Petunjuk Praktis

advertisement
BAB2
GAMBARAN UMUM WILAYAH
2.1 Geografis, Administratif, dan Kondisi Fisik
2.1.1 Geografis
Kabupaten Buru sebelum pemekaran memiliki luas wilayah 12.655,58 km², telah disahkannya
Undang Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Kabupaten Buru Selatan, maka luas wilayah Kabupaten
Buru telah berkurang menjadi 7.911,88 Km² yang terdiri dari luas daratan 5.577,48 Km² dan luas lautan
1.972,5 Km² serta luas perairan 57,4 Km² dengan panjang garis pantai 232,18 Km². Sedangkan
berdasarkan letak astronomi, Kabupaten Buru berada pada titik koordinat :

Bujur Timur
:125070’ – 127021’ BT

Lintang Selatan
:2025’ – 3055’ LS
Secara fisiografi (makro relief), bentuk wilayah Kabupaten Buru dikelompokan berdasarkan
dataran, pantai dan perbukitan termasuk dataran tinggi (plateau/pedmont) dengan bentuk kelerengan
variatif. Kabupaten Buru didominasi oleh kawasan pegunungan dengan elevasi rendah berlereng agak
curam dengan kemiringan lereng kurang dari 40 % yang meliputi luas15,43 % dari keseluruhan luas
wilayah daerah ini. Jenis kelerengan lain yang mendominasi adalah elevasi rendah berlereng
bergelombang serta agak curam dan elevasi sedang berlereng bergelombang dan agak curam dengan
penyebaran lereng di bagian utara dan barat rata-rata berlereng curam.Sedangkan di bagian timur
terutama di sekitar Sungai Waeapo merupakan daerah elevasi rendah dengan jenis lereng landai sampai
agak curam.
Sedangkan secara geomorfologis, bentang alam di Kabupaten Buru dapat dikelompokan menjadi
4 (empat), yaitu ;bentang alam asal vulkanik yang dicirikan dengan adanya topografi bergunung-gunung
dan lereng terjal, bentang alam asal denudasional yang membentuk rangkaian pegunungan dan
perbukitan berbentuk kubah, bentang alam asal solusial dan bentang alam asal fluvial yang cenderung
membentuk topografi datar pada lembah-lembah sungai.
2.1.2 Geologi dan Jenis Tanah
Kabupaten Buru merupakan salah satu kawasan di luar busur banda (jalur gunung api) dengan
formasi geologi bervariasi antara batuan sedimen dan metamorfik. Dalam Peta sketsa geologi Pulau Buru
dan Pulau Seram, ditemukan 3 (tiga) material utama penyusun Pulau Buru. Ketiga formasi dimaksud
12
berada pada bagian selatan, utara dan formasi deposisi di bagian timur laut, yang masing-masing dapat
diuraikan sebagai berikut ;

Batuan Sedimen di bagian selatan yang kebanyakan dijumpai pada tempat-tempat dengan
permukaan air yang dangkal,

Batuan Metamorfik yang mirip dengan tipe batuan benua yang meliputi filit, batu sabak, sekis, arkose
serta greywacke meta yang dominan berada pada bagian utara Pulau Buru,

Endapan Batuan sedimen berumur neogen bagian atas ditemukan pada bagian timur laut sekitar
Kawasan Waeapo tersusun dari endapan Aluvium dan Kolovium berupa bongkahan, kerikil, lanau,
konglomerat, lumpur dan gambut. Sedangkan di sepanjang pantai utara terdapat jalur endapan pantai
dan aluvio-kolovium yang diselingi dengan terumbu karang angkatan (uplifed coral reef).
Sebagian besar tanah di Pulau Buru adalah jenis tanah kompleks, dimana persebaran jenis
tanah ini meliputi ; alluvial, podsolik merah kuning, organosol, grumasol dan tanah-tanah kompleks.
Peralihan antara formasi batuan sedimen dan metamorfik terdapat di Tanjung Bebek sekitar Waesabak
dan Waenekat di bagian utara barat menuju Danau Rana bagian tengah ke arah Waeapo bagian hulu dan
terus menyebar sampai ke Waeula dan Waenani di sekitar Tanjung Wamsaba bagian timur.
2.1.3
Klimatologi
Iklim yang berlaku di Kabupaten Buru, yaitu low tropis yang dipengaruhi oleh angin musim serta
berhubungan erat dengan lautan yang mengelilinginya. Selain itu, luas daratan yang berbeda-beda
memungkinkan berlakunya iklim musim. Ciri umum dari curah hujan tahunan rata-rata dibagi dalam empat
kelas untuk tiga wilayah, antara lain :

Buru Bagian Utara
:
1400 - 1800 mm / tahun,

Buru Bagian Tengah
:
1800 - 2000 mm / tahun,

Buru Bagian Selatan
:
2000 - 2500 mm / tahun,
Pada kawasan yang berelevasi lebih dari 500 m dpl dengan rata-rata 3000 – 4000 mm / tahun
berkaitan erat dengan perubahan ketinggian yang dimulai dari zona pesisir, yang selanjutnya dapat diikuti
pada bagian berikut. Sedangkan kondisi suhu rata-rata 260 C.
13
2.1.4
Hidrologi
Secara umum, ditemukan dua pola drainase permukaan yaitu Pola Anastomatik pada bentang
alam dataran termasuk kawasan dekat pantai dan Pola Dendritik pada bentang alam perbukitan dan
pegunungan. Sungai-sungai besar dan kecil umumnya merupakan sungai hujan, hanya beberapa sungai
besar yang mengalir sepanjang tahun dimana debit airnya dapat menurun drastis pada saat musim
kemarau. Sedangkan untuk kebutuhan air bagi konsumsi, diusahakan dengan pemanfaatan air sumur dan
pelayanan air bersih yang dipasok Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM).
Sungai yang ada di Kabupaten Buru terdiri dari sungai yang mengalir sepanjang tahun dan
sungai periodik, yang cukup banyak dan relatif cukup panjang. Sungai besar yang mengalir sepanjang
tahun diantaranya; Sungai Waeapo, Sungai Waegeren dan Sungai Waenibe. Keadaan sungai-sungai
tersebut sering juga mengalami penurunan debit air secara drastis pada saat terjadinya musim kemarau.
Daerah Aliran Sungai (DAS)/ Daerah Pengairan Sungai (DSP) atau drainage basin adalah suatu
daerah yang terhampar di sisis kiri dan kanan suatu aliran sungai, dimana semua anak sungai yang
terdapat di sebelah kanan dan kiri sungai bermuara kedalam suatu sungai induk. Seluruh hujan yang
terjadi di suatu drainage basin, semua airnya akan mengisi sungai yang terdapat di dalam DAS tersebut
oleh sebab itu, areal DAS juga merupakan daerah tangkapan hujan atau di sebut catcment area. Semua
air yang mengalir melalui sungai bergerak meninggalkan daerah-daerah tangkapan sungai (DAS) dengan
atau tampa memperhitungkan jalan yang di tempuh sebelum mencapai limpasan (run off).
Tabel 2.1
Daerah Aliran Sungai (DAS)di Kabupaten Buru
No.
Nama DAS
Luas (ha)
1.
DAS Apu
281.657
2.
DAS Nibe
161.823
Sumber : Buru dalam Angka Tahun 2013
2.1.5 Administrasi Pemerintahan
Kabupaten Buru dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 46 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Propinsi Maluku Utara, Kabupaten Buru dan Kabupaten Maluku Tenggara Barat, yang telah
diperbaharui dengan Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2000. Dengan memperhatikan kepentingan
pelayanan publik dan tuntutan rentang kendali pemerintahan, sampai dengan awal tahun 2008 wilayah
pemerintahan kecamatan di Kabupaten Buru mencakup 10 kecamatan. Selanjutnya, dengan telah
diberlakukannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2008 tentang Pembentukan Kabupaten Buru Selatan,
14
maka 5 wilayah kecamatan yang secara geografis berada di bagian selatan Kabupaten Buru terpisah
menjadi wilayah otonom, yakni Kabupaten Buru Selatan. Khusus untuk wilayah pemerintahan Kabupaten
Buru, Secara administratif, Kabupaten Buru memiliki luas wilayah 7.911,88 Km² dengan 10 Kecamatan
dan 82 desa yang terdiri dari :

Kecamatan Namlea
:
Ibukota Namlea

Kecamatan Airbuaya
:
Ibukota Airbuaya

Kecamatan Waeapo
:
Ibukota Waeapo

Kecamatan Waplau
:
Ibukota Waplau

Kecamatan Batabual
:
Ibukota Ilath

Kecamatan Lolong Guba
: Ibukota Kubalahin

Kecamatan Waelata
: Ibukota Basalale

Kecamatan Fena Leisela
: Ibukota Wamlana

Kecamatan Teluk Kaiely
: Ibukota Kaiely

Kecamatan Lilialy
: Ibukota Sawa
Batasan wilayah Kabupaten Buru secara administratif, antara lain ;

