gerakan protes sosial krlmania dalam menyikapi kualitas pelayanan

advertisement
GERAKAN PROTES SOSIAL KRLMANIA DALAM MENYIKAPI
KUALITAS PELAYANAN PT. KAI DI JABODETABEK TAHUN 20112013
Gusti Raganata dan Gumilar Rusliwa Somantri
Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia, Kampus UI Depok, 16424, Indonesia
E-mail: [email protected]
Abstrak
Skripsi ini merupakan penelitian yang ditujukan untuk menggambarkan gerakan protes sebuah komunitas atas
suatu kebijakan korporasi. Studi kasus yang diambil adalah protes krlmania atas kebijakan yang diterapkan oleh
PT. KAI seperti kenaikan tarif KRL Jabodetabek dan penerapan Standar Pelayanan Minimum
(SPM).Permasalahan dalam skripsi ini adalah bagamana bentuk pola protes dan dinamika gerakan yang
dibangun serta dampaknya terhadap kebijakan PT. KAI mengenai KRL Jabodetabek setelah protes tersebut.
Penelitian bersifat deskriptif dengan penggunaan metode kualitatif. Teori urban social movement (Manuel
Castells), privatisasi dibidang transportasi, serta pelayanan publik akan menjadi kerangka yang digunakan untuk
menganalisis pola gerakan dan respon yang diambil oleh PT. KAI. Penelitian ini menunjukan bahwa protes
krlmania berdampak pada respon PT. KAI dan pemerintah dengan menunda kenaikan tarif serta mengeluarkan
perarturan terkait untuk penerapan SPM. Terdapat pula faktor privatisasi dari pemerintah dalam pelaksanaan
kebijakanya serta tata kelola perkeretapian yang buruk sehingga menyebabkan munculnya protes tersebut.
Kata Kunci: urban social movement; krlmania; PT. KAI; pelayanan publik; privatisasi
Krlmania Social Protest Movement Responding PT. KAI Quality Service in
Jabodetabek Area in the Year of 2011-2013
Abstract
This thesis describes community protest movement on a corporate policy.The study case in this thessis is
krlmania protest onPT. KAI policy such as KRL Jabodetabek tariff increase and implementation of Minimum
Service Standard.This thesis examine how protest pattern and the effect of protest to PT. KAI policy in KRL
Jabodetabek. This research is a descriptive research using qualitative methods. Theory of urban social
movement(Manuel Castells), privatization in transportation and public service becomes the framework to analyze
the process. This thesis identifies that there are krlmania have effected to PT. KAI and government responds to
suspend tariff increase and make new regulation for implementation of minimum service standard. There is also
another protest factor like privatization from government and poor railway governance.
Keywords: urban social movement; krlmania; PT. KAI; public service; privatization
Pendahuluan
Pekerja di Jakarta memilih untuk bermukim di wilayah penyangga yaitu di Bogor,
Tangerang, Depok, Bekasi. Di kawasan ini alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
dan alih fungsi dilakukan dengan skala masif.1 Fenomena ini melahirkan apa yang dikenal
dengan masyarakat komuter yaitu masyarakat yang bekerja di Jakarta tetapi bertempat tinggal
dikawasan pinggirannya.
Pada tahun 2012, dalam studi dari Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI)
menunjukan 9,6 juta jiwa komuter menuju Jakarta setiap harinya. Menurut studi ini, jumlah
presentase warga kota yang menggunakan transportasi publik hanya 13%.2 Artinya, warga
kota yang menggunakan kendaraan pribadi untuk fungsi menuju tempat bekerja sangat
signifikan. Hal ini, menyebabkan transportasi Jakarta lumpuh. Pemerintah harus mempunyai
solusi bersama berupa transportasi massal, salah satunya yaitu KRL. KRL dikenal sebagai
angkutan umum massal yang termasuk murah dan cukup cepat ini dapat dilihat di Tabel 1.2.3
Dari tabel 1.2 di atas terlihat Transjakarta merupakan angkutan umum yang cukup nyaman
(AC), relatif cepat dan relatif murah, namun kapasitasnya belum dapat mengakomodasi
kebutuhan pergerakan yang ada, sehingga pelayanan angkutan ini semakin lama terasa
semakin menurun. Tetapi berkaca dari 1.2 KRL merupakan solusi atas transportasi massal
yang murah dan cepat.
Tabel 1.2
Tarif dan Waktu Tempuh Rata-Rata Perjalanan Angkutan Umum
Moda Angkutan Umum
Rata-Rata Tarif
Perjalanan
Perjalan
Perjalan
Komuter
Komuter
Rata-Rata Waktu Perjalanan
Semua
Tujuan
Semua Tujuan
Trans Jakarta
566669,3
40,0
46,5
6127,9
Bus Besar (AC/Patas AC)
9412,4
55,4
51,4
2888,9
Bus Besar (Patas)
5569,4
35,1
76,6
5077,6
Bus Besar (Biasa)
6977,2
50,2
Data tidak
Tersedia
Data tidak
Tersedia
Bus Sedang (metromini,dll)
35,39,8
29,9
45,9
3548,0
Bus Kecil (angkot, dll)
2630,5
25,3
34,3
2930,8
Kereta Api (ekspress)
8836,2
40,3
53,0
14609,4
Kereta Api (Ekonomi AC)
10055,3
49,2
81,0
8305,1
51,5
Data tidak
Tersedia
Data tidak
Tersedia
Kereta Api (Ekonomi)
5523,0
1
Jeff Turner, “Urban Mass Transit and Social Sustainability in Jakarta, Indonesia”, diakses dari:
<http://www.unhabitat.org/grhs/2013>, hlm.4.
2
“Stepping Stones Transportation System”, diakses dari:
<http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/02/stepping-stones-transportation-system.html> pada 10 Januari
2014.
3
Najid, “Potensi Angkutan Jalan Rel Sebagai Angkutan Umum Kota Jakarta”, Indonesia Railway Institute
review, Juni 2013, hlm.6
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Sumber: Najid, “Potensi Angkutan Jalan Rel Sebagai Angkutan Umum Kota Jakarta”, I ndonesia Railway
Institute Review, Juni 2013
Guna menunjang perkembangan pembangunan KRL Jabodetabek dan perkeretaapian
Indonesia, Pemerintah mengeluarkan UU No.23 Tahun 2007. Pada pasal 27 dan 31 UndangUndang No.23 Tahun 2007, tertulis bahwa pihak swasta dapat mendanai proyek kereta api.4
Dengan adanya pihak swasta maka muncul indikasi terjadinya privatisasi barang publik. Akan
tetapi indikasi swastanisasi/privatisasi sebetulnya sudah terihat dari sebelum keluarnya
undang-undang tersebut seperti, perubahan bentuk tata kelola PT. KAI sebagai operator dan
regulator KRL dari perumka menjadi perseroan, Pemisahan subsidi tiket, asset milik negara,
dan pembiayaan infrastruktur (PSO, IMO, TAC) dari Kementerian Keuangan ke Kementerian
Perhubungan, pengadaan kebijakan kereta ekonomi AC pada 2010, kenaikan tarif KRL
Jabodetabek pada 2011 dan 2012, sampai penerapan satu kelas kereta pada 2013.5 Tata kelola
PT. KAI kemudian dirombak untuk mendukung keberhasilan proyek-proyek dalam
revitalisasi perkeretaapian Indonesia serta meningkatkan efektifitas layanan dan pengelolaan
aset lebih baik, untuk itu dibentuklah PT. KAI Commuter Jakarta (PT. KCJ), sebagai Badan
Usaha Prasarana Perkeretaapian (BUPP).6 PT. KAI dan PTKCJ memiliki pembagian tugas
dan wewenang. Antara lain, PT. KCJ memiliki kewenangan dalam pelayanan di stasiun dan
pelayanan informasi tentang KA Commuter serta aset yang dimiliki KCJ hanya stasiunstasiun yang murni dilewati KRL Commuter, serta beberapa set KRL AC. Sementara itu, PT.
