I. PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

advertisement
1
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Penyelenggaraan organisasi pemerintahan haruslah selaras dengan tujuan
dan cita-cita bangsa yang diamanatkan dalam undang-undang. Apapun bentuk
organisasinya, fungsi, tugas maupun bidang kerjanya baik di tingkat pemerintahan
pusat maupun daerah harus diselenggarakan secara efisien, efektiv, transparan dan
akuntabel. Untuk itu penyelenggaraan negara harus mendapatkan pengawasan
yang melekat (WASKAT, Inpres No. 1 tahun 1989) baik dari pihak internal
penyelenggara itu sendiri (Internal Control) maupun pihak eksternal (External
Control). Berbagai upaya telah dilakukan ditunjukkan dengan terbitnya berbagai
produk hukum seperti Undang-undang (UU), Peraturan Pemerintah (PP), Surat
Edaran (SE), dan produk hukum lainnya dengan tujuan agar pelaksanaan
penyelenggaraan negara tidak keluar dari garis-garis yang telah ditetapkan.
UU nomor 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara dalam pasal 58
ayat (1) mengamanatkan bahwa dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi,
dan akuntabilitas pengelolaan keuangan negara, presiden selaku kepala
pemerintahan mengatur dan menyelenggarakan sistem pengendalian intern di
lingkungan pemeritah secara menyeluruh, selanjutnya pada ayat (2) Sistem
pengendalian intern sebagaimana dimaksud ditetapkan dengan peraturan
pemerintah. Berbekal amanat undang-undang tersebut pemerintah melalui
lembaga Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) memprakarsai
disusunnya suatu sistem pengendalian intern pemerintah melalui Peraturan
2
Pemerintah nomor 60 tahun 2008 tentang Sistem pengendalian intern pemerintah
(SPIP), dan yang menjadi pedoman bagi penyelenggaraan pengendalian intern di
setiap satuan kerja pemerintah baik di pusat (kementerian/lembaga) maupun di
pemerintah daerah . Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) yang
dimaksud dalam PP nomor 60 tahun 2008 adalah:
“proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang dilakukan secara
terus-menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan
keyakinan memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan
yang efektif dan efisien, keandalan pelaporan keuangan, pengamanan asset
negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Tujuan ditetapkannya PP nomor 60 tahun 2008 ini adalah untuk
memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efisiensi dan efektivitas
tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, kehandalan pelaporan keuangan,
pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.
Melalui PP nomor 60 tahun 2008 ini pemerintah mendorong agar terciptanya
pengendalian intern dalam pengelolaan organisasi penyelenggara negara untuk
dapat mengantisipasi resiko terjadinya kerugian negara serta untuk mewujudkan
Good Governance dalam penyelenggaraan negara.
Kegiatan pengendalian (control activities) merupakan salah satu unsur
dalam kerangka sistem pengendalian intern pemerintah (PP 60 tahun 2008).
Kegiatan pengendalian melingkupi kebijakan, prosedur, dan pelaksanaan
kebijakan yang dilaksanakan oleh suatu satuan kerja pemerintah untuk mencegah,
menolak, mengalihkan, dan membagi (mitigate, avoid, transfer, share) terhadap
resiko-resiko yang telah teridentifikasi melalui suatu kegiatan penilaian resiko
3
(Risk Assessment). Pelaksanaan kegiatan pengendalian diwujudkan dengan
dibentuknya satuan tugas atau tim aparat pengendalian intern pemerintah (APIP)
sebagai motor penggerak dilaksanakannya kegiatan pengendalian, dan yang
menjamin pencapaian tujuan institusi dalam prosedur, pelaksanaan kebijakan, dan
pelaksanaan strategi pengurangan resiko kebijakan. Penerapan unsur kegiatan
pengendalian pada setiap satuan kerja dapat berbeda-beda, karena disesuaikan
dengan tugas, fungsi, karakteristik, dan kompleksitas masing-masing. Oleh karena
itu perlu dilakukan analisis terhadap penerapan unsur kegiatan pengendalian
apakah sudah sesuai dengan standar penerapan yang ditetapkan pemerintah
melalui PP nomor 60 tahun 2008.
Kegiatan pengendalian intern pemerintah dilaksanakan oleh aparat
pengendalian intern pemerintah (APIP), yang terdiri dari Badan Pengawasan
Keuangan dan Pembangunan (BPKP), Inspektorat Jenderal (Itjen) di tiap-tiap
Kementerian/Lembaga atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan
pengawasan intern (PP No. 60 tahun 2008, Pasal 49). Dalam pasal 48, ayat (2) PP
No.60 tahun 2008, APIP melaksanakan kegiatan pengendalian intern melalui
audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan kegiatan pengawasan lainnya. APIP
melaksanakan pengawasan dengan tujuan untuk mendukung kelancaran dan
ketepatan pelaksanaan kegiatan pemerintah dan pembangunan (Murwanto, dkk :
2006).
