Perencanaan Perpajakan Pertemuan 4

advertisement
MATERI KULIAH KE IV ONLINE – 7 MARET 2013
REVALUASI AKTIVA
Dibuat sebagai Bahan Kuliah Online Perencanaan Pajak
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
Dosen Pengampu : Najib Buchory, MM
Pendahuluan
Dalam suatu waktu karena kondisi tertentu misalkan adanya perubahan signifikan nilai tukar rupiah
terhadap dollar amerika, adanya inflasi yang sangat tinggi, atau kondisi lainnya, nilai aktiva tetap
berwujud yang dimiliki perusahaan, bisa jadi tidak mencerminkan nilai pasar wajar. Nilai buku aktiva
tetap berwujud baik secara komersil maupun fiskal, jauh lebih rendah dari nilai pasar atau nilai yang
dapat direalisasikan apabila dijual.
Dengan aktiva tetap berwujud yang tidak mencerminkan harga pasar, laporan keuangan perusahaan
- terutama untuk nilai fixed asset - lebih rendah. Dengan kondisi ini, rasio-rasio keuangan
perusahaan tidak menguntungkan atau undervalue. Pengaruh lainnya adalah biaya penyusutan atas
aktiva tetap berwujud rendah sehingga harga pokok produksi juga rendah. Secara perpajakan,
kondisi ini sangat tidak menguntungkan untuk perusahaan, karena laba kena pajak tidak
mencerminkan nilai sesungguhnya.
Dengan kondisi seperti diatas, perusahaan – dengan pertimbangan tertentu - perlu melakukan
revaluasi (penilaian kembali) atas aktiva tetap berwujud yang dimiliki. Tujuannya adalah agar dalam
laporan keuangan nilai aktiva tetap berwujud - setelah revaluasi – mencerminkan nilai pasar wajar.
Dengan nilai pasar wajar, akan berefek pada laporan keuangan perusahaan, perhitungan biaya
penyusutan, perhitungan harga pokok dan pengaruh lainnya.
Revaluasi dilakukan oleh pihak eksternal yaitu penilai (appraisal) yang telah mendapatkan izin dari
Menteri Keuangan.
Revaluasi bagi perusahaan memiliki fungsi :
a. Nilai Asset dalam laporan keuangan akan menjadi lebih baik, yang akan berpengaruh pada nilai
total asset.
b. Perhitungan harga pokok akan menghasilkan nilai yang mendekati harga pokok yang wajar.
c. Meningkatkan struktur modal sendiri, artinya perbandingan antara pinjaman (debt) dengan
modal sendiri atau ekuitas atau rasio utang terhadap ekuitas (debt-to-equity ratio-DER) membaik.
Dengan membaiknya DER, maka perusahaan dapat menarik dana, baik mendapat pinjaman dari
pihak ketiga maupun melalui emisi saham.
d. Dan fungsi lainnya.
REVALUASI AKTIVA TETAP BERDASARKAN PERNYATAAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN PSAK 16 (REVISI 2007)
Dalam PSAK 16 (Revisi 2007) disebutkan bahwa Pengukuran Asset setelah pengakuan awal , suatu
entitas :
-
Harus memilih model biaya (cost model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai
kebijakan akuntansinya, dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam
kelompok yang sama.
- Revaluation model harus dilakukan secara reguler, untuk memastikan jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca.
- Jika suatu aset tetap direvaluasi, maka seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama harus
direvaluasi.
Untuk lebih jelasnya, aturan revaluasi aktiva tetap menurut Standar Akuntasi Keuangan, dapat
dibaca dalam PSAK 16 (Revisi 2007), yang mulai berlaku efektif untuk penyusunan Laporan
Keuangan yang dimulai pada atau setelah 1 Januari 2008.
REVALUASI AKTIVA TETAP BERDASARKAN UNDANG UNDANG PERPAJAKAN
Berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 dan Per12/PJ/2009 :
1. Wajib Pajak (WP) yang dapat melakukan revaluasi adalah WP badan dalam negeri yang
terletak atau berada di Indonesia, tidak termasuk perusahaan yang memperoleh izin
menyelenggarakan pembukuan dalam bahasa Inggris dan mata uang dollar Amerika.
2. Telah memenuhi semua kewajiban pajaknya sampai dengan masa pajak berakhir sebelum
masa pajak dilakukan penilaian kembali.
3. Mengajukan permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak.
Hal yang berhubungan dengan Revaluasi sesuai Peraturan Menteri Keuangan
79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 :
No.
1. Seluruh aktiva tetap berwujud termasuk tanah yang berstatus hak milik atau hak guna
bangunan atau seluruh aktiva tetap berwujud tidak termasuk tanah yang terletak di
Indonesia, dimiliki dan dipergunakan untuk memperoleh penghasilan.
2. Aktiva tetap yang dilakukan penilaian kembali dan setelah dikenakan PPh tidak dapat
dialihkan sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun.
