ANALISIS PENGARUH KOMUNIKASI VERTIKAL TERHADAP PENINGKATAN KINERJA PEGAWAI PADA BAGIAN TATA USAHA SEKRETARIAT DAERAH KOTA BANDUNG Konsentrasi Kebijakan Publik Program Magister Administrasi Dan Kebijakan Publik Pascasarjana Universitas Pasundan Bandung Oleh : Ane Supriatin NPM :148010073 ABSTRAK Masalah pokok dalam penelitian ini adalah kinerja pegawai pada Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung rendah, diduga disebabkan oleh komunikasi orgnisasi antara masing-masing unit atau bagian belum berjalan secara optimal. Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Metode explanatory survey digunakan secara meluas dan mendalam terhadap obyek yang diteliti setidaknya secara parsial, yaitu pendekatan menyeluruh yang didasarkan pada sistemnya”. Penggunaan metode semacam ini tidak hanya menggambarkan dan menjelaskan fakta empiris yang ditemui di lapangan tetapi juga melakukan analisis pengaruh baik secara parsial maupun secara simultan antara variabel-variabel yang menjadi fokus penelitian, dalam hal ini variabel komunikasi vertikal sebagai variabel bebas (Independent variable) dan kinerja pegawai pegawai sebagai variabel terikat (Dependent variable). Hasil penelitian secara simultan telah ditemukan bahwa hasil analisis uji kontribusi pengaruh, menunjukkan bahwa variabel komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung adalah sebesar 0.744 atau 74.4%. Artinya komunikasi organisasi memberikan konstribusi yang cukup besar dalam meningkatkan kinerja pegawai di lingkungan Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Sedangkan pengaruh epsilonnya atau pengaruh variabel yang tidak diteliti sebesar 25,6%. Secara parsial, komunikasi organisasi yang terbangun melalui karakteristik komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horisontal memberikan pengaruh ynag positif dan signifikan terhadap kinerja pegawai di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Adapun karakteristik komunikasi organisasi yang memberikan pengaruh dari terbesar sampai terkecil secara berurutan adalah komunikasi komunikasi horizontal sebesar 27,1%, komunikasi ke atas sebesar 25,3% dan komunikasi ke bawah sebesar 22,0% Peneliti dapat menyimpulkan bahwa komunikasi vertikal pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung menjadikan salah satu variabel yang sangat penting dan harus dilaksanakan sebaik-baiknya oleh Kepala Bagian agar kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung berjalan dengan efektif. ABSTRACT The underlying question in this research is the performance of employees at the Administrative Secretariat of Bandung low, suspected to be caused by the communication society together between each unit or section has not run optimally. The method used in this research is explanatory survey. Explanatory survey method is used widely and deeply towards the object under study at least partially, the overall approach is based on the system ". The use of such methods not only describe and explain the empirical facts found in the field but also to analyze the influence of either partial or simultaneously between the variables that are the focus of research, in this case the vertical communication variables as independent variables (independent variable) and the employee's performance of employees as the dependent variable (dependent variable). The results of the study have simultaneously found that the results of test analysis contributions influence, suggesting that organizational communication variables affect the performance of employees of Administration Regional Secretariat Bandung is 0.744 or 74.4%. This means that organizational communication contribute substantially in improving the performance of employees within the Administrative Secretariat of Bandung. While influence of its epsilon or the influence of variables not examined by 25.6%. Partially, communication organization that is built up through the characteristics of downward communication, upward communication, horizontal communication that influence positively and significantly to the performance of the staff of the Division of Administration Secretariat of Bandung. The characteristics that influence organizational communication and sequentially in descending horizontal communication is communication of 27.1%, the communication up by 25.3% and communication down by 22.0%. Researchers can deduce that vertical communication at the Administrative Secretariat of Bandung make one very important variable and should be implemented as well as possible by the Head of Division so that the performance of employees in the Administrative Secretariat of Bandung run effectively. 