Kegiatan pengendalian harus menjadi bagian integral dalam setiap aktifitas
dan individu dalam organisasi pemerintah. Pelaksanaan rencana dan strategi
organisasi yang sudah dirumuskan harus dapat dikawal dalam penerapannya untuk
4
mengurangi terjadinya resiko-resiko financial maupun operasional yang
berpotensi terhadap pelanggaran hukum. Beberapa permasalahan yang menjadi
temuan BPK RI pada tahun 2012 untuk lingkup perguruan tinggi negeri
diantaranya adalah pada kegiatan pengadaan barang dan jasa, pengelolaan
rekening, pemanfaatan aset, dan bahkan penyalahgunaan anggaran yang berujung
pada tindak pidana korupsi. Universitas Gadjah Mada salah satunya, meskipun
tidak bersifat material tetapi masih ditemukan adanya masalah dalam pengadaan
barang dan jasa, dan pengelolaan rekening. Begitupun dari hasil audit KAP
(Kantor Akuntan Publik) yang secara independen melaksanakan audit di UGM
mewakili BPK-RI, meskipun dari hasil audit terhadap laporan keuangan tahun
2012 diberikan opini WTP (Wajar Tanpa Pengecualian), akan tetapi masih
menyisakan catatan-catatan diantaranya sistem informasi aset milik negara,
laporan kepatuhan peraturan perundang-undangan, dan sistem pengendalian
internal.
Kegiatan pengendalian harus dirancang secara formal untuk dapat
mempengaruhi orang-orang dalam organisasi agar berperilaku dan bertindak
sesuai dengan tujuan organisasi. Pengendalian organisasi bisa melalui kebijakan,
aturan, dan prosedur birokrasi (soft control) serta juga bisa melalui pelaksanaan
kegiatan audit, reviu, dan monitoring (hard control), guna untuk memberikan
jaminan dilaksanakannya strategi organisasi secara efektiv dan efisien sehingga
tujuan organisasi dapat dicapai. Setiap individu dalam organisasi memiliki tujuan
personal (individual goal). Kegiatan pengendalian diharapkan dapat menjadi
5
jembatan (goal congruence) untuk menyelaraskan antara tujuan personal
(individual goal) dengan tujuan organisasi (Organisational Goal).
Perguruan tinggi merupakan organisasi/satuan kerja pemerintah dibawah
naungan
Kementerian
melaksanakan
fungsi
pendidikan
pelayanan
dan
akan
kebudayaan
(Kemdikbud)
pendidikan
tinggi.
yang
Pelaksanaan
pengendalian intern di perguruan tinggi ditegaskan melalui Peraturan Menteri
Pendidikan Nasional (Permendiknas) nomor 44 tahun 2011 tentang Sistem
Pengendalian Intern Pemerintah di lingkungan Kementerian Pendidikan Nasional.
Sebagai satuan kerja di lingkungan Kemendiknas (sekarang Kemdikbud),
perguruan tinggi wajib untuk melaksanakan pengendalian intern secara
menyeluruh didalam penyelenggaraan organisasinya.
Universitas Gadjah Mada merupakan satuan kerja pemerintah dibawah
naungan Kemdikbud. Itu artinya berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008, UGM
juga wajib melaksanakan kegiatan pengendalian dalam penyelenggaraan
organisasinya. Berbagai perubahan bentuk tata kelola organisasi yang dialami
UGM adalah sebagai upaya untuk mewujudkan otonomi perguruan tinggi yang
dilandasi dengan kemandirian, prinsip-prinsip fleksibilitas, transparansi dan
akuntabilitas. Otonomi dalam pengelolaan perguruan tinggi memberikan ruang
gerak yang luas bagi UGM untuk mampu bersaing secara global, sebagaimana
visi UGM dalam Rencana Strategis UGM 2008-2012 dan yang masih menjadi
acuan pelaksanaan kegiatan di tahun 2013, yaitu untuk menjadi universitas riset
kelas dunia yang unggul, mandiri, bermartabat, dan dengan dijiwai Pancasila,
6
mengabdi kepada kepentingan dan kemakmuran bangsa (World Class Reasearch
University).