3. Penilaian kembali aktiva tetap dilakukan berdasarkan nilai pasar atau nilai wajar.
4. Nilai pasar atau nilai wajar yang ditetapkan ternyata tidak mencerminkan keadaan yang
sebenarnya, maka DJP akan menetapkan kembali nilai pasar nilai wajar yang bersangkutan
6. Selisih antara nilai setelah revaluasi dengan nilai buku fiskal sebelum revaluasi dikenakan
PPh final sebesar 10% (sepuluh persen).
Dalam peraturan pajak sebelumnya : Selisih nilai revaluasi dikurangi kompensasi kerugian
yang masih bisa digunakan, baru kemudian sisanya dikenakan PPh Final 10 %.
7. Nilai pasar atau nilai wajar merupakan dasar penyusutan aktiva mulai tahun pajak
dilakukannya penilaian kembali aktiva tetap tersebut dengan masa manfaat yang baru
sesuai kelompoknya.
8. Apabila WP mengalihkan aktiva tetap tersebut sebelum lewat jangka waktu 5 (lima) tahun,
maka atas selisih penilaian aktiva tetap tersebut tetap dikenakan PPh yang terutang sebesar
10% dan tambahan PPh yang bersifat final sebesar selisih antara tarif PPh badan tertinggi
dengan tarif PPh Final 10 % .
9. Dikecualikan dari jangka waktu 5 (lima) tahun jika aktiva tetap tersebut dialihkan kepada
pemerintah atau dialihkan dalam rangka penggabungan, peleburan atau pemekaran usaha.
Penyusutan Setelah Revaluasi :
Sejak bulan dilakukanya penilaian kembali aktiva tetap perusahaan berlaku ketentuan sbb :
1. Dasar penyusutan fiskal aktiva tetap yang telah memperoleh persetujuan penilaian kembali
adalah nilai pada saat penilaian kembali (Nilai Revaluasi)
2. Masa manfaat fiskal aktiva tetap yang telah dilakukan penilaian kembali, disesuaikan
kembali menjadi masa manfaat penuh untuk kelompok aktiva tersebut.
3. Perhitungan penyusutan dimulai sejak bulan dilakukannya penilaian.
Teknis Akuntansi
Selisih Revaluasi dibukukan dalam perkiraan (rekening/akun) tersendiri yang diberi nama “Selisih
Penilaian Kembali Aktiva pada tanggal………………” dan termasuk dalam kelompok perkiraan modal.
Pemberian saham bonus akibat pencatatan tambahan nilai saham tanpa penyetoran kepada
Pemegang Saham, tidak dikenakan PPh.
PERENCANAAN PAJAK TERHADAP REVALUASI ASET TETAP
Apabila perusahaan akan melakukan revaluasi, harus melihat beberapa pertimbangan yaitu:
a. Bagaimana prediksi laba rugi perusahaan setelah revaluasi.
b. Berapa jumlah PPh Final 10 % yang harus dibayar atas selisih lebih penilaian kembali aktiva
tetap diatas nilai buku fiskal semula.
c. Selisih lebih penilaian kembali aktiva tetap diatas nilai buku fiskal semula merupakan
tambahan nilai asset yang dijadikan dasar penyusutan.
d. Nilai tunai atas biaya penyusutan yang dapat dimanfaatkan.sepanjang periode penyusutan.
Biaya penyusutan akan mengurangi laba kena pajak, jika diprediksi periode-periode setelah revaluasi
, perusahaan akan mendapatkan laba yang cukup signifikan.
Jika demikian, dengan biaya penyusutan yang lebih besar , laba kena pajak akan lebih rendah,
sehingga dapat menghindari tarif PPh Badan 25 %. Dan perusahaan dapat melakukan penghematan
dana sebesar 15 % (25 % - 10 % tarif final).
Untuk pemahaman lebih lengkap mengenai Revaluasi, sangat disarankan untuk juga membaca
Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei 2008 dan PSAK N0. 16 (Revaluasi
2007) tentang Aktiva Tetap dan aktiva lain-lain, yang ada dalam lampiran hybrid learning .
Pustaka :
-
Erly Suandy, Perencanaan Pajak, Salemba Empat , 2011
-
Siti Resmi, Perpajakan : Teori dan Kasus, Salemba Empat, 2010
-
UU Perpajakan dan Artikel lain yang berkaitan.
---(((())))----
Contoh :
PT. Melati awal Januari 2008 membeli aset mesin dengan harga perolehan Rp 400.000.000,-. Untuk
kepentingan pelaporan fiskal, mesin masuk kelompok 2 dengan masa manfaat 8 tahun, dan selama
ini perusahaan melakukan penyusutan dengan metode straight line method.
Awal 2012, berdasarkan perhitungan appraisal , nilai wajar mesin adalah Rp 600.000.000,-. Apakah
perusahaan sebaiknya melakukan revaluasi, jika kondisi perusahaan diasumsikan sbb :
a. Untuk tahun 2012 dan seterusnya perusahan diperkirakan akan menghasilkan laba fiskal, dan
perusahaan akan dikenakan tarif pajak 25 %. (asumsi tingkat bunga rata-rata 20 %, untuk
menghitung diskonto nilai tunai).
b. Untuk tahun 2012 dan seterusnya diperkirakan tidak akan menghasilkan laba fiskal .
