BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jagung (Zea mays L.) merupakan salah satu tanaman pangan dunia yang terpenting, selain padi dan gandum. Sebagai sumber karbohidrat utama, di Amerika Tengah dan selatan, jagung juga menjadi alternatif sumber pangan di Amerika Serikat. Penduduk beberapa daerah di Indonesia (misalnya di Madura dan Nusa Tenggara) juga menggunakan jagung sebagai pakan ternak (hijauan maupun tongkolnya), diambil minyaknya (dari biji), dibuat tepung (dari biji yang dikenaln dengan istilah tepung jagung maizena), dan bahan baku industri(dari tepung biji dan tepung tongkolnya). Tongkol jagung kaya akan pentosa, yang dipakai sebagai bahan baku pembuatan furfual. Jagung yang telah direkayasa genetika juga sekarang ditanaman sebagai penghasil bahan farmasi. Berdasarkan bukti genetik, antropologi, dan arkeologi diketahui bahwa daerah asal jagung adalah Amerika Tengah (Meksiko bagian selatan). Budidaya jagung telah dilakukan di daerah ini 10.000 tahun yang lalu, kemudian teknologi ini dibawa ke Amerika Selatan (Ekuador) sekitar 7000 tahun yang lalu, dan mencapai daerah pegunungan di selatan Peru pada 4000 tahun yang lalu. Kajian filogenik menunjukkan bahwa jagung (Zea mays ssp. mays) merupakan keturunan langsung dari teosinte (Zea mays ssp. parviglumis). Dalam proses domestiknya, yang berlangsung paling tidak 7000 tahun oleh penduduk asli setempat, masuk gen-gen dari subspesies lain terutama, Zea mays ssp.mexicana. Istilah teosinte sebenarnya digunakan untuk menggammbarkan semua spesies dalam genus Zea, kecuali Zea mays ssp.mays. Proses domestikasi menjadikan jagung merupakan satu-satunya spesies tumbuhan yang tidak dapat hidup secara liar di alam. Hingga kini dikenal 50.000 varietas jagung, baik ras lokal maupun kultivar.Jagung termasuk tanaman yang sering terserang hama dan penyakit diantaranya bulai, karat pada daun, penggerek batang jagung, ulat grayak dan lain-lain. Oleh karena itu tanaman jagung membutuhkan perawatan yang intensif. 1 1.2 Tujuan Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memahami hama dan penyakit pada tanaman jagung serta berbagai penanganan dari timbulnya hama dan penyakit tersebut. 2 BAB II PEMBAHASAN 2.1 HAMA UTAMA PADA TANAMAN JAGUNG 1). Penggerek Batang Jagung (Ostrinia furnacalis Guen ) (Ordo: Lepidoptera, Famili: Noctuidae) 1. Bioekologi Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari.Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30- 50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggidan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9,umur telur 3-4 hari,Larva, larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makanberpindahpindah,larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjutmenggerek batang, umur larva 17-30 hari.Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari. 2. Gejala Serangan Larva Ostrinia furnacalisini mempunyai karakteristik kerusakan pada setiap bagiantanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bungajantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, tumpukan tassel yang rusak. 3. Pengendalian Kultur Teknis - Waktu tanam yang tepat, - Tumpangsari jagung dengan kedelai atau kacang tanah. - Pemotongan sebagian bunga jantan (4 dari 6 baris tanaman 3 4. Pengendalian Hayati Pemanfaatan musuh alami seperti : Parasitoid T richogrammasp. Parasitoid tersebut dapat memarasit telur Ostrinia furnacalis.Predator E uborellia annulata memangsalarva dan pupa Ostrinia furnacalis.Bakteri Bacillus thuringiensis Kurstaki mengendalikanlarva Ostrinia furnacalis, Cendawan sebagai entomopatogenik adalah Beauveria bassiana dan Metarhizium anisopliae mengendalikan larva Ostrinia furnacalis.Ambang ekonomi 1larva / tanaman. 5. Pengendalian Kimiawi Penggunaan insektisida yang berbahan aktif monokrotofos, triazofos, diklhrofos, dankarbofuran efektif untuk menekan serangan penggerek batang jagung. 