Sebelah Barat
:
Kabupaten Buru Selatan dan Laut Banda

Sebelah Timur
:
Selat Manipa

Sebelah Utara
:
Laut Seram

Sebelah Selatan
:
Kabupaten Buru selatan dan Laut Banda
Tabel 2.2: Nama, luas wilayah per-Kecamatan dan jumlah kelurahan
Nama Kecamatan
Jumlah
Kelurahan
/Desa
Kec. Namlea
Kec. Waplau
Kec. Airbuaya
Kec. Waeapo
Kec. Batabual
Kec. Lolong Guba
Kec. Waelata
Kec. Fena Leisela
Kec. Teluk Kaiely
Kec. Lilialy
Jumlah
Sumber:Simrenda Kab. Buru Tahun 2013
7
10
10
7
5
10
10
13
5
5
82
Luas Wilayah
Administrasi
(Ha)
(%) thd total
469,65
5,94
585,23
7,40
1.702,35
21,52
102,50
1,30
249
3,15
703,50
8,89
234,50
2,96
2.851,65
36,04
532,00
6,72
481,50
6,09
7911,88
100
15
Terbangun
(Ha)
(%) thd total
39,32
23,70
13,19
7,95
14,70
8,86
18,98
11,44
6,97
4,20
19,94
12,02
21,33
12,86
14,45
8,71
3,33
2,01
13,64
8,23
165,91
100
Dari 82 (delapan puluh dua) Desa yang tersebar di Kabupaten buru adalah sebagai berikut,
Kecamatan Namlea dengan luas daratan 469,65Ha dengan luas terbangun 39,32Ha terdiri dari 7 Desa
dan 9 Dusun , Kecamatan Waplau dengan luas Administrasi 585,23Hadengan luas terbangun 13,19 Ha
terdiri dari 10 Desa dan 3 Dusun, Kecamatan Airbuaya dengan luas Administrasi 1.702,35Ha dengan
luas terbangun 14,70Haterdiri dari 19 Desa dan 9 Dusun, Kecamatan Waeapo dengan luas Administrasi
102,50Ha dengan luas terbangun 18,98Ha terdiri dari 7 desa dan 8 Dusun, Kecamatan Batabual dengan
luas Administrasi 249Ha dengan luas terbangun 697 terdiri dari 5 Desa dan 4 Dusun, Kecamatan Lolong
Gube dengan luas Administrasi703,50Hadengan luas terbangun 19,94Ha terdiri dari 10 Desa dan 24
Dusun, Kecamatan Waelata dengan luas Administrasi234,50Ha dengan luas terbangun 21,33Ha terdiri
dari 10 Desa dan 21 Dusun, Kecamatan Fena Leisela dengan luas Administrasi 2.851,65Hadengan luas
terbangun 14,45Ha terdiri dari 13 Desa dan 22 Dusun, Kecamatan Teluk Kaiely dengan luas Administrasi
532,00Ha dengan luas terbangun 3,33Ha terdiri dari 5 Desa dan 3 Dusun, Kecamatan Liliali dengan luas
Administrasi 481,50Ha dengan luas terbangun 13,64Ha terdiri dari 5 Desa dan tidak memiliki Dusun.
Kabupaten Buru selain memiliki wilayah administrasi pemerintahan yang secara administrasi
terdiri 10 (sepuluh) Kecamatan, 82 (delapan puluh dua) Desa dan Dusun sebanyak 103 (seratus
duapuluh) Dusun,dengantotal luas Administrasi adalah 7.911,88Ha, total luas Terbangun 165,91Ha.
16
2.1 Peta Daerah Aliran Sungai di Wilayah Kabupaten Buru
Sumber : Pokja Sanitasi Kabupaten Buru
17
Peta 2.2 Administasi Kabupaten Buru
Sumber : RTRW Kabupaten Buru Thn 2008-2028
18
Peta 2.2.1. Orientasi Wilayah Kabupaten Buru
Sumber : RTRW Kabupaten Buru Thn 2008-2028
19
2.2 Demografi
Selain sebagai
sumber dayapembangunan,penduduk juga merupakan sasaran dari
pembangunan itu sendiri. Oleh karena itu, tak salah kiranya jika disebutkan bahwa penduduk
merupakan subjeksekaligus objek pembangunan.
Penduduk Kabupaten Buru pada tahun 2012, terhitung jumlah penduduk sebesar 115.004
jiwa, dimana 58.036 jiwa
wilayah sebesar 7.595,58
berjenis kelamin laki-laki
dan 56.968
jiwa
perempuan. Dengan luas
km² , kabupaten Buru memiliki tingkat kepadatan penduduk sebesar
15,14 jiwa/km² .
Penyebaran penduduk Kabupaten
Buru kurang merata.
Hal
ini terlihat dari angka kepadatan
penduduk yang berbeda secara signifikan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Daerah yang
terpadat penduduknya adalah kecamatan Namlea.
Sebagai Ibukota kabupaten Buru, tidak mengherankan apabila jumlah penduduk
kecamatan
Namlea merupakan yang terbesardibandingkan dengan kecamatan-kecamatan lainnya (29.957 jiwa).
Selanjutnya diikuti oleh kecamatan Waelata (12.515 jiwa), Waeapo (11.111 jiwa), Fena Leisela (10.765
jiwa), Waplau (10.326 jiwa), Lolong Guba (10.192 jiwa). Sedangkan empat kecamatan lainnya yakni
Batabual, Teluk Kaiely , Lilialy dan Air Buaya memiliki jumlah peduduk dibawah (10.000 jiwa), yaitu secara
berturut-turut (7.803 jiwa) dikecamatan Bata Bual(3.275 jiwa) di kecamatanTeluk Kaiely (9.554 jiwa) di
kecamatan Air Buayadan (9.506 jiwa) di kecamatan Lilialy.
Secara keseluruhan, penduduk kabupaten Buru masih didominasi penduduk usia produktif.
Namun demikian, rasio ketergantungan usia di kabupaten Buru mencapai 65,40 persen. Angka ini
menyatakan
jumlah
orang
yang secara ekonomi tidak aktif per seratus penduduk yang aktif
secara ekonomi.
Secara umum jumlah penduduk laki-laki lebih banyak
daripada
jumlah
penduduk
perempuan. Hal ini dapat ditunjukkan oleh sex ratio yang nilainya lebih besar dari 100. Pada
tahun 2012,
untuk setiap 100 penduduk perempuan terdapat 102 orang penduduk laki- laki.
Untuk mengatasi masalahpersebaran penduduk yang tidak merata, diperlukan usaha dari
Pemerintah Daerah KabupatenBuru untuk memberikan dorongan dalam distribusi pembangunan di
bidang ekonomi dan sosial di wilayah-wilayah yang memiliki kepadatan penduduk rendah sehingga
dapat menarik
minat penduduk untuk menetap di wilayah tersebut. Namun perlu disadari bahwa
semakin padatnya
penduduk di suatu wilayah
akan meningkatkan permintaan akan kebutuhan
penduduk itu sendiri. Apabila hal ini tidak seimbang, bukan tidak mungkin akan menimbulkan
masalah baru yaitu ketimpangan sosial ekonomi
dalam masyarakat. Jumlah penduduk dan
kepadatannya 3- 5 tahun terakhir di Kabupaten Buru dapat dilihat pada tabel di bawa ini :
20
Tabel 2.3: Jumlah penduduk dan kepadatannya 3 - 5 tahun terakhir
Jumlah Penduduk (jiwa)
Jumlah KK (KK)
Tingkat
Pertumbuhan (%)
Kepadatan pddk (jiwa/km2)
Tahun
Tahun
Tahun
Tahun
Nama Kecamatan
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
2009
2010
2011
2012
2013
Kec. Namlea
30,434
37,218
38,201
29,957
30.407
7.776
8.129
9.501
11.149
9.134
18,33
22,3
2,60
-21,6
1,50
32,00
39,13
40,16
34,28
64,74
Kec. Waplau
9,563
9,738
10,036
10,326
10.403
2.379
2.573
2.597
2.639
2.763
1,62
1,83
3,10
2,9
0,75
16,34
33,28
34,30
9,00
17,87
Kec. Airbuaya
17,103
19,189
19,705
9,554
9.614
4.511
4.864
5.634
5.714
2.318
11,01
12,20
2,70
-51,5
0,63
3,77
4,23
4,35
17,68
5,65
Kec. Waeapo
31,137
34,153
35,112
11,111
11.285
9.836
10.093
10.527
10.960
2.993
5,88
9,69
2,86
-68,4
1,57
25,26
27,71
28,49
31,51
110,10
Kec. Batabual
7,735
8,147
8,393
7,803
7.864
1.710
1.762
1.670
1.773
1.982
5,22
5,33
3,03
-7,0
0,78
26,44
13,92
14,34
7,53
31,58
Kec. Lolong Guba
-
-
-
10,192
10.298
-
-
-
2.059
3.135
-
-
-
-
1,04
-
-
-
14,49
14,64
Kec. Waelata
-
-
-
12,515
12.700
-
-
-
2.540
3.476
-
-
-
-
1,48
-
-
-
53,37
54,16
Kec. Fena Leisela
-
-
-
10,765
10.842
-
-
-
2.168
3.228
-
-
-
-
0,72
-
-
-
3,78
3,80
Kec. Teluk Keiely
-
-
-
3,275
3.309
-
-
-
661
805
-
-
-
-
1,04
-
-
-
6,16
6,22
Kec. Lilialy
-
-
-
9,506
9.614
-
-
-
1.922
2.371
-
-
-
-
1,14
-
-
-
17,87
18.07
Sumber: Buru Dalam Angka & Dinas Pencatatan Sipil Kab. Buru
Ket: dari tabel di atas 5 Kecamatan , Kec. Lolong Guba, Kec.Waelata, Kec.Fena Leisela,Kec.Teluk Keieli dan Kec. Liliali di mekarkan melalui Peraturan Daerah
Kabupaten Buru Tahun 2012.
21
Untuk menghitung jumlah penduduk di masa terlebih dahulu harus ditentukan tahun dasar proyeksi dan angka laju pertumbuhannya. Berdasarkan tahun