Kantor Audit Internal (KAI) UGM berfungsi sebagai unit pengendali dan
pengawas independen bagi universitas. KAI yang dibentuk berdasarkan SK
Rektor UGM nomor 924/P/SK/HT/2012, merupakan pengembangan dari Satuan
Audit Internal yang telah dibentuk sejak tahun 2004 berdasarkan SK Rektor
nomor 209/P/SK/HT/2004. Tugas KAI adalah sebagai berikut :
a. merumuskan kebijakan-kebijakan di bidang audit non akademik,
monitoring, konsultasi dan pengembangan di lingkungan universitas;
b. melakukan komunikasi melalui rapat, diskusi dan media lain dengan
unsur-unsur pimpinan universitas, fakultas dan unit kerja lain terkait
lingkup kerja Kantor Audit Internal;
c. merumuskan kebijakan pengawasan internal di lingkungan universitas;
d. menyusun pedoman dan standar kerja;
e. menentukan standar kualifikasi untuk penerimaan staf auditor dan
kenaikan jabatan;
f. merencanakan penyusunan sistem audit internal;
g. mengamankan aset dan meningkatkan kinerja universitas;
h. melakukan
universitas;
pemeriksaan
secara
independen
terhadap
manajemen
7
i. memberikan masukan kepada pimpinan universitas tentang pengembangan
sistem informasi terintegrasi dan tata kelola universitas;
j. menyampaikan hasil audit dan rekomendasinya dalam bentuk laporan hasil
pemeriksaan kepada Rektor;
k. membantu unit dalam menyusun sistem dan pedoman kerja menuju
tercapainya pengendalian internal yang baik;
l. menyusun dan mengembangkan sistem terkait dengan pelaksanaan audit
dan monitoring;
m. menyusun dan mengembangkan sistem pengawasan keuangan dan aset
universitas yang terintegrasi;
n. mengembangkan pelaksanaan sistem informasi audit yang terintegrasi; dan
o. mendukung peningkatan kapasitas sumber daya manusia di bidang audit.
KAI juga menjalankan fungsi sebagai penjamin sekaligus menjadi
strategic partner bagi UGM melalui pelayanan konsultasi dan bimbingan dalam
pengelolaan organisasi (assurance dan consulting), dan melalui kegiatan-kegiatan
audit, monitoring, dan reviu keuangan maupun operasional. Untuk dapat
mewujudkan UGM sebagai universitas yang mandiri dan bertata kelola baik
(Good University Governance), diperlukan adanya kegiatan pengendalian (control
activities) yang memadai.
8
1.2 Perumusan masalah
Transformasi UGM dalam berbagai pola tata kelola organisasi
membutuhkan dukungan dan komitmen yang tinggi dari segenap unsur di dalam
organisasi. Rencana Strategis (Renstra) yang disusun harus mendukung
pencapaian tujuan dan cita-cita UGM, untuk itu diperlukan adanya upaya untuk
mengendalikan jalannya organisasi agar sejalan dengan tujuan dan cita-cita yang
direncanakan. Kegiatan pengendalian tidak dapat memberikan keyakinan mutlak
akan tetapi memberikan keyakinan yang memadai terhadap penyelenggaraan
organisasi. Untuk itu kegiatan pengendalian penting untuk dilaksanakan guna
memberikan keyakinan yang memadai atas pengelolaan organisasi, serta
mendorong organisasi ke arah pencapaian tujuan dan cita-cita secara efisien,
efektiv, dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku. Sebagai APIP di UGM,
KAI memiliki peran untuk mendorong pelaksanaan kegiatan pengendalian secara
memadai.
Pokok permasalahan yang dapat dianalisis dalam penelitian ini dibatasi
pada salah satu unsur Sistem Pengendalian Intern Pemerintah dalam PP nomor 60
tahun 2008 yaitu pada unsur kegiatan pengendalian (Control Activities). Rumusan
masalah yang akan diangkat adalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah penerapan unsur kegiatan pengendalian di Kantor Audit
Internal UGM berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi dalam penerapan unsur
kegiatan pengendalian di KAI UGM?
9
1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh gambaran tentang bagaimana
penerapan unsur kegiatan pengendalian berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 di
Kantor Audit Internal (KAI) Universitas Gadjah Mada. Diharapkan melalui
penelitian ini dapat menjawab pertanyaan penelitan dalam rumusan permasalahan
diatas, yaitu:
1. Untuk mengidentifikasi kesesuaian penerapan kegiatan pengendalian di
KAI UGM dengan daftar uji dalam lampiran PP nomor 60 tahun 2008.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapan
unsur kegiatan pengendalian di KAI UGM.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi sebagai
tambahan referensi pada sektor publik, melalui gambaran tentang penerapan unsur
kegiatan pengendalian berdasarkan PP nomor 60 tahun 2008 di KAI UGM dan
faktor-faktor yang mempengaruhi dalam penerapannya. Selain itu diharapkan pula
memiliki kontribusi bagi para pengambil kebijakan dengan memberikan perhatian
terhadap
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
dalam
penerapan
kegiatan
pengendalian di KAI, serta menambah pengetahuan dan pengalaman bagi peneliti
tentang penerapan unsur kegiatan pengendalian berdasarkan PP nomor 60 tahun
2008 dalam organisasi perguruan tinggi.