2). Ulat Grayak (Spodoptera litura F.) (Ordo : Lepidoptera, Famili : Noctuidae) 1. Bioekologi Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak perakan, sayapbelakang berwarna keputihan, aktif malam hari.Telurberbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 ± 500butir) tertutup bulu seperti belu.Larvamempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda,bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerangtanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yanglembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlahbesar . Pupa ulat berkepompong dalam tanah, membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon)berwana coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm.Siklus hidupberkisar antara 30 ± 4 60 hari (lama stadium telur 2 ± 4 hari, larva yangterdiri dari 5 instar : 20 ± 46 hari, pupa 8 ± 11 hari). 2. Gejala Serangan Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok.dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dantinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun,umumnya terjadi pada musim kemarau. 3. Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis,cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang, kangkung, bayam, padi, , tebu, jeruk,pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp., Passiflorafoetida, Ageratum sp., Cleome sp., dan Trema sp. 4. Pengendalian. Kultur Teknis - Pembakaran tanaman - Pengolahan tanah yang intensif. 5. Pengendalian Fisik /Mekanis - Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudianmemusnahkannya. - Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah pertanaman sejak tanaman berumur 2minggu. 6. Pengendalian Hayati Pemanfaatan musuh alami seperti:Pathogen Sl-NPV (Spodoptera litura ± Nuclear Polyhedrosis Virus), cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus 5 thuringensis, nematode Steinernema sp., predator Sycanus sp., Andrallus spinideus, Selonepnisgeminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp. 7. Pengendalian Kimiawi Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon,khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril apabila berdasarkan hasilpengamatan tanaman contoh, intensitas serangan mencapai lebih atau sama dengan 12,5% per tanaman contoh. 3) Penggerek Tongkol Jagung (Helicoverpa armigera Hbn. Noctuidae:Lepidotera) Imagobetina H. armigera meletakkan telur pada rambut jagung. Rata-rata produksitelur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan .Larvaspesies ini terdiri dari lima sampai tujuh instar . Khususnya pada jagung, masaperkembangan larva pada suhu 24 sampai 27,2ºC adalah 12,8 sampai 21,3 hari. Larvaserangga ini memiliki sifat kanibalisme .Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah. Pada umumnya pupa terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadangpula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoranserangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi lingkungan mendukung, fasepupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35ºC sampai 30 hari pada suhu 15ºC. 8. Gejala Serangan Imago betina akan meletakkan telur pada silk jagung dan sesaat setelah menetas larvaakan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. Infestasi serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung. 9. PengendalianHayati Musuh alami yang digunakan sebagai pengendali hayati dan cukup efektif untuk mengendalikan penggerek tongkol adalahparasite Trichogramma sp yang 6 merupakanparasit telur danEriborus argentiopilosa(Ichneumonidae) parasit pada larva muda.cendwanMetarhizium anisopliaemenginfeksi larva.Bakteri Bacillus thuringensisdan virus Helicoverpa armigera Nuclear Polyhedrosis Virus (HaNPV) menginfeksilarva. 10. Pengendalian Kultur Teknis Pengelolaan tanah yang baik akan merusak pupa yang terbentuk dalam tanah dan dapatmengurangi populasiH. armigeraberikutnya. 11. Pengendalian Kimiawi Untuk mengendalikan larvaH. armigerapada jagung, penyemprotan insektisida Decisdilakukan setelah terbentuknya rambut jagung pada tongkol dan diteruskan (1-2) harihingga rambut jagung berwarna coklat. 