KAI masih mengoperasikan sarana, merawat sarana dan memiliki dipo serta sebagian besar
rangkaian KRL. Sehingga terdapat tiga pihak yang berbeda dalam sistem pengelolaan KRL
Jabodetabek, dimana stasiun dan pusat informasi dimiliki PT. KCJ, PT. KAI memiliki dan
mengoperasikan sarana, pegawai, pengaturan operasional c.q. DAOP 1, dan dipo, sementara
rel dan jembatan dimiliki pemerintah.
Ketidakjelasan kebijakan perkeretapian menyebabkan dampak dalam pelayanan KRL
Jabodetabek. Penuh sesaknya gerbong kereta dan sering terlambatnya jadwal KRL merupakan
dampak ketidakjelasan kebijakan tersebut. Akibatnya, para pengguna kereta merasa
membutuhkan sebuah wadah untuk berkumpul yang kemudian membentuk sebuah komunitas
yang dikenal dengan nama Krlmania.7
4
Undang Undang RI No.23 tahun 2007 tentang Perkeretapian Nasional
Santoswana, “Analisis Perjanjian Kerjasama Operasi Sarana Perkeretaapian di Wilayah Jabotabek”
(Depok:Skripsi Program Studi S1 Ilmu Hukum UI, 2010), hlm.26.
6
Suyono Dikun, “The Indonesia Railway: What Lies Ahead and How to Get There”, Indonesia Railway
Institute review, Juni 2013, hlm.26-28.
7
Sri Indriyastutik, “KRL Mania: The Internet Based Consumer Movement of the Electric Railway Train Users
in Indonesia”, diakses dari: <www.pria.org/Docs/KRL-Mania_Indonesia.pdf> pada 12 Januari 2013.
5
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Krlmania sebagai komunitas pengguna KRL Jabodetabek terbesar melakukan protes
dan selalu kritis dalam setiap kebijakan yang diterapkan oleh PT. KAI. Salah satu contoh
yang mereka kritisi adalah kenaikan tarif di 2011. Mereka melakukan protes dikarenakan
selama ini pelayanan dianggap tidak sesuai dengan tarif baru yang akan diterapkan. Namun,
PT. KCJ tetap memaksa untuk menaikan tarif dengan alasan untuk menutup kerugian
sekaligus meningkatkan pelayanan. Peningkatan pelayanan yang mereka maksudkan antara
lain adalah peningkatan layanan di stasiun, seperti peremajaan stasiun, peron, jumlah petugas
keamanan, petugas operasional hingga pembelian kereta dari Jepang . Krlmania sebagai
komunitas pengguna kereta api mengkoordinir protes untuk menolak kenaikan tarif ini. Salah
satunya menyebarkan petisi online untuk menolak kenaikan tarif serta audiensi dengan PT.
KAI berupa tuntutan kepada PT. KCJ untuk menerapkan Standar Pelayanan Minimum
(SPM).8
Pelayanan KRL Jabodetabek selama periode 2011-2013 dianggap belum memuaskan
oleh sebagian besar pengguna KRL Jabodetabek. Akan tetapi, kewajiban atas implementasi
peraturan hukum yang baru, membuat PT. KAI melakukan kebijakan untuk menaikkan tiket
dengan dalih meningkatkan layanan. Padahal, selama ini tidak ada penerapan SPM atas
pelayanan KRL Jabodetabek. Akibatnya, kebijakan tersebut mendapat perlawanan dari
Krlmania. Periode 2011-2013 merupakan periode perlawanan Krlmania untuk menentang
kenaikan tiket dan menuntut penerapan SPM sesuai Pemenhub No. 9 Tahun 2011.
Komunitas pengguna kereta (Krlmania) merupakan komunitas yang melakukan
Gerakan Sosial Perkotaan karena melakukan konsumsi secara kolektif atas layanan KRL
Jabodetabek. Mereka juga tidak berubah menjadi lembaga politik formal untuk memengaruhi
layanan publik dalam kasus ini yaitu penerapan SPM dan penundaan kenaikan tarif KRL serta
independen dari partai politik. Krlmania dalam perkembangannya tetap berbentuk komunitas
dengan tidak melibatkan diri dengan kelompok politik/ekonomi tertentu. Gerakan Sosial
Perkotaan yang dikenal umum dalam ilmu politik, yakni berupa organisasi-organisasi
penekan atau kepentingan di perkotaan dan melakukan konsumsi kolektif serta terdapat pada
kelompok pengguna KRL yang biasanya tidak terlibat dalam dinamika politik formal. Dengan
dinamika dan permasalahan serta gerakan yang dibangun oleh Krlmania untuk itu penulis
merumuskan dua pertanyaan peneliitian, yaitu:
1. Bagaimana pola gerakan dan strategi dari krlmania guna mempengaruhi kebijakan
PT. KAI dan PT. KCJ?
8
Petisi
Online,
“Penuhi
SPM
KRL
Batalkan
Kenaikan
Tiket”,
diakses
<http://www.change.org/id/petisi/penuhi-spm-krl-batalkan-kenaikan-tiket> pada 12 Agustus 2014.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
dari:
2. Bagaimana dampak protes “komunitas” Krlmania terhadap perbaikan pelayanan
KRL Jabodetabek tahun 2011-2013
Tinjauan Teoritis
Salah satu konsep yang dinilai cocok adalah urban social movement atau Gerakan Sosial
Perkotaan yang diperkenalkan oleh Manuel Castells. Dampak dari studi-studi politik
perkotaan, membuat banyak teori yang dijadikan alat analisis dalam teori politik perkotaan.
Pada penelitian ini teori yang digunakan ialah teori Gerakan Sosial Perkotaan.9 Konsep
Gerakan Sosial Perkotaan muncul dari adanya hubungan antara Pemerintah dengan
masyarakat di perkotaan sebagai hasil dialektika atas perdebatan mengenai peran masyarakat
perkotaan.
Manuel Castells dalam bukunya The City and The Grassroots, menjelaskan Gerakan
Sosial Perkotaan adalah organisasi kategorisasi sosial, kelompok penekan, dan front oposisi
yang mengklaim kekuatan dan partisipasi politik. Kategori sosial disini dapat berupa
komunitas perkotaan baik komunitas berbasis spasial ataupun non-spasial. Spasial disini dapat
dimaksud dengan komunitas tetangga, sub-urban, desa dan lain-lain. Sedangkan non-spatial
dapat dimasukan kelompok kepentingan yang berkaitan dengan konsumsi kolektif diwilayah
perkotaan.10 Seperti transportasi publik, perumahan murah, dan layanan kesehatan.
Castells berekspektasi Gerakan Sosial Perkotaan dan organisasi kelas pekerja
bersama-sama dapat menghasilkan perubahan radikal dalam kekuatan politik, revolusi urban.
Castells menilai Gerakan Sosial Perkotaan dapat didefinisikan melalui empat indikator
berikut:11
1. Mencapai transformasi makna urban secara penuh sejauh impliksi politiknya. Gerakan
Sosial Perkotaan harus mengartikulasi dalam praksis dalam 3 tujuan yaitu: Collective
Consumption, Budaya dalam Komunitas, dan Selfmanagement Politics.
