BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Bekerja merupakan kodrat manusia, sebagai kewajiban dasar. Manusia dikatakan mempunyai martabat apabila dia mampu bekerja keras. Dengan bekerja manusia dapat memperoleh hak dan memiliki segala apa yang diinginkannya. Bekerja merupakan kegiatan pisik dan pikir yang terintegrasi. Salah satu pekerjaan yang bisa dipilih manusia adalah pekerjaan yang bersifat profesi. Profesi dapat dirumuskan sebagi pekerjaan tetap bidang tertentu berdasarkan keahlian khusus yang dilakukan secara bertanggungjawab, dengan tujuan memperoleh penghasilan. Dengan demikian selain imbalan pekerjaan yang bersifat profesi lebih mendahulukan pelayanan daripada imbalan dan bertanggung-jawab terhadap diri sendiri serta masyarakat. Contoh pekerjaan profesi adalah dokter, advokat atau pengacara, akuntan, dan sebagainya. Profesi mempunyai kode etik yang disebut kode etik profesi atau etika profesi, yang merupakan norma yang ditetapkan dan diterima oleh kelompok profesi, yang mengarahkan atau memberi petunjuk kepada anggotanya bagaimana seharusnya berbuat dan sekaligus menjamin mutu moral profesi itu di mata masyarakat. Apabila satu anggota kelompok profesi itu berbuat menyimpang dari etika profesinya, maka kelompok profesi itu akan tercemar di mata masyarakat (Bertens dalam Muhammad, 2006). 1 2 Etika profesi merupakan produk etika terapan karena dihasilkan berdasarkan penerapan pemikiran etis atas suatu profesi. Kode etik profesi dapat berubah dan diubah seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga anggota kelompok profesi tidak akan ketinggalan zaman. Etika profesi merupakan hasil pengaturan diri profesi yang bersangkutan, dan ini merupakan perwujudan nilai moral yang hakiki, yang tidak dipaksakan dari luar. Etika profesi hanya berlaku efektif apabila dijiwai oleh cita-cita dan nilainilai yang hidup dalam lingkungan profesi itu sendiri. Etika profesi menjadi tolok ukur perbuatan anggota kelopmpok profesi sekaligus merupakan upaya pencegahan berbuat yang tidak etis bagi anggotanya. Profesi akuntan mendapat sorotan yang cukup tajam dari masyarakat. Hal ini seiring dengan terjadinya beberapa pelanggaran etika yang dilakukan oleh akuntan, baik akuntan publik, akuntan intern perusahaan maupun akuntan pemerintah. Salah satu contoh kasus pelanggaran etika profesi adalah Kasus dugaan Manipulasi Laporan Keuangan PT. Kereta Api Indonesia ( PT, KAI) Tahun 2005, yang seharusnya rugi Rp. 63 miliar namun dibukukan untung sebesar Rp. 6,9 miliar. Kasus ini melibatkan dugaan pelanggaran etika profesi baik oleh akuntan di dalam PT. KAI itu sendiri maupun oleh akuntan publik yang telah mengaudit laporan keuangan PT. KAI tahun 2005 tersebut. Badan Peradilan Profesi Akuntan Publik segera akan memeriksa akuntan publik yang terlibat dan jika terbukti bersalah maka akuntan publik yang bersangkutan akan diberi sanksi teguran atau pencabutan izin praktek. 3 Seperti yang dikatakan Ketua Umum Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) Ahmadi Hadibroto di Jakarta, yang dikutip Kompas, 8 Agustus 2006 menyatakan: "Secara informal saya sudah membicarakan masalah peradilan ini dengan Badan Peradilan Profesi sehingga tidak lama lagi proses hukum itu segera dimulai. Mudah-mudahan proses hukum tidak terlalu lama sehingga masalah itu segera tertuntaskan." Berbagai persepsi maupun polemikpun dilayangkan para akuntan. Salah satunya adalah persepsi yang menyatakan kesalahan itu terjadi karena ada perbedaan persepsi tentang pencatatan piutang yang tidak pernah tertagih. Dari latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PERSEPSI MAHASISWA AKUNTANSI DAN AKUNTAN PENDIDIK TERHADAP ETIKA AKUNTAN PADA KASUS MANIPULASI LAPORAN KEUANGAN PT. KAI TAHUN 2005”. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, dalam penelitian ini peneliti merumuskan permasalahan yang ada yaitu apakah terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan akuntan pendidik terhadap Etika Akuntan pada kasus dugaan manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI tahun 2005 ? 4 C. Tujuan Penelitian Untuk membuktikan secara empiris apakah ada perbedaan persepsi antara mahasiswa akuntansi dan akuntan pendidik terhadap Etika Akuntan pada kasus manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI tahun 2005 ? D. Manfaat Penelitian Dari uraian di atas manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Memberikan pengetahuan mengenai perbandingan antara persepsi mahasiswa akuntan dan persepsi akuntan pendidik terhadup etika akuntan pada kasus manipulasi Laporan Keuangan PT. KAI tahun 2005. 2. Sebagai referensi bagi peneliti selanjutnya yang akan mengadakan kajian lebih luas dalam bahasan ini.