4). Lalat Bibit (Atherigonasp, Ordo: Diptera) Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimanabetina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Serangga dewasa sangat aktif terbangdan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaantanah. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mmsampai 4,5 mm. Imago betina mulai meletakkan telur tiga sampai lima hari setelah kawin denganjumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betinameletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih,memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun.Larvaterdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnyamenjadi kuning hingga kuning gelap. Larva yang baru menetas melubangi batang yangkemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuningdan akhirnya mati.Pupaterdapat pada pangkal batang dekat atau di bawah permukaan tanah, umur pupa12 hari pada pagi atau sore hari. Puparium berwarna coklat kemerah-merahan sampaicoklat dengan ukuran panjang 4,1 mm. 7 12. PengendalianHayati Parasitoidyang memarasit telur adalahTrichogramma sp dan parasit larva adalahOpiussp danTetrastichus sp. PredatorClubiona japonicolayang merupakan predator imago. 13. Kultur Teknis dan Pola Tanam Oleh karena aktivitas lalat bibit hanya selama satu sampai dua bulan pada musim hujanmaka dengan mengubah waktu tanam, pergiliran tanaman dengan tanaman bukan paditanaman dengan tanaman bukan padi, tanam serempak serangan dapat dihindari. 14. Varietas Resisten Galur-galur jagung QPM putih yang tahan terhadap lalat bibit adalah MSQ-P1(S1)-C1-11, MSQ-P1(S1)-C1-12, MSQ-P1(S1)-C1-44, MSQ-P1(S1)-C145, sementara galur galur jagung QPM kuning yang tahan terhadap serangga hama ini adalah MSQ-K1(S1)-C1-16, MSQ-K1(S1)-C1-35, MSQ-K1(S1)-C1-50. 15. Pengendalian Kimiawi Pengendalian dengan insektisida dapat dilakukan dengan perlakuan benih (seeddressing) yaitu thiodikarb dengan dosis 7,5-15 g b.a./kg benih atau karbofuran dengandosis 6 g b.a./kg benih. Selanjutnya setelah tanaman berumur 5-7 hari, tanaman disemprot dengan karbosulfan dengan dosis 0,2 kg b.a./ha atau thiodikarb 0,75 kgb.a/ha. Penggunaan insektisida hanya dianjurkan di daerah endemik . 5). Sitophilus zeamais(Motsch), Coleoptera,Curculionidae 1. Bioekologi Sitophilus zeamaisMotsch dikenal dengan maize weevil atau kumbang bubuk, danmerupakan serangga yang bersifat polifag, selain menyerang jagung, juga beras,gandum, kacang tanah, kacang kapri, kacang kedelai, kelapa dan jambu 8 mente. S.zeamaislebih dominan terdapat pada jagung dan beras.S. zeamaismerusak biji jagungdalam penyimpanan dan juga dapat menyerang tongkol jagung yang masih berada dipertanaman. Telurdiletakkan satu per satu pada lubang gerekan didalam biji.Keperidian imagosekitar 300-400 butir telur; stadia telur kurang lebih enam hari pada suhu 25ºC.Larvakemudian menggerek biji dan hidup di dalam biji, umur kurang lebih 20 haripada suhu 25ºC dan kelembaban nisbi 70%.Pupaterbentuk di dalam biji dengan stadia pupa berkisar 5-8 hari.Imagoyang terbentuk berada di dalam biji selama beberapa hari sebelum membuatlubang keluar.Imago dapat bertahan hidup cukup lama yaitu dengan makan sekitar 3-5bulan jika tersedia makanan dan sekitar 36 hari jika tanpa makan. 2. Siklus Hidup Sekitar 30-45 hari pada kondisi suhu optimum 29ºC, kadar air biji 14%dan kelembaban nisbi 70%. Perkembangan populasi sangat cepat bila bahan simpanankadar airnya di atas 15%. 3. Cara Pengendalian dan Pengelolaan Tanaman Serangan selama tanaman di lapangan dapat terjadi jika tongkol terbuka, sehingga tanaman yang kekeringan.Dengan pemberian pupuk yang rendah menyebabkantanaman mudah terserang busuk tongkol sehingga dapat diinfeksi oleh kumbang bubuk.Panen yang tepat pada saat jagung mencapai masak fisiologis panen yang tertundadapat menyebabkan meningkatnya kerusakan biji di penyimpanan. 