2. Gerakan Sosial Perkotaan harus sadar peranya sebagai gerakan perkotaan
3. Gerakan Sosial Perkotaan harus terhubung kepada masyarakat melalui serangkaian
organisasi, khusunya media, profesional dan partai politik.
4. Gerakan Sosial Perkotaan harus terhubung ke sistem politik untuk mencapai tujuanya
dan mereka harus otonom dari organisasi atau ideologi dari partai politik.
9
David Judge, Theories of Urban Politics (London :Sage Publication, 1995), hlm.183.
Manuel Castells, The Power of Identity (Oxford: Wiley-Blackwell,2010), hlm.64.
11
Manuel Castells, The City and The Grassroots (London: Edward Arnold,1983), hlm.322.
10
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Teori Gerakan Sosial Perkotaan tersebut sudah banyak berkembang sesuai fasenya
perkembanganya masing-masing semenjak Castells memperkenalkanya pertama kali pada
tahun 1983. Mayer menjelaskan empat fase dari Gerakan Sosial Perkotaan.12 Pada fase
pertama, 1960-1980, Gerakan Sosial Perkotaan terbentuk untuk mengkritisi dari Fordisme,
Gerakan Sosial Perkotaan berjuang untuk perubahan fundamental pada politik dan
masyarakat. Fase kedua, 1980-1990, mereka bereaksi atas paradigma neoliberal yang
menggusur institusi keynesian ataupun institusi sosial-kolektif. Fase ketiga, 1990-2000,
dimulai ketika mekanisme pasar neoliberal merubah wajah perkotaan menjadi aset. Erosi hak
sosial memicu pentingnya Gerakan Sosial Perkotaan menentang gentrifikasi dan regenerasi
perkotaan di beberapa kota. Sedangkan, fase keempat, Mayer berargumen bahwa dimulai
dengan terintegrasinya pasar finansial dan meningkatnya fleksibilitas modal internasional.
Kota, sebagai kompetitor global, telah mengadaptasi strategi entrepreneur untuk menarik
investasi. Ini memicu perjuangan untuk tidak adanya keberlanjutan dan merusaknya
neoliberal dalam bentuk perkotaan.
Berikutnya, Nichols memberikan gambaran bagaimana sebuah Gerakan Sosial
Perkotaan dapat terbentuk. Dia menggambarkan tiga konsep untuk menganalisis formasi dan
aktivitas dari Gerakan Sosial Perkotaan. Tiga konsep tersebut antara lain, jaringan, titik
kontak, ikatan kuat/lemah.13 Jaringan memainkan peran vital dalam mengkoordinir aktivitas,
jaringan memberikan aktivis untuk membangun jaringan diantara mereka dan sekutunya.
Jaringan membuat arus informasi dan finansial dan bantuan politik memungkinkan.
Pembangunan jaringan bergantung pada titik kontak (pertemuan, aksi protes, forum, tempat
publik, institusi politik, dan demonstrasi) dimana para aktivis berkumpul dan bertukar ide.14
Dalam membangun gerakan bergantung seberapa kuat ikatan yang dibangun aktivis untuk
mendorong kapasitas kolektif dan meningkatkan motivasi untuk aksi, walaupun begitu ikatan
yang lemah juga membuka peluang untuk terbukanya sumber daya dan informasi baru.
Gerakan Sosial Perkotaan terbentuk setelah adanya sebuah isu khusus yang terjadi di
wilayah perkotaan. Kemunculanya ditandai melalui basis sosial yang melahirkan aksi dan
mobilisasi yang kemudia menjadi kekuatan sosial.15 Aksi dari Gerakan Sosial Perkotaan
kemudian melahirkan variasi strategi seperti demonstrasi, long march, konferensi pers,
12
Margit Mayer, “The ‘Right to the City’ in the context of shifting mottos of urban
social movements”, City, 13(2–3), 2009, hlm.362–374.
13
W. J. Nichols “The Urban Question revisited: The Importance of Cities for
Social Movements”, International Journal of Urban and Regional Research, 32(4), 2008,
hlm.841–859.
14
Ibid.
15
David Harvey, The Right to The City (London:New Left Review, 2004), hlm.26.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
deklarasi dan petisi kepada Pemerintah. Tuntutan juga menjadi sebuah Gerakan Sosial
Perkotaan tetap ada atau hilang. Gerakan Sosial Perkotaan akan tetap ada apabila tuntutanya
mendorong mereka agar tetap aktif. Merujuk pada Castells, dukungan politik merupakan
elemen kunci untuk menganalisis kesuksesan dan kegagalan Gerakan Sosial Perkotaan.
Analisis Gerakan Sosial Perkotaan dari Castells dan Nichols merupakan teori yang
dapat digunakan untuk menjelaskan keunikan protes sosial yang dilakukan oleh Krlmania
untuk memprotes kebijakan dari PT. KAI. Karena krlmania merupakan user community group
yang melakukan collective consumption sebagaimana dijelaskan Castells sebagai ciri dari
Gerakan Sosial Perkotaan. Komunitas pengguna/user community group merupakan sebuah
identitas pengikat dari kelompok yang melakukan Gerakan Sosial Perkotaan dan hal tersebut
menjadi pemicu yang dapat mendorong munculnya sebuah gerakan sosial yang hadir untuk
merubah kondisi yang ada dan konsumsi kolektif KRL Jabodetabek membuat mereka
memiliki kesamaan nasib. Komunitas pengguna erat kaitanya dengan sebuah komunitas yang
berbasis non-spatial dan terbentuknya komunitas ini karena kepentingan yang sama untuk
perbaikan layanan KRL Jabodetabek. Inovasi dalam Gerakan Sosial Perkotaan pada studi
kasus krlmania adalah basis sosial penggeraknya adalah kelompok kelas menengah
profesional yang berimplikasi pada moblilisasi massa melalui internet.
Metode Penelitian
Tipe penelitian akan dilakukan secara analitis-deskriptif karena akan menjawab bagaimana
dampak dinamika gerakan yang dibangun Krlmania terhadap pelayanan dari PT. KAI bersifat
deskriptif analitik. Penelitian ini berusaha membahas bagaimana dampak dinamika aksi dari
Krlmania untuk mempengaruhi pelayanan transportasi publik yang diterapkan oleh PT. KAI.
Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode kualitatif, yang jika ditinjau
dari tujuannya digolongkan ke dalam jenis deskriptif. Menurut Strauss dan Corbin dalam
Cresswell. yang dimaksud dengan penelitian kualitatif adalah jenis penelitian yang tidak dapat
dicapai (diperoleh) dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi (pengukuran).16 Hagan dan Yinn sebagaimana dikutip oleh Berg menjelaskan
dalam metode studi kasus, data dapat dikumpulkan dari catatan sejarah kehidupan, dokumen,
sejarah,lisan, wawancara mendalam, dan observasi partisipatoris.17
16
John W. Creswell. Research Design: Qualitative, Quantitative, and Mixed Method Approaches 2nd Edition
(California: Sage Publications, Inc. 2003), hlm 17.
17
Bruce L. Berg. Qualitative Research Methods for the Social Sciences 4th Edition (MA: Allyn and Bacon,
2001), hlm. 225.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Sumber data dari penelitian ini dapat dari sumber primer dan sekunder. Data primer
akan diambil dengan cara wawancara. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian
ini adalah wawancara mendalam (in-depth interview), yakni proses untuk memperoleh
keterangan dari narasumber untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap
muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau
tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara.18 Kriteria yang ditetapkan adalah orang
yang menurut peneliti memiliki pengetahuan yang cukup mengenai masalah ini dan memiliki
posisi penting dalam permasalahan ini baik itu dalam pembuatan kebijakan maupun dalam
Krlmania. Setelah itu dilakukan wawancara mendalam (indepth interview) pada sample yang
terpilih mengenai permasalahan.Sedangkan untuk sekunder dapat melalui jurnal-jurnal,
skripsi, tesis, dan artikel internet.