proyeksi dan angka laju pertumbuhan penduduk tersebut, dilakukan proyeksi penduduk dimasa yang akan datang. Proyeksi penduduk di hitung berdasarkan pada
asumsi bahwa pertumbuhan penduduk bersifat linier dari tahun ke tahun. Dengan demikian, proyeksi penduduk tersebut mengunakan rumus proyeksi penduduk
linier yaitu:
Pt = Po (1 + r)n
Dimana :
Pt =Jumlah penduduk tahun terakhir
Po =Jumlah penduduk tahun awal
1
= Konstante (angka tetap)
r
= Pertumbuhan penduduk (dlm %)
n
= Selisih tahun antara Pt dan Po
Jumlah penduduk awal yang dijadikan dasar perhitungan adalah penduduk pada tahun awal data. Sedangkan untuk tingkat pertumbuhan penduduk yang
digunakan adalah tingkat pertumbuhan penduduk rata-rata utuk kabupaten Buru peroide tahun 2013 - 2017 Seiring
dengan berjalannya waktu,
penduduk di Kabupaten Buru menunjukkan peningkatan setiap tahunnya. Jumlah penduduk pada tahun 2012 mencapai
dibandingkan jumlah penduduk pada tahun-tahun sebelumnya.Pertumbuhan jumlah penduduk
115.004
jiwa
22
atau naik
di Kabupaten Buru dalam beberapa tahun terakhir cukup
tinggi, yaitu di atas 1,5% setiap tahunnya.
Untuk menikuti tren pertumbuhan jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya 5 tahun
jumlah
telah di sediakan tabel seperti terlihat dibawa ini :
Tabel 2.4: Jumlah penduduk saat ini dan proyeksinya untuk 5 tahun
Jumlah Penduduk
Nama
Kecamatan
Tingkat
Pertumbuhan (%)
Tahun
Jumlah KK
Tahun
Tahun
Kepadatan Pddk
Tahun
2013
2014
2015
2016
2017
2013
2014
2015
2016
2017
2013
2014
2015
2016
2017
2013
2014
2015
2016
2017
Kec. Namlea
30.407
30.945
31.576
32.306
33.139
9.314
7.736
7.894
8.076
8.285
1.50
1.77
2.04
2.31
2.58
64.74
65.89
67.23
68.79
70.56
Kec. Waplau
10.403
10.521
10.679
10.881
11.128
2.763
2.630
2.670
2.720
2.782
0.75
1.13
1.51
1.89
2.27
17.87
18.07
18.34
18.69
19.11
Kec. Airbuaya
9.614
9.709
9.840
10.009
10.216
2.318
2.427
2.460
2.502
2.554
0.63
0.99
1.35
1.71
2.07
5.65
5.70
5.78
5.88
6.00
Kec. Waeapo
11.285
11.524
11.832
12.213
12.673
2.993
2.881
2.958
3.053
3.168
1.57
2.12
2.67
3.22
3.77
110.10
112.43
115.43
119.15
123.64
Kec. Batabual
7.864
7.951
8.063
8.204
8.373
1.982
1.988
2.016
2.051
2.093
0.78
1.10
1.42
1.74
2.06
31.58
31.93
32.38
32.95
33.63
Kec. Lolong Guba
10.298
10.445
10.635
10.870
11.153
3.135
2.611
2.659
2.718
2.788
1.04
1.43
1.82
2.21
2.60
14.64
14.85
15.12
15.45
15.85
Kec. Waelata
12.700
12.951
13.273
13.668
14.144
3.476
3.238
3.318
3.417
3.536
1.48
1.98
2.48
2.98
3.48
54.16
55.23
56.60
58.29
60.31
Kec. Fena Leisela
10.842
11.040
11.365
11.825
12.435
3.228
2.760
2.841
2.956
3.109
0.72
1.83
2.94
4.05
5.16
3.80
3.87
3.99
4.15
4.36
Kec. Teluk Keiely
3.309
3.349
3.396
3.450
3.511
805
837
849
862
878
1.04
1.22
1.40
1.58
1.76
6.22
6.30
6.38
6.48
6.60
Kec. Lilialy
9.614
9.753
9.925
10.131
10.372
2.371
2.438
2.481
2.533
2.593
1.14
1.45
1.76
2.07
2.38
18.07
18.33
18.66
19.04
19.50
Sumber:: Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kab. Buru
23
2.3 Keuangan dan Perekonomian Daerah
Hasil survey keuangan di Kabupaten Buru yang dilakukan pada beberapa SKPD terkait pembangunan sanitasi yaitu; Badan Perencanaan pembangunan
Daerah, Dinas Pekerjaan Umum, Dinas Kesehatan, Dinas Pendidikan, Dinas Tata Kota dan Kebersihan, Badan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Lingkungan Hidup
dan Dinas BPKKD Kabupaten Buru.
Aspek-aspek yang dibahas dalam survey dan studi APBD Kabupaten Buru adalah; Aspek Kelembagaan, Aspek prioritas pendanaan, pekembangan pendapatan dan
belanja daerah, besaran pendanaan sanitasi pertahun,besaran pendapatan dari layanan sanitasi dan besaran pendanaan sanitasi per kapita.
Darihasil survey tersebut dapat disajikan Anggaran Pendapatan Daerah Kabupaten Buru pada kurun waktu 2010- 2014 dan Belanja Modal Sanitasi dapat dilihat
pada tabel berikut:
Tabel 2.5: Rekapitulasi Realisasi APBD Kabupaten Buru Tahun 2010 – 2014
No
A
a.1
a.1.1
a.1.2
a.1.3
a.1.4
a.2
a.2.1
a.2.2
a.2.3
a.3
a.3.1
a.3.2
a.3.3
a.3.4
Realisasi Anggaran
Pendapatan (a.1 + a.2 + a.3)
Pendapatan Asli Daerah (PAD)
Pajak daerah
Retribusi daerah
Hasil pengolahan kekayaan daerah yang dipisahkan
Lain-lain pendapatan daerah yang sah
Dana Perimbangan (Transfer)
Dana bagi hasil
Dana alokasi umum
Dana alokasi khusus
Lain-lain Pendapatan yang Sah
Hibah
Dana darurat
Dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada kab./kota
Dana penyesuaian dan dana otonomi khusus
Tahun
2012
2010
2011
402.717.385.988
10.380.952.200
1.668.300.000
4.922.658.000
380.952.200
3.409.042.000
315.648.622.721
33.124.134.721
239.984.788.000
42.539.700.000
76.687.811.066
3.452.286.874
73.235.524.192
467.441.143.311
8.433.350.500
1.668.300.000
4.083.950.500
330.000.000
2.351.100.000
368.906.120.691
39.038.199.691
274.741.321.000
55.126.600.000
90.101.672.120
5.451.000.000
84.650.672.120
24
449.517.930.083
8.901.210.700
1.649.913.200
4.215.473.500
365.700.000
2.670.124.000
407.876.924.843
36.914.084.843
329.533.510.000
41.429.330.000
32.739.74.540
9.548.980.190
19.995.946.000
2013
2014
Rata2
pertumbuhan
510.018.063.225
22.096.653.806
5.500.000.000
12.988.854.000
435.153.216
3.172.646.590
453.800.172.984
45.448.721.984
356.075.091.000
52.276.360.000
34.121.236.435
10.464.629.219
22.982.607.216
531.326.434.254
15.373.783.993
3.620.000.000
8.266.341.500
435.153.216
3.052.289.277
479.165.736.045
30.059.377.045
392.051.369.000
56.054.990.000
37.786.914.216
9.464.307.000
28.322.607.216
5,97%
20,92%
39,61%
31,59%
3,29%
-0,49%
8,86%
0,33%
10,52%
7,63%
174,81%
26,62%
-4,52%
a.3.5
Bantuan keuangan dari provinsi/pemerintah daerah
lainnya
B
b.1
b.1.1
b.1.2
b.1.3
b.1.4
b.1.5
b.1.6
b.1.7
b.1.8
b.2
b.2.1
b.2.2
b.2.3
Belanja (b1 + b.2)
Belanja Tidak Langsung
Belanja pegawai
Bunga
Subsidi
Hibah
Bantuan sosial
Belanja bagi hasil
Bantuan keuangan
Belanja tidak terduga
Belanja Langsung
Belanja pegawai
Belanja barang dan jasa
Belanja modal
C
Pembiayaan
405.621.075.410
162.240.708.922
144.023.535.050
1.393.557.866
1.820.116.006
2.315.000.000
6.928.500.000
5.060.000.000
700.000.000
243.380.366.487
26.119.809.200
91.100.321.967
126.160.235.320
Surplus/Defisit Anggaran
Sumber
Keterangan
:
:
-
-
3.194.868.350
490.510.705.205
211.442.122.750
177.133.169.557
650.212.193
16.727.991.000
7.596.000.000
8.584.750.000
750.000.000
279.068.582.455
31.372.965.020
111.986.067.786
135.709.546.648
474.667.939.863
220.487.746.761
195.643.733.986
7.388.775
8.494.000.000
4.670.224.000
8.872.400.000
2.800.000.000
254.180.193.102
32.868.051.700
126.118.606.811
95.193.534.590
674.000.000
-
548.667.864.514
244.549.085.927
213.392.307.994
173.008.333
3.946.500.000
7.000.500.000
15.036.769.600
5.000.000.000
304.118.778.586
37.307.465.210
137.248.264.396
129.563.048.980
510.107.750.088
261.489.500.878
230.053.547.945
1.002.083.333
7.853.000.000
4.537.500.000
13.043.369.600
5.000.000.000
248.618.249.210
20.470.562.100
132.687.269.608
95.460.417.502
808.338.461.396
957.951.845.515
924.185.869.945
1.058.685.927.738
1.041.434.184.341
(2.903.689.422)
(23.069.561.894)
(25.150.009.779)
(38.649.801.289)
21.218.684.164
-39,45%
5,25%
10,49%
10,06%
513,70%
123,76%
-2,83%
25,85%
71,81%
-1,35%
8,21%
-2,50%
5,58%
-
Realisasi APBD Kabupaten Buru tahun 2010 - 2014,
