٤٨ BAB IV TINJAUAN HUKUM ISLAM TERHADAP PENGELOLAAN SISTEM PERTAHANAN NEGARA, MENURUT UU RI No. 3 TAHUN 2002 A. Tinjauan Islam terhadap Pertahanan Negara Dan Pengelolaan Sistem Pertahanan Negara. Sesungguhnya dalam Islam, peperangan yang dilancarkan tidak semata-mata untuk menyebarkan dakwah Islam, akan tetapi lebih tepat untuk dikatakan melindungi agama dan keutuhan tata tertib. Pengukuhan sistem keadilan dan peradaban, penumpasan kedzaliman, adat istiadat liar dan kecurangan yang keji. Dakwah yang mulia dan lurus selalu menjauhkan dirinya dari berbagai tingkah laku buruk tersebut. Karena ia lebih agung dan mulia.1 Piagam Madinah, yang disepakati oleh kalangan penduduk Madinah sebagai konstitusi negara Madinah dari semua golongan,2 mengenai prinsip pertahanan, adalah segenap rakyat Madinah berhak mempertahankan kedaulatan negara Madinah yang setiap saat bisa diancam oleh musuh-musuh dari dalam dan luar, dan kedua, menciptakan rasa aman bagi Nabi dan pengikutnya untuk kepentingan pengembangan pengaruh Islam di Jazirah arab. 1 As Syaikh Khalil Yasien, Muhammad Di mata Cendekiawan Barat, cet.III, Gema Insani Press, Jakarta, 1991, hlm.72. 2 J. Suyuti Pulungan, Prinsip-prinsip Pemerintahan Dalam Piagam Madinah, Ditinjau Dari Pandangan Al-Qur'an, Ed.I, Cet.II, Jakarta : Raja Grafindo Persada,1996, hlm.125. ٤٩ Ketetapan yang menuntut segenap warga Madinah berpartisipasi dalam mewujudkan pertahanan dan keamanan intern kota Madinah, dan bekerjasama memikul beban bila mereka menghadapi musuh bersama, adalah tuntutan yang wajar dan obyektif. Sebab mereka semua menghendaki terciptanya situasi dan kondisi yang aman dan tentram. Dalam Piagam Madinah mencakup hakikat jaminan sosial yang dimunculkan Islam dan non Islam di bawah naungan sistem Piagam Madinah.3 Untuk mewujudkan ketentraman dan keamanan bukan hanya tanggung jawab satu pihak, melainkan juga tanggung jawab semua pihak untuk kemashlahatan bersama,4 sehingga setiap pemimpin negara atau khalifah mempunyai kewajiban melindungi negaranya dari serangan negara-negara besar (koloni), menolak campur tangan kekuasaan dari pengaruh negara asing agar kesejahteraan masyarakat terpenuhi dalam berinteraksi dengan masyarakat lainnya dalam negeri itu sendiri.5 Ketetapan piagam yang manggariskan adanya kerjasama antara orangorang mukmin dan yahudi di bidang pertahanan dan keamanan, sejalan dengan jiwa dan esensi ketentuan Al-Qur'an ; ﺨ ِﺮ ُﺟ ْﻮ ﹸﻛ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ِﺩَﻳﺎ ِﺭ ﹸﻛ ْﻢ ﹶﺍ ﹾﻥ ْ ﷲ َﻋ ِﻦ ﺍﱠﻟ ِﺬْﻳ َﻦ ﹶﱂ ُْﻳ ﹶﻘﺎ ِﺗﹸﻠ ْﻮ ﹸﻛ ْﻢ ِﻓﻲ ﺍﻟ ﱢﺪﻳ ِﻦ َﻭ ﹶﱂ ُﻳ ُ ﹶﻟﺎﻳَـْﻨﻬ ﹸﻜ ُﻢ ﺍ (٨ : ﺴ ِﻄْﻴ َﻦ )ﺍﳌﻤﺘﺤﻨﺔ ِ ﺐ ﹾﺍ ﹸﳌ ﹾﻘ ﺤ ﱡ ِ ِﺍ ﱠﻥ ﺍﷲَُ َﻳ. ﺴ ﹸﻄ ْﻮﺍ ِﺍﹶﻟْﻴ ِﻬ ِﻢ ِ َﺗَﺒ ﱡﺮ ْﻭ ُﻫ ْﻢ َﻭُﺗ ﹾﻘ 3 Dr.M.Sa'id Ramadhan Al-Buhy, Fiqih Jihad, Judul Asli : al-Jihad fi al-Islam Kaifa Nafhamuhu ? Wa Kaifa Numarisuhu ?, cet.I, Pustaka An-Naba', 2001, hlm.86. 4 Ibid, hlm. 174. 5 Abdul Qodir Udah, al-Islam wa aw Dla'na al-siyasah, Cet IX Lebanon : al-Risalah, 1997, hlm.247. ٥٠ Allah tiada melarang kamu berbuat baik dan berlaku adil terhadap orangorang yang tiada memerangimu karena agama, dan tidak (pula) mengusir kamu dari negerimu. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil.(Q.S. Al-Mumtahanah :8)6 Menurut Prof.A.Hasjmy,7 Nabi dalam mengajarkan pertahanan dan peperangan adalah untuk membela kemerdekaan berpikir dan menegakkan sendi perdamaian, di dalam perang, jiwa dan harta orang-orang lemah dan tiada bersalah dipelihara, orang-orang sakit dan orang yang luka diobati, orang-orang terbunuh tidak dianiaya, bahkan dikuburkannya. Sedangkan yang mengorbankan perang, bukanlah maksud-maksud pribadi, bukan fanatik kebangsaan, bukan loba benda, bukan monopoli ekonomi dan bukan pula nafsu penjajahan. Hal ini terjadi ketika, Nabi mengepung kota Mekkah, untuk menaklukkan kota tersebut. Pada waktu mengenai aturan pengangkatan senjata masih belum ada ketentuan, Nabi Muhammad mendengar seorang kapten tentara menyanyikan lagu "Inilah hari mengalirnya darah, kita akan bertindak tanpa rasa belas kasihan", Nabi Muhammad segera mangambil bendera dari tangan kapten tersebut, karena ia berhak melakukan itu atas dasar kekuasaannya, dan menyerahkan bendera tersebut kepada seorang lainnya yang bersikap damai, sambil menasehati tentaranya agar jangan mengangkat senjata sebelum diserang.8 6 DEPAG RI, Al-Qur'anul Karim Dan Terjemahnya, Semarang : Karya Toha putra, hlm.439. 7 Prof.A.Hasjmy, Nabi Muhammad Sebagai Panglima Perang, Jakarta : Mutiara Sumber Widya, 1997, hlm.142. 8 Prof.Dr.Marcel.A.Boisard, L' Humanisme Prof.Dr.H,M.Rasjidi, Cet.I, Jakarta : Intermasa, hlm.278. De L' Islam, Alih bahasa, ٥١ Konsekuensi prinsip ketahanan dalam Piagam Madinah, dibuktikan oleh ummatnya dan penduduk Madinah, ketika dikepung oleh ribuan tentara dari Mekkah, yang terkenal dengan perang Khandak (parit). Dimana Nabi Saw dan pengikutnya membuat pertahanan parit untuk melindungi pusat mata air, yang diprakarsai oleh Salman Al-Farisy. Nabi Muhammad membentuk parit tersebut untuk menghalau pasukan lawan. Pasukan Muhammad dilindungi oleh lava yang mengalir dari selatan dan barat, dan hanya terbuka di utara. Dalam dua minggu orang Mekkah tetap berusaha bertahan, ketika mencoba meliwati parit hasilnya kurang memuaskan. Mereka kesulitan dalam menangani pasukannya yang beraneka ragam dan selanjutnya menarik kembali pasukannya, penarikan diri ini menandai kegagalan orang Mekkah untuk mengusir Nabi Muhammad. Setelah kegagalan pengepungan, posisi Muhammad di Madinah atau juga di mata para pengembara semakin menguat.9 Menurut Taqiyuddn An-Nabhani, Negara Islam harus mempunyai departemen dan keamanan dalam negeri, yang berfungsi mengurus semua urusan yang berkaitan dengan keamanan. Departemen ini juga bertugas menjaga keamanan dalam negeri, dengan mempergunakan angkatan bersenjata. Dimana polisi di jadikan unsur utama untuk menjaga keamanan Oleh karena itu setiap saat boleh meminta bantuan kepada polisi, ketika 9 William Montgomory Watt, Butir-butir Hikmah Sejarah Islam, Alih bahasa, Ua Abung, Ed. I, Cet. I, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.26. ٥٢ dibutuhkan. Dan perintah departemen tersebut harus seketika itu juga dilaksanakan.10 Jika masalah yang di hadapi tersebut membutuhkan tentara, maka departemen tersebut harus menyampaikan masalah itu kepada khalifah. Dan khalifah memerintahkan tentara untuk membantu departemen keamanan tersebut. Dalam UU RI nomor 3 tentang pertahanan negara bab IV pasal 12, pengelolaan sistem pertahanan negara adalah salah satu fungsi pemerintahan yang di tujukan untuk kepentingan nasional dan mendukung kebijakan nasional dibidang pertahanan. Sedangkan pasal 13 ayat 1, presiden berwenang dan bertanggung jawab dalam