Gambar 1. Alur Berpikir
Hasil Penelitian
Latar Belakang Protes Krlmania Tahun 2011
Penerapan Undang-Undang No. 23 tahun 2007 mengenai Perkeretaapian secara
hukum memberi PT. KAI otonomi komersial yang lebih besar setelah konversi perusahaan
negara dari Perusahaan Jawatan lalu Perum dan menjadi Persero pada tahun 1998 belum
memiliki payung hukum yang jelas untuk mengembangkan perkeretapian Indonesia. Selain
itu, akibat implementasi PSO, IMO, dan TAC yang tidak konsisten membuat PT. KAI terus
terbebani secara anggaran. Contohnya biaya IMO yang dianggap impas dengan TAC
membuat PT. KAI harus mengambil biaya perawatan dari kasnya sendiri. Dampaknya,
18
Jane Ritchie & Jane Lewis (edt), Qualitative Research Practice A Guide for Social Science Students and
Rresesarchers (London : SAGE Publications, 2003), hlm.78.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
mereka terus merugi dan menyalahi tugas pokok mereka sebagai operator yang menjalankan
layanan KRL dan menghasilkan profit bagi negara sebagai BUMN.
PT. KAI semenjak naiknya Ignasius Jonan sebagai Direktur PT. KAI mulai
melakukan langkah berani untuk melakukan pengurangan kerugian dan menjalankan amanat
UU No.23/2007 dan PP No.83/2011. Langkah
PT.
KAI
untuk
merevitalisasi
KRL
Jabodetabek adalah pembentukan PT. KCJ sebagaimana yang sudah dibahas pada BAB II.
Lalu, penerapan loopline dan single-operation yang diterapkan pertengahan per-tanggal 2 Juli
2011 diharapkan mempermudah pengguna KRL agar lebih banyak penumpang yang
terangkut, karena selama ini KRL ekspress tidak berhenti dibanyak stasiun. Kebijakan ini
merupakan bertujuan menyatukan seluruh kelas pelayanan KRL menjadi seluruhnya memiliki
pendingin dan berhenti di seluruh stasiun Jabodetabek. Kebijakan ini diharapkan mampu
memenuhi kebutuhan pengangkutan dari penduduk Jabodetabek. Namun hadirnya KRL
commuter line ternyata menimbulkan masalah baru bagi pengguna KRL ekonomi.
Perjalanan non-ac tinggal 10 perjalanan dari jam 16.00 – 21.00 berbeda dengan
sebelum adanya KRL commuter line yaitu 24 perjalananan (Papan Komunikasi PT. KCJ
tahun 2010). Pengurangan jadwal KRL ekonomi dan tarif commuter line yang di sama ratakan
untuk semua semua tujuan ternyata membuat banyak pengguna KRL ekonomi tidak
terangkut. Rendahnya kemampuan ekonomi dari masyarakat pengguna KRL ekonomi
menyebabkan belum tentu masyarakat mampu membayar biaya kereta yang menjadi lebih
mahal dengan kebijakan baru ini. Mereka harus mengeluarkan Rp. 300 ribu-Rp. 500
ribu/bulan berdasarkan perhitungan tarif baru tiket commuter line AC seharga Rp.9000, untuk
menghindari naik KRL ekonomi yang penuh sesak. Padahal, pengeluaran masyarakat
menengah kebawah untuk transportasi akan mencapai separuh dari penghasilan mereka,
apabila menggunakan KRL commuter line. Oleh karena itu banyak dari mereka yang tetap
memaksakan diri untuk naik ke kereta ekonomi dan mengakibatkan penuh sesaknya gerbong
kereta ekonomi, tidak hanya di jam sibuk saja, akan tetapi di jam biasa pula. Selain itu,
banyak pengguna mengeluhkan tidak adanya standar pelayanan minimum baik di KRL
ataupun di stasiun sehingga merasa mereka tidak layak untuk membayar semahal itu.
Persyaratan krlmania untuk kenaikan tarif adalah penerapan SPM yang sudah
diamanatkan dalam Perarturan menteri Perhubungan No.9 Tahun 2011. Penolakan tarif 2011
dan 2012 juga didasari permasalahan yang sama, yaitu keinginan KAI untuk mendapatkan
profit tetapi tidak memberikan layanan maksimal atau setidaknya sesuai dengan standar
minimum pelayanan.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Kemunculan Krlmania
Krlmania merupakan komunitas pengguna KRL Jabodetabek yang terbentuk pada
tahun 2003 oleh Hardi, seorang ahli teknologi informatika pengguna KRL asal Bogor, yang
membuat milis [email protected]. Dalam perkembanganya mereka juga
menggunakan facebook, twitter,email, Blackberry hingga yang terbaru whatsapp.
Ada beberapa orang yang menjadi admin milis tersebut, yaitu Hardi, Agus, Imansyah,
dan Nurcahyo. Pekerjaan mereka sebagai pegawai swasta tidak menghalangi mereka untuk
berkumpul dan mendiskusikan permasalahan yang mereka hadapi saat berangkat kerja.
Mereka menolak disebut organisasi, karena dari terbentuknya tidak ada struktur organisasi
yang baku yang disetujui oleh inisiator dan anggota Krlmania. Sistem anggota dari krlmania
dibedakan antara pegiat dan anggota biasa. Anggota biasa dari Krlmania adalah seluruh
pengguna KRL Jabodetabek. Sedangkan, pegiat adalah orang yang aktif dalam menggerakan
kegiatan krlmania, jumlahnya sekitar 30 orang. Jumlah anggota dan pegiat Krlmania
sangatlah besar sehingga mereka mampu mandiri dalam pendanaan organisasi dan membuat
mereka tidak perlu menerima uang dari partai politik. Mereka juga sering berkumpul dalam
dunia nyata, biasanya mereka berkumpul diluar jam kerja seperti hari libur ataupun malam
hari selesai kerja.
Dalam perkembanganya, gerakan krlmania menjadi gerakan yang kritis, memberikan
masukan dan tuntutan kepada PT. KCJ selaku operator dari KRL Jabodetabek, regulator dari
KRL yaitu menteri perhubungan dan komunikasi. Isu-isu yang menjadi perhatian dari
krlmania adalah kenaikan harga tiket yang dianggap oleh krlmania sebagai suatu
ketidakwajaran karena pelayanannya masih buruk dan pemenuhan SPM (Standar Pelayanan
Minimum).
Krlmania memobilisasi gerakan melalui berbagai jejaring sosial media yang sudah
disebutkan diatas. Mobilisasi disini diartikan sebagai mobilisasi dari anggota untuk
melakukan protes sosial untuk menyampaikan aspirasi yang berhubungan dengan servis dari
KRL Jabodetabek kepada para pemangku kepentingan. Krlmania biasanya memobilisasi
anggota dengan memberikan masalah secara empiris dengan mengirim berita ke milis atau ke
twitter sehingga dapat dibaca oleh pengguna lainnya. Hal yang biasanya dikirimkan adalah
berita mengenai keterlambatan kereta ataupun terjadi kejadian seperti kriminalitas di KRL.
Dampak dari penyebaran berita secara empiris ini menimbulkan rasa solidaritas diantara
pengguna KRL Jabodetabek. Respon dari berbagai kejadian atau berita biasanya akan
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
diadakan pertemuan diantara para pengguna bila dirasa kejadian ini milai menganggu
pengguna KRL. Pertemuan itu biasanya diadakan pada sore atau malam hari diluar jam kerja.