4. Varietas Tanaman Penggunaan varietas dengan kandungan asam fenolat tinggi dan kandungan asamaminonya rendah dapat menekan kumbang bubuk.Penggunaan varietas yangmempunyai penutupan kelobot yang baik. 9 5. Kebersihan dan Pengelolaan Gudang Kebanyakan hama gudang cenderung bersembunyi atau melakukan hibernasi sesudahgudang tersebut kosong. Taktik yang digunakan termasuk membersihkan semua struktur gudang dan membakar semua biji yang terkontaminasi dan membuang dari area gudang.Selain itu karung-karung bekas yang masih berisi sisa biji harus dibuang.Semuastruktur gudang harus diperbaiki, termasuk dinding yang retak-retak dimana seranggadapat bersembunyi, dan memberi perlakuan insektisida baik pada dinding maupunplafon gudang. 6. Persiapan Biji Jagung yang Disimpan Kadar air biji 12% dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk. Perkembanganpopulasi kumbang bubuk akan meningkat pada kadar air 15% atau lebih. 7. Pengendalian Secara Fisik dan Mekanis Pada suhu lebih rendah dari 50C dan di atas 350C perkembangan serangga akanberhenti. Penjemuran dapat menghambat perkembangan kumbang bubuk.Sortasi dapatdilakukan dengan memisahkan biji rusak yang terinfeksi oleh serangga dengan biji sehat(utuh). 8. Bahan Tanaman Bahan nabati yang dapat digunakan yaitu daun Annona sp., Hyptis spricigera, Lantanacamara, daun Ageratum conyzoides, Chromolaena odorata, akar dariKhayasenegelensis, Acorus calamus, bunga dari Pyrethrum sp., Capsicum sp., dan tepung bijidari Annona sp. dan Melia sp. 9. Pengendalian Hayati Penggunaan agensi pathogen dapat mengendalikan kumbang bubuk sepertiBeauveriabassianapada konsentrasi 109 konidia/ml takaran 20 ml/kg biji dapat mencapaimortalitas 50%.PenggunaanparasitoidAnisopteromalus calandrae(Howard) mampumenekan kumbang bubuk. 10 10. Fumigasi Fumigan merupakan senyawa kimia yang dalam suhu dan tekanan tertentu berbentuk gas, dapat membunuh serangga/hama melalui sistem pernafasan.Fumigasi dapatdilakukan pada tumpukan komoditas kemudian ditutup rapat dengan lembaran plastik.Fumigasi dapat pula dilakukan pada penyimpanan yang kedap udara sepertipenyimpanan dalam silo, dengan menggunakan kaleng yang dibuat kedap udara ataupengemasan dengan menggunakan jerigen plastik, botol yang diisi sampai penuhkemudian mulut botol atau jerigen dilapisi dengan parafin untuk penyimpanan skalakecil. Jenis fumigan yang paling banyak digunakan adalah phospine (PH3), dan MethylBromida (CH3Br). Hama Jagung Hama utama pada tanaman Jagung meliputi: 11. ULAT TANAH (Agrotis ipsilon) 12. ULAT GRAYAK (Spodoptera liptur) 13. LALAT BIBIT (Atherigona sp) 14. PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis) 15. PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera) 16. BELALANG DAUN (Locusta migratoria) 17. ULAT TANAH (Agrotis ipsilon) Ciri-ciri hama : Larva biasa berada dalam tanah, berwarna coklat kehitaman, mempunyai tujuh pasang kaki. Serangan : Hama ini menyerang tanaman umur 1-3 minggu, dengan cara menyerang dan memotong pangkal batang pada waktu malam hari, siang hari ulat bersembunyi dalam tanah. ULAT GRAYAK (Spodoptera liptura) Ciri-ciri hama : 1. Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif 11 pada malam hari. 2. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25 – 500 butir) tertutup bulu seperti beludru. 3. Larva mempunyai warna yang bervariasi, yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. 4. Siklus hidup berkisar antara 30 – 60 hari (lama stadium telur 2 – 4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Serangan : 1. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). 2. Larva yang masih kecil merusak daun dan menyerang secara serentak berkelompok. dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja, sedang larva berada di permukaan bawah daun. 3. Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. 4. Serangan umumnya terjadi pada musim kemarau. 