10
1.5 Metodologi Penelitian
1.5.1 Teknik Pengumpulan data
a. Metode studi pustaka digunakan dalam penelitian ini terhadap
literatur, majalah, buku, hasil penelitian terdahulu, maupun media
publikasi lainnya yang digunakan sebagai dasar penulisan.
b. Penelitian ini merupakan jenis penelitian lapangan, guna memperoleh
gambaran penerapan kegiatan pengendalian di KAI, pengumpulan
data langsung yang dapat dilakukan adalah melalui survey kuisioner
terhadap para auditor dan wawancara mendalam terhadap seorang
narasumber di KAI. Sedangkan teknik observasi dan dokumentasi
tidak dapat dilaksanakan secara optimal karena pembatasan ruang dan
kesempatan yang diberikan kepada peneliti sebagai akibat tingginya
tingkat rutinitas dan pekerjaan di KAI.
1.5.2 Teknik analisis data
a. Kuisioner
Kuisioner yang dibagikan kepada responden di KAI bersifat tertutup, dan
disusun berdasarkan dua belas butir daftar uji unsur kegiatan pengendalian dalam
lampiran PP nomor 60 tahun 2008 yang dikembangkan dengan menggunakan
banyak sumber informasi dan ide-ide yang berbeda-beda. Sumber utamanya
adalah Internal Control Management and Evaluation Tool dari General
Accounting Office (GAO). Tujuan utama dilaksanakannya teknik survey ini
11
bukan untuk memperoleh data secara kuantitatif, karena penelitian ini
menggunakan pendekatan kualitatif. Akan tetapi teknik ini dilaksanakan untuk
mendapatkan gambaran secara umum dari para auditor tentang penerapan
kegiatan pengendalian di KAI. Data yang diperoleh dari hasil kuisioner tidak
diolah dengan menggunakan statistik, tetapi pembobotan masing-masing pilihan
jawaban kuisioner dimaksudkan untuk dapat menghitung nilai-rata dari masingmasing butir uji penerapan, kemudian dilakukan penskalaan (Likert). Kriteria
penilaian hasil kuisioner didasarkan pada lima pilihan jawaban untuk memperoleh
gambaran kesesuaian penerapan kegiatan pengendalian di KAI dengan unsur
kegiatan pengendalian dalam PP nomor 60 tahun 2008. Hasil kuisioner yang
masih memerlukan konfirmasi dilakukan dengan wawancara mendalam terhadap
narasumber yang ditunjuk oleh pimpinan KAI.
b. Wawancara
Wawancara dilakukan secara interaktif terhadap seorang narasumber di
KAI, baik secara terstruktur maupun tidak terstruktur berkenaan dengan fokus dan
tujuan penelitian. Hasil wawancara dianalisis dengan menggunakan pendekatan
model Miles dan Hubberman (1984) yang dimodifikasi. Penarikan kesimpulan
akhir direncanakan menggunakan metode analisis isi (content analysis) yang
dikemukakan Holsti (1969). Analisis isi ini dilakukan untuk mengetahui lebih
mendalam akan isi dan pesan-pesan yang terkandung dalam pernyataan dan
informasi hasil wawancara. Analisis isi dilakukan dengan menggunakan seorang
interpreter lainnya, hasil analisis dibandingkan untuk setiap kategori uji kegiatan
pengendalian. Penelitian ini bersifat deskriptif analisis dan menggunakan
12
pendekatan kualitatif. Analisis yang dilakukan untuk mengidentifikasi kesesuaian
dua belas butir daftar uji unsur kegiatan pengendalian dalam lampiran PP nomor
60 tahun 2008 terdiri dari:
1. Penerapan umum;
2. Reviu atas kinerja;
3. Pembinaan sumber daya manusia;
4. Pengendalian atas pengelolaan sistem informasi;
5. Pengendalian fisik atas aset;
6. Penetapan dan reviu atas indikator dan ukuran kinerja;
7. Pemisahan fungsi
8. Otorisasi atas transaksi dan kejadian yang penting;
9. Pencatatan yang akurat dan tepat waktu atas transaksi dan kejadian
penting;
10. Pembatasan akses atas sumber daya dan pencatatannya;
11. Akuntabilitas terhadap sumber daya dan pencatatannya; dan
12. Dokumen yang baik atas sistem pengendalian internal serta transaksi dan
kejadian penting.
Download