Gerakan yang dibangun oleh krlmania tidak sekedar menyampaikan aspirasi saja
kepada pemerintah atau PT. KCJ. Akan tetapi, mereka bergerak berdasarkan data-data yang
berhasil dihimpun oleh anggota-anggota dari krlmania. Mengumpulkan tanda tangan petisi
penolakan kenaikan tarif adalah usaha krlmania untuk menunjukan bahwa kenaikan tarif
belum dapat terlaksana bila banyak gangguan-gangguan KRL. Penggunaan data ini
merupakan stratregi untuk memperkuat argumen dan menunjukan bahwa pengguna KRL
memprotes dengan alasan yang rasional. Mereka juga mengundang media-media nasional,
dengan memberikan pernyataan-pernyataan dalam press release dan dikirim kepada media
nasional tersebut.19
Ada beberapa strategi yang digunakan untuk mempengaruhi kebijakan PT. KAI antara
lain:
a) Lobi Dengan Pemangku Kepentingan Perkeretapian Indonesia
Diskusi panjang sudah pernah dilakukan antara PT. KAI dan Krlmania karena mereka
memang sering mengundang para pegiat krlmania untuk duduk bersama dalam membahas
suatu isu. Namun lobi tidak hanya dilakukan dengan PT. KAI saja. Semenjak isu kenaikan
tarif ini membesar, anggota DPR terutama di komisi V yang khusus menangani bidang
transportasi publik turut turun tangan. Awalnya protes yang terjadi tidak melewati proses
politik formal akan tetapi ketika isu membesar, mulailah strategi untuk masuk melalui jalur
dari politik formal tersebut.
Secara tidak langsung, krlmania bergerak untuk mencari celah untuk mempengaruhi
kebijakan via jalur parlemen. Ini mengindikasikan bahwa mereka sadar akan sistem politik
yang berlaku. Selain itu pengakuan dari Mbak Muni menunjukan KRL tidak terlalu mendapat
perhatian sebelum isunya menjadi besar. Setelah munculnya dukungan dan pernyataan dari
Anggota Komisi V DPR, maka segera diadakan rapat dengar pendapat yang dihadiri oleh PT.
KAI, krlmania, dan Dirjen KA. Terjadi rapat dengar pendapat yang dihadiri oleh krlmania,
aspeka, anggota DPR, dan Dirjen Kereta Api. Diskusi yang terjadi memang cenderung alot
karena ada pernyataan bahwa subsidi tidak dapat diturunkan dikarenakan tidak ada
perarturanya. Padahal mekanisme subsidi kereta atau yang disebut PSO sudah ada sejak dulu.
19
Wawancara dengan Nurcahyo, 15 Oktober 2014.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
b) Mobilisasi Melalui Media Sosial
Mailing list menjadi salah satu alat untuk memobilisasi massa sekaligus menyebarkan
info dikalangan pengguna kereta. Berbagai media sosial juga dimanfaatkan untuk menyerap
aspirasi dari pengguna kereta. Awalnya mobilisasi ini digunakan ketika terjadi gangguan KRL
atau ketika ada kebijakan PT. KAI atau KCJ yang dianggap tidak sesuai oleh pengguna KRL.
Biasanya pengguna KRL yang memiliki media sosial mengirimkan pesan berantai mengenai
peristiwa yang tengah terjadi ketika sedang menggunakan layanan KRL. Mereka mengunggah
kejadian seperti keterlambatan, gangguan wessel, korban jiwa akibat padatnya penumpang
sampai pelecehan seksual di dalam KRL.
Laporan tersebut lalu disebar melalui media sosial tentunya jaringanya luas dan
banyak yang melihat bukan pengguna KRL saja. Diluar peristiwa yang terjadi keseharian,
berita mengenai kebijakan yang direncanakan PT. KAI juga sering disebar di media sosial
krlmania. Berita atau isu mengenai kebijakan biasanya langsung tersebar ke media. Anggota
dan pegiat biasanya langsung mersepon berita tersebut dengan cepat dan menentukan hari
berkumpul.
Mobilisasi via media sosial juga didukung oleh data valid dan diolah dengan secara
akademis sehingga tuntutanya berbasis analisis kebijakan kereta dan didukung data yang
akuntabel. Pengumpulan tanda tangan melalui petisi penolakan kenaikan tarif yang sudah
disebutkan sebelumnya juga merupaka proses pengambilan data. Dari situ dapat terukur
berapa jumlah pengguna KRL Jabodetabek yang menolak kenaikan tarif.
c) Framing Melalui Media Massa
Kedekatan dan hubungan yang baik dengan media juga telah membuat suara atau
tuntutanya didengar luas. Pernyataan dan tuntutanya dibuat dalam bentuk rilis media dan
dikirim keseluruh media cetak ataupun online. Jika ada berita mengenai keterlambatan atau
gangguan pelayanan KRL, maka yang akan dihubungi adalah pegiat krlmania. Transparansi
juga menjadi prinsip dalam pengelolaan media sosial dari krlmania sehingga tidak ada yang
ditutup-tutupi terkait informasi apapun. Bahkan berdasarkan pengalaman penelitian seringkali
anggota krlmania membuat komunitas baru didalam KRL dan dibiarkan saja karena memang
transparan dan bebas dalam krlmania.
Strategi lain yang digunakan adalah keahlian dan jaringan yang dimiliki oleh anggota
krlmania. Sebagai contohnya, Agam sebagai hubungan masyarakat krlmania ditunjuk karena
memang memiliki latar belakang pendidikan sebagai hubungan masyarakat. Jaringan media
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
yang dimiliki krlmania dikarenakan ada anggota krlmania yang kebetulan bekerja di media.
Jaringan Pemerintahan dan DPR sebagaimana pernah dikatakan oleh Muni, juga merupakan
keuntungan yang dimiliki krlmania sebagai organisasi yang kebetulan memiliki kepentingan
dalam aksi tersebut. Media massa merupakan kunci dari keberhasilan framing yang dibangun
krlmania untuk keberhasilan gerakanya.
d) Aliansi Gerakan dengan Jejaring Krlmania
Gerakan protes selalu memiliki subjek-subjek yang saling berkepentingan satu sama
lain. Krlmania sebagai komunitas terbesar di KRL Jabodetabek merupakan aktor utama yang
menggerakan protes sosial yang bertujuan untuk menekan PT. KAI sebagai operator KRL
Jabodetabek. Akan tetapi, didalam gerakan protes yang terjadi pada 2011, krlmania tidak
bergerak sendirian akan tetapi berkoordinasi dengan pihak-pihak yang berpotensi menjadi
aliansi dalam gerakan ini. Hal ini diakui oleh Nurcahyo, selaku koordinator krlmania: Hasil
wawancara yang mendalam dengan Nurcahyo menunjukan bahwa, krlmania melakukan aksi
kolektif tersebut dengan menguatkan dan memanfaatkan jejaring yang mereka miliki. Setiap
komunitas memiliki perannya masing-masing seperti ada yang melakukan aksi dan
berjejaring sesuai dengan startegi yang sudah disusun bersama-sama.
Dampak Protes Sosial Krlmania
Serangkaian protes sosial yang dilakukan dalam kurun waktu 2011 hingga 2013
memberikan banyak dampak pada peningkatan pelayanan KRL. Ada beberapa yang telah
dihasilkan dari tuntutan perbaikan layanan KRL yang diajukan oleh krlmania. Penundaan
kenaikan tarif berhasil terpenuhi pada Juni 2011.20 Hal ini terjadi usai pertemuan antara DPR,
KAI, dan krlmania di stasiun Gambir yang dilanjutkan dengan rapat dengar pendapat di DPR.