n = tahun penyusunan buku putih sanitasi
Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa jumlah pendapatan Kabupaten Buru dari tahun ke tahun mengalami peningkatan, bersama dana perimbangan sedangkan untuk Dana
lain-lain yang sah mengalami penurunan. Peningkatan dana perimbangan ini menunjukkan bahwa Kabupaten Buru masih membutuhkan dana bantuan dari pusat (APBN)
untuk membiayai pembangunannya.
Sedangkan dari sisi pembelanjaan mengalami peningkatan secara signifikan baik belanja langsung maupun belanja tidak langsung. Sementara itu, dari sisi Realisasi Belanja
Sanitasi SKPD di Kabupaten Buru dalam 5 tahun terakhir adalah sbb :
25
Tabel 2.6: Rekapitulasi Realisasi Belanja Sanitasi SKPD Kabupaten Buru Tahun 2010 - 2014
Tahun
No
SKPD
2010
2011
2012
2013
1
Dinas Pekerjaan Umum
1.a
Rata2
pertumbuhan
2014
1.136.360.000
652.149.000
739.608.000
303.715.000
151.350.000
-27,66%
Investasi
858.530.000
652.149.000
739.608.000
209.715.000
-
-16,45%
1.b
operasional/pemeliharaan (OM)
277.830.000
-
-
94.000.000
151.350.000
2
Badan Lingkungan Hidup
1.337.166.750
1.065.940.124
681.255.752
2.a
Investasi
-
46.126.787
521.035.000
730.496.824
644.227952
2.b
operasional/pemeliharaan (OM)
-
87.667.300
816.131.750
335.443.300
37.027.800
3
3.a
Dinas Tata Kota
Investasi
911.834.900
1.750.082.000
275.576.000
1.624.579.650
132.727.650
2.442.234.702
740.552.702
2.532.669.700
275.207.100
3.b
operasional/pemeliharaan (OM)
911.834.900
4
Dinas Kesehatan
1.474.506.000
20.000.000
1.491.852.000
50.000.000
1.701.682.000
30.000.000.000
2.257.462.600
60.000.000
4.a
Investasi
-
-
-
-
-
4.b
operasional/pemeliharaan (OM)
20.000.000
50.000.000
30.000.000.000
60.000.000
5
Bappeda
Investasi
5.a
5.b
N
n.a
n.b
operasional/pemeliharaan (OM)
SKPD lainnya (sebutkan)
Investasi
operasional/pemeliharaan (OM)
133.794.087
12,20%
168,61%
211,59%
136,62%
27,76%
68,66%
21,92%
11990,04%
11990,04%
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
26
8
Belanja Sanitasi (1+2+3+…n)
-
-
-
-
-
-
9
-
-
-
-
-
-
10
Pendanaan investasi sanitasi
Total (1a+2a+3a+…na)
Pendanaan OM (1b+2b+3b+…nb)
-
-
-
-
-
-
11
Belanja Langsung
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
-
12
Proporsi Belanja Sanitasi –
Belanja Langsung(8/11)
13
Proporsi Investasi Sanitasi –
Total Belanja Sanitasi (9/8)
14
Proporsi OM Sanitasi – Total
Belanja Sanitasi (10/8)
Sumber :Realisasi APBD tahun 2010-2014 dan hasil olah data
Ket : investasi termasuk di dalamnya pembangunan sarana prasarana, pengadaan lahan, pelatihan, koordinasi, advokasi, kampanye dan studi-studi yang terkait dengan sanitasi
Realisasi Belanja Sanitasi Kabupaten Buru dari Tahun 2010-2014 mengalami perkembangan yang fluktuatif. Hal ini terlihat pada beberapa SKPD yang mengalami
peningkatan investasi, tetapi mengalami penurunan pada biaya operasional/pemeliharaan. Ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kabupaten Buru belum menetapkan program
sanitasi sebagai prioritas pembangunan.
Tabel 2.7 Perhitungan Pendanaan Sanitasi oleh APBD Kab/Kota Tahun 2010 – 2014
No
1
1.1
1.2
1.3
1.4
2
Uraian
Belanja Sanitasi ( 1.1 + 1.2 + 1.3 + 1.4 )
Air Limbah Domestik
Sampah rumah tangga
Drainase perkotaan
PHBS
Dana Alokasi Khusus ( 2.1 + 2.2 + 2.3 )
2010
752.282.587
732.282.587
20.000.000
425.429.273
2011
2.126.774.800
1.337.166.800
739.608.000
50.000.000
1.148.638.208
27
Belanja Sanitasi (Rp.)
2012
1.251.785.300
918.070.300
303.715.000
30.000.000
664.088.022
2013
922.605.752
681.255.752
151.350.000
90.000.000
585.661.774
2014
2.104.400.249
1.959.930.949
975.000.000
144.469.300
1.626.030.046
Rata-rata
Pertumbuhan
3,78
4,36
0,87
7,44
5,40
2.1
2.2
2.3
3
4
¶
DAK Sanitasi
DAK Lingkungan Hidup
DAK Perumahan dan Permukiman
Pinjaman/Hibah untuk Sanitasi
Bantuan Keuangan Provinsi untuk
Sanitasi
Belanja APBD murni untuk Sanitasi (1-2-3)
Total Belanja Langsung
% APBD murni terhadap Belanja Langsung
983.359.000
43.930.273
-
766.274.000
1.148.638.208
-
1.650.796.000
664.088.022
-
1.005.446.000
585.661.774
-
1.746.257.000
1.626.030.046
-
0,26
-7,78
-
326.853.314
26.119.809.200
1,25
1.148.638.208
31.372.965.020
3,66
664.088.022
32.868.051.700
2,02
585.661.774
37.307.465.210
1,57
1.626.030.046
20.470.562.100
7,94
5,97
-0,76
2,5
Sumber : APBD tahun 2010 – 2014., dan hasil olah data
Berdasarkan Tabel diatas, terlihat bahwa untuk perhitungan belanja sanitasi oleh APBD di Kabupaten Buru untuk sampah rumah tangga belum dianggarkan, serta DAK
Perumahan dan Permukiman juga belum terakomodir.
Tabel 2.8 Belanja Sanitasi Perkapita Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014
No
Deskripsi
1
Total Belanja Sanitasi Kabupaten/Kota
2
Jumlah Penduduk
Belanja Sanitasi Perkapita (1 / 2)
Tahun
Rata-rata
2010
2011
2012
2013
2014
326.853.314
108.445
1.148.638.208
111.447
664.088.022
115.004
585.661.774
116.336
1.626.030.046
118.188
870.254.273
113.884
3.014
10.307
5.774
5.034
13.758
7.577
Sumber : APBD dan BPS, diolah
28
.
Tabel 2.9 Realisasi dan Potensi retribusi Sanitasi per Kapita
No
SKPD
1
1.a
1.b
2
Retribusi Air Limbah
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
Retribusi Sampah
2.a
2.b
3
3.a
3.b
4
5
6
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
Retribusi Drainase
Realisasi retribusi
Potensi retribusi
Total Realisasi Retribusi Sanitasi (1a+2a+3a)
Total Potensi Retribusi Sanitasi (1b+2b+3b)
Proporsi Total Realisasi – Potensi Retribusi Sanitasi (4/5)
Retribusi Sanitasi Tahun (Rp)
2012
2013
2014
Pertumbuhan
(%)
-
-
-
128.496.000
-
172.812.000
-
254.229.000
-
0,26
-
-
-
-
-
2010
2011
-
-
-
-
85.753.000
-
-
-
Sumber:Dinas Tata Kota, Kebersihan dan Pemadam Kebakaran Kab. Buru
Untuk sector pendapatan dari pos retribusi di Kabupaten Buru, pos retribusi yang telah tergarap sampai dengan tahun 2014 masih berada pada pos retribusi persampahan,
ini pun masih berada dalam lingkup ibukota Kabupaten yaitu Kota Namlea, sedangkan untuk wilayah lain belum tergarap. Begitupun dengan sector retribusi air limbah dan
drainase. Hal ini disebabkan masih rendahnya kesadaran amsyarakat akan pentingnya kebersihan dan tingkat kepeduliannya yang masih rendah. Namun demikian sector
retribusi sampah menampakkan pertumbuhan positif, kedepan perlu dilakukan intensifikasi dan ekstensifikasi untuk pos retribusi sanitasi ini untuk meningkatkan pendapatan
daerah.
29
Pendapatan yang timbul karena adanya kegiatan produksi merupakan pendapatan domestic, yang
dimaksud dengan produk regional adalah produk domestic ditambah dengan pendapatan yang diterima
dari luar daearah/negeri dikurangi dengan pendapatan yang dibayar ke luar daearah/negeri.
Pendapatan perkapita merupakan salah satu indikator ekonomi untuk mengukur tingkat kemakmuran
suatu negara atau daerah. Sesuai dengan konsep dan definisi, pengertian Pendapatan Perkapita
suatu daerah adalah pendapatan
pertengahan tahun. Seperti
regional daerah
yang
telah
disebutkan
tersebut
dibagi dengan jumlah penduduk
sebelumnya, sulitnya
memperoleh
pendapatan neto yang mengalir dari luar region/daerah menyebabkan penyajian
ini
hanya
terbatas
pada
data
dalam publikasi
Pendapatan/Produk Domestik saja. Kesulitan dalam penghitungan