1. LATAR BELAKANG Komunikasi organisasi merupakan sarana yang paling vital bagi setiap manusia untuk mengerti dirinya sendiri, mengerti orang lain dan memahami lingkungannya. Mengetahui tempat dan cara kehadirannya di masyarakat serta hubungan dengan sesama yang ada di sekitarnya. Semua itu dapat dipahami dengan adanya “Jalur Komunikasi” yang terjalin baik. Hampir di setiap aspek kehidupan manusia terjalin proses komunikasi yang disadari maupun tidak disadari. Dalam proses organisasi dibutuhkan komunikasi sehingga miskomunikasi dan mis-understanding tidak terjadi dalam pelaksanaan pekerjaan dan tidak mengganggu kepada pencapaian kinerja. Organisasi merupakan model sistem yang membentuk persekutuan antara dua orang atau lebih untuk melakukan kerjasama satu sama lain dalam rangka pencapaian tujuan. Sistem kerjasama yang dilakukan dalam bentuk ikatan organisasi yang di dalamnya terdapat seorang atau beberapa orang yang sering disebut atasan dan bawahan. Hubungan atasan dan bawahan atau sebaliknya di dalam organisasi secara struktural sering pula disebut hubungan top down atau bottom up. Aktualisasi setiap orang di dalam organisasi ditentukan oleh kemampuan orang tersebut mampu berinteraksi dengan lingkungan organisasi melalui perilaku dan kepribadian, sehingga mampu memberikan respon terhadap interaksi tersebut. Interaksi antar orang ini dapat menghasilkan interaksi positif dan interaksi negatif, sangat bergantung pada kemampuan orang tersebut untuk melakukan interaksi. Kinerja pegawai dimaksud merupakan penyelesaian pekerjaan yang berkualitas, tepat waktu yang disertai dengan kualitas dan kuantitas yang dihasilkan sesuai dengan target yang telah ditentukan. Pelaksanaan suatu pekerjaan dinilai memenuhi standar yang tepat, bila mengacu pada basil pekerjaan sesuai dengan standar mutu yang telah ditentukan, sehingga mencapai hasil dan sasaran yang telah ditetapkan. Berdasarkan Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung, Kepala Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas pokok Asisten Administrasi Umum lingkup Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung, dan dalam melaksanakan tugasnya membawahi Asisiten Administrasi Umum. Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung dalam melaksanakan tugas pokok dan fungsinya mengalami berbagai hambatan, mengingat kemampuan pegawai dalam memahami perintah atasan sering salah pengertian yang berpengaruh terhadap kinerja pegawai, sehingga hasil kerja pegawai tidak berjalan secara efektif. Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, ditemukan masalah kinerja pegawai yang belum berjalan secara efektif pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Hal ini dapat dilihat dari indikator-indikator masalah sebagai berikut : 1. Kuantitas kerja pegawai dilihat dari indikator pencapaian target yang belum maksimal Contohnya: Pegawai pada Sub Bagian Keuangan dalam melaksanakan penyusunan laporan keuangan sekretariat daerah dan keuangan pimpinan, sering terjadi keterlambatan, yang seharusnya selesai pada awal bulan atau tanggal 1 kenyataannya selesai pada tanggal 5 dan ini berakibat kepada pengajuan anggaran untuk kegiatan berikutnya menjadi terhambat. Kondisi tersebut disebabkan oleh laporan pelaksanaan tugas yang belum berjalan dengan baik. 2. Kualitas kerja pegawai dilihat dari indikator tingkat kecermatan rendah. Contoh pegawai pada Sub Bagian Administrasi, Sandi dan Telekomunikasi dalam melaksanakan tugas administrasi, sandi dan telekomunikasi naskah dinas serta naskah sandi yang dibuat dan yang diterima dan/atau dikirim melalui faksimili, dan wesel board sentral inventarisasi, sering terjadi kesalahan akibat kurang cermat dalam memeriksa sebuah naskah, sehingga naskah yang dibuat harus diperbaiki dan akibatnya dapat mengganggu kelancaran dalam berkomunikasi. Kondisi ini akibat dari kurang adanya penjelasan dasar dalam melaksanakan pekerjaan. 2. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka peneliti mengemukakan pernyataan masalah (Problem Statement), yaitu rendahnya Kinerja Pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung yang diduga disebabkan belum dijalankannya Komunikasi Organisasi secara efektif. Selanjutnya berdasarkan pernyataan masalah tersebut dirumuskan identifikasi masalah sebagai berikut : 1. Berapa besar pengaruh komunikasi organisasi terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung ? 2. Berapa besar pengaruh komunikasi organisasi diukur melalui dimensi komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horisontal, terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung? 3. TUJUAN PENELITIAN 1. Menganalisis besarnya pengaruh komunikasi organisasi terhadap peningkatan peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. 2. Menganalisis besarnya pengaruh komunikasi organisasi diukur melalui dimensi komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas, komunikasi horisontal, terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. 3. KEGUNAAN PENELITIAN 1. Kegunaan teoritis, hasil penelitian ini dapat mengembangkan khasanah keilmuan, khususnya Ilmu administrasi publik dan kebijakan publik yang berkaitan dengan komunikasi organisasi dan kinerja pegawai. 2. Kegunaan praktis, hasil penelitian ini dapat berguna sebagai bahan masukan kepada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung berkaitan dengan komunikasi organisasi dalam meningkatkan kinerja pegawai. Untuk melihat hubungan keterkaitan variabel Komunikasi Organisasi dan Kinerja Pegawai dapat dilihat pada paradigma berpikir sebagai berikut ini : Kinerja Pegawai (Miner dalam Sudarmanto, 2009) Komunikasi Organisasi (Adler dan Rodman, 2000) 1. Komu nikasi ke Bawah 2. Komunikasi ke Atas 3. Komunikasi Horisontal (Robbins, 2001) 1. 2. 3. 