pengelolaan sistem pertahanan negara, kemudian pasal 15 ayat 1, dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan, presiden akan dibantu oleh Dewan Pertahanan Nasional. Maka pasal 15 ayat 2, Dewan Pertahanan Nasional, berfungsi sebagai penasihat presiden dalam menetapkan kebijakan umum pertahanan dan pengerahan segenap kmponen pertahanan negara.11 Pasal-pasal tersebut menunjukkan bahwa pengelolaan pertahanan negara sebanding dengan pendapat Taqiyudin An-Nabhany menurut pandangan Islam, yang harus bersumber pada Khalifah atau presiden. Hal ini pernah dilakukan nabi Muhammad yang dapat menguasai kota Madinah, Mekkah, Tayma, Janad, Yaman, Najran,, Bahrayn, Uman dan Hadra Maut. Dengan ibu kota Madinah secara langsung berada dibawah kekuasaan Nabi, dengan pola pertahanan dan keamanan negara, sedang propinsi lainnya 10 Taqiyuddin An-Nabhani, Sistem Pemerintahan Islam, Jakarta : Al-Izzah, 1997, 11 UU RI Nomor 3 Tahun 2002, Cet I, Jakarta : Sinar grafika, hlm.12. hlm.195. ٥٣ di kuasakan kepada seorang gubernur yang bergelar "wali". Wali-wali ini diangkat oleh Nabi dan mempertanggung-jawabkan tugasnya secara langsung kepada Nabi. Mereka juga menjabat sebagai imam shalat, panglima militer, hakim dan sebagai administrator.12 Pada waktu itu belum tersistemkan dengan lembaga-lembaga negara (wilayah), namun prinsip penaggung-jawaban telah dilakukan oleh Nabi, sehingga Nabi juga mengangkat Amil, yakni petugas pengumpul zakat dan sedekah pada tiap-tipa propinsi. Di Madinah, Nabi juga menjabat sebagai hakim atau qadli, sedangkan pada tiap-tiap propinsi di angkat beberapa hakim yang bertanggung-jawab secara langsung kepada Nabi Muhammad. Islam menanggung hak-hak manusia untuk hidup aman, baik dari segi harta dan harga diri, sehingga bentuk-bentuk kekerasan dapat dicegah, kecuali terdapat kesengsaraan dan bahaya yang mengancam dimuka bumi.13 Oleh karena itu, Departemen Pertahanan dan keamanan bertugas menjaga keamananan negara, diantaranya adalah murtad, pembangkang, penyerangan dan perusakan. Seperti perusakan, sabotase instansi-instansi strategis milik negara, serta bertindak menghalang-halangi dengan disertai perampasan milik individu, milik umum atau milik negara. Kemudian pemisahan diri dari negara Islam dengan membawa persenjataan untuk memberontak negara,14 termasuk 12 Prof.K. Ali, Sejarah Islam Dari Awal Hingga Runtuhnya Dinasti Usmani (Tarikh Pramodern), terj, A. Study Of Islamic History, Alih Bahasa, Ghufron.A.Mas'adi, Cet.III, Jakarta ; Raja Grafindo Persada, 2000, hlm.85. 13 Dr.Subkhi Abduh Sa'id, al-Sulthoh wa al-Hurriyyah fi a-Nidhom al-Islami, Dar al-Fikr al-'Arabi,1982, hlm.127. 14 Taqiyuddin an-Nabhani, Op.Cit, hlm. 196. ٥٤ perampokan, menteror penduduk agar menyerahkan hartanya dan menakutnakuti keselamatan jiwa mereka. Hal yang sama dalam kasus ini, tindakan yang mengancam harta benda seperti pencurian, perampasan, perampokan, penggelapan harta atau korupsi, serta tindakan yang mengancam jiwa seperti menuduh berbuat zina,15 berzina dan mempublikasikan kejelekan orang lain. Hal ini menurut Dr. Ahmad Syalabi adalah bahwa pemerintah wajib melindungi rakyatnya dari negara-negara besar, melindungi beberapa pelabuhan, menjaga kawasan negara, menjamin keamanan dalam negeri dengan mengendalikan pemberontak dan menghukum semaksimal mungkin terhadap pencuri dan perampok.16 Keamanan