Pendapatan Regional ini tidak hanya dialami oleh Kabupaten Buru, namun juga seluruh kabupaten/kota di
Indonesia. Oleh karena itu, angka Pendapatan
merupakan
angka Pendapatan
Domestik
Perkapita yang disajikan dalam
publikasi ini
Regional Perkapita. Indeks Harga Implisit PDRB
merupakan salah satu indikator harga yang dapat dipergunakan untuk melihat tingkat inflasi dan deflasi
yang terjadi di suatu daerah/region. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa angka indeks implisit pada
tahun 2011 mencapai 232,47 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
harga barang dan jasa yang dihasilkan di Kabupaten
secara keseluruhan,
Buru mengalami
kenaikan sebesar
132,47 persen dari harga yang terjadi pada tahun 2000. Apabila dilihat menurut sektor, kenaikan
harga tertinggi
yang terjadi pada tahun 2012 terdapat pada sektor pertambangan dan penggalian,
yaitu sebesar 249,52 persen dibandingkan harga pada tahun 2000. Sedangkan kenaikan harga
yang terendah terdapat pada sector keuangan, persewaan, dan jasa perusahaan, yaitu sebesar 187,41
persen dibandingkan harga pada tahun 2000.
Data perekonomian di Kabupaten Buru dapat dilihat pada tabel 2.10. dibawah ini :
Tabel 2.10 Tabel Peta Perekonomian Kabupaten/Kota Tahun 2010 - 2014
No
Deskripsi
1
PDRB harga konstan (struktur perekonomian) (Rp.)
2010
166.709,08
2
Pendapatan Perkapita Kabupaten/Kota (Rp.)
2.808.085
3
Pertumbuhan Ekonomi (%)
2011
175.380,83
Tahun
2012
187.572,56
2.707.621
3.136.066
3.214.421
3.294.733.71
5,20
5,92
6,31
6,8
2013
199.407,52
2014 (*)
211.989,2
6
5,71
Sumber : Simrenda Tahun 2012-2013
*) : Angka Estimasi
30
2.4 Tata Ruang Wilayah
Strategi terhadap pengembangan struktur ruang wilayah Kabupaten Buru akan meliputi :
(1).
Strategi untuk pengembangan sistem kota-kota meliputi:
(a). memperkuat keterkaitan ekonomi dan spasial di dalam wilayah daratan;
(b). pengembangan wilayah daratan agar dapat membentuk suatu kesatuan ekonomi
spasial yang solid serta efesien dalam hal penyediaan prasarana wilayah;
(c). memperkuat fungsi-fungsi yang sudah ada di kota-kota yang terpilih sebagai pusat-
pusat pertumbuhan, agar terbentuk kesatuan sistem yang mempunyai hierarki dan
fungsi ruang saling mengisi yaitu Namlea, Waplau, Ilath, Airbuaya dan Waeapo;
(d). mengembangkan keterkaitan antar kota secara fungsional yang dilakukan dengan
pengembangan fungsi pelayanan kota yang terintegrasi antara ibukota Provinsi,
ibukota kabupaten dan ibukota kecamatan.
(e). mengembangkan keterkaitan secara tata ruang yang dilakukan dengan meningkatkan
aksesibilitasnya terutama dengan pengembangan jaringan jalan.
(f). mengembangkan dan meningkatkan fungsi ibukota kecamatan terutama sebagai
pusat wilayah belakangnya.
(g). mengarahkan kota-kota menjadi pusat kegiatan koleksi dan distribusi bagi wilayah
belakang, berdasarkan kondisi potensi-potensi sumberdaya alam yang khas sehingga
dapat menjadi suatu keunggulan komperatif yang dapat meningkatkan kemampuan
ekonomi masyarakatnya.
(h). mengembangkan kota-kota sebagai pusat pelayanan yang berhierarki agar tercapai
efisiensi dalam pembiayaan pembangunan fasilitas, dan dengan memperhatikan
faktor kedekatan gugus pulau sehingga dapat lebih memperluas cakupan pelayanan
kota-kota tersebut.
(2).
Strategi
untuk pengembangan sistem pusat permukiman perkotaan dan perdesaan
meliputi:
(a). mengembangkan pusat-pusat permukiman sesuai dengan fungsi dan peran masing-
masing kota;
31
(b). menyediakan prasarana dan sarana pendukung pusat permukiman perkotaan dan
perdesaan sesuai fungsi masing-masing;
(c). mengembangkan interaksi desa-kota yang saling menguntungkan.
(3).
Strategi untuk peningkatan akses pelayanan perkotaan dan pusat pertumbuhan ekonomi
wilayah yang merata dan berhierarki meliputi:
(a). menjaga keterkaitan antarkawasan perkotaan, antara kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta antara kawasan perkotaan dan wilayah sekitarnya;
(b). mengembangkan pusat pertumbuhan baru di Teluk Bara dan Danau Rana;
(c). menjaga kota-kota pantai dari bencana tsunami melalui manajemen resiko bencana;
(d). mendorong kawasan perkotaan dan pusat pertumbuhan agar lebih kompetitif dan
lebih efektif dalam pengembangan wilayah di sekitarnya.
(4).
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
transportasi meliputi:
(a). meningkatkan
kualitas
jaringan
prasarana
transportasi
dan
mewujudkan
keterpaduanpelayanan transportasi darat, laut dan udara agar dicapai pemerataan
pembangunan, dengan melihat tingkatan kepentingan dan potensi kota-kota yang
bersangkutan;
(b). mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi wilayah agar dicapai
keterkaitan antar pusat-pusat permukiman di kabupaten;
(c). mengembangkan sistem jaringan prasarana transportasi wilayah untuk membuka
wilayah terisolir;
(d). mengembangkan sistem jaringan transportasi wilayah untuk mendukung kegiatan
evakuasi bila terjadi bencana alam;
(e). mengembangkan prasarana perhubungan laut dengan meningkatkan keterkaitan
intra-regional yaitu hubungan antar-pelabuhan dalam provinsi serta keterkaitan interregional yaitu hubungan antara pelabuhan dalam kabupaten dengan pelabuhan yang
ada di luar kabupaten;
32
(f). mengembangkan fungsi pelabuhan-pelabuhan laut untuk mendukung pengembangan
wilayah terutama yang erat kaitannya dengan pusat-pusat pengembangan;
(g). mengembangkan prasarana perhubungan darat untuk meningkatkan keterkaitan intra
pulau besar maupun pulau kecil;
(h). pengembangan jaringan jalan untuk meningkatkan aksesibilitas antara pusat-pusat
produksi dengan daerah pemasaran; mendukung pengembangan daerah pedalaman;
memperlancar perhubungan antar kota serta mendukung pengembangan sektor
lainnya;
(i). pengembangan prasarana perhubungan udara untuk menciptakan hubungan dan
keterkaitan antara pusat-pusat kegiatan ekonomi dan pemerintahan kabupaten
dengan daerah di luar kabupaten seperti ibukota provinsi;
(j). optimalisasi fungsi bandar udara yang ada di kabupaten serta pengembangan
bandara yang melayani penerbangan perintis.
(5).
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana energi
meliputi:
(a). pengembangannya prasarana energi untuk mendukung pengembangan kawasan-
kawasan yang potensial bagi pengembangan perindustrian dan pertambangan serta
kawasan permukiman penduduk;
(b). mengembangkan jaringan prasarana energi listrik di pusat-pusat permukiman, pusat-
pusat produksi, dan pusat-pusat distribusi sesuai dengan kebutuhan dan tingkat
perkembangannya;
(c). meningkatkan jaringan energi untuk memanfaatkan energi terbarukan dan tak
terbarukan secara optimal serta mewujudkan keterpaduan sistem penyediaan tenaga
listrik;
(6).
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
telematika meliputi:
(a). mengarahkan pengembangan untuk mendukung kawasan-kawasan yang sulit
dijangkau oleh prasarana perhubungan/transportasi, terisolir, dan rawan bencana
33
alam, serta kawasan-kawasan yang akan menjadi pusat-pusat pengembangan
wilayah (industri dan pariwisata).
(b). mendorong pengembangan prasarana telekomunikasi di kawasan perkotaan dan
kawasan perdesaan, serta pada kawasan terisolasi dan kawasan strategis;
(7).