5. Tanaman Inang Hama ini bersifat polifag, selain jagung juga menyerang tomat, kubis, dan tanaman lainnya. LALAT BIBIT (Atherigona sp) Ciri-ciri hama : 1. Imago sangat aktif terbang dan sangat tertarik pada kecambah atau tanaman yang baru muncul di atas permukaan tanah. Lama hidup serangga dewasa bervariasi antara lima sampai 23 hari dimana betina hidup dua kali lebih lama dari pada jantan. Imago kecil dengan ukuran panjang 2,5 mm sampai 4,5 mm. 2. Telur mulai diletakkan oleh Imago betina tiga sampai lima hari setelah 12 kawin dengan jumlah telur tujuh sampai 22 butir atau bahkan hingga 70 butir. Imago betina meletakkan selama tiga sampai tujuh hari, diletakkan secara tunggal, berwarna putih, memanjang, diletakkan dibawah permukaan daun. 3. Larva terdiri dari tiga instar yang berwarna putih krem pada awalnya dan selanjutnya menjadi kuning hingga kuning gelap. Serangan : 1. Serangan terjadi pada tanaman yang baru tumbuh (1-2 minggu setelah tanam). 2. Larva yang baru menetas melubangi batang yang kemudian membuat terowongan hingga dasar batang sehingga tanaman menjadi kuning dan akhirnya mati. PENGGEREK BATANG (Ostrinia furnacalis) Ciri-ciri hama : 1. Ngengat aktif malam hari, dan menghasilkan beberapa generasi pertahun, umur imago/ngengat dewasa 7-11 hari. 2. Telur diletakkan berwarna putih, berkelompok, satu kelompok telur beragam antara 30-50 butir, seekor ngengat betina mampu meletakkan telur 602-817 butir, umur telur 3-4 hari. Ngengat betina lebih menyukai meletakkan telur pada tanaman jagung yang tinggi dan telur di letakkan pada permukaan bagian bawah daun utamanya pada daun ke 5-9. 3. Larva yang baru menetas berwarna putih kekuning-kuningan, makan berpindah pindah, larva muda makan pada bagian alur bunga jantan, setelah instar lanjut menggerek batang, umur larva 17-30 hari. 4. Pupa biasanya terbentuk di dalam batang, berwarna coklat kemerah merahan, umur pupa 6-9 hari. 13 Serangan : 1. Hama menyerang tanaman menjelang berbunga dengan menggerek dalam batang, tanda terjadi serangan yaitu adanya serbuk berwarna putih berserakan di sekitar permukaan daun dan bunga jantan patah. 2. Kerusakan yang ditimbulkan pada setiap bagian tanaman jagung yaitu lubang kecil pada daun, lubang gorokan pada batang, bunga jantan, atau pangkal tongkol, batang dan tassel yang mudah patah, dan tumpukan tassel yang rusak. PENGGEREK TONGKOL (Helicoverpa armigera) Ciri-ciri hama : 1. Telur diletakkan pada rambut jagung. Rata-rata produksi telur imago betina adalah 730 butir, telur menetas dalam tiga hari setelah diletakkan. 2. Larva terdiri dari lima sampai tujuh instar. Khususnya pada jagung, masa perkembangan larva pada suhu 24 - 27,2°C adalah 12,8 - 21,3 hari. Larva memiliki sifat kanibalisme. Spesies ini mengalami masa pra pupa selama satu sampai empat hari. Masa pra pupa dan pupa biasanya terjadi dalam tanah dan kedalamannya bergantung pada kekerasan tanah. 3. Pupa umumnya terbentuk pada kedalaman 2,5 sampai 17,5 cm. Terkadang pula serangga ini berpupa pada permukaan tumpukan limbah tanaman atau pada kotoran serangga ini yang terdapat pada tanaman. Pada kondisi lingkungan mendukung, fase pupa bervariasi dari enam hari pada suhu 35°C dan sampai 30 hari pada suhu 15°C. Serangan : 1. Imago betina akan meletakkan telur pada rambut jagung dan sesaat setelah menetas larva akan menginvasi masuk kedalam tongkol dan akan memakan biji yang sedang mengalami perkembangan. 2. Serangan serangga ini akan menurunkan kualitas dan kuantitas tongkol jagung. 14 BELALANG DAUN (Locusta migratoria) Ciri-ciri hama : Belalang muda berwarna hijau, dan belalang dewasa berwarna coklat bercorak hitam Serangan : Belalang memakan daun tanaman, serangan yang parah bisa menghabiskan seluruh daun tanaman dan batangbatang muda. Serangan bisa melibatkan ribuan belalang. ULAT GRAYAK (SPODOPTERA LITURA F.) (Ordo : Lepidoptera, Famili: noctuidae) Ulat “Grayak” sangat ditakuti oleh petani karena setiap musim panen hama ini selalu ada. Ulat “grayak” ini menyerang tanaman jagung pada semua stadia. Serangan terjadi pada malam hari dan siang harinya, larva ulat “grayak” bersembunyi pada pangkal tanaman, dalam tanah atau di tempat-tempat yang tersembunyi. Seranga ulat ini memakan helai-helai daun dimulai dari ujung daun dan tulang daun utama ditinggalkan sehingga tinggal tanaman jagung tanpa helai daun. Bioekologi Ngengat dengan sayap bagian depan berwarna coklat atau