bin Malik. Mereka yang
dipersaudarakan ada sembilan puluh orang,
separoh dari Muhajirin dan separoh dari
Anshor. (Al Mubarkfury,2000:248)
Berdasarkan piagam ini secara
tersirat, sudah dapat diketahui sistem politik
Islam atau yang disebut dengan tata negara
Madinah. Hal ini terlihat pada waktu itu
sudah
tampak
sumber
kekuasaan,
pelaksanaan kekuasaan, dasar dan cara
menentukan pemberian kekuasaan, kepada
siapa kekuasaan itu dipertanggungjawabkan,
dan dalam bentuk apa tanggungjawab itu.
E. Langkah Politik Luar Negeri
Sejak awala kedatanganya di
Madinah, Rasulullah telah
memberi
perhatian pada pembentukan pasukan Islam
yang kuat dan terlatih yang dapat melindungi
negara baru ini, serta menjadi benteng bagi
para juru dakwah Islamiyah diluar Madinah.
Oleh sebab itu Nabi mengirim personil
pasukan Islam ke Jarish untuk belajar
membuat kereta. Upaya ini menghasilkan
buah karena mereka mampu kereta yang
kemudian digunakan untuk mengepung
Thaif. Sedang pada tingkat internal, nabi
mulai mengirim beberapa duta dan utusan
kepada beberapa raja dan pemimpin negeri
lain untuk mengajak masuk Islam, seperti
surat kepada Kaisar Ramawi dan lain
sebagainya.
Perlu ditegaskan juga bahwa, nabi
sebelum meninggal telah meletakkan fondasi
dan pilar-pilar negara Islam di jazirah Arabia.
Hanya
beberapa
tahun
setelah
membersihkan kaum Yahudi dari Madinah
dan daerah-daerah sekelilingnya seperti
yahudi Khaibar dan Taima. Nabi juga
berhasil menaklukkan benteng kemusyrikan
yang sengit memusuhi Islam pada tahun ke
delapan Hijriyah dan pada tahun ke sembilan
hijriyah Jazirah Arabia telah tunduk di bawah
kekuasaan dan menjadi wilayah negara
Islam.
JKèm-U, Vol. VI, No. 17, 2014:48-53
F. Kesimpulan
Dengan hikmah dan kecerdasannya
seperti ini, Rasulullah telah berhasil
mencanangkan sendi masyarakat yang baru.
Tentu saja fenomena ini memberikan
pengaruh spiritual yang sangat besar, yang
bisa dirasakan oleh setiap anggota
masyarakat,
karena mereka menjadi
pendamping Rasulullah. Sementara itu,
beliau sendiri mengajari, mendidik,
membimbing, mensucikan jiwa manusia,
menuntun mereka pada akhlaq yang baik,
menanamkan
adab
kasih
sayang,
persaudaraan, kemuliaan, ibadah dan
ketaatan.
Ada seorang yang bertanya kepada
beliau, “Bagaimanakah Islam yang paling
baik itu?” beliau menjawab, “Hendaklah
engkau memberi makan, mengucapkan
salam kepada siapapun yang engkau kenal
maupun yang tidak engkau kenal”
(Diriwayatkan Bukhory). Pada riwayat yang
sama juga disebutkan, “Seseorang di antara
kalian tidak disebut beriman sehingga dia
mencintai saudaranya sebagaiamana dia
mencintai dirinya sendiri”.
Dengan cara seperti ini Rasulullah
mampu membangun sebuah masyarakat
yang mulia lagi mengagumkan yang dikenal
sejarah. Beliau juga mampu mencari cara
pemecahan dari berbagai problem yang
muncul di tengah-tengah masyarakat, yang
bisa dinikmati manusia setelah keletihan
dalam kungkungan kegelapan.
Dengan gambaran spiritual yang
mengagumkan seperti ini, segala aspek
kehidupan sosial bisa menjadi sempurna,
siap menghadapi segala arus zaman
sepanjang sejarah.
Daftar Pustaka
Kholid Ibrahim Jindan. Teori politik Islam
(Telaah Kritis Ibnu timiyah Tentang
Pemerintahan Islam), Risalah
Gusti,1995
Akabar S. Ahmed, Rekontruksi Sejarah
Islam di Tengah Pluralitas Agama
dan Peradaban, Fajar Pustaka,
2003
Salim Ali Al Bahnsawi, Wawasan Sistem
Politik
Islam,
Pustaka
Al
Kautsar,1995.
Dale F.Eickelman James Piscatori, Ekspresi
Politik Islam. Penerbit Mizan, 1998
M.Abdul Qadir Abu Fariz, Sistem politik
Islam, Rabbani Press,2000
M. Abdurrahman, Dinamika Masyarakat
Islam Dalam Wawasan Fiqih,
Remaja Rosda,2002
Syaikh Syafiyyur Rahman Al Mubarakfury,
Pustaka Al kautsar,1997
Azyumardi Azra, Menuju Masyarakat
Madani, Remaja Rosda Karya,
2000
Kitab Kutubus Sittah, Imam Al Bukhori
Muslim
Keteladanan Rasulullah .........................................................
53
Download