Strategi untuk peningkatan kualitas dan jangkauan pelayanan jaringan prasarana
sumberdaya air meliputi:
(a). mengarahkan pengembangan sumberdaya air untuk mendukung pengembangan
usaha pertanian tanaman pangan, terutama persawahan lahan basah di dataran
Waeapo dan mendukung perkebunan pada wilayah-wilayah potensial bagi kegiatan
pertanian di Kecamatan Airbuaya dan Batabual;
(b). meningkatkan kualitas jaringan prasarana serta mewujudkan keterpaduan sistem
jaringan sumberdaya air;
(c). mengembangkan sistem jaringan sumberdaya air pada kawasan potensial untuk
kegiatan pertanian tanaman pangan yang dapat mendukung swasembada pangan;
(d). memenuhi kebutuhan air baku bagi penyediaan air untuk keperluan pengairan, air
minum dan air industri.
Penentuan Zona Kawasan Rawan Bencana yang terdapat di kabupaten Buru dapat dijelaskan
sebagai berikut :
Penentuan Zonasi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Aktivitas Sesar Lokal
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya bahwa ada dua periode sesar yang
terdapat di Kabupaten Buru yaitu :
(1). Periode Pra Tersier menghasilkan perlipatan ("big folfding") yang mengarah Timur Laut
Barat Daya, yang disebabkan oleh gaya tektonik kompressional Barat Laut – Tenggara;
(2). Pada periode Tersier gaya tersebut berubah atau berotasi menjadi Utara – Selatan,
sehingga membentuk struktur geologi berupa patahan/sesar berpasangan "Shear Lateral
Fault zone") yang saling berpotongan dan memotong seluruh struktur batuan yang
perlipatan dan struktur sesar/patahan Turun Normal Tersional yang menghasilkan "pull
34
apart zone" berupa zona depresi tektonik membentuk danau (Danau Rana dan Danau
Namniwel)
Mengingat sifat gempa sangat aktif dan padat keberadaannya, baik :
(1). Di sebelah Timur Pulau Buru (Selat Manipa);
(2). Disebelah Utara Pulau Buru (Laut Seram);
(3). Di sebelah Selatan dan Barat Daya (Laut Banda).
Pusat-pusat (episentrum dan hiposentrum) gempa tersebut bila terjadi gempa akan
memacu pergerakan kerak / kulit bumi (kerak samudera dan kerak benua /pulau). Oleh aktivitas
gempa tektonik sebelumnya tela terbnetuk sesar / patahan dan rekahan yang akan terus
diaktifkan kembali. Demikian dapat dipastikan bahwa semua sesar di Pulau Buru ini dapat
dikategorikan sebagai sesar aktif. Salah satu indikasi adanya sesar aktif tersebut adalah
keberadaan Danau Rana sebagai bentukan dari sesar aktif yang akan menjadi medium rambat
gelombang gempa.
Seismitas
Provinsi Maluku dimana Kabupaten Buru di dalamnya merupakan salah satu daerah
dengan tingkat seismitas paling tinggi di wilayah Indonesia. Sejak periode 1600 – 2005 di
Indonesia telah terjadi 460 kali gempa dengan magnetude >4 SR, dimana 108 kali diikuti dengan
tsunami .
Titik-titik seismitas (kegempaan) tersebar merata di Kabupaten Buru. Berdasarkan
peta seismitas (Gambar 4.3) dapat dijumpai di :
(1). Kecamatan Namlea, terdapat di perairan laut;
(2). Kecamatan Air Buaya 5 titik gempa di darat dan sebelahnya terdapat di perairan Laut Seram
di utara;
(3). Kecamatan Waepo terdapat 5 titik gempa didarat;
(4). Kecamatan Batabual 6 titik gempa di darat, dan 4 titik gempa di laut (selat Manipa);
Melihat persebaran titik kegempan tersebut diatas, maka Kabupaten Buru potensial
terjadi bencana gempa, tsunami dan gerakan tanah.
35
Percepatan Tanah Puncak (Peak Ground Acceeration)
Besarnya percepatan gempa terhadap percepatan tanah puncak di Kabupaten Buru
tedapat 3 (tiga) kawasan (lihat Gambar 4.4) yang terdiri atas ;
(1). Percepatan tanah puncak tinggi mencakup Kawasan Namlea dan Timur laut;
(2). Percepatan Tanah puncak sedang meliputi Kecamatan Namlea, Kecamatan Waplau Timur,
Kecamatan Waepo Timur laut, dan Kecamatan Batabual secara keseluruhan;
(3). Percepatan Tanah Puncak Rendah meliputi Kecamatan Air Buaya, Kecamatan Waplau
bagian Barat, dan Kecamatan Waeapo bagian Barat Daya.
Zonasi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi
Berdasarkan Interaksi seismitas, struktur patahan / sesar geologi dan Kondisi tanah
dan batuan,maka dapat disusn Peta Zonasi Kawasan Rawan Bencana Gempa Bumi. Aktivitas
patahan / sesar menjadi medium rambat gelombang gempa yang dapat memicu terjadinya
getaran gempa ke seluruh wilayah Kabupaten Buru. Adapun persebaran kerawanan gempa di
wilayah ini dapat dilihat pada Gambar 4.5 berikut.
Kerawanan gempa bumi di Kabupaten Buru dapat di bagi menjadi :
(1). Rawan bencana gempa bumi tinggi bersifat tersebar di pantai Utara Pulau Buru (Kecamatan
Air Buaya, Kecamatan Waplau, Kecamatan Namlea, Kecamatan Waeapo, membentang
Timur Laut – Barat Daya, dan Danau Rana);
(2). Kerawanan gempa rendah terletak memanjang Barat Laut – Tenggara di wilayah Tengah
Pulau Buru yang melibatkan Kecamatan Waplau, Kecamatan Air Buaya, dan Kecamatan
Waeapo.
Zonasi Kawasan Rentan Gempa Bumi
Pengembangan Zonasi kawasan rentan bencana gempa bumi merupakan kombinasi zonasi
kawasan rawan bencana dengan kondisi topografi,tanah, dan batuan pada wilayah tersebut,
sehingga dapat dihasilkan peta kawasan rentan gempa bumi .
Dari peta tersebut tampak bahwa rentan bencana gempa bumi menjadi luas dari Kawasan rawan
bencana gempa, dimana Kecamatan Namlea, Kecamatan Waeapo, dan Seluruhnya
dikategorikan memilki kerawanan tinggi terhadap bencana gempa bumi.
36
Zonasi Kawasan Resiko Gempa Bumi
Zonasi Kawasan resiko gempa bumi adalah sama seperti perwilayahan kawasan rentan bencana
diatas. Demikian wilayah-wilayah telah diindikasikan beresiko bencana gempa bumi ini harus
mendapat perhatian khusus dalam pelatihan kegiatan diatasnya.
Demikian kawasan beresiko bencana gempa bumi (tinggi) dapat mencapai sekitar 40% wilayah
studi, dan sekitar 55 % kawasan beresiko bencana gempa bumi sedang, dan sisanya beresiko
rendah hanya terdapat di Kecamatan Air Buaya bagian Timur Laut.
Penentuan Zonasi Rawan Tsunami
Zonasi Kawasan Rawan Bencana Tsunami
Seperti telah terlihat diatas bahwa Pulau Buru dan Pulau Ambalau di kelilingi oleh titik
gempa yang berada di laut, sehingga kemungkinan terjadinya tsunami perlu diantisipasi.
Demikian maka sekeliling Kabupaten Buru pada bagian pesisir pantainya rawan terhadap bahaya
bencana tsunami.
Intensitas tsunami baik tinggi, sedang, maupun rendah mengelilingi pesisir pantai
Kabupaten Buru. Adapun kerawanan tsunami tinggi terkonsentrasi di pantai Kecamatan Batabual
bagian Utara, seluruh Pantai Namlea, seluruh Pantai Kecamatan Waeapo, Timur laut Kecamatan
Waplau, dan Pantai Utara –Timur Laut Kecamatan Air Buaya.
37
Peta 2.3 Rencana Struktur Ruang Kabupaten Buru
Sumber : RTRW Kabupaten Buru
38
Peta 2.4 Rencana Pola Ruang Kabupaten Buru
Sumber : RTRW Kabupaten Buru
39
2.5 Sosial dan Budaya
Pendidikan
Di Pulau Buru secara umum baik di Buru Utara maupun Buru Selatan, sebagian besr gerak dan
interaksi social yang berlaku didalam masyarakat sangat dipengaruhi oleh budaya local yang diturunkan
secara turun temurun dari zaman dulu hingga saat ini. Pengaruh budaya ini ada dalam berbagai bidang
kehidupan masyarakat mulai dari bidang politik dan hukum di pemerintahan, agama dan pendidikan di
sekolah, hingga di rumah tangga dalam begbagai budaya perkawinan, pembagian kerja antara suami
