| Kebijakan dan Manajemen Publik ISSN 2303-34IX Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Akuntabilitas Moral Dosen pada Tri Dharma Perguruan Tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas airlangga Surabaya Rafika Ernita Mahasiswa Program Studi Ilmu Administrasi Negara, FISIP, Universitas Airlangga ABSTRACT There are so many authority contradiction that show goverment’s moral accountability has been decreased. Nowadays, the law can’t estimate the right value in society. According to M. Agus Suseno, morality is very subjective human’s behavior, because is different, because of that the normative ideal standart rule is made. While according to Franz Magnis-Suseno, erite of “EtikaDasar. Masalah-Masalah Pokok Filsafat Moral”, human morality judgement can’t only justified by ethics, obligation of revalations and our divine feeling, from the authority dictates or based on specific insignt. In the manner as Airlangga University chathword “Excellent with Morality” therefore how is the practices of education authority. This research use descriptive qualitative method approach wich describes the moral accountability of lecturer to “Tri Dharma Perguruan Tinggi”. the conclusion is the moral accountability of lecturers in fulfilling their tri dharma perguruan tinggi duty can be judge by honesty, authetical value, obligatiaon of duty, morality independence, humbleness, realistic and critival. Key words: moral, moral accountability lecturer Lecturer. Pendahuluan Rektor Universitas Airlangga Prof. Dr. Fasich, Apt. bersama jajaran pimpinan di bawahnya, termasuk Wakil Dekan dan Sekretaris Badan/Lembaga/Pusat/Satuan, Lebih tepatnya Kamis (11/11) dalam Humas UA, bermaksud untuk menyatukan tekad menggagas komitmen bersama demi meraih keunggulan UNAIR dengan “Excellence with Morality”. Sedangakan untuk universitas lain baik swasta maupun negri bahkan institut agama islam, kristen, teologi tidak ada yang menggunakan slogan moralitas. selain itu, seperti yang dikemukakan oleh Kuntaman (2010) yang merupakan Dekan salah satu Fakultas di Universitas Airlangga, bahwa pengertian moral yang abstraksi dan susahnya pengukuran indikator moralitas kemudian bagaimana implementasi dan proses pendidikan. Tabel 1: Daftar rata-rata penilaian pekerjaan dosen Fakultas Ilmu sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya No. Penilaian Kinerja 1 Kesetiaan 2 3 4 5 6 7 8 Prestasi kerja Tanggungjawab Ketaatan Kejujuran Kerjasama Prakarsa Kepemimpinan Angka rata-rata 91.47 90.97 90.92 90.76 90.71 90.65 90. 59 90.43 Sebutan Amat Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik Baik | Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Sumber: Penilain Pekerjaan Pegawai Negri Siil Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga 2012. Dari data di atas, Penilaian Pekerjaan Pegawai Negri Sipil dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga belum menunjukkan hasil kpenilaian yang maksimal. Seperti yang dikemukakan oleh salah satu kepala departemen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlanggta, bahwa penilaian pekerjaan dosen tidak ada parameter yang baku sebagai acuan penilaian. Hal ini dikarenakan pada Peraturan Pemerintah yang berlaku tidak ada fokus peneliaian khusus untuk dosen. dari pernyataan tersebut dapat di asumsikan bahwa penilaian kinerja dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga dapat dikatakan lebih baik bahkan lebih buruk dari hasil paparan penilaian di atas. Beberapa fakta yang diperoleh dari hasil observasi adalah masih terdapat 2,7% dosen Fisip Unair yang belum menempuh pendidikan minimal s2 bahkan masih terdapat seorang dosen yang belum menuntaskan pendidikan s1. Terdapat 31% mahasiswa lulus dengan tidak tepat waktu. Hampir setiap tahun terjadi orasi protes atas hal-hal yang tidak diinginkan terjadi atau belum terlaksankannya hal-hal yang dinginkan yang dilakukan oleh sejumlah mahasiswa Fisip Unair. Dari beberapa kondisi tersebut memperlihatkan buruknya perilaku yang dilakukan oleh sivitas akademika Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga. Kembali kepokok permasalahan yakni “Excellence with Morality” pada slogan Universitas Airlangga. Bagaimana implementasi atau aplikasi moralitas