keperak-perakan, sayap belakang berwarna keputihan, aktif pada malam hari. Telur berbentuk hampir bulat dengan bagian datar melekat pada daun (kadang tersusun 2 lapis), warna coklat kekuning-kuningan, berkelompok (masing-masing berisi 25-500 butir) tertutup bulu seperti beludru. Larva mempunyai warna yang bervariasi, ulat yang baru menetas berwarna hijau muda, bagian sisi coklat tua atau hitam kecoklatan dan hidup berkelompok. Ulat menyerang tanaman pada malam hari, dan pada siang hari bersembunyi dalam tanah (tempat yang lembab). Biasanya ulat berpindah ke tanaman lain secara bergerombol dalam jumlah besar. Pupa. Ulat berkepompong dalam tanah , membentuk pupa tanpa rumah pupa (kokon) berwarna coklat kemerahan dengan panjang sekitar 1,6 cm. 15 Siklus hidup berkisar antara 30-60 hari (lama stadium telur 2-4 hari, larva yang terdiri dari 5 instar : 20 – 46 hari, pupa 8 – 11 hari). Gejala serangan, larva yang masih kecil merusak daun yang menyerang secara serentak berkelompok. Dengan meninggalkan sisa-sisa epidermis bagian atas, transparan dan tinggal tulang-tulang daun saja. Biasanya larva berada di permukaan bawah daun, umumnya terjadi pada musim kemarau. Tanaman inang, hama ini bersifat polifag, selain jagung ulat grayak juga menyerang tomat, kubis, cabai, buncis, bawang merah, terung, kentang kangkung, bayam, padi, tebu, jeruk, pisang, tembakau, kacang-kacangan, tanaman hias, gulma Limnocharis sp, dll. Pengendalian a). Kultur teknis Pembakaran tanaman Pengolahan tanah yang intensif. b). Pengendalian fisik / mekanis Mengumpulkan larva atau pupa dan bagian tanaman yang terserang kemudian memusnahkannya. Penggunaan perangkap feromonoid seks untuk ngengat sebanyak 40 buah per hektar atau 2 buah per 500 m2 dipasang di tengah tanaman sejak tanaman berumur 2 minggu. c). Pengendalian Biologis Pemanfaatan musuh alami seperti : patogen SI-NPV (Spodoptera lituraNuclear Polyhedrosis Virus), Cendawan Cordisep, Aspergillus flavus, Beauveria bassina, Nomuarea rileyi, dan Metarhizium anisopliae, bakteri Bacillus thuringensis, nematoda Steinernema sp,. Predator Sycanus sp,. Andrallus spinideus, Selonepnis geminada, parasitoid Apanteles sp., Telenomus spodopterae, Microplistis similis, dan Peribeae sp. d). Pengendalian Kimiawi Beberapa insektisida yang dianggap cukup efektif adalah monokrotofos, diazinon, khlorpirifos, triazofos, dikhlorovos, sianofenfos, dan karbaril. 16 2.2 PENYAKIT PADA TANAMAN JAGUNG 1. Bulai (downy mildew) Penyakit bulai merupakan penyakit penting bagi tanaman jagung. Oleh karena itu, salah satu criteria varietas jagung unggul harus tahan penyakit ini. Serangan penyakit ini mulai timbul pada umur dua minggu setelah tanam. a. Penyebab Cendawan atau jamur Peronosclero sporamaydis dan P.spora javanicaP. Serta spora philippinensis. Cendawan tersebut akan merajalela pada suhu udara 270C keatas serta keadaan udara lembab. b. Gejala Serangan 1. Tanaman yang terserang berumur 2-3 minggu memiliki ciri-ciri: + Daun berbentuk runcing, kecil, dan kaku + Warna daun menguning + Sisi bawah daun terdapat lapisan spora cendawan berwarna putih + Pertumbuhan batang terhambat 2. Tanaman yang terserang berumur 3-5 minggu memiliki ciri-ciri: + Tanaman mengalami ganguan pertumbuhan + Daun berubah warna menjadi pucat mulai dari bagian pangkal daun ke ujung daun 3. Tanaman yang terserang telah dewasa memliki ciri-ciri: + Pada daun tua terdapat garis-garis kecokelatan + Tongkol berubah bentuk dan isi c. Pengendalian 17 + Penanaman dilakukan menjelang atau awal musim penghujan + Penerapan pola tanam dan pola pergiliran tanaman (rotasi tanaman dengan yang bukan tanaman sefamili) + Penanaman varietas unggul/resisten terhadap bulai (varietas arjuna, wiyasa, kalingga dan hibrida CPI-1) + Pencabutan tanaman yang terserang, kemudian dimusnahkan + Penyemprotan dengan fungisida (Ridomil) 2. Penyakit Bercak Daun (leaf blight) Penyakit bercak daun menyerang daun tanaman jagung mulai dari pertama membuka hingga akhir masa pertumbuhan. 1. Penyebab Cendawan Helminthosporium turcicum, Helminthosporium maydis Nisik. 