isteri dan berbagai keputusan lainnya dikeluarga.Budaya Buru menjadi symbol hidup yang sacral dan
yang mengatur serta menata hidup seluruh masyarakat dipulau buru baik itu laki-laki maupun perempuan,
mulai dari orang tua sampai anak-anak. Dapat dikatakann bahwa orang buru tidak dapat hidup terpisah
dari nilai-nilai budaya buru yang telah membentuk jati diri mereka sebagai makhluk social.
Salah satu konsep pengembangan social adalah dengan konsep pemberdayaan masyarakat
dalam berbagai aspek baik social, budaya dan ekonomi. Pemberdayaan merupakan bagian dari
pembangunan social, karena pada dasarnya pembangunan social merupakan pembangunan manusia,
maka arahan dalam menunjang pengembangan kawasan di Kabupaten Buru perlu diperhatikan tentang
pembangunan yang berorientasi manusia.
Proses pemberdayaan memerlukan partisipasi aktif dari masyarakat sasaran, oleh karena itu
tujuan pemberdayaan akan sulit dicapai apabila yang bersangkutan tidak menyadari keberadaannya.
Dalam konteks ini, pemberdayaan setidaknya mencakup dua hal antara lain :
1). Adanya masyarakat miskin (powerless) yang tidak berdaya dan mencukupi kebutuhan sendiri;
2). Adanya keinginan untuk mengatasi ketidak berdayaan itu dengan cara membangkitkan dan
meningkatkan keberdayaan melalui program pengembangan Kecamatan.
Pendidikan adalah salah satu sektor yang memegang peranan penting dalam pembangunan,
pendidikan yang bermutu merupakan jaminan terbentuknya kualitas generasi mendatang yang handal
untuk mensukseskan pembangunan nasional pada umumnya dan pembangunan Kabupaten Burupada
khususnya.Jumlah sarana pendidikan tingkat Sekolah Dasar (SD/Sederajat), Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama (SLTP/Sederajat) dan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SMA/Sederajat) yang ada di Kabupaten
Burusebanyak
217sekolah yang tersebar di 10(sepuluh) kecamatan, untuk tingkat Sekolah Dasar
(SD/MI/sederajat) sebanyak 143, Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP/MTs/Sederajat) sebanyak 53,
dantingkat Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA/MA/Sederajat) sebanyak 21.
Gambaran umum mengenai fasilitas pendidikan di Kabupaten Burudapat dilihat pada tabel di
bawah ini .
40
Tabel 2.11: Jumlah fasilitas pendidikan yang tersedia di Kabupaten Buru Tahun 2013
No.
Nama Kecamatan
1.
Kec. Namlea
2.
Kec. Waplau
3.
Kec. Airbuaya
4.
Kec. Waeapo
5.
Kec. Batabual
6.
Kec. Lolong Guba
7.
Kec. Waelata
8.
Kec. Fena Leisela
9.
Kec. Teluk Keiely
10. Kec. Lilialy
Sumber: Dinas Pendidikan Kab. Buru
SD
16
16
14
10
9
20
13
21
6
8
Jumlah Fasilitas Pendidikan
Umum
Agama
SLTP
SMA
SMK
MI
MTs
5
2
1
1
2
5
2
7
2
1
4
1
1
2
1
4
1
2
4
1
3
1
4
1
3
1
7
1
2
1
3
1
1
1
1
MA
2
1
1
-
Penduduk Miskin
Menurut hasil dari Survei Sosial Ekonomi Nasional yang rutin dilakukan oleh
BPS, perkembangan persentase penduduk miskin di Kabupaten Buru cenderung
mengalami
penurunan. Pada tahun 2011, persentase penduduk miskin di Kabupaten Buru sebesar 22
persen,
sedangkan
pada
tahun 2012,
persentase
ini berkurang menjadi 19,8 persen.
Adapun yang dimaksud dengan persentase penduduk miskin ini adalah persentase penduduk yang
pengeluarannya berada di bawah garis kemiskinan, dimana garis kemiskinan untuk Kabupaten Buru
pada tahun 2012 ini sebesar 296.538 rupiah. Tidak hanya persentase, jumlah penduduk miskin di
Kabupaten Buru pun menunjukkan penurunan. Jika pada tahun 2011 jumlah penduduk miskin
berjumlah 24,7 ribu orang, maka pada tahun 2012 jumlahnya turun menjadi 23,5 ribu orang.
ukuran ini tetap tidak berubah jika seseorang yang miskin menjadi bertambah miskin. Indeks
Kedalaman
Kemiskinan
atau Poverty
Gap Index (P1) adalah rata-rata kesenjangan pengeluaran
masing-masing penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin
tinggi nilai indeks, semakin
dalam tingkat kemiskinan karena semakin jauh rata-ratapengeluaran penduduk miskin terhadap
garis
kemiskinan.
Adapun Indeks Kedalaman Kemiskinan Kabupaten Buru pada tahun 2012
sebesar 4,81.
Indeks Keparahan Kemiskinan atau Poverty Severity Index
(P2) adalah sebaran
pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi indeks ini, semakin parah tingkat kemiskinan
karena semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Adapun Indeks Keparahan
Kemiskinan Kabupaten Buru pada tahun 2012 sebesar 1,55.
Jumlah keluarga miskin di sajikan dalam tabel sebagai berikut :
41
Tabel 2.12: Jumlah penduduk miskin per kecamatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama Kecamatan
Kec. Namlea
Kec. Waplau
Kec. Airbuaya
Kec. Waeapo
Kec. Batabual
Kec. Lolong Guba
Kec. Waelata
Kec. Fena Leisela
Kec. Teluk Keiely
Kec. Lilialy
Jumlah keluarga miskin (KK)
202
469
1.440
457
491
1.509
1.436
2.184
259
450
Jumlah
8.897
Sumber:: Dinas Pencatatan Sipil Kab. Buru
Fasilitas Rumah Tinggal
Aspek kesehatan dan kenyamanan dan bahkan estetika bagi sekelompok masyarakat
tentu sangat menentukan dalam pemilihan rumah tinggal. Salah satu faktor yang berpengaruh terhadap
kualitas bangunan adalah luas lantai karena semakin kecil luas lantai maka kenyamanan rumah tersebut
akan terganggu.
Menurut Badan Kesehatan Dunia, kriteria rumah sehat adalah rumah tinggal yang memiliki luas
lantai per orang minimal 10 m² . Apabila rata-rata jumlah anggota rumah tangga dalam satu rumah
tangga adalah 5 orang, maka pada tahun 2012, persentase rumah tangga yang memiliki luas lantai
kurang dari 50 m² masih
cukup besar, yaitu 49,35 persen. Kualitas rumah tinggal juga sangat
ditentukan oleh kualitas bahan bangunan yang digunakan, yang secara nyata mencerminkan tingkat
kesejahteraan penghuninya. Kualitas bahan bangunan yang digunakan dapat dilihat dari jenis atap,
dinding, dan lantai yang digunakan. Jenis lantai yang dilihat adalah apakah lantai yang digunakan.
Tidak berbeda dengan sebagian besar rumah tangga di Provinsi Maluku, sebagian besar
rumah tangga di Kabupaten Buru menggunakan atap terluas berupaseng, bahkan persentasenya
mencapai 75,08 persen. Seng dipilih karena selain mudah diperoleh, harganyapun masih terjangkau dan
memiliki masa pakai cukup lama. Adapun untuk persentase rumah tangga yang memiliki atap laya k di
Kabupaten Buru sebesar 83,40 persen.Penggunaan dinding permanen di Kabupaten Buru pada tahun
2012 mencapai 62,16 persen atau lebih besar dibandingkan pada tahun 2011 (57,16 persen)
dan 2010 (52,39 persen).
42
Dari paparan di atas, perlu diperhatikan bahwa penentuan atap dan dinding
rumah
tidak hanya
ketersediaan
dipengaruhi
oleh faktor ekonomi saja, namun juga faktor budaya dan
bahan baku. Oleh karena itu pemerintah hendaknya membantu dalam hal penyediaan
bahan baku dalam upaya pembuatan rumah tinggal yang sehat bagi masyarakat.
Jumlah rumah di kabupaten buru tersedia di tabel :
Tabel 2.13: Jumlah rumah per kecamatan
No.
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Nama Kecamatan
Jumlah Rumah
Kec. Namlea
Kec. Waplau
Kec. Airbuaya
Kec. Waeapo
Kec. Batabual
Kec. Lolong Guba
Kec. Waelata
Kec. Fena Leisela
Kec. Teluk Keiely
Kec. Lilialy
6.034
1.954
2.187
2.921
1.000
3.048
3.273
2.210
516
2.044
Jumlah
25.187
Sumber :Bappeda Kab.Buru