Kenaikan tarif dilakukan menyusul dihapusnya KRL Ekspress dan ekonomi AC sehingga
menjadi commuter line saja yang berhenti diseluruh stasiun dengan harga tiket Rp.9000,-.
Sifat penurunan tiket ini hanya sementara karena pada akhirnya 1 Oktober 2012 tiket
kembali naik harganya menjadi Rp.9000,-. Kenaikan pada 1 Oktober 2012 ini tidak mungkin
dihindari kembali karena dana PSO tidak turun ke KRL commuter line tetapi ke KRL
Ekonomi, sehingga tidak menutup biaya operasional KRL commutter line. Kebijakan ini tidak
berpihak kepada pengguna KRL Jaobdetabek, selain karena pengguna terbesar menggunakan
20
Okezone News, “Tarif KRL Commuter Line Jakarta-Bogor Turun”, 25 Juni 2011, diakses pada:
<http://news.okezone.com/read/2011/06/25/338/472713/large>, pada 13 November 2014.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
KRL commuter line juga jadwal pemberangkatan KRL Ekonomi terus dikurangi dan
penggunanya terus turun dari tahun ke tahun.
Setelah aksi protes besar krlmania terbit Perarturan Presiden No.53 tahun 2012 yang
mengatur PSO, IMO, dan TAC. Munculnya perarturan ini menganulir SKB 3 Menteri yang
mengatur cara penghitungan tarif sebelumnya. Berikut pasal-pasal krusial dalam Perpres 53
Tahun 2012:
Tabel 4.1
Pasal-Pasal Krusial dalam Perpres No.53 Tahun 2012
Pasal
1. Pasal 2
2. Pasal 3
3. Pasal 27
Uraian
(1) Dalam rangka menyediakan pelayanan
angkutan kereta api kepada masyarakat dengan
tarif
yang
terjangkau,Pemerintahpenyelenggarakan
kewajiban pelayanan publik (Public Service
Obligation).
(2) Dalam hal masyarakat dinilai belum mampu
membayar tarif yang ditetapkan oleh
penyelenggara sarana perkeretaapian, Menteri
setelah berkoordinasi dengan Menteri Keuangan
menetapkan tarif angkutan penumpang kelas
ekonomi.
(3) Selisih antara tarif yang ditetapkan oleh
Menteri dengan tarif yang ditetapkan oleh
penyelenggara sarana perkeretaapian menjadi
tanggung jawab Pemerintah dalam bentuk
kewajiban pelayanan publik.
(4) Menteri menetapkan komponen biaya yang
dapat diperhitungkan dalam penyelenggaraan
angkutan kewajiban pelayanan publik oleh
Badan
Usaha
penyelenggara
sarana
perkeretaapian setelah mendapat pertimbangan
Menteri Keuangan.
Pelayanan angkutan kereta api yang digunakan
untuk menyelenggarakan kewajiban pelayanan
publik harus memenuhi standar pelayanan
minimum yang ditetapkan oleh Menteri.
(1) Pada saat Peraturan Presiden ini mulai
berlaku, PT.Kereta Api Indonesia (Persero)
ditugaskan sebagai penyelenggara kewajiban
pelayanan publik, perawatan dan pengoperasian
prasarana perkeretaapian milik negara untuk
Tahun Anggaran 2012.
(2) Usulan besaran biaya pelaksanaan
penugasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
disampaikan oleh Direktur Utama PT. Kereta
Api Indonesia (Persero) kepada Menteri paling
lambat satu bulan setelah berlakunya Peraturan
Presiden ini.
(3) Biaya untuk pelaksanaan penugasan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dibiayai
terlebih dahulu oleh PT. Kereta Api Indonesia
(Persero) dan menjadi kewajiban Pemerintah.
(4) Anggaran perawatan dan pengoperasian
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Pasal
Uraian
prasarana perkeretaapian milik negara Tahun
2012 dialokasikan
dalam APBN-P Tahun Anggaran 2012.
Sumber: Diolah Sendiri
Dampak dari munculnya perarturan ini tidak lepas dari gerakan yang dibangun
krlmania sendiri. Sebelum munculnya perarturan ini, penghitungan tarif menggunakan dasar
hukum yang terbit pada tahun 1999, yaitu SKB 3 menteri (sudah dibahas di BAB 2). Dengan
munculnya perpres ini, dana PSO yang tadinya tidak pernah turun dan biaya IMO serta TAC
yang dianggap sama akan diubah sepenuhnya sesuai dengan konsep awal yang sudah
dirumuskan oleh world bank. Dana APBN langsung dialokasikan untuk penggunaan
operasional KRL artinya mengembalikan peran negara terhadap layanan publik ini.
Kemunculan perpres ini tidak pernah dianggap sebagai dampak langsung dari protes
krlmania. Akan tetapi, kemunculan perarturan ini meluruskan pengelolaan operasional KRL
Jabodetabek yang sebelumnya tidak jelas orientasinya.
Pembahasan
Analisis Gerakan Sosial Perkotaan dalam Pola Protes dan Strategi untuk Menyikapi
Pelayanan PT. KAI
Lobi, aksi, jejaring, penggunaan data empiris dipilih sebagai sebuah langkah untuk
memberikan perubahan layanan KRL Jabodetabek agar lebih baik. Pertama, Lobi dianggap
langkah awal dengan memberikan masukan melalui pertemuan-pertemuan dengan pemangku
kepentingan dalam dunia perkeretapian Indonesia. Keberhasilan sebuah lobi sangat besar
ketika krlmania menjadikan isu KRL Jabodetabek menjadi isu nasional. Selama ini framing
yang dilakukan terus meneka beberapa kali krlmania diundang ke beberapa diskusi yang
menghadirkan pembicara dari PT. KAI dan Kementerian Perhubungan. Selama diskusi,
mereka menyampaikan pendapat dan mendapatkan data yang kemudian diolah untuk
meningkatkan pengetahuan mereka mengenai perkeretapian. Hasil dari pengolahan data
tersebut dijadikan daya tawar ketika bertemu dengan PT. KAI. Namun hasil beberapa kali
pertemuan dengan PT. KAI tidak menghasilkan sesuatu perubahan terhadap pelayanan PT.
KAI. Kedua, keputusan aksi dapat diambil jika lobi mengalami kebuntuan. Protes sosial
krlmania sebagaimana dibahas di bab 3 menunjukan bahwa mereka memainkan peranya
sebagai kelompok penekan dengan baik. Ketika tekanan berhasil dan membuka jalur politik
formal maka lobi kembali dilakukan. Terbukanya politik formal sendiri merupakan salah satu
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
prasyarat keberhasilan sebuah gerakan sosial menurut Dough Mc Adam.21 Sedangkan somasi
hanya sesekali digunakan untuk menekan dan memastikan perarturan dijalankan sesuai dasar
hukum yang berlaku. Sayangnya somasi yang dilakukan masih di evaluasi efektivitasnya
hingga kini.
Bila dikaitkan dengan urban social movement, Castells menyebutkan bahwa adanya
user group consumer yang didorong oleh konsumsi kolektif menjadi ciri dari Gerakan Sosial
Perkotaan. Gerakan Sosial Perkotaan ini juga harus mampu terhubung dengan partai politik,
LSM, media, dan profesional dan paling penting adalah otonom dalam politik.22 Proses lobi
yang dilakukan oleh krlmania adalah membangun sebuah kerjasama antar LSM dan Ornop.