oleh para sivitas akademika pada proses pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi di Universitas Airlangga? Apakah perlu adanya moralitas dalam kinerja seorang dosen? Dengan demikian perlu diadakannya pengujian moralitas pada dosen. Dari penelitian ini, peneliti bermaksud untuk mendeskripsikan akuntabilitas moral dosen pada tri dharma perguruan tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya. Dan dari hasil kesimpulan pada penelitian ini akan memberikan jawaban mengenai perlu atau tidaknya penerapan moralitas dalam perguruan tinggi. Dari uraian latar belakang permasalahan yang telah dibahas sebelumnya maka peneliti menarik sebuah rumusan masalah, yaitu: Bagainamana akuntabilitas moral dosen pada tridharma perguruan tinggi? penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan akuntabilitas moral dosen pada tri dharma perguruan tinggi. Penelitian ini bermaksud untuk memberikan beberpa manfaat, diantaranya sebagai berikut: 1). Manfaat Teoritis: Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam khasanah ilmu administrasi Negara, terutama mengenai akuntabilitas ISSN 2303-34IX moral dosen pada tri dharma perguruan tinggi. 2). Manfaat Praktis: a). Memberikan inspirasi bagi dosen dan mahasiswa dalam mengoptimalkan pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi dengan akuntabilitas moral. b). Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan evaluasi bagi seluruh lembaga-lembaga yang terlibat dalam prosses pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif. Tipe penelitian Deskriptif yaitu mendeskripsikan akuntabilitas moral dosen pada tri dharma perguruan tinggi. lokasi penelitian dilakukan di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga surabaya. Teknik penentuan informan menggunakan teknik porposive sampling. Teknik penggalian data menggunakan wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik analisis data yaitu reduksi data, penyajian data, dan pkemudian dilakukan penarikan kesimpulan. Akuntabilitas Moral Dosen pada Tri Dharma Perguruan Tinggi Kata moral mengacu pada baik buruknya manusia sebagai manusia sedangkan bidang moral merupakan kehidupan manusia dilihat dari segi kebaikannya sebagai manusia (Franz Magnis-Suseno, 1987; 19). Etika atau moral merupakan sikap etis yang harus dilakukan dalam menjalankan aktivitas sebagai pengemban profesi (M. Agus Suseno, 2012; 82-83). Pernyataan lain yang dikemukakan oleh Lali Rasjidi, Op. Cit., (2001) bahwa: Kata moral atau moralis biasa digunakan sebagai sinonim dari kata etika yang merupakan pencabangan utama dari filsafat, kedua kata ini memiliki etimologi yang sama (dalam M.Agus Santoso (2012: 83). Menurut Franz Magnis-Suseno (1987;19), bahwa norma-norma moral adalah tolok ukur untuk menentukan baik-buruknya perilaku manusia sebagai manusia dan bukan sebagai pelaku peran tertentu. Beberapa sikap kepribadian moral diantaranya kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggungjawab, kemandirian moral, keberanian moral, kerendahan hati, realistik dan kritis (Franz Magnis-Suseno, 1987; 141-150). Akuntabilitas merupakan aktivitas untuk memberikan penjelasan dan alasan pembenaran atas tindakan (cara) yang dilakukan dalam menggunakan kekuasaan (Schacter, 2002 dalam Instrumen Akuntabilitas Nasional Bidang Eksekutif, 2012: 14). Definisi lain mengenai akuntabilitas menurut Goldring (1987, 8) bahwa dalam suatu sistem organisasi, pegawai bertanggung jawab pada organisasi atau pada orang lain yang berkepentingan untuk melaksanakan tanggung jawab yang diserahkan padanya (dalam Instrumen Akuntabilitas Nasional Bidang Eksekutif, 2012: 15). | Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 Akuntabilitas moral dosen pada tri dharma perguruan tinggi adalah suatu tindakan yang dilakukan oleh seorang dosen untuk memberikan penjelasan dan alasan yang jelas dan dapat diterima oleh pemberi tanggungjawab dan pihak yang berkepentingan atas tindakan yang dilakukan dalam menggunakan kekuasaan sebagai dosen pada pelaksanaan tri dharma perguruan tinggi yang dilandasi dengan norma-norma yang berlaku yakni dilihat dari kesetian pada profesi, prestasi kerja dosen, tanggungjawab pada beban tugas, ketaatan dosen pada peraturan kedinasan, kejujuran dosen