2.6 Kelembagaan Pemerintah Daerah
Berdasarkan Peraturan Daerah Kabupaten Buru Nomor 05 Tahun 2012 tentang
Pembentukan Organisasi dan Tata Kerja Sekretariat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah Kabupaten Buru .
Satuan Kerja Perangkat Daerah Kabupaten Buru terdiri dari 15 Dinas Daerah, 14 Lembaga Teknis
Daerah, Satpol PP dan Linmas, 10 Kecamatan dan 82 Desa yang bertanggung jawab kepada
Bupati Buru melalui Sekretaris Daerah Kabupaten Buru
Dalam bidang sanitasi, terutama dalam rangka pelaksanaan Program Percepatan Sanitasi
Permukiman, telah dibentuk Kelompok Kerja Sanitasi Kabupaten Buru dengan Surat KeputusanBupati
Buru Nomor 050.13.05/151 Tahun 2014 Tanggal 22 Maret 2014 tentang Pembentukan Kelompok Kerja
Sanitasi Kabupaten Buru.
Program
Percepatan
Pembangunan
Sanitasi Permukiman (PPSP)
Kabupaten Buru Tahun
2014, dimana anggota-anggotanya terdiri dari lintas SKPD, dan stakeholder sektor sanitasi di Kabupaten
Buru.
43
Gambar 2.1 Struktur Organisasi Pemerintah Daerah Kabupaten Buru
STRUKTUR ORGANISASI
PEMERINTAH KABUPATEN BURU
DPRD
BUPATI
WAKIL BUPATI
-
SEKRETARIAT DAERAH
Asisten Ekonomi
Pembangunan
STAF AHLI
- Hukum dan HAM
- Pemerintahan
- Ekonomi Pembangunan
- Sumber Daya Manusia
- Kesejahteraan Rakyat
KECAMATAN
DESA
Asisten Pemerintahan &
Kesra
- Bag.Tata Pemerintahan
- Bag.Pemerintahan Desa
- Bag.Kesejahteraan Sosial
- Bag. Ekonomi Pembangunan
- Bag. Humas & Protokoler
- Bag. Pemberdayaan Perempuan
LEMBAGA TEKNIS DAERAH
DINAS DAERAH
-
Dinas Pendidikan
Dinas Kesehatan
Dinas Pendapatan
Dinas Perindustrian & Perdagangan
Dinas Koperasi & UKM
Dinas Tenaga Kerja & Transmigrasi
Dinas Kependudukan & Pencatatan Sipil
Dinas Perhubungan & Pariwisata
Dinas Sosial
Dinas Pekerjaan Umum
Dinas Tata Kota, Kebersihan & Pemadam Kebakaran
Dinas Pertanian
Dinas Pertambangan & ESDM
Dinas Kelautan & Perikanan
Dinas Kehutanan
-
Badan Perencanaan Pembangunan Daerah
Badan Kepegawaian Daerah
Badan Pemberdayaan Masyarakat Desa
Badan Kesbangpol
Badan Ketahanan Pangan
Badan Lingkungan Hidup
Badan Penanggulangan Bencana Daerah
Badan Pengelolaan Keuangan & Kekayaan Daerah
Inspektorat
RSUD
Sekretariat DPRD
Sekretariat KORPRI
Kantor Pelayanan Terpadu dan Penanaman Modal Daerah
Kantor Perpustakaan & Arsip Daerah
44
SEKRETARIAT DPRD
Bagian Persidangan& Risalah
Bagian Keuangan
Bagian Umum
Asisten Administrasi Umum
- Bag. Hukum
- Bag. Organisasi Tata Laksana
- Bag. Umum & Perlengkapan
SATPOL. PP & LINMAS
Gambar 2.2: Struktur SKPD yang terkait dalam pembangunan sanitasi Kabupaten Buru
BeberapaSatuan Kerja Perangkat Daerah terlibat di dalam melaksanakan pembangunan sanitasidan yang memiliki keterkaitan tugas pokok dan
fungsinya, baik langsung atau tidak langsung. Secara ringkas, digambarkan dalam Bagan 2.2 berikut ini.
BUPATI
DINAS
PEKERJAAN
UMUM
BAPPEDA
Bidang Sumber
Daya Alam dan
Infrastruktur
Bidang Cipta Karya
BADAN
PEMBERDAYAAN
MASYARAKAT DESA
DINAS TATA
KOTA DAN
KEBERSIHAN
Bidang
Kebersihan
Bidang Sosial
Budaya dan
Ketahanan
Masyarakat
Keterangan :
Mandat Tupoksi Langsung
(Stakeholder Utama)
Mandat TupoksiTidak Langsung
(Stakeholder Mitra)
45
BADAN
LINGKUNGAN
HIDUP
DINAS
KESEHATAN
Bidang
Pengendalian,
Pencemaran dan
Pengrusakan
Lingkungan
Bidang Pencegahan,
Pemberantasan
Penyakit &
Penyehatan
Lingkungan
2.7
Komunikasi dan Media
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
Dalam Pembangunan sanitasi di Kabupaten Buru, peran media memang dirasakan sangat penting.
Namun sampai dengan saat ini peran tersebut belum terlalu terwujud, mengingat media yang terdapat di
Kabupaten masih sangat terbatas. Untuk kegiatan terkait dengan prohisan lebih banyak diintensifkan
melalui kegiatan tatap muka yang dilakukan masyarakat dengan tokoh-tokoh yang ada, seperti melalui
sarana ibadah, pertemuan rutin masyarakat serta beberapa kunjungan oleh Pemerintah Daerah. Hal ini
disebabkan keterbatasan jangkauan media yang terdapat di kabupaten Buru.
Media cetak yang ada di kabupaten Buru merupakan media yang berasal dari ibukota Provinsi (Ambon)
dan jangkauan pelayanan hanya sampai di ibukota Kabupaten, sedangkan media elektronik hanya
terdapat RPD (Radio Pemerintah Daerah) Kabupaten Buru yang jangkauannya hanya di seputaran
ibukota Kabupaten.
Hal ini yang menjadi kendala dalam memaksimalkan peran media dalam pembangunan sanitasi.langkah
strategis yang dilaksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Buru adalah merangkul media tersebut dalam
berbagai kegiatan Pemerintah Daerah, sehingga kegiatan-kegiatan yang terkait dengan sanitasi dapat
diliput ddan diberitakan dalam berbagai media dengan dukungan dana APBD II.
Selain itu kegiatan dalam pembangunan sanitasi masih dilaksanakan secara parsial dan belum berada
dalam koridor acuan yang jelas, selama ini peran aktif hanya dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan, Dinas
Pekerjaan Umum dan Bappeda, itupun belum terjalin koordinasi dan bekerja tanpa cetak biru
pembangunan sanitasi yang jelas, sehingga hasil yang didapatkan juga belum maksimal.
Tabel 2.14: Kegiatan Komunikasi terkait Sanitasi
No
Kegiatan
1.
Pemicuan,
Penyuluhan
Tata
Cara
Cuci Tangan
Pakai Sabun
(Pemicuan
CLTS)
Pedesaan
Dinas
Pelaksana
Tahun
2009
2010
-
Bappeda &
Dinas
Kesehatan,
Puskesmas
Tujuan
Kegiatan
Merubah
Perilaku
46
Khalayak Sasaran
5 Puskesmas,
yang berada 12
Desa di 3
Kecamatan
Pesan Kunci
Pembelajaran
Sanitasi
buruk dan
perilaku
hidup tidak
bersih dan
tidak sehat itu
menjijikan
dan
memalukan
dan membuat
sakit
karenanya
Masih
ditemukan
masyarakat
BABS di
sembarangan
tempat(Pantai,
Sungai,Kebun
)belum
adanya
kesadarn
Masyarakat
untuk stop
No
Kegiatan
Tahun
Dinas
Pelaksana
Tujuan
Kegiatan
Khalayak Sasaran
Pesan Kunci
perlu kita
perbaiki
sanitasi dan
biasakan
PHBS
2.
3.
Sosialisasi
melalui
Media
Publikasi
(bentuk
Baliho)
2012
Pemicuan
dan
Pelatihan
STBM
2014
Kantor
Lingkungan
Hidup
Mengajak
masyarak
at untuk
membuan
g sampah
di tempat
yang telah
disediakan
Masyarakat
umum.
Dinas
Kesehatan,
BPMD,
BAPPEDA,
dan PU.
Terjadinya
perubahan
perilaku
BABS
menjadi
Stop BABS
Masyarakat
perdesaan.
47
1. Air Bersih
Lingkungan
kita capai
peradaban
berakhlak
bersih
2. Jagalah
Kebersihan
Lingkungan,
Bersih Ciri
Masyarakat
Beradab
3. Buanglah
Sampah
pada
tempatnya,
Lautku
bukan
Keranjang
Sampah
1. Stop BABS
2. CTPS di
lima waktu
penting
3. Pengolahan
air minum
dan makana
di Rumah
Tangga yang
baik dan
benar.
4. Mengolah
sampah
rumah
tangga.
Pembelajaran
BABS
Mengajak
masyarakat
untuk
bersamasama menjaga
lingkunganber
sih dan sehat
Masih
ditemukan
masyarakat
BABS di
sembarangan
tempat(Pantai,
Sungai,Kebun
)belum
adanya
kesadarn
Masyarakat
untuk stop
BABS
Tabel 2.15 Media Komunikasi dan Kerjasama terkait Sanitasi
No
1.
Jenis
Media
(a)
Radio
Pemerintah
Daerah .
(Mrimu fm)
Khalayak
(b)
Masyarakat
Umum
terutama
masyarakat
Kota
Namlea
Pendanaan
(c)
Dana
Alokasi
Umum
(DAU)
Isu yang
Diangkat
(d)
Keterlibatan
Masyarakat
dalam
rangka
membuang
sampah
pada tempat
yang
disediakan
48
Pesan
Kunci
(e)
Menjaga
kebersihan
dan
keindahan
kota namlea
Efektivitas
(f)
Meningkatnya
pemahaman
masyarakat
tentang budaya
buang sampah
yang baik dan
benar.
Download