2. Gejala serangan Pada daun jagung yang terserang penyakit ini timbul bercak-bercak berukuran kecil, berbentuk bulat sampai lonjong, dan berwarna kuning yang ditengahnya dikelilingi warna cokelat. Bagian tanaman jagung yang sakit berwarna cokelat muda sampai cokelat tua seperti jerami dan kebasah-basahan. 1. Serangan berat dapat menyebabkan penurunan hasil hingga 50% Pengendalian Penerapan pergiliran tanaman guna menekan meluasnya cendawan Pengaturan kelembaban sekitar tajuk tanaman dengan mengatur jarak tanam secara tepat Penggunaan pestisida seperti Daconil 75WP dan Difolatan 4F Mencabut tanaman jagung yang sakit berat Menanam varietas jagung yang tahan terhadap penyakit bercak daun seperti varietas parikesit, wiyasa, dan bromo. 18 3. Karat Daun (rust) Penyakit karat mulai menyerang pada saat tanaman akan mengakhiri masa pertumbuhan. a. Penyebab Cendawan Puccinia sorghi dan Puccinia polypore Underwod b. Gejala Pada tanaman dewasa yaitu pada daun yang sudah tua terdapat titik-titik noda yang berwarna merah kecokelatan seperti karat serta terdapat serbuk yang berwarna kuning kecokelatan. Serbuk cendawan ini kemudian berkembang dan memanjang sehingga akhirnya karat berubah menjadi bermacam-macam bentuk. c. Pengendalian 1. Pengaturan kelebaban areal tanam, terutama sekitar tajuk tanaman dengan cara mengatur jarak tanam secara tepat. 2. Penanaman varietas unggul atau varietas tahan penyakit karat (varietas parikesit dan wiyasa). 1. Bulai Gejala 1. Adanya garis-garis sejajar tulang daun pada permukaan daun berwarna putih sampai kuning diikuti garis-garis klorotik sampai coklat pada infeksi lebih lanjut. 2. Tanaman kerdil dan tidak menghasilkan. 3. Bila terjadi infeksi terlambat, tanaman masih menghasilkan tetapi bulir-bulirnya terinfeksi patogen. 19 Penyebab Penyakit Jamur Peronosclerospora maydis (Racib) Show. Jamur memiliki miselium yang berkembang dalam ruang antar sel. Konidiafora (penyangga konodia) dibentuk pada mulut daun, dan memiliki percabangan dikotom. Konidia berbentuk bulat, dibentuk diujung percabangan konidiafora. Pembentukan konidiafora dan pelepasan konidia terjadi pada waktu malam hari. Jamur penyebab penyakit bulai pada jagung tidak dapat diisolasi pada media buatan Penularan Penularan Jamur dapat melalui udara atau melalui benih. Infeksi melalui udara ditandai dengan timbulnya gejala pada daun muda yang mengalami klorotik sedangkan daun tua masih berwarna hijau. Tanda-tanda infeksi melalui benih terlihat pada bibit muda yang memperlihatkan klorotik pada seluruh daun dan tanaman cepat mati. Pada permukaan bawah daun yang terinfeksi banyak terbentuk spora dan terlihat seperti tepung putih Daur Penyakit Pada malam hari jamur membentuk konodiapora dan kemudian diikuti pembentukan konidia secara serentak. Setelah beberapa saat konidia dilepaskan dan konidia akan mengadakan penetrasi melalui mulut daun (stomata). Sejak penetrasi sampai dengan timbulnya gejala (masa inkubasi) berkisar antara 9 – 11 hari. Patogen dapat bertahan di dalam biji, tetapi sumber penularan primer berasal daritanaman jagung yang terserang. Penyakit ini merugikan pada pertanaman jagung di dataran rendah, dan tidak diterdapat pada ketinggian diatas 900 m diatas permukaan laut. Perkembangan penyakit sangat dibantu oleh kondisi cuaca lembab dan panas. Pengendalian penyakit Pengendalian penyakit bulai dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1. Penanaman secara serempak (Biologis) 20 2. Menanam varietas jagung yang tahan (resisten) terhadap penyakit bulai, (Biologis) 3. Perlakuan benih sebelum tanam dengan fungisida metalaksil, (Kimiawi) 4. Mencabut dan memusnahkan tanaman jagung yang sakit, (Fisik) 5.Melakukan perbaikan aerasi dan darinase tanah agar keadaan lahan tidak lembab,(Fisik) 6. Pergiliran tanaman dengan yang bukan sefamili. (Biologis) 2.3 TEHNIK MENGENDALIKAN PENYAKIT BULAI PADA TANAMAN JAGUNG Preventif A. Pengolahan Lahan (pengendalian fisik) Pengolahan tanah diajurkan tanah jangan terlalu basah cenderung