dalam pelaksanaan tugas, kerjasama dsen pada pelaksanaan tugas, prakarsa dosen dan kepemimpinan dosen. Penilaian kinerja pada Pegawai Negri Siplin menurut Peraturan Pemerintah Nomor 10 Tahun 1979, diantaranya: 1). Kesetiaan, merupakan kesetiaan, ketaatan, dan pengabdian kepada Pancasila, UndangUndang Dasar 1945, Negara, dan Pemerintah; 2). Prestasi kerja, merupakan hasil kerja yang dicapai seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksana tugas yang dibebankan kepadanya. Pada umumnya prestasi kerja seorang Pegawai Negeri Sipil dipengaruhi oleh kecakapan, ketrampilan , pengalaman dan kesungguhan PNS yang bersangkutan; 3). Ketaatan, merupakan kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan; 4). Tanggung jawab, merupakan kesanggupan seorang Pegawai Negeri Sipil menyelesaikan pekerjaan yang diserahkan kepadanya dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya serta berani memikul risiko atas keputusan yang diambilnya atau tindakan yang dilakukannya; 5). kejujuran, merupakan ketulusan hati seorang Pegawai Negeri Sipil dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya; 6). Kerjasama, merupakan kemampuan seseorang Pegawai Negeri Sipil untuk bekerja bersama-sama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya; 7). Prakarsa, merupakan kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk mengambil keputusan, langkahlangkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan; 8). Kepemimpinan, merupakan kemampuan seorang Pegawai Negeri Sipil untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Akuntabilitas Moral Dosen pada Tri Dharma Perguruan Tinggi di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya ISSN 2303-34IX Penilaian kinerja dosen dalam melaksanakan tugas profesi terdapat 8 (delapan) indikator penilaian, diantaranya: kesetian pada profesi, prestasi kerja dosen, tanggungjawab pada beban tugas, ketaatan dosen pada peraturan kedinasan, kejujuran dosen dalam pelaksanaan tugas, kerjasama dsen pada pelaksanaan tugas, prakarsa dosen dan kepemimpinan dosen. Sedangkan pada menilaian moralitas terdapat beberapa penilaian diantaranya kejujuran, nilai-nilai otentik, kesediaan untuk bertanggungjawab, kemandirian moral, keberanian moral, kerendahan hati, realistik dan kritis. Kesetiaan dosen pada profesi merupakan bentuk pengabdian seorang dosen kepada universitas tempat ia mengajar dengan tidak memiliki profesi lain selain sebagai dosen pada universitas tersebut. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggunngjawabkan atas pengabdiannya terhadap universitas tempat ia berdinas. Bentuk kesetiaan dosen pada profesi yang diperlihatkan oleh dosen Fisip Unair adalah sebagian besar dari mereka memiliki profesi lain selain berprofesi sebagai dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlannga yakni sebagai peneliti, konsultasn dan juga bekerja di instansi lain. kondisi terebut tidak memcerminkan pengabdian seorang dosen terhadap universitas tempat ia berdinas. Sedang penilaian moralitas yang dimaksud oleh Franz Magnis Suseno (1978) penilaian moral merupakan ukuran baik-buruknya perilaku manusia bukan tinggi rendahnya perilaku manusia. Belum tentu dosen tersebut memiliki maksud yang buruk atas tindakannya memiliki profesi lain dan juga sebaliknya. Satu sisi seorang dosen yang memiliki sikap kesetian terhadap profesi adalah tidak dimilikinya profesi lain. Disisi lain seorang dosen dituntut untuk memiliki penghasilan lebih untuk mencukupi kehidupan keluarganya yakni salah satunya dengan memiliki profesi lain. Dari keadaan yang sama dan dari dua sudut penilaian yang berbeda. Dari dua sisi penilain tersebut, tidak dapat dikatakan bahwa tindakan dosen tersebut baik atau buruk. Dengan demikian penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat kesetiaan dosen pada profesi tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moralitas. Prestasi kerja dosen merupakan bentuk kemampuan seorang dosen dalam pelaksanaan tugasnya sebagai dosen yakni dengan kemampuan berbahasa asing, tingkat pendidikan, penempuhan pendidikan luar negri, jabatan akademik yang dimiliki oleh dosen dan kemampuan mentransformasikan ilmu kepada mahasiswa. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi harus memiliki kemampuan-kemapuan tersebut. Penilaian prestasi kerja yang dikemukakan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan prestasi kerja dosen adalah beberapa penghargaan yang pernah diraih baik dibidang akademik yakni penghargaan sebagai dosen teladan, menghasilkan bimbingan skripsi terbaik dan masih | Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 banyak penghargaan akademik lainnya dihampir setiap tahun. Kurangnya merealisasikan kemampuan berbahasa asing dalam kegiatan belajar mengajar. Presentase dosen yang menempuh pendidikan s3 terdapat 24%. Presentase dosen yang menempuh pendidikan luar negri terdapat 26%. Presentase jabatan akademik yang dimiliki oleh dosen sebagai guru besar terdapat 6%. Dan terdapat 31% mahasiswa lulus dengan tidak tepat waktu. Penghargaan yang diraih oleh dosen, tingkat pendidikan, jabatan akademik dosen dan tingkat kelulusan mahasiswa merupakan deskripsi akuntabilitas moral dosen pada tri dharma perguruan tinggi kaitannya dengan prestasi kerja. Sedangkan menurut Franz Magnis-Suseno (1987) bahwa penilaian moral tidak hanya sebatas penilaian atas situasi yang terjadi atau masalah perasaan melainkan masalah kebenaran objektif. Dengan demikian penilaian kinerja dosen tersebut tidak dapat dikatakan baik-buruknya suatu perilaku dosen. Sehingga penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat prestasi kerja tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moralitas. Tanggungjawab dosen pada beban tugas merupakan bentuk kesanggupan seorang dosen dalam menyelesaikan tugasnya sebagai dosen dengan sebaikbaiknya dan tepat pada waktunya yakni dilihat dari kehadiran pada kegiatan belajar mengajar di kelas, kehadiran di kampus, pembuatan naskah soal dan evaluasi belajar mahasiswa. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggunngjawabkan atas segala beban tugas yang telah diberikan kepadanya tersebut. Bentuk pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan tanggungjawab atas beban tugas dosen adalah kurangnya ketepatan waktu pada pelaksanaan kegiatan belajar mengajar di kelas, kurangnya presentase kehadiran di kampus serta pembuatan naskah soal dan evaluasi belajar mahasiswa yang dilakukan sendiri oleh dosen PJMK atau team pengajar. Sedangkan Menurut Franz Magnis-Suseno (1978) bahwa penilaian moralitas pada seseorang yang besedia untuk bertanggungjawab adalah tidak memberikan ruang pada pamrih, malas, wegah, takut atau malu. Menyikapi beban tugas dengan diemong, dipelihara, diseleseikan dengan baik, bahkan andaikan tidak ada yang peduli. Selain itu juga mengatasi etika oeraturan, memiliki wawasan yang tidak terbatas, mempertanggungjawabkan atas perilakunya. Namun pada hasil wawancara pada beberapa informan, beberapa penilaian moralitas tersebut tidak sesuai dengan penilaian pada kinerja dosen. Dengan demikian penilaian kinerja tersebut tidak dapat diukur baikburuknya perilaku seorang dosen. Maka penilaian pada kinerja dosen kaitannya dengan tingkat tanggungjawab tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moralitas. Ketaatan dosen pada peraturan kedinasan merupakan bentuk kesanggupan seorang dosen untuk menaati segala peraturan perundang-undangan dan ISSN 2303-34IX peraturan kedinasan yang berlaku, menaati perintah kedinasan yang diberikan oleh atasan yang berwenang, serta kesanggupan untuk tidak melanggar larangan yang ditentukan. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggungjawabkan atas ketaatan pada peraturan kediasan yang berlaku. Bentuk pertanggungjawaban yang kemukakan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan ketatatan atas beban tugas dosen diantaranya melanggar tidak bolehnya memiliki profesi lain, usia saat mengajar kurang dari 65 tahun, terdapat 3% dosen belum menempuh pendidikan minimal S2, dosen 100% dosen telah menempuh sertifikasi dosen. Sedangkan menurut Franz Magnis-Suseno (1987) dalam penilaian moralitas kita harus mengetaui apa motivasi dari orang tersebut melakukan suatu hal. Apakah maksudnya itu baik atau buruk. Belum tentu seorang dosen yang melanggar peraturan kedinasan memiliki maksud yang buruk atau baik begitu juga dengan dosen yang tidak melanggar peraturan kedinasan memiliki maksud yang baik atau buru. Dan kinerja seorang dosen tidak perlu untuk diketahui baik buruknya tindakan terbut namun hanya sebatas tinggi-rendahnya dan benar-salahnya tindakan dosen tersebut. sehingga pada penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat ketaatan tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moralitas. Kejujuran dosen pada pelaksanaan tugas merupakan bentuk ketulusan hati seorang dosen dalam melaksanakan tugas dan kemampuan untuk tidak menyalah gunakan wewenang yang diberikan kepadanya yakni dilihat dari hasil penilaian evaluasi belajar mahasiswa. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggungjawabkan ketulusan dalam penggunaan wewenag pada pelaksanaan tugas. Bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan kejujuran dosen pada pelaksanaan tugas dosen adalah pemberian nilai terhadap evaluasi belajar mahasiswa. Dari data hasil lapangan, berikut merupakan deskripsi dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan bahwa pemberian penilaian atas hasil evaluasi belajar mahasiswa sesuai dengan kemampuan mahasiswa dalam memberikan jawaban atas tugas atau soal ujian. Hal tersebut dilakukan agar membantuk mendidik mahasiswa untuk bertanggung jawab atas hasil yang telah mereka dapatkan. Adapaun seorang dosen yang memberikan nilai kepada mahasiswa atas hasil evaluasi belajar mahasiswa tidak sesuai dengan kemampuan mahasiswa. Persaingan yang ketat dengan nilai lulusan universitas lain menjadi alasan dosen untuk memberikan nilai yang lebih bagus dibandingkan dengan kemampuan yang dimiliki oleh mahasiswa. Sedangkan menurut Franz Magnis-Suseno (1978) bahwa bersikap jujur merupakan seseorang yang memiliki dua sikap yaitu terbuka dan fair. Pertanyaanya, terbuka dan fair untuk siapa? Untuk yang mana? Dengan demikian penilaian kinerja dosen tersebut tidak dapat dilakukan penilaian baik-buruknya | Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 tindakan tersebut. Maka, penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat kejujuran tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moral. Kerjasama dosen merupakan bentuk kemampuan seseorang dosen untuk bekerja bersamasama dengan orang lain dalam menyelesaikan sesuatu tugas yang ditentukan, sehingga tercapai daya guna dan hasil guna yang sebesar-besarnya yakni dilihat dari diskusi yang dilakukan seorang dosen dengan mahasiswa. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggungjawabkan kemampuannya dalam bekerjasa sama dengan oranglain dalam pelaksanaan tugasnya. Bentuk pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan kerjasama dosen pada pelaksanaan tugas dosen adalah penentuan kontrak kuliah dan diskusi kelas. Dari data hasil lapangan, berikut merupakan deskripsi dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan bahwa penentuan presentase nilai (kontrak kuliah) ditentukan atas hasil keputusan bersama antara mahasiswa dengan dosen. Setiap dosen memberikan pengarahan mengenai presentase pemberian nilai kepada mahasiswa. Kemudian mahasiswa yang menentukan presentase nilai. Selain itu juga dilakukan diskusi kelas sebagai bentuk kerjasama antara mahasiswa dengan dosen yaitu mensukseskan kegiatan belajar mengajar di kelas. Sedangkan menurut Franz Magnis-Suseno (1987) bahwa sesorang yang memiliki kerendahan hati pada moral yaitu tidak hanya memiliki kesadaran akan keterbatasan kebaikan melainkan juga bahwa kemampuan untuk memberikan penilaian terbatas. Bersedia memperhatikan dan menanggapi setiap pendapat lawan, bahkan untuk seperlunya mengubah pendapat kita sendiri. Kerendahan hati menjamin kebebasan dari pamrih. Dengan demikian penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat kerja sama tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moralitas. Prakarsa dosen merupakan bentuk kemampuan seorang dosen untuk mengambil keputusan, langkah-langkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok tanpa menunggu perintah dari atasan. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggungjawabkan kemampuannya dalam mengambil keputusan, langkahlangkah atau melaksanakan sesuatu tindakan yang diperlukan dalam melaksanakan tugas pokok sebagai dosen. Bentuk pertanggungjawaban yang dilakukan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan prakarsa dosen pada pelaksanaan tugas dosen adalah menulis buku, jurnal dan artikel. Sealain itu seminar dan mendayagunakan media pendukung pengajaran. Dari data hasil lapangan, berikut merupakan deskripsi dari pernyataan yang dikemukakan oleh informan, bahwa dosen telah menulis buku, jurnal dan artikel sebagai wadah untuk menuangkan ilmu yang didapat dalam bentuk tulisan, ISSN 2303-34IX sebagai bahan referensi mahasiswa, menulis artikel dikoran mendapatkan remunerasi yang lumayan. Seorang dosen biasannya menjadi pembicara pada seminar-seminar tertentu merupakan media pemberi wawasan terhadap masyarakat. Mendayagunakan media pendukung pengajaran untuk mempermudah mentransformasikan materi perkuliahan kepada mahasiswa.Sedangkan menurut Franz Magnis-Suseno (1987) bahwa penilaian moral tidak berhenti pada penilaian apa yang telah terjadi namun juga apa yang menjadi motiv hal tersebut bisa terjadi. Dari situlah dapat diketahui penilaian baik-buruknya atas tindakan yang dilakukan oleh seorang dosen. dengan demikian ukuran penilaian moralitas tersebut tidak sesuai jika diterapkan untuk mengukur penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat prakarsa dosen. Kepemimpinan dosen merupakan bentuk kemampuan seorang dosen untuk meyakinkan orang lain sehingga dapat dikerahkan secara maksimal untuk melaksanakan tugas pokok. Hal ini berarti seorang dosen sebagai pelaksana tri dharma perguruan tinggi wajib mempertanggungjawabkan kemampuannya dalam meyakinkan dan mengarahkan orang lain. Bentuk pertanggungjawaban yang dikemukakan oleh dosen Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga terkait dengan kepemimpinan dosen pada pelaksanaan tugasnya adalah kemampuannya dosen dalam meyakinkan dan mengarahkan mahasiswa cukup mendapat respon baik dari mahasiswa dan mahasiswa mampu dan mau melaksanakan tugas atau perintah tri dharma perguruan tinggi. namun masih terdapat 31% mahasiswa lulus dengan tidak tepat waktu. Hal tersebut memperlihatkan kurang baiknya tingkat kepemimpinan seorang dosen. Sedangkan berdasarkan penilaian moral menurut Franz Magnis-Suseno (1987) bahwa apa yang terrjadi di depan mata belum tentu sama buruknya dengan apa yang tidak terlihat. Jadi, keterlambatan mahasiswa dalam lulus kuliah tidak dapat dinilai secara moralitas karena terjadinya keterlambatan lulusan mahasiswa adalah rendahnya tingkat kepemimpinan dosen. Sedangkan penilaian moral tidak hanya dapat dinilai dari segi itu saja. Tingkat kelulusan mahasiswa tidak dapat digunakan sebagai tolok ukur penilaian baik-buruknya tindakan dosen dalam merealisasikan kemampuan kepemimpinanya. Dengan demikian penilaian kinerja dosen kaitannya dengan tingkat kepemimpinan tidak dapat diterpkan penilaian menurut ukuran moralitas. Kesimpulan Dari hasil penelitian ini menyimpulkan penilaian kinerja dosen pada tri dharma perguruan tinggi oleh Fakulta Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga Surabaya, diantaranya sebagai berikut: 1). kesetian pada profesi tidak cukup tinggi; 2). prestasi kerja dosen tidak cukup tinggi; 3). tanggungjawab pada beban tugas tidak cukup tinggi; 4). ketaatan dosen pada peraturan kedinasan tidak | Kebijakan dan Manajemen Publik Volume 1, Nomor 1, Oktober 2013 cukup tinggi; 5). kejujuran dosen dalam pelaksanaan tugas tidak cukup tinggi; 6). kerjasama dsen pada pelaksanaan tugas cukup tingi; 7). prakarsa dosen cukup tinggi; 8). kepemimpinan dosen tidak cukup tinggi. Namun pada penilaian kinerja tersebut bahwa ISSN 2303-34IX moralitas tidak dapat diterapkan penilaian menurut ukuran moral. Karena penilaian kinerja dosen dapat diukur tinggi rendahnya atau salah benarnya dan tidak dapat diukur baik buruknya menurut ukuran moralitas. Daftar Pustaka Daftar Penilaian Pelaksana Pekerjaan Pegawai Negri Sipil dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga, 2012 http://www.bkn.go.id/in/peraturan/pedoman/pedoman-penilaian-pns.html senin, 10 Desember 2012 Pukul 20.51 Kuntaman, 2010. Excellence with Morality: Apa dan Bagaimana Menerapkannya. Surabaya Lembaga Administrasi Negara, 2011. Inzstrumen Akuntabilitas Nasional Bidang Eksekutif. Jakarta Magnis Farnz, Suseno, 1987. Etika Dasar. Kanisius. Yogyakarta. Santoso Agus, 2012. Hukum, Moral, & Keadilan. Kencana. Jakarta.