Karena dengan dukungan organisasi tersebut tekanan akan menjadi lebih besar kepada
Pemerintah dan PT. KAI. Krlmania sadar posisi sebagai kelompok yang hidup diwilayah
urban. Konsumsi kolektif menjadi pemicu yang dapat mendorong munculnya sebuah gerakan
sosial yang hadir untuk merubah kondisi yang ada dan konsumsi kolektif KRL Jabodetabek
membuat mereka memiliki kesamaan nasib. Oleh karena itu dalam menggalang gerakanya
mereka membuat jejaring dengan ornop lainya seperti YLKI, Kontras, MTI, DTKJ, dan
Instran. Mereka mencoba mempengaruhi kebijakan dengan program yang kritis walaupun
tidak semuanya bersifat gerakan menentang ada juga kegiatan yang memang dibuat untuk
merekatkan sesama anggota.
Penting diingat juga adalah kemampuan krlmania yang berhasil membuka saluran
politik formal untuk memungkinkan terjadinya perubahan regulasi yang berdampak pada
perbaikan layanan KRL. Politik formal yang dimaksud adalah mereka mampu menarik
perhatian dari DPR untuk melakukan lobi kepada PT. KAI dan Direktorat Jendral
Perkeretapian yang berhasil dimanfaatkan untuk menunda kenaikan tarif KRL Jabodetabek
pada 2011. Kenaikan tarif ini dilakukan untuk mencegah pengguna menjadi korban atas
keinginan PT. KAI untuk meningkatkan profit guna menutup kerugian mereka yang
diakibatkan Pemerintah abai dalam memberikan haknya PT. KAI. Ini sesuai dengan apa yang
dikatakan Castells bahwa, Gerakan Sosial Perkotaan selalu berdiri untuk menentang
akumulasi modal, korporasi kapitalis dan aparat negara yang berusaha mencari profit.23 Basis
krlmania sebagai komunitas non-spasial membuat mereka harus memaksimalkan peran media
dan internet dalam memobilisasi massa untuk melakukan aksi. Ini akan dibahas di sub bab
21
Dough Mc. Adam, Op.Cit., hlm.143.
Manuel Castells, The City and The Grassroots, Op.Cit, hlm.322.
23
David Harvey, Loc.Cit, hlm.26.
22
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
berikutnya. Namun, dengan berbagai ciri sebagai komunitas dan kesadaranya sebagai gerakan
perkotaan mereka dapat disebut sebagai Gerakan Sosial Perkotaan.
Pada akhirnya lobi, aksi, dan somasi adalah strategi yang digunakan untuk mencapai
prasyarat keberhasilan sebuah gerakan sosial. Keberhasilan sebuah gerakan sosial menurut
Dough McAdam adalah organisasi kuat di akar rumput, Ada introspeksi secara kolektif
terhadap berbagai prospek menuju keberhasilan, dan memanfaatkan kesempatan politik ketika
terbuka serta adanya respon dari pihak yang memiliki kekuatan.24 Lobi kepada pemangku
kepentingan (PT. KAI, Pemerintah, DPR) dilakukan agar membuka kesempatan politik yang
mengarah pada respon berupa perbaikan pelayanan KRL Jabodetabek. Sedangkan lobi yang
dilakukan kepada LSM/Ornop lainnya bertujuan untuk memperkuat organisasi di akar rumput
dengan melakukan kerjasama sehingga aksi yang dilakukan bersama dapat memberi tekanan
lebih besar kepada pemangku kepentingan.
Kesimpulan
Tata
kelola
perkeretapian
Indonesia
buruk
dikarenakan
ketidakberpihakan
Pemerintahnya terhadap transportasi publik. Awalnya dikarenakan krisis 1998 mulailah
dilakukan privatisasi atas PT. KAI. Dampak privatisasi tersebut membuat adanya sistem
perkeretapian yang dikenal dengan istilah PSO, IMO, dan TAC. Pemerintah hanya memiliki
kewajiban untuk membayar PSO, IMO, dan TAC saja dan tidak mengoperasikan KRL
Jabodetabek seperti sebelum terjadinya krisis. Selama 10 tahun berjalan hanya PSO saja yang
dibayarkan, akibatnya dari tahun ke tahun kondisi KRL Jabodetabek memburuk. Padahal
Pemerintah memiliki kepentingan untuk mendorong mobiltitas ekonomi dan aktivitas kelas
menengah. Jumlah PSO dari tahun 2005-2007 terus meningkat akan tetapi kualitas
layanannya memburuk. Pemerintah mengucurkan Rp.270 Miliar rupiah pada 2005 dan
Rp.425 Miliar Rupiah pada 2007, tetapi kondisi keamanan penumpang dan kecelakaan kereta
api terus terjadi. Dana IMO yang dianggap sama dengan TAC akhirnya menyebabkan
terjadinya kondisi backlog. Contoh pada tahun 2007, 116 kecelakaan terjadi dan 90%
dikarenakan kereta keluar jalur. Ini adalah puncak akibat buruknya layanan PT. KAI setelah
diprivatisasi.
Akan tetapi privatisasi juga memberikan ruang untuk melakukan kritik dan protes
sehingga lahirlah krlmania. Gerakan protes krlmania merupakan sebuah Gerakan Sosial
Perkotaan. Proses pembentukanya diawali oleh kesamaan nasib menggunakan layanan KRL
24
Dough Mc. Adam, Sidney Torrow, dan Charles Tilly, Op.Cit, Hlm.143
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Jabodetabek yang buruk. Sebagai komunitas berbasis non-spasial mereka memanfaatkan dan
dipertemukan di internet melalui media sosial yang ada. Melalui serangkaian diskusi di
internet akhirnya mereka sadar posisi dan perananya sebagai masyarakat perkotaan yang
berhak mendapatkan pelayanan terbaik dari PT. KAI. Pelayanan PT. KAI tidak kunjung
membaik tetapi tarif akan segera dinaikan ini menimbulkan ketidaksetujuan diantara
pengguna KRL khususnya krlmania. Mereka menunjukan ketidaksetujuanya dengan mulai
memberikan kritik tajam baik secara langsung ataupun melalui media. Mereka membutuhkan
aksi dan strategi untuk mencapai dua tujuan utamanya ketika itu yaitu, pertama, menunda
kenaikan tarif dan penerapan SPM sesuai PM No.9 Tahun 2011.
Pola protes/gerakan dan strategi yang dibangun oleh krlmania mencirikan mereka
masyarakat yang memiliki pendidikan tinggi, dan pola kerja profesional. Hal ini ditandai oleh
kemampuan untuk menggunakan internet sebagai memperat jejaring sekaligus mobilisasi
massa komunitas dan aliansi LSM lainnya, menuntut SPM melalui jalur hukum seperti
somasi, membuat surat terbuka kepada Presiden SBY, membuat petisi online, melakukan
pernyataan melalui media, dan melakukan komunikasi dengan DPR sebagai pihak yang
mampu menekan eksekutif. Pola gerakan yang dilakukan adalah lobi kepada stakeholder
perkeretapian nasional, aksi demonstrasi dan mobilisasi massa untuk melakukan tanda tangan
petisi.
Pola gerakan yang dilakukan pada 2011 tersebut berhasil karena membuka
kesempatan lobi melalui jalur politik formal yang memiliki kemampuan untuk mengubah
regulasi yang diterapkan. Terakhir, bahwa keberhasilan mereka tidak lepas dari respon yang
dikeluarkan oleh lembaga tinggi negara baik eksekutif maupun legislatif yang kemudian
mengakomodir kepentingan mereka. Contohnya, PT. KAI ditekan oleh Komisi V DPR dan
Dirjen Keretaapi untuk menunda kenaikan, karena secara politik dua lembaga tersebut
memiliki kekuatan lebih tinggi dibanding PT. KAI. Selain itu, sebuah keberuntungan juga
bagi krlmania memiliki pegiat yang memiliki kelebihan pekerja profesional dibidangnya
seperti hubungan massa yang akhirnya dijadikan humas dari krlmania. Humas ini berperan
vital karena pernyataanya sangat efektif dalam menarik media nasional untuk meliput.