kering. Sebaiknya tanah dibajak dan digaru, juga buat saluran air. Bila tidak sempat ada pengolahan tanah dan waktunya mendesak cukup pengolahan barisan yang akan ditanami sedalam 15-20 cm. Pada saat sebelum olah tanah beri / taburkan : 1. Pupuk organik / Bokashi : 3 kw / 1400 M2 atau : 2,0 ton / Ha 2. Kapur pertanian / Dolomik : 2,5 kw / 1400 M2 atau : 17,5 ton / Ha Tujuan dari pupuk organik dan kapur pertanian diberikan sebelum olah lahan adalah agar bisa tercampur merata pada saat tanah diolah. B. Persiapan Benih (Pengendalian Fisik) Sebelum benih ditanam diadakan treatment terlebih dahulu terutama untuk pengendalian penyakit bulai yaiu dengan cara : 1. Rendam benih dengan Fungidore 50 EC dengan dosis 0,5 ml / lt selama 10 menit. 2. Setelah itu tiriskan atau kering anginkan 21 3. Jarak tanam : Jika umur tanaman : 80-90 hari = 75 x 20 cm 1 bj/lubang 70-80 hari = 50 x 20 cm 1 bj/lubang Kedalaman lubang tanam bervariasi antara 2,5 – 5 cm. tergantung pada kondisi tanah, pada tanah yang kering penempatan benih lebih dalam C. Pemupukan (Pengendalian Fisik dan Kimia) 1. Teknik pemberian pupuk yaitu dengan cara membenamkan kedalam tanah agar hasil lebih maximal, karena apabila pupuk diletakkan diatas tanah banyak unsur yang mengalami penguapan. 2. Letakkan pupuk ± 5 cm disamping lubang benih. 3. Dosis dan waktu pemupukan Luas lahan 0,14 ha (100 ru) D. 1. 10 Hr 15kg urea,15kg SP36,7kg KCL 2. 25 Hr 25kg PONSKA 3. 35 Hr 25kg Urea,5kg KCL Pemupukan Semprot (Pengendalian kimiawi) 1. Pupuk semprot diaplikasikan mulai awal tumbuh ± 5 Hr. 2. Pupuk yang digunakan : Fungidor 50 EC dosis : 1 tutup/ 1 tangki 14 lt. Agrophos : 2 tutup/ 1 tangki 14 lt. 1. Penyemprotan dilakukan secara rutin setiap seminggu sekali sampai umur 35 hst. 2. Setelah umur 35 hst. Penyemprotan dilanjutkan dengan : Agrophos 50 EC : 2 tutup/ 1 tangki 14 lt. Primavit : 2 tutup/ 1 tangki 14 lt. E. Pengairan (Pengendalian Fisik) 22 Agar distribusi air lebih efektif ke tanaman buat saluran air diantara barisan tanaman, selama masa pertumbuhan, tanaman jagung memerlukan pengairan yang cukup. Lahan irigasi dengan sumber air terbatas dan lahan sawah tadah hujan pada musim kemarau memerlukan pengairan hingga mencapai kapasitas lapang sebanyak empat kali yaitu pada umur : F. - 15 hr -30 hr - 45 hr -60 hr Perawatan (Pengendalian Fisik) Tanaman umur 25-30 hr 1. Lakukan penyiangan gulma secara rutin dan lebih baik hindari penggunaan herbisida 2. Lakukan pemupukan susulan yang kedua 3. Lakukan pembumbunan untuk memperkuat perakaran dan memperkokoh tegaknya batang 4. Bila timbul gejala serangan HPT (Hama Penyakit Tanaman) gunakan pestisida yang tepat dan aman sesuai anjuran petugas lapang. Tanaman umur 35-45 hr. 1. Lakukan pemupukan susulan yang ketiga (tutupan). 2. Lakukan pembumbunan ulang sampai pupuk yang diaplikasikan dan akar semu tertutup. G. 3. Berikan pengairan lebih banyak pada saat pembungaan dan pengisian biji 4. Lakukan penyiangan gulma Pestisida (Pengendalian Kimiawi) Pestisida yang cocok untuk mengatasi penyakit bulai pada jagung adalah fungisida metalaksil. Fungisida ini termasuk ke dalam kelompok asilalanin, yang mampu memusnahkan infeksi Phytophtora, Phytium, dan beberapa penyebab penyakit embun tepung, tetapi tidak berpengaruh terhadap perkembangan 23 penyakit pascapanen lainnya. Fungisida mampu menekan pertumbuhan jamur di permukaan buah maupun daun dan mencegah terjadinya kontak dan persebaran jamur. 24 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan 25 DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 2012. http://penyuluhthl.wordpress.com/2011/05/20/mengendalikan-ulat-grayakpada-tanaman-jagung/ diakses tanggal 17 Mei 2012 Anonymous, 2012. http://putrajayatani.blogspot.com/2011/09/pengendalian-hama-dan-penyakitpada.html diakses tanggal 17 Mei 2012 Arnold John Ullstrup.1966.Corn diseases in the United States and their control. Book produced: USA A. J. Slusarenko, R. S. S. Fraser, L. C. van Loon.2001. Mechanisms of Resistance to Plant Diseases. Jaya Book: London 26