Jawab :
a. Tahun 2012 dan seterusnya perusahaan diperkirakan akan menghasilkan laba fiskal.
REVALUASI
TIDAK REVALUASI
Data Umum
Nilai Perolehan asset Januari 2008
Rp
400.000.000,-
Rp
400.000.000,-
Depresiasi 4 tahun 2008 s.d 2011
Rp
200.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Nilai Buku
Rp
200.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Nilai asset setelah Revaluasi
Rp
600.000.000,-
Kenaikan Nilai Aset (Nilai Revaluasi –
Nilai Buku Fiskal sebelum revaluasi)
Rp
400.000.000,-
PPh Final yang harus dibayar 10 % dari
kenaikan nilai asset.
Rp
40.000.000,-
Dasar Penyusutan Baru (masa manfaat
baru revaluasi 8 tahun)
Rp
600.000.000,-
Rp
200.000.000,-
Penyusutan per tahun
Rp
75.000.000,-
Rp
50.000.000,-
Analisa atas asumsi untuk tahun-tahun berikutnya, perusahaan akan mendapatkan laba fiskal
dengan rate 25 %.
Manfaat yang diterima dengan adanya revaluasi adalah adanya kenaikan biaya penyusutan Rp
400.000.000,- dengan masa manfaat baru 8 tahun. Biaya penyusutan per tahun Rp 50.000.000,mulai tahun 2012 sampai dengan tahun 2019. Mengingat tarif pajak yang dikenakan adalah 25 %,
maka penghematan pajak dengan adanya revaluasi dari kenaikan biaya penyusutan adalah 25 % dari
biaya penyusutan setiap tahun.
Kemudian kita hitung NPV biaya penyusutan, dengan asumsi tingkat bunga diskonto 20 %, maka
penghematan pajak yang perusahaan dapatkan dari biaya penyusutan adalah :
Tahun
Biaya Penyusutan
Discount rate
NPV
2012
Rp 50.000.000,-
0,833
Rp 41.650.000,-
2013
Rp 50.000.000,-
0.694
Rp 34.700.000,-
2014
Rp 50.000.000,-
0.579
Rp 28.950.000,-
2015
Rp 50.000.000,-
0,482
Rp 24.100.000,-
2016
Rp 50.000.000,-
0,402
Rp 20.100.000,-
2017
Rp 50.000.000,-
0,335
Rp 16.750.000,-
2018
Rp 50.000.000,-
0,279
Rp 13.950.000,-
2019
Rp 50.000.000,-
0,233
Rp 11.650.000,-
TOTAL
Rp 400.000.000,-
Rp 191.850.000,-
Penghematan Pajak yang didapat dengan adanya revaluasi
= 25 % x Rp 191.850.000,-
Rp
47.962.000,-
Nilai tunai yang dibayar untuk PPh 10 %
Rp
40.000.000,-
Selisih
Rp
7.962.000,-
Dari analisa diatas didapatkan hasil bahwa dengan adanya revaluasi aktiva berwujud mesin,
penghematan pajak netto antara perhitungan Net Present Value Biaya penyusutan dikurangi Pajak
PPh final yang dibayarkan adalah Rp 7.692.000,-. Asumsi bunga yang dipakai 20 %. Apabila asumsi
bunga yang dipakai berbeda, akan menghasilkan penghematan pajak berbeda pula.
Dengan penghematan sebesar itu, perusahaan bisa saja memutuskan untuk melakukan revaluasi
aktiva berwujud, karena adanya penghematan pajak untuk total 8 tahun sebesar total Rp 7.692.000,, karena manfaat biaya penyusutan untuk masa 8 tahun.
Tetapi hal ini harus dipertimbangkan secara matang, mengingat penghematan yang didapatkan
tidak significant. Sehingga dengan penghematan yang tidak significant, dan dengan alasan lain,
perusahaan tidak perlu melakukan revaluasi.
Catatan : Berbeda dengan aturan pajak sebelumnya tentang revaluasi, kompensasi kerugian
dapat digunakan untuk mengurangi selisih kenaikan nilai aktiva revaluasi, sehingga PPh Final 10
% bisa lebih kecil. Dengan Peraturan Menteri Keuangan No. 79/PMK.03/2008 tanggal 23 Mei
2008, pilihan revaluasi bagi perusahaan, bisa jadi tidak menarik lagi.
b. Tahun 2012 dan seterusnya diperkirakan tidak akan menghasilkan laba fiskal.
Apabila asumsi yang digunakan untuk tahun 2012 dan seterusnya perusahaan diperkirakan tidak
akan menghasilkan laba fiskal, manfaat kenaikan biaya penyusutan sebagai pengurang laba, tidak
bisa dimanfaatkan. Tetapi perusahaan harus membayar PPh Final sebesar Rp 40.000.000,-, tetapi
tidak ada manfaat untuk biaya penyusutan.
Dengan demikian, Revaluasi tidak memiliki manfaat untuk perusahaan yang diperkirakan tidak
akan menghasilkan laba fiskal..
_ 00 _
Download