4. Kualitas Kerja Kuantitas Penggunaan Waktu Kerjasama Gambar 2.1 Paradigma Berpikir Komunikasi Organisasi Terhadap Kinerja Pegawai 4. HIPOTESIS Berdasarkan identifikasi masalah dan kerangka berpikir di atas, penulis mengajukan hipotesis utama sebagai berikut : 1. Secara simultan komunikasi organisasi besar pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. 2. Secara parsial koomunikasi organisasi diukur melalui dimensi komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horisontal besar pengaruhnya terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. 5. METODE PENELITIAN Metode penelitian yang digunakan peneliti dalam penelitian ini adalah explanatory survey. Lebih jauh Sugiyono (2000:24) menjelaskan bahwa “metode explanatory survey digunakan secara meluas dan mendalam terhadap obyek yang diteliti setidaknya secara parsial, yaitu pendekatan menyeluruh yang didasarkan pada sistemnya”. Penggunaan metode semacam ini tidak hanya menggambarkan dan menjelaskan fakta empiris yang ditemui di lapangan tetapi juga melakukan analisis pengaruh baik secara parsial maupun secara simultan antara variabelvariabel yang menjadi fokus penelitian, dalam hal ini variabel komunikasi organisasi sebagai variabel bebas (Independent variable) dan kinerja pegawai pegawai sebagai variabel terikat (Dependent variable). Desain penelitiannya menjabarkan berbagai variabel yang akan diteliti, kemudian membuat pengaruh antara satu variabel terhadap variabel lainnya, sehingga akan mudah dirumuskan masalah penelitian, pemilihan teori, rumusan hipotesis, metode penelitian, instrumen penelitian, teknik analisis dan kesimpulan yang diharapkan. Variabel dan Operasional Variabel Penelitian a. Variabel Penelitian Penelitian penelitian dalam penelitian ini meliputi dua variabel, yaitu Komunikasi Organisasi sebagai Variabel Bebas (X) yang meliputi 3 dimensi, yaitu : komunikasi ke Bawah, Komunikasi ke Atas, dan Komunikasi Horisontal. Adapun Kinerja Pegawai sebagai Variabel Terikat (Y) yang meliputi 4 dimensi, yaitu: Kualitas, Kuantitas, Penggunaan Waktu dan Kerjasama. b. Operasional Variabel Penelitian Operasional variabel penelitian dirumuskan untuk mendukung pemahaman operasional dan variabel-variabel yang digunakan, variabel-variabel tersebut dirumuskan sebagai berikut : 1. Komunikasi Organisasi (X) dimaksudkan adalah komunikasi di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung yang dilaksanakan berdasarkan arus komunikasi ke Bawah, Komunikasi ke Atas, dan Komunikasi Horisontal. 2. Kinerja Pegawai (Y) dimaksudkan yaitu hasil kerja yang dicapai oleh pegawai di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab dalam rangka mencapai tujuan organisasi dengan memperhatikan Kualitas, Kuantitas, Penggunaan Waktu dan Kerjasama. 6. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian ini mengambil variabel penelitian yang terdiri dari dua variabel, yaitu variabel komunikasi organisasi sebagai variabel bebas yang diberi simbol X dan kinerja pegawai sebagai variabel tidak bebas yang diberi simbol Y. Penelitian ini dilakukan dengan cara menganalisis variabel komunikasi organisasi yang diperkirakan mempunyai pengaruh besar terhadap kinerja pegawai, rangkaian penelitian yang dilakukan sebagai suatu studi kasus di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Pada penelitian ini yang dijadikan sebagai unit analisis adalah seluruh PNS di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung, dengan keseluruhan jumlah pegawai sebanyak 97 orang diambil sebagai responden. Selanjutnya kepada responden tersebut diajukan pernyataan-pernyataan dalam angket yang merupakan penjabaran dari indikator-indikator variabel komunikasi organisasi dan variabel kinerja pegawai. Indikator-indikator dalam setiap variabel penelitian dituangkan ke dalam pernyataan tertutup, dimana setiap pernyataan angket memiliki lima alternatif jawaban yang dapat dipilih oleh responden. Sesuai dengan tujuan penelitian, pengujian struktur variabel dibagi menjadi struktur utama dan satu sub struktur. Pada struktur dari variabel X ke Y diuji berapa besar pengaruh variabel komunikasi organisasi terhadap variabel kinerja pegawai. Metode analisis yang digunakan adalah Path Analysis. Adapun hasil Path Analysis dijelaskan sebagai berikut : Tabel 4.18 Koefisien Korelasi Multipel Model Summary Model 1 R .863a R Square .744 Adjusted R Square .700 Std. Error of the Estimate 3.2716 a. Predictors: (Constant), x Tabel di atas menunjukkan nilai koefisien determinasi (R2) sebesar 0.744 berarti bahwa 74.4% variabilitas kinerja pegawai dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam hal ini komunikasi organisasi, yang juga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai sebesar koefisien determinasi (R2 = 74.4%) atau 74.4% ini juga dapat diartikan bahwa pengaruh variabel-variabel di luar model yaitu sebesar y = 1 – R2 = 0.256 (error). Besarnya koefisien jalur untuk masing-masing variabel adalah sebagai berikut : Tabel 4.19 Nilai-nilai Standardized Coefficients untuk Koefisien Jalur Coefficientsa Model 1 (Constant) x Unstandardized Coefficients B Std. Error 40.524 4.998 .121 .105 Standardi zed Coefficien ts Beta .863 t 8.109 1.152 Sig. .000 .252 a. Dependent