Dapat disebut bahwa pola gerakan pada 2011 telah berhasil mempengaruhi kebijakan
yang membuat PT. KAI meresponya dengan melakukan penundaan kenaikan tarif. Akan
tetapi penerapan SPM belum berhasil diterapkan sesuai PM No.9 Tahun 2011. Pembahasan
mengenai SPM ini ada kaitanya dengan tata kelola perkeretapian nasional selama ini. Tata
kelola kereta api nasional ternyata mengalami stagnasi akibat lepas tanganya Pemerintah
akibat mereka tidak konsisten menjalankan konsep yang ditawarkan oleh world bank yang
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
dikenal dengan PSO, IMO, dan TAC. Mereka justru terjebak oleh logika washington consesus
yang memprivatisasi BUMN dan mengubah dari perum kereta api menjadi perseroan terbatas.
Walaupun semangatnya adalah untuk memperbaiki profesionalitas dan pelayanan dari PT.
KAI, nyatanya Pemerintah justru tidak memberikan pembiayaan sesuai skema PSO, IMO, dan
TAC. Akibatnya, PT. KAI terus mengalami kondisi backlog yang menyebabkan layananya
buruk dan merugi. Hal ini disebabkan secara hukum Pemerintah masih mendasarkan peranya
melalui SKB 3 Menteri yang dibuat tahun 1999. Disitu tertulis bahwa biaya IMO dianggap
sama dengan TAC. Padahal Pemerintah bisa saja melakukan revisi terhadap dasar hukumnya
dan itu baru terjadi 13 tahun kemudian ketika Perpres No.53 tahun 2012 disahkan. Artinya
tidak ada political will terhadap transportasi publik khususnya layanan KRL Jabodetabek.
Belum ditambah kewajiban pengadaan infrastruktur dalam Perpres No.83 tahun 2011 yang
mewajibkan PT. KAI melakukan pembangunan infrastruktur untuk rel bandara, padahal
selama PT. KAI merugi. Sebagai responya, mereka terpaksa mencari pendanaan proyek
infrastruktur tersebut melalui penumpang dengan cara menaikkan harga tarif kereta api
khususnya KRL Jabodetabek. Respon PT. KAI setelah terjadinya protes adalah mereka
berusaha mengkalkulasi berapa tuntutan dari krlmania yang dapat diakomodir. Beberapa
tuntutan mereka coba penuhi walaupun secara implementasinya lamban. Namun, terjadi
peningkatan kualitas pelayanan dengan seluruh armada KRL Jabodetabek memiliki pendingin
ruangan.
Pemenuhan SPM bergantung kepada pemenuhan Pemerintah atas PSO, IMO, dan
TAC. Karena SPM seperti keterlambatan kereta dan AC itu bergantung pada infrastruktur
yakni biaya IMO. Sedangkan biaya IMO sendiri hingga kini masih belum jelas dan cenderung
pas-pasan. Keluarnya Perpres No.53 Tahun 2012 yang dikarenakan protes krlmania pada
2011 juga hanya mengatur dengan jelas PSO tidak IMO dan TAC. Oleh karena itu,
pemenuhan SPM sebagai target gerakan krlmania jelas mengarah kepada Pemerintah bukan
PT. KAI lagi. Karena idealnya pembangunan infrastruktur itu ada pada Pemerintah bukan PT.
KAI. Karena sekali lagi, PT. KAI hanya operator sedangkan posisi Pemerintah jelas ada pada
regulator yang memberikan prasyarat layanan KRL. Selain itu, Perpres No.53 Tahun 2012
direspon PT. KAI dengan membuat skema tarif progressif dengan seluruh armada KRL
memiliki AC pada tahun 2013. Dengan adanya tarif progressif, tarif KRL Jabodetabek
terjangkau oleh berbagai kalangan. Secara jangka panjang gerakan protes krlmania telah
berhasil membuat PT. KAI memberikan respon berupa improvisasi atas pelayanan publik
yang mereka sediakan.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Keberlanjutan komunitas dan gerakan juga bergantung pada kemampuan anggota dan
peggiatnya untuk terus mengadakan kegiatan dan advokasi secara konsisten. Keluhan akan
layanan pasti akan selalu ada. Akan tetapi seberapa besar motivasi dari pegiat untuk terus
melanjutkan gerakan akan menjadi pertanyaan kedepanya.
Daftar Referensi
Buku :
Berg. Bruce L. Qualitative Research Methods for the Social Sciences 4th Edition. MA:Allyn and
Bacon. 2001.
Castells. Manuel. The Power of Identity. Oxford:Wiley-Blackwell. 2010.
Castells. Manuel. The City and The Grassroots. London:Edward Arnold.1983.
Creswell. John W. Research Design: Qualitative. Quantitative. and Mixed Method
Approaches 2nd Edition. California:Sage Publications. Inc. 2003.
Judge. David. Theories of Urban Politics. London:Sage Publication. 1995.
Harvey. David. The Right to The City. London:New Left Review.2004.
Ritchie. Jane & Jane Lewis. Qualitative Research Practice A Guide for Social Science
Students and Rresesarchers. London:SAGE Publications. 2003.
Jurnal :
Dikun. Suyono. “The Indonesia Railway: What Lies Ahead and How to Get There”.
Indonesia Railway Institute review. Juni 2013.
Mayer. Margit. “The ‘Right to the City’ in the context of shifting mottos of urban social
movements”. City. 13(2–3). 2009.
Najid. “Potensi Angkutan Jalan Rel Sebagai Angkutan Umum Kota Jakarta”. Indonesia
Railway Institute review. Juni 2013.
Nichols. W. J. “The Urban Question revisited: The importance of cities for social
movements”. International Journal of Urban and Regional Research. 32(4). 2008.
Skripsi :
Santoswana. “Analisis Perjanjian Kerjasama Operasi Sarana Perkeretaapian di Wilayah
Jabotabek”. Depok: Skripsi. Program Studi S1 Ilmu Hukum. Universitas Indonesia.
2010
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Publikasi Elektronik :
Indriyastutik. Sri. “KRL Mania: The Internet Based Consumer Movement of the Electric
Railway Train Users in Indonesia”. diakses dari < www.pria.org/Docs/KRLMania_Indonesia.pdf>. pada 12 Januari 2013.
“Petisi Online”. Diakses dari: <http://www.change.org/id/petisi/penuhi-spm-krl-batalkankenaikan-tiket>. Pada 12 Agustus 2014.
“Stepping Stones Transportation System”. Diakses dari:
<http://www.thejakartapost.com/news/2014/01/02/stepping-stones-transportationsystem.html>. Pada 10 Januari 2014.
“Tarif KRL Commuter Line Jakarta-Bogor Turun”. Diakses dari:
<http://news.okezone.com/read/2011/06/25/338/472713/large>. pada 13 November
2014.
Turner. Jeff. “Urban Mass Transit and Social Sustainability in Jakarta. Indonesia”. diakses
dari: <http://www.unhabitat.org/grhs/2013>. Pada 19 Februari 2014.
Gerakan Protes Sosial Krlmania dalam ..., Gusti Raganata, FISIP UI, 2014
Download