dalam negeri juga berkaitan dengan orang murtad sedangkan yang berkaitan dengan bughat (pembangkang), maka kalau tindakan mereka tanpa menggunakan senjata, misalnya hanya melakukan serangan dan pembakaran dengan cara menteror, mengancam, melakukan sabotase instansi-instansi setrategis, serta memusuhi dan merampas harta benda milik individu, negara dan rakyat, maka departemen pertahanan keamanan cukup meminta bantuan kepada kesatuan polisi untuk menghentikan tindakan-tindakan makar mereka. Apabila kesatuan polisi tidak bisa mengatasi maka departemen tersebut bisa meminta bantuan kepada khalifah untuk memperkuatnya dengan bantuan angkatan bersenjata sehingga benar-benar sanggup menghentikan tindakan-tindakan perusakan dan 15 Banyak para ulama klasik atau modern memaparkan tentang ancaman-ancaman dosa bagi orang-orang yang menuduh zina (hadd al-qodzaf), mencuri (sirqoh), berzina dan pemabuk. Lihat Abi Yahya Zakaria al-Anshary, Fathu al-Wahhab, Semarang : Toha Putra, tt., hlm. 157. 16 Dr. Ahmad Syalabi, al-Siyasah fi al-Fikr al-Islamy, Cet.V, Mesir : Nahdloh Mishriyah, 1983, hlm. 74. ٥٥ pembakaran yang dilakukan oleh para pembangkang yang berusaha memisahkan diri dari negara tersebut.17 Dalam memerangi mereka, Islam menganjurkan dengan cara keadilan dan kesantunan, artinya ketika para pembangkang diberikan peringatan lewat surat dan mereka menolak untuk bergabung kedalam kedaulatan negeri Islam, bahkan ingin memisahkan diri, maka tugas departemen pertahanan harus memerangi mereka, namun apabila mereka bersedia berdaulat di negara Islam, mereka akan dibiarkan, untuk mencegah terjadinya kekerasan (penggunaan senjata). Karena dalam Islam peperangan harus dilandasi kemanusiaan, sekalipun perang itu sendiri adalah kejam, namun Nabi telah meletakkan dasar-dasar kemanusiaan dalam peperangan, atas demikian Nasbi tidak mempebolehkan membunuh bukan tentara (jika terjadi peperangan), bahkan beliau harus mengharuskanb pemeliharaan harta dan jiwa orang-orang yang tidak bersalah.18 Dinilai dari sisi sejarah jelas bahwasanya Nabi selalu mengharapkan perdamaiann dan keadilan kepada ummatnya, walaupun hukum-hukum yang berhubungan dengan pemeliharaan atas tatanan Islam, pertahanan negara atas teretorial dan kemerdekaan ummat Islam,19 juga menunutut terbentuknya sebuah pemerintahan yang kondusif dan sejahtera.20 Sebagai contoh ayat alQur'an : 17 Taqiyuddin an-Nabhani, op.cit, hlm. 197. 18 Prof.A.Hasjmy, loc.cit, hlm.132. 19 Ummat, Komunitas Islam secara keseluruhan, tanpa batasan teretorial dan etnis. 20 Imam Khoemeni, Sistem Pemerintahan Islam, judul asli, Islamic Government, Alih bahasa, Anis Maulachela, Cet II, Jakarta : Pustaka Zahra, 2002, hlm.44. ٥٦ (٦: )ﺍﻷﻧﻔﺎﻝ... َﻭَﹶﺃ ِﻋـ ﱡْﺪ ْﻭﺍ ﹶﻟ ُﻬ ْﻢ َﻣﺎﺍ ْﺳَﺘ ﹶﻄ ْﻌُﺘ ْﻢ ِﻣ ْﻦ ﹸﻗ ﱠﻮ ٍﺓ "Dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang kamu sanggupi"…………….(Q.S. Al-Anfal : 6).21 Ayat di atas, berisi perintah untuk mempersiapkan kekuatan pertahanan bersenjata sekuat mungkin dan memerintahkan kaum muslim untuk selalu siaga, meskipun dalam kondisi damai, sehingga musuh-musuh kalian tidak akan mampu menindas dan melanggar hak dan kalian. B. Tinjauan Islam Terhadap Bela Negara Bagi Warga Negara Bangsa Indonesia yang terdiri atas kepulauan Nusantara, telah menyadari bahwa, secara kodrati memiliki sifat kemajemukan dan kebhinekaan dalam suku, budaya, agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Dari tinjaun sejarah, sejak zaman kedaulatan Sriwijaya dan kerajaan Majapahit telah ada upaya untuk menyatukan wilayah Nusantara, namun selalu kurang mampu menghadapai tantangan zaman dan mempertahankan kejayaan yang telah dicapainya, keadaan demikian menyebabkan penduduk Nusantara berada dalam kondisi pecah belah, sehingga penjajah dapat leluasa mengadakan penindasan selama dari tiga setengah abad. Pengalaman tersebut, menimbulkan semangat kebangsaan yang berkembang melalui kebangkitan Nasional pada tahun 1908, sumpah pemuda yang merupakan sikap dan tekad persatuan dan kesatuan bangsa pada tahun 1928, dan puncak dari wujud perjuangan bangsa yaitu proklamasi 21 Al-Qur'an Dan Terjemahnya, loc,cit, hlm.147. ٥٧ kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Dengan proklamasi tersebut bangsa Indonesia bertekad mengupayakan cita-cita dan tujuan nasionalnya yang telah disepakati bersama tercantum dalam UUD negara kesatuan Rebuplik Indonesia yang disahkan pada tanggal 18 Agustus 1945. Ternyata pada pasca proklamasipun masih terjadi peristiwa pemberontakan, penghianatan, penyelewengan dan invansi Belanda terhadap negara kesatuan Rebuplik Indonesia merupakan tantangan, ancaman, hambatan, dan gangguan (TAHG) harus dihadapai dan ditanggulangi oleh seluruh kemampuan, kekuatan dan potensi yang dimiliki agar dapat mempertahankan kelangsungan hidup bangsa dan negara kesatuan Rebuplik Indonesia. Oleh karena itu, kepada seluruh warga negara perlu dibekali kemampuan bela negara dalam rangka upaya mempertahankan kemampuan bela negara, kemampuan itu harus secara dini diberikan melalui pendidikan pendahuluan bela negara (PPBN) yang tujuannya untuk meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, meningkatkan kesadaran rela berkorban untuk nusa dan bangsa, yang dilandasi tekad, sikap, semangat dan tindakan seluruh warga negara secara teratur, menyeleruh, terpadu dan berlanjut.22 Islam mengupayakan bela negara, dalam pembelaan terhadap agama dan negara, hal ini sangat dianjurkan oleh Nabi, karena pertahanan agama dan negara dibutuhkan orang-orang yang mempunyai jiwa kepahlawanan (Keperwiraan). Maka ketika Nabi memimpin negara di Madinah selalu memberikan latihan perang kepada para sahabat, termasuk didalamnya 22 Lemhanas, Kewiraan Untuk Mahasiswa, Cet. I, Jakarta : Gramedia, 1983, hlm.4. ٥٨ memberikan pengetahuan, taktik dan strategi berperang. Bahkan hal itu di lakukannya di masjid Nabawi.23 Hal ini pernah ditunjukkan oleh beliau, ketika beliau memperbolehkan perlombaan balap kuda ; ﺻﻠ ﱠﻰﺍﷲ ُ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﱠﻠ َﻢ َ ﷲ ِ ﹶﺍ ﱠﻥ َﺭ ُﺳ ْﻮ ﹶﻝ ﺍ: ﻋَـﻦ ِﺍ ﺑْـ ِﻦ ُﻋﻤَـ َﺮ َﺭﺿِـ َﻲ ﺍﷲ ُﻋَـْﻨ ُﻬ َﻤﺎ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﻉ َﻭ ِ ﺕ ِﻣ َﻦ ﺍِﻟﺤـْﻴ ﹶﻔﺎ ِﺀ َﻭ َﹶﺍ ْﻣ ُﺪ َﻫﺎ ﹶﺛِﻨﱠﻴ ﹸﺔ ﺍﹾﻟ َﻮ َﺩﺍ ْ ﱴ ﹸﺍﺿْـ ﱢﻤ َﺮ ِ ﺳَـﺎَﺑ َﻖ ﺑَـْﻴ َﻦ ﺍﹾﻟﺨَـْﻴ ِﻞ ﺍﻟﱠـ َﻭ ﹶﻛﺎ ﹶﻥ ِﺍْﺑ ُﻦ,ﺠ ِﺪ َﺑِﻨﻰ ُﺯ َﺭْﻳ ٍﻖ ِﺴ ْ ﻀ ﱢﻤ ُﺮ ِﻣ َﻦ ﺍﻟﱠﺜِﻨﱠﻴ ِﺔ ِﺍﹶﻟﻰ َﻣ َ ﺳَـﺎَﺑ َﻖ ﺑَـْﻴ َﻦ ﺍﹾﻟﺨَـْﻴ ِﻞ ﺍﱠﻟِﺘﻰ ﹶﱂ ُْﺗ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻯ.ُﻋ َﻤ ُﺮ ِﻓْﻴ َﻤ ْﻦ َﺳﺎ َﻳ َﻖ Dari Ibnu Umar ra berkata : Sesugguhnya Rasulullah saw berlomba dengan kuda yang telah dikuruskan dari tanah Khifa sampai tanah Tsaniyah Wada'. Dan beliau berlomba dengan kuda yang telah dikuruskan dari Tsaniyah sampai masjid Bani Zuraiq, Ibnu Umar termasuk orang yang ikut berlomba. (Riwayat Al-Bukhari).24 Hadits ini menujukkan bahwa perlombaan itu diperbolehkan, dan perlombaan itu tidak harus main-main, melainkan olah raga yang menunjang keberhasilan keamanan negara dan peperangan. :ﷲ َﻋﹶﻠْﻴ ِﻪ َﻭ َﺳﱠﻠ ْﻢ ُ ﺻﱠﻠﻰﺍ َ ﷲ ُ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ َﺭ ُﺳ ْﻮ ﹸﻝ ﺍ: ﻋَـ ْﻦ ﹶﺍ ﺑِـﻲ ُﻫ َﺮﻳْـ َﺮ ﹶﺓ َﺭﺿِـ َﻲ ﺍﷲ ُ َﻋْﻨ ُﻪ ﹶﻗﺎ ﹶﻝ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﲪﺪ ﻭﺍﻟـﺜﹼﻼ ﺛﺔ. ﺼ ٍﻞ ﹶﺍ ْﻭ َﺣﺎ ِﻓ ٍﺮ ْ ﻒ ﹶﺍ ْﻭ َﻧ ﻟﹶـﺎ ﺳَـﺎ ﺑَــ َﻖ ِﺍﻟﱠـﺎ ﻓِـﻲ ﺧَـ ﱟ ﺤﺤﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ّ ﻭﺻ Riwayat dari Abi Hurairah ra berkata: Rasulullah saw bersabda: Tidak ada perlombaan, kecuali dalam memanah, dan berkuda. H.R.Ahmad, Imam tiga disahihkan Ibnu Hibban.25 23 Drs.H.M.Suparta,M.A, Drs.Djedjen Zainudin, Fiqh, Madrasah Aliyah 3, Semarang : Karya Toha Putra, 1996, hlm.142. 24 Imam Abi Abdillah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughiroh bin Barad Zabah Al-Bukhari al-Jafiyyi, Sahih Bukhari, Juz 1, Lebanon : Dar al-Kutub Alamiah, Bairut, tt, hlm.135. 25 Imam Ahmad Ibn Hambal, Musnad Imam Ahmad, Jilid.II, Dar al-Fikr, tt, hlm.474. ٥٩ Ini menunjukkan bahwa pembekalan melalui latihan sangat penting, sebelum menghadapi medan yang sebenarnya, agar memperoleh hasil yang baik. Maka latihan merupakan salah satu syarat memperoleh keberhasilan, karena hukum perang adalah wajib, maka latihan bela negara hukumnyapun wajib. Aplikasi bela negara pada masa sekarang dapat diwujudkan melaluip pelatihan-pelatiahan kemiliteran atau dapat pula kewajiban setiap warga negara untuk mengikuti pengetahuan-pengetahuan tentang falsafah persatuan dan kesatuan negara. Di Indonesia pola bela negara dikukuhkan melalui beberapa kegiatan, dapat berupa pelatihan atau seminar ke Nusantaraan dan pengetahuan yang berbau Nasionalisme, salah satunya dari peran masyarakat adalah pembentukan pola organisasi kesatuan keamanan di masyarakat, seperti Hansip, Satpam, dsb. Ataupun dapat dikurikulumkan pembelajaran kenegaraan mulai dari tingkat SD sampai perguruan tinggi, dimana selalu menggali sumber daya manusia yang berkualitas dan baik, maka pola ketahanan harus dilakukan dari lingkungan yang terkecil, berupa keluarga, masyarakat dan nasional (Negara). C. Tinjauan Terhadap Penetapan UU RI No.3 Tahun 2002 Kemajuan tekhnologi informasi, telekomunikasi dan tranportasi telah mendorong perubahan dalam berbagai aspek kehidupan manusia, dengan terbentuknya masyarakat dunia yang makin transparan dan terbuka. Keterbukaan tersebut memberi peluang terjadinya penetrasi nilai-nilai universal yang kemudian berinteraksi dengan nilai-nilai fundamental ٦٠ suatu bangsa,26 sehingga membentuk masyarakat global. Ciri masyarakat global antara lain adanya saling ketergantungan antar bangsa dan tidak jarang berkembang dalam suatu kompetisi yang ketat. Bersamaan dengan itu, politik dunia cenderung berkembang kearah pengaruh sebagai dari perebutan pengaruh antar bangsa, baik pada lingkup global maupun regional. Implikasi dari perkembangan yang terjadi pada lingkup global regional tersebut ikut mempengaruhi perubahan pada situasi keamanan dunia dengan munculnya isu-isu keamanan baru, yang dulu mulanya hanya geopolitik dan geostrategi, seperti kekuatan militer sekarang bergeser ke isu terorisme, perampokan dan pembajakan, penyelundupan manusia, senjata, dsb. Sedangkan isu keamanan domestik seperti sparatisme bersenjata, radikalisme dan konflik komunal masih melanda sejumlah negara berkembang. Terjadinya tragedi peledakan WTC dan pentagon juga menimbulkan ketegangan IPOLEKSOSBUDHANKAM yang tentunya sangat dirasakan pada kerawanan ekonomi dan keamanan. Hal ini menambahkan semakin meningkatnya kompleksitas permasalahan yang dihadapi dalam setiap proses pengambilan keputusan pemerintah selama periode tiga tahun terakhir ini, banyak perubahan dalam situasi keamanan regional seperti lepasnya TimorTimur, yang disebabkan Presiden BJ.Habibie mengajukan dua opsi merdeka atau otonomi, yang dilakukan tanpa persetujuan MPR, sehingga jajak pendapat memenangkan pro kemerdekaan Timor-timur. Kemudian konflik 26 Laporan Utama, Gatra, 11 September 1999, hlm.27. ٦١ Timor Leste dan proses perebutan wilayah sparatis Abu Sayyaf di Filiphina selatan, perbatasan Rebuplik Indonesia-Malaysia, konflik di Papua barat, dsb. Sedangkan aspek internal Hankam adalah fluktuasi situasi keamanan nasional sampai tingkat krisis kerawanan sosial dan meningkat menjadi ketegangan,27 antara lain maraknya Bom yang menggema di kota-kota besar di Indonesia, aksi-aksi penyelundupan, gerakan sparatis GAM, gerakan Papua barat, dsb. Seiring dengan perkembangan global tersebut, di Indonesia juga berlangsung proses perubahan melalui format gerakan reformasi yang terjadi di seluruh wilayah nasional dari sabang sampai merauke. Gerakan tersebut menunutut suatu perubahan pada segenap aspek yang memungkinkan tatanan kehidupan masyarakat yang demokratis dapat terwujud. Upaya pertahanan negara merupakan upaya nasional secara terpadu, terus menerus yang melibatkan segenap unsur dan potensi untuk dibina menjadi suatu kekuatan pertahanan nasional dalam rangka mempertahankan keutuhan wilayah Rebuplik Indonesia sesuai dengan Undang-undang Dasar 1945. Pengelolaan sumber daya nasional untuk kepentingan pertahanan negara, untuk memadukan segala potensi dan kekuatan untuk menghadapi ancaman. Sebagaiman kita ketahui, pemerintah bersama DPR telah berhasil membuat UU no.3 tahun 2002 tentang pertahanan, disisi lain MPR telah pula menghasilakn TAP MPR no.6 tahun 2000 tentang pemisahan Polri dan TNI 27 Irawan M www.dephan.go.id/ Daeng, http "Penataan Sistem Pertahanan Negara" http: // ٦٢ juga Tap MPR Nomor 7 tahun 2000 tentang peran TNI dan peran Polri. Oleh karena itu perlu dilakukan suatu strategic realignment (penyelarasan strategi) antara kedua Tap MPR dimaksud agar tidak terjadi timpang tindih tentang peran TNI dan Polri, terutama berkenan dengan definisi keamanan (scurity) agar tidak terjadi multi tafsir dan salah tafsir yang menyebabkan kondisi ketidakpastian (Uncertainty Condition). Disamping itu pula perlu adanya langkah-langkah nasional untuk mengemplementasikan UU nomor. 3/2002 tersebut yaitu dengan : melaksanakan program disemanisasi atau sosialisasi UU nomor 3/2002, menyusun atau membuat UU yang berkaitan dengan tugas dan fungsi Departemen Pertahanan dalam menyelenggarakan sistem pertahanan, melaksanakan penyelarasan strategi antara UU nomor 3/2002 dengan UU TNI dan UU Polri, penyelarasan strategi hubungan antara Departemen Pertahanan, TNI dan Polri. Penyusunan UU antara lain UU tentang batas-batas wilayah NKRI, UU tentang komponen cadangan dan organisasi kerangkan pendukung, UU tentang Mobilisasi dan Demobilisasi, UU tentang pendidikan Bela Negara dan Dasar Kemiliteran, UU tentang susunan, Tugas dan Fungsi TNI serta UU lainnya berkaitan dengan penyelenggaraan sistem pertahanan negara. Demikian pula penyusunan peraturan pemerintah untuk menjabarkan dan mengimplementasi sesuai dengan UU yang berkaitan. Diberlakukannya UU nomor 3 tahun 2002 adalah agar pemerintah dapat membuat regulasi-regulasi yang lebih spesifik tentang, antara lain, tataran kewenangan Departemen Pertahanan dan Dewan Pertahanan Nasional. ٦٣ UU Pertahanan Negara ini juga perlu dilengkapi dengan UU lain yang mengatur tentang rahasia negara, pemberantasan terorisme, dan intelijen negara. Pada prinsipnya penataan sistem pertahanan memang membutuhkan waktu yang cukup panjang dan anggaran yang cukup besar, namun yang terpenting adalah keinginan kita untuk mulai membenahi diri, agar paling tidak kita memiliki defence capabilities yang cukup dalam ukuran minimal untuk menjaga keseimbangan kemampuan pertahanan dengan negara-negara tetangga atau ketahanan dalam negeri, karena Indonesia menurut Undangundang Dasar 1945,28 adalah Negara Kesatuan yang berbentuk Rebuplik, maka harus tidak harus kita perjuangkan kesatuannya untuk mewujudkan integrasi nasional. Pada hakekatnya integrasi nasional tidak lain menunjukkan tingkat kuatnya kesatuan dan persatuan bangsa yang diinginkan. Maka pada pemerintahan sekarang,29 pertahanan dan keamanan (Dephan) bergairah kembali, karena menteri pertahanan yang dilantik oleh presiden Susilo Bambang Yudhoyono ingin menata kembali hubungan TNI dengan Departemen Pertahanan dan kembali menyelesaikan tantangan pertahanan dalam negeri, seperti; persoalan Aceh, Terorisme, Papua barat, dsb. Pada tataran sekarang, pertahanan negara diselengarakan oleh pemerintah dan dipersiapkan secara dini dengan sistem pertahanan negara 28 Dede Rosyada, et.al, Pendidikan Kewarganegaraan (Civic Education) : Demokrasi, Hak Asasi Manusia Dan Masyarakat Madani. Jakarta : ICCE UIN Syarif Hidayatullah, hlm.32. 29 Jalan Panjang Menata Hubungan Departemen Pertahanan Dengan Mabes TNI, kamis, 28 Oktober 2004, Kompas, hlm.8. ٦٤ melalui usaha kemampuan dan daya tangkal negara dan bangsa serta menaggulangi setiap ancaman. Sistem pertahaan negara dalam menghadapi ancaman militer menempatkan Tentara Nasional Indonesia sebagai komponen utama dengan di dukung oleh kemampuan cadangan dan komponen pendukung. Dalam menghadapi ancaman non militer menempatkan lembaga pemerintah di luar bidang pertahanan sebagai unsur utama yang disesuaikan dengan bentuk dan sifat ancaman dengan didukung dari unsur-unsur bangsa. Unsur tersebut meliputi partisipasi setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam upaya bela negara yang diselenggarakan melalui pendidikan kewarganegaraan, pelatihan dasar kemiliteran secara wajib, pegabdian sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia, dan pengabdian sesuai dengan profesi. Kecenderungan mekanisme pendidikan lewat berbagai acara, dapat diselenggarakan melalui berbagai seminar yang diadakan oleh pemerintah, kurikulum pendidikan yang menerapkan pendidikan wajib berupa pendidikan kewarganegaraan atau kewiraan, dan berbagai langsung partisipasi masyarakat melalui informasi ketahanan negara dari pemerintah yang mengembangkan sewadaya masyarakat.