Variable: y Tabel tersebut menjelaskan nilai standaridized cofficients atau koefisien jalur dari variabel komunikasi organisasi terhadap variabel kinerja pegawai, yaitu koefisien jalur dari X ke Y = 0.863. Hasil pengolahan data dapat dibuat dalam arus diagram jalur dan persamaan struktural dengan menyertakan koefisien estimasi hasil pengolahan data, maka persamaan strukturalnya adalah : Y = X + Y = 0.863X + dimana : X = Komunikasi organisasi Y = Kinerja pegawai = Epsilon Mengacu pada tabel koefisien korelasi multiple untuk struktur yang diuji menunjukkan nilai koefisien determinasi multipel dan seluruh variabel eksogenus yang diuji adalah sebesar R2 = 74.4%. Nilai determinasi multipel ini merupakan kuadrat dari nilai koefisien korelasi multipel R = 0.863. Nilai R2 ini menunjukkan bahwa derajat pengaruh komunikasi organisasi sangat erat jika dibandingkan dengan variabel lain yang tidak diteliti. Hasil perhitungan tersebut dapat dilihat pada gambar berikut ini : 0.256=25.6% 0.744=74.4% X Y Gambar 4.8 Besarnya pengaruh Variabel X ke Y Komunikasi organisasi yang terdiri dari arus komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 74.4%, sedangkan selebihnya yaitu sebesar 25.6% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Pada sub struktur ini diuji berapa besar pengaruh komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal terhadap kinerja pegawai (Y) di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung Metode analisis yang digunakan adalah Path Analysis. Adapun hasil Path Analysis dijelaskan pada tabel berikut ini : Tabel 4.20 Koefisien Korelasi Multipel Model Summary Model 1 R .863a R Square .744 Adjusted R Square .736 Std. Error of the Estimate 1.6392 a. Predictors: (Constant), x3, x1, x2 Tabel di atas menjelaskan bahwa koefisien determinasi (R2) sebesar 0.744, hal ini berarti bahwa 74.4% variabilitas variabel kinerja pegawai dapat diterangkan oleh variabel bebas dalam hal ini arus komunikasi ke bawah (X1), komunikasi ke atas (X2) dan komunikasi horizontal (X3), yang juga dapat diartikan bahwa terdapat pengaruh bersama-sama antara arus komunikasi ke bawah (X1), komunikasi ke atas (X2) dan komunikasi horizontal (X3) terhadap kinerja pegawai sebesar koefisien determinasi (R2 = 74.4%) atau ini juga dapat diartikan bahwa pengaruh variabelvariabel di luar model yaitu sebesar 1 – R2 = 0.256 (error). Besarnya nilai koefisien jalur dari masing-masing variabel terikat adalah sebagai berikut : Tabel 4.21 Nilai-nilai Standardized Coefficients Coeffi cientsa Model 1 (Const ant) x1 x2 x3 Unstandardized Coeffic ients B St d. Error -2. 795 3.100 1.089 .129 1.102 .149 .971 .106 St andardi zed Coeffic ien ts Beta .460 .411 .503 t -.901 8.449 7.403 9.170 Sig. .370 .000 .000 .000 a. Dependent Variable: x Tabel di atas menjelaskan nilai standaridized cofficients atau koefisien jalur dari masing-masing arus dengan penjelasan sebagai berikut : (1) Koefisien pertama =0.460, maknanya adalah bahwa arus komunikasi ke bawah (X1) berpengaruh terhadap kinerja pegawai. (2) Koefisien kedua = 0.411, maknanya adalah bahwa arus komunikasi ke atas (X2) berpengaruh terhadap kinerja pegawai. (3) Koefisien ketiga = 0.503, maknanya adalah bahwa arus komunikasi horizontal (X3) berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Hasil pengolahan data dapat dibuat dalam arus diagram jalur dan persamaan struktural dengan menyertakan koefisien estimasi hasil pengolahan data, maka persamaan strukturalnya adalah sebagai berikut : Y = β1 X1 + β2 X2 + β3 X3 + Y = 0.460X1 + 0.411X2 + 0.503X3 + Dimana : X1 = Arus Komunikasi ke bawah X 2 = Arus Komunikasi ke atas X 3 = Arus Komunikasi horizontal Y = Kinerja pegawai = Epsilon Mengacu pada tabel koefisien korelasi multipel untuk struktur yang diuji, nilai koefisien determinasi multipel dan seluruh variabel eksogenus yang diuji adalah sebesar R2 = 74.4%, nilai determinasi multipel ini merupakan kuadrat dari nilai koefisien korealsi multiple R = 0.863. nilai R2 ini menunjukkan bahwa derajat pengaruh arus komunikasi ke bawah (X1), komunikasi ke atas (X2) dan komunikasi horizontal (X3) erat jika dibandingkan dengan variabel lain yang tidak diteliti. Berdasarkan nilai-nilai koefisien jalur tersebut dapat dihitung bahwa besarnya pengaruh X1 ke Y adalah sebesar 0.220, pengaruh X2 ke Y adalah sebesar 0.253, pengaruh X3 ke Y adalah sebesar 0.006, dengan besarnya pengaruh variabel lain adalah sebesar 0.271 untuk lebih jelasnya besar pengaruh dapat dilihat pada gambar sebagai berikut : X1 rx1x2 = 0.301 X2 rx1x3 = -0.129 rx2x3 = 0.231 Y X3 Gambar 4.9 Besarnya Pengaruh Arus X1, X2 dan X3 ke Y Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan pengaruh komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung dimaksudkan untuk mengungkapkan dan menjelaskan hasil penelitian serta menganalisis hasil penelitian dengan menggunakan pendekatan kuantitatif dan kualitatif juga membahas pengujian hipotesis. Pembahasan Secara Simultan Pengaruh Komunikasi Organisasi (X) terhadap Kinerja Pegawai (Y) Berdasarkan hasil analisis uji kontribusi pengaruh, menunjukkan bahwa variabel komunikasi organisasi berpengaruh terhadap kinerja pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung adalah sebesar 0.744 atau 74.4%. Komunikasi organisasi yang terdiri dari arus komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal sangat kuat terhadap kinerja pegawai yang terdiri dari dimensi kualitas kerja, kuantitas, penggunaan waktu dan kerjasama.. Komunikasi organisasi di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung berdasarkan hasil penelitian ini terbukti memberikan pengaruh positif dan signifikan, artinya bahwa komunikasi organisasi sangat dominan dan menentukan terhadap kinerja pegawai di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Disamping itu pula bahwa semakin efektif pelaksanaan komunikasi organisasi semakin besar kinerja pegawai untuk memberikan kontribusinya kepada capaian kinerja organisasi secara keseluruhan. Dengan demikian pengaruh secara simultan menunjukkan hasil yang cukup kuat, potensial dan menentukan dalam meningkatkan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Berdasarkan temuan di lapangan memperlihatkan bahwa faktor komunikasi organisasi secara substansial telah dilaksanakan oleh Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung melalui komunikasi atasan kepada bawahan, komunikasi bawahan kepada atasan dan komunikasi sesama pegawai dalam tingkatan yang sama. Adapun hasil wawancara dengan kepala bagian terungkap bahwa aspek komunikasi organisasi dipandang penting oleh Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung, karena komunikasi organisasi membantu menyelesaikan tugas-tugas anggota organisasi dalam mencapai tujuan sesuai dengan visi dan misi Pemerintah Kota Bandung. Fakta dilapangan mengindikasikan keadaan kinerja pegawai yang belum optimal di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Hal ini dapat dilihat pada pegawai di Bagian Tata Usaha yang seharusnya menyelesaikan dokumen perencanaan kegiatan dalam waktu dua minggu, namun kenyataannya, baru dapat menyelesaikan tugas pekerjaannya dalam waktu tiga minggu. Jika hal ini dibiarkan begitu saja tanpa penanganan maka pekerjaan akan selalu terlambat dan menumpuk padahal masih banyak tugas lain yang harus diselesaikan. Berdasarakan hasil wawancara dengan Sekretaris Daerah Kota Bandung, bahwa komunikasi organisasi sanat diperlukan dalam mencapai tujuan organisasi. Karena dengan pelaksanaan komunikasi segala apa yang menjadikan hambatan dalam pelaksanaan kerja tentunya akan dapat memperlancar dan menjadikan sebuah solusi dalam memecahkan masalah yang dihadapi orgnisasi daalam mencapai tujuannya. Peneliti dapat mengabalisis bahwa belum optimalnya kinerja pegawai tersebut, secara empirik disebabkan oleh beberapa hal, dikarenakan masih kurangnya dukungan sumber daya yang ada salah satunya kemampuan pegawai dalam melakukan komunikasi secara baik terutama dalam menyikapi pekerjaan yang dihadapinya. Hal ini karena dapat terdeteksi penyebab masalahnya berkaitan dengan komunikasi organisasi yang belum dijalankan secara optimal yang dilaksanakan oleh pegawai dilingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Pembahasan Secara Parsial Pengaruh Komunikasi Organisasi (X) terhadap Kinerja Pegawai (Y) Variabel komunikasi organisasi (X) yang terdiri dari tiga dimensi, yaitu dimensi komunikasi ke bawah (X1), dimensi komunikasi ke atas (X2) dan dimensi komunikasi horizontal (X3), berpengaruh terhadap kinerja pegawai. Untuk lebih lengkapnya dapat dijelaskan sebagai berikut : a. Pembahasan Secara Parsial Pengaruh Komunikasi ke Bawah (X1) terhadap Kinerja Pegawai (Y) Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa arus komunikasi ke bawah berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0.220 atau 22.0%. Arus komunikasi ke bawah yang terdiri dari indikator instruksi kerja, penjelasan dasar pekerjaan, penyampaian peraturan dan pemberian motivasi sedangkan kinerja pegawai diwakili oleh dimensi kualitas kerja, kuantitas, penggunaan waktu dan kerjasama. Berdasarkan data tersebut tergambarkan bahwa dimensi komunikasi ke bawah memberikan sumbangsih yang cukup signifikan terhadap kinerja pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Artinya, semakin tinggi komunikasi yang terjalin dari atasan kepada bawahan, maka akan semakin meningkat pula kinerja pegawai. Hal ini diterangkan bahwa melalui komunikasi ke bawah, bawahan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi yang diberikan oleh atasan. Bawahan juga dapat mengetahui bagaimana pekerjaan mereka berhubungan dengan tugastugas dan posisi lainnya dalam organisasi dan mengapa mereka melakukan pekerjaannya sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Fakta empiris di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan komunikasi ke bawah di instansi telah berjalan namun belum optimal sehingga pelaksanaanya perlu ditingkatkan terutama penyampaian instruksi kerja (job instruction), penjelasan dari pimpinan tentang mengapa suatu tugas perlu dilaksanakan (job rationale), penyampaian informasi mengenai pertauran-peraturan yang berlaku (procedures and practices) dan pemberian motivasi kepada bawahan agar bekerja lebih baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris Daerah Kota Bandung bahwa pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung pada umumnya sudah menjalankan instruksi kerja (job instruction), penjelasan dasar pekerjaan (job rationale), penyampaian peraturan (procedures and practices) dan pemberian motivasi. Akan tetapi di dalam pelaksanaannya perlu lebih ditingkatkan agar kinerja pegawai berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan demikian dimensi komunikasi ke bawah dalam variabel komunikasi organisasi menjadi perhatian untuk dilaksanakan secara optimal di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Melalui komunikasi ke bawah ini, bawahan dapat mengetahui apa yang harus dilakukan dan bagaimana melakukan pekerjaan sesuai dengan instruksi (job instruction) yang diberikan oleh atasan. Bawahan juga dapat mengetahui bagaimana pekerjaan mereka berhubungan dengan tugas-tugas dan posisi lainnya dalam organisasi dan mengapa mereka melakukan pekerjaannya sehingga dapat membantu organisasi dalam mencapai tujuannya. Komunikasi ke bawah juga meliputi penyampaian informasi dari atasan kepada bawahan mengenai praktikpraktik organisasi, peraturan-peraturan organisasi, kebiasaan dan data lain yang tidak berhubungan dengan instruksi dan rasional. Atasan berkomunikasi dengan bawahan dengan menjelaskan seberapa baik bawahan telah bekerja dan dengan cara bagaimana bawahan dapat memperbaiki kinerjanya. Dengan demikian, bawahan merasa termotivasi untuk menghasilkan kinerja yang baik. Berdasarkan hal tersebut di atas peneliti dapat menganalisis bahwa komunikasi ke bawah dalam konteks komunikasi organisasi cukup memberikaan konstribusi terutama berkaitan dengan instruksi kerja yang dilakukan oleh pemimpin dalam hal ini Kepala Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Instruksi yang dilakukan adalah semua berkaitan dengan pelaksanaan kerja yang harus di lakukan oleh bawahan, agar semua pegawai dapat bekerja sesuai dengan tugas dan fungsinya. b. Pembahasan Secara Parsial Karakteristik Komunikasi ke Atas (X2) terhadap Kinerja Pegawai (Y) Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa arus komunikasi ke atas berpengaruh terhadap kinerja pegawai sebesar 0.253 atau 25.3%. Arus komunikasi ke atas ini terdiri dari indikator laporan pelaksanaan tugas, persoalan kerja, saran perbaikan dan kebutuhan pribadi/pekerjaan sedangkan kinerja pegawai diwakili oleh dimensi kualitas kerja, kuantitas, penggunaan waktu, kerjasama. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut tergambar bahwa dimensi komunikasi ke atas memberikan sumbangsih relatif besar terhadap kinerja pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Dalam konteks tersebut dapat dijelaskan bahwa semakin tinggi komunikasi yang terjalin dari bawahan kepada atasan, maka akan semakin meningkat pula kinerja pegawai dilingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Hal ini dapat diterangkan bahwa melalui komunikasi ini, atasan dapat mengetahui apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya serta kemajuan dalam pelaksanaan tugasnya. Jika dalam pelaksanaan tugasnya itu menghadapi persoalan maka bawahan menyampaikannya kepada atasan agar dapat dibantu sehingga pelaksanaan tugas berjalan dengan lancar. Fakta empiris di lapangan menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan komunikasi ke atas di instansi telah berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan perilaku bawahan menyampaikan laporan kepada atasan terkait dengan penyelesaian pekerjaan dan penyampaian masalah/persoalan dalam pekerjaan sudah berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris Daerah Kota Bandung , bahwa pada umumnya di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung sudah menjalankan laporan pelaksanaan tugas, penyampaian persoalan pekerjaan, penyampaian saran perbaikan serta keluhan pribadi maupun pekerjaannya. Akan tetapi di dalam pelaksanaannya perlu lebih ditingkatkan agar kinerja pegawai berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan demikian dimensi komunikasi ke atas dalam variabel komunikasi organisasi menjadi perhatian untuk dilaksanakan lebih optimal di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Melalui komunikasi ini, atasan dapat mengetahui apa yang dilakukan bawahan, pekerjaannya, hasil yang dicapainya serta kemajuan mereka dalam pelaksanaan tugasnya. Jika dalam pelaksanaan tugasnya itu menghadapi persoalan maka bawahan perlu menyampaikannya kepada atasan agar dapat dibantu sehingga pelaksanaan tugas berjalan dengan lancar. Bawahan juga perlu memberikan saransaran atau ide-ide kepada atasan bagi penyempurnaan unit kerjanya masing-masing maupun bagi organisasi secara keseluruhan. Demikian pula halnya dengan pikiran dan perasaan bawahan mengenai pekerjaan, teman sekerjanya dan organisasi perlu disampaikan kepada atasan. Berdasarakan fakta di atas peneliti dapat menjelaskan bahwa komunikasi ke atas sangat memberikan konstribusi terhadap pencapaian tujuan organisasi. Hal ini dikarenakan bahwa dalam pelaksanaan kerja yang dilakukan oleh bawahan dapat terpantau melalui laporan pelaksanaan kerja, artinya apabila ada laporan pekerjaan yang salah maka dapat segera diketahui dan dapat segera di perbaiki. Hal ini tentunya sangat membantu terhadap pencapaian tujuan organisasi sesacara keseluruhan terutama berkaian dengan tugas dan fungsi yang ada di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. c. Pembahasan Secara Parsial Karakteristik Komunikasi Horizontal (X3) terhadap Kinerja Pegawai (Y) Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa arus komunikasi horizontal berpengaruh terhadap kinerja pegawai adalah sebesar 0.271 atau 27.1%. Arus komunikasi horizontal ini terdiri dari indikator koordinasi tugas, pemecahan masalah, berbagi infromasi dan membina hubungan kerjasama sedangkan kinerja pegawai diwakili oleh dimensi kualitas kerja, kuantitas, penggunaan waktu, kerjasama. Berdasarkan hasil pengolahan data tersebut tergambar bahwa dimensi komunikasi horizontal memberikan sumbangsih yang signifikan terhadap kinerja pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Berdasarkan hasil tersebut peneliti dapat menjelaskan bahwa semakin tinggi komunikasi yang terjalin di antara para pegawai yang setara kedudukannya dalam organisasi, maka akan semakin meningkat pula kinerja pegawai. Fakta empiris menunjukkan bahwa dalam pelaksanaan komunikasi horizontal di instansi telah berjalan dengan baik. Hal ini ditunjukkan dengan koordinasi di antara sesama pegawai sudah berjalan dengan baik sehingga dapat membantu kelancaran penyelesaian tugas pekerjaan. Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan dengan Sekretaris Daerah Kota Bandung bahwa di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung pada umumnya sudah menjalankan komunikasi horizontal berupa koordinasi tugas, pemecahan masalah, berbagi informasi dan membina hubungan kerjasama dengan bagian lain atau instansi lainnya. Akan tetapi di dalam pelaksanaannya perlu lebih ditingkatkan agar kinerja pegawai berjalan sesuai dengan tujuan organisasi. Dengan demikian komunikasi horizontal dalam variabel komunikasi organisasi menjadikan sesuatu hal yang sangat penting pula untuk dilaksanakan lebih optimal di lingkungan Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Fungsi komunikasi horisontal yang pertama adalah koordinasi tugas kepalakepala bagian dalam suatu organisasi kadang-kadang perlu mengadakan rapat atau pertemuan untuk mendiskusikan bagaimana tiap-tiap bagian memberikan kontribusi dalam mencapai tujuan organisasi. Munculnya masalah dalam pelaksanaan tugas pada organisasi sering ditemui dan harus segera ditangani. Oleh karena itu, orang-orang yang berada pada tingkatan yang sama berupaya untuk terlibat dalam memecahkan masalah yang dihadapi. Mereka juga saling berbagi informasi untuk mencari ide yang lebih baik. Tak dapat dipungkiri bahwa sebagian besar waktu kerja anggota organisasi berinteraksi dengan sesamanya, maka merekalah memperoleh dukungan hubungan interpersonal dari temannya. Hal ini akan memperkuat hubungan diantara mereka dan membantu kekompakkan dalam kerja kelompok. Berdasarkan data tersebut peneliti dapat menganalisis bahwa komunikasi horizontal dalam konteks komunikasi organisasi ini merupakan karakteristik yang sangat penting disamping karakteristik komunikasi organisasi lainnya. Hal ini dapat dijelaskan bahwa pencapaian tujuan organisasi memerlukan komunikasi horizontal dengan bagian lainnya atau instansi lainnya melalui fungsi koordinasi. Sebagaimana di jelaskan bahwa koordinasi ini mempunyai peran penting dalam organisasi untuk menyatupadukan arah kegiatan agar tidak tumpang tindih dalam melaksanaan kegiatannya. Dengan koordinasi pekerjaan dapat terarah sehingga proses penyelesaian tujuan dapat terlaksana dengan efektif dan efesien. 7. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan sebagaimana dijelaskan pada Bab IV terdahulu, maka secara komprehensif peneliti dapat menyimpulkan hasil penelitian dan pembahasan ini sebagai berikut : 1. Secara simultan komunikasi organisasi memberikan pengaruh sangat besar dan signifikan terhadap kinerja pegawai Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Artinya komunikasi organisasi sangat dominan dan dapat menentukan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Hasil penelitian ini juga menemukan bahwa kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung ternyata tidak hanya dipengaruhi oleh komunikasi organisasi semata, tetapi ada variabel lain yang juga ikut mempengaruhi terhadap kinerja pegawai. 2. Secara parsial komunikasi organisasi yang diukur melalui komunikasi ke bawah, komunikasi ke atas dan komunikasi horizontal memberikan pengaruh cukup besar dan signifikan terhadap kinerja pegawai di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Hal tersebut menggambarkan bahwa semua karakteristik yang ada dalam komunikasi organisasi sangat menentukan terhadap peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung, namun secara operasional belum seluruhnya berjalan secara efektif, sehingga berpengaruh pada kinerja pegawai. Adapun pengaruh paling besar dari karakteristik komunikasi organisasi adalah komunikasi horizontal, sedangkan yang paling kecil adalah komunikasi ke bawah. 8. Saran Berdasarkan temuan penelitian, peneliti dapat menyampaikan saran-saran penelitian yang dapat menjadi rekomendasi, baik dalam konteks pengembangan ilmu maupun sebagai kontribusi bagi perbaikan dalam komunikasi organisasi dalam peningkatan kinerja pegawai pada Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung. Adapun saran yang dimaksud antara lain : Saran Akademik Perlu dilakukan penelitian lanjutan oleh peneliti lain tentang fenomena belum efektifnya komunikasi organisasi terhadap kinerja pegawai, khususnya ditinjau dari perspektif ilmu administrasi publik dan kebijakan publik. Fenomena tersebut diperkuat oleh adanya variabel lain yang tidak diteliti, namun dapat mempengaruhi kinerja pegawai. Saran Praktis 1. Disarankan kepada Kepala Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung agar komunikasi organisasi ini dijalankan secara efektif dan komprehensif dan dapat dilaksanakan secara sungguh-sungguh, sehingga mampu memberikan konstribusi terhadap peningkatan kinerja pegawai dan dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan oleh Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung secara efektif dan efesien. 2. Disarankan kepada Kepala Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung, agar dapat meningkatkan pelaksanaan komunikasi ke bawah dengan efektif dengan cara melaksanakan instruksi kebawahan dengan baik, dapat memberikan penjelasan dasar pekerjaan, dapat menyampaikan peraturan kepada bawahan disamping memberikan motivasi kerja pada bawahan, sehingga kinerja pegawai di Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung dapat tercapai secara efektif. 9. DAFTAR PUSTAKA Al-Rasid, Harun. 1994. Analisis Jalur (Path Analysis) Sebagai Sarana Statistika Dalam Analisis Kausal. Bandung: LP3ES Fakultas Ekonomi UNPAD. As'ad, Muhammad. 1995. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia Psikologi Industri. Yogyakarta : Librty. Atmosudirdjo, Prajudi. 1982. Administrasi dan Manajemen. Jakarta : Ghalia Indonesia. Dharma, Agus. 1985. Manajemen Prestasi Kerja. Jakarta: Rajawali. Effendy, Onong. 1993. Human Relations dan Public Relations. Bandung: Alumni. Griffin, Em. 2003. A First Look at Communication Theory. McGrraw-Hill Companies. Handayaningrat, Soewarno. 1995. Studi Ilmu Administrasi dan Manajemen. Jakarta: Gunung Agung. Handoko, T. Hani. 2003. Manajemen Personalia & Sumber Daya Manusia. Yogyakarta: UGM Press. Haryani, Sri. 2001. Komunikasi Bisnis. Yogyakarta: UPP AMIP YKPN. Hasibuan, Malayu S. P. 1999. Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: Erlangga. Henry, Nicholas. 1988. Administrasi Negara dan Masalah Kenegaraan. Terjemahan: Luciana D. Lontoh. Jakarta: Rajawali. Iskandar. 2001. Metode Penelitian Survey. Jakarta: Gramedia. Islamy, M. Irian. 1994. Prinsip-prinsip Perumusan Kebijakan Negara. Jakarta : Bumi Aksara Jakarta. Kasim, M. 1994. Analisis Kebijakan Negara. Jakarta : Erlangga. Kristiadi, J.R. 1994. Administrasi Pembangunan dan Keuangan Daerah. Jakarta: Gramedia. Mahmudi. 2007. Manajemen Kinerja Sektor Publik. Yogyakarta : Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen YKPN. Mangkunegara, Anwar. 2004. Manajemen Sumber Daya Perusahaan. Bandung: Remaja Rosda Karya. Moeheriono. 2009. Pengukuran Kinerja Berbasis Kompetensi. Jakarta: Ghalia Indonesia. Nazir, Mohammad. 1985. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia. Putra, Fadillah. 2001. Paradigma Kritis Dalam Studi Kebijakan Publik, Perubahan dan Inovasi Kebijakan dan Ruang Partisipasi Masyarakat Dalam Proses Kebijakan Publik. Surabaya: Pustaka Pelajar. Sedarmayanti. 2001. Sumber Daya Manusia dan Produktivitas. Bandung: Mandar Maju. Sendjaja, 1994. Teori-Teori Komunikasi. Universitas Terbuka. Siagian, Sondang P. 1994. Pengembangan Sumber Daya Insani. Jakarta: Gunung Agung. Silalahi. 1989. Sistem Administrasi Pemerintahan. Jakarta: Bina Aksara. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1982. Metode Penelitian Survai. Jakarta : LP3ES. Sudarmanto. 2009. Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM. Yogyakarta : Pustaka Pelajar. Suganda, Dann. 1995. Kapita Selekta Administrasi dan Pendapat Para Pakar. Jakarta: Arcan. Sugiono. 1992. Metoda Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Suradinata, Ernmaya. 1993. Kebijakan, Keputusan dan Kebijaksanaan. Bandung: Mandar Maju. The Liang Gie. 1982. Ensiklopedi Administrasi. Jakarta : Gunung Agung. Wahab, Abdul Solihin. 1997. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke Implementasi Kebijaksanaan Negara. Jakarta: Bumi Aksara. Winardi, Joseph. 2003. Teori Organisasi dan Pengorganisasian. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Winarno, Budi. 2002. Teori dan Proses Kebijakan Publik. Yogyakarta: MedPress. Wursanto. 1995. Etika Komunikasi Kantor. Yogyakarta: Kanisius. Yulianita, Neni. 2005. Public Relations untuk Komunikasi. Bandung: LPPM UNISBA. Dokumentasi Vaughan, Regan. 2012. Analisis Dampak Komunikasi Persuasif terhadap Kinerja Pegawai pada Bidang Pengembangan Karir Badan Kepegawaian Daerah Provinsi Jawa Barat. Tesis. Program Magister Ilmu Administrasi Fakultan Pascasarjana Unpas Bandung. Firmansyah, 2010. Analisis Dampak Komunikasi Organisasi terhadap Kinerja Pegawai pada Sekretariat Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat. Tesis. Program Magister Ilmu Administrasi Program Pascasarjana Unpad Bandung. Peraturan Walikota Bandung Nomor 420 Tahun 2010 tentang Rincian Tugas Pokok, Fungsi, Uraian Tugas dan Tata Kerja Bagian Tata